TINJAUAN TEORITIS
2.1.Supervisi
Gillies (1994), menyatakan supervisi atau pengawasan merupakan salah satu dari
tidak baik. Menurut RCN (2007), supervisi adalah proses memastikan kegiatan
yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah
dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Supervisi adalah melakukan pengamatan
secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
bawahan yang kemudian bila ditemukan masalah segera dilakukan bantuan yang
rencana atau program yang telah ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan
pekerjaan atau prestasi orang lain. Supervisi meliputi penilaian kepada individu
untuk melihat kegiatan apa yang telah selesai dan apa yang mungkin masih perlu
untuk diselesaikan sepanjang hari (Tappen, Weiss, & Whitehead 2010). Menurut
melakukan supervisi.
terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
menilai dan memperbaiki penampilan kerja pegawai sesuai dengan kriteria yang
Memperhatikan anggota unit organisasi di samping itu area kerja dan pekerjaan
itu sendiri. (2) Memperhatikan rencana, kegiatan, dan evaluasi dari pekerjaannya.
keperawatan.
kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan
memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara berkala.
1. Kepala Ruangan
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit fungsional
pelayanan keperawatan.
tersebut. Karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi meliputi: (1)
ditunjuk staf khusus dengan batas-batas dan wewenang dan tanggung jawab yang
jelas. (2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi. (4) Memiliki sifat
edukatif dan suportif, bukan otoriter. (5) Mempunyai waktu yang cukup, sabar,
terjadi, maka supervisi langsung lebih tepat digunakan. Supervisi yang ditujukan
perintah.
pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan malam. Dapat
juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde
supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan umpan balik diberikan agar
tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat diselesaikan (Suyanto,
2008).
Menurut Suarli (2012), teknik pokok supervisi mencakup empat hal yaitu
(1) menetapkan masalah dan prioritasnya, (2) menetapkan penyebab masalah, (3)
melaksanakan jalan keluar, (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.
dan komunikasi. Aktivitas tersebut meliputi teknis ataupun objektif yang meliputi:
(1) menurumuskan tujuan perawatan realistis untuk klinik kesehatan, pasien dan
koordinasi untuk efesiensi pelayanan yang diberikan oleh bagaian penunjang, (4)
mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati, (9)
menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan
laporan ringkas dan jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk
Menurut Kirk, Eaton & Auty (2000), proses supervisi dapat dilakukan
expert berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan expert berasal dari
disiplin ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh rekan, group
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, (2) memberikan
saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan, (3)
kerja perawat, (7) mengadakan pengawasan agar agar asuhan keperawatan yang
yang baik saat supervisi. Semua pengarahan harus konsisten dibagiannya dan
jelas, pesannya masuk akal, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan
manfaatnya.
memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan
apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan
tertentu seperti selama masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus
2. Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah yang ada dan
berikutnya.
Menurut Farington (1995), Hawkins & Shohet (1989) dalam White at.all
apa yang belum diketahui oleh perawat pelaksanaan. Meningkatkan apa yang
melihat tidak hanya pada saat supervisi berlangsung namun juga dalam
kegiatan sehari-hari.
masalah.
memfasilitasi dan mendorong praktek profesional yang terdiri dari tiga fungsi
menerus untuk mengurangi stress dan kelelahan. kegiatan ini berfungsi untuk
dalam bekerja, stress akibat beban kerja. Fungsi restorative dapat dilakukan
meredam konflik yang terajadi. Keseluruhan tim harus memiliki sikap yang
Prosedur Operasional) SPO yang telah ada yang kemudian dapat diperbaiki
rapat untuk membahan pelayanan keperawatan yang ada saat ini. Tujuan yang
diharapkan dari fungsi ini adalah adanya perubahan yang lebih baik dalam
pasien dan pelaksana supervisi harus menguasai struktur organisasi, uraian tugas,
standar hasil kerja, metode penugasan dan dapat mengobservasi staf yang sedang
(sharing).
Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi
2. Model ilmiah
tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi
3. Model klinis
4. Model artistik
aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang akan di
model ini mengembangkan bahwa seorang supervisor harus memenuhi tiga fungsi
utama utama yaitu: restoratif, formatif dan normative. Model ini yang memandu
praktek supervisi tidak boleh terlalu preskriptif, tetapi bertindak sebagai kerangka
kerja yang didukung oleh prinsip teori (Bush, 2005). Model lain adalah The
model ini adalah: murah hati, bermanfaat, bersikap terbuka, mau belajar,
(barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan dan uang).
hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses
produksi. Dalam hal ini tidak terlepas dari efisiensi dan efektifitas. Efisiensi
diukur dengan rasio output dan input, dengan kata lain mengukur efisiensi
perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, perbedaan antara kumpulan
umum.
Cheminais, Bayat, Walt dan Fox (1998) dalam Bhaga (2010), berpendapat
bahwa produktifitas adalah nilai ekonomi yang meliputi efisiensi dan efektifitas
digunakan, kita dapat mengukur waktu kerja yang produktif atau tidak produktif.
sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan
sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan
atasan dan bawahan. Hasil penelitian Fako at.all. (2002), mengemukakan bahwa
yang tidak mendapat pembelajaran. Tiffin dan Cormick dalam Siagian (2009),
produktiviats dipengaruhi oleh faktor yang ada pada diri individu meliputi umur,
yang diluar individu adalah kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu
istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.
knowledge, (b) skills, (c) abilities, (d) attitude, (e) behaviors (Sulistiyani, 2003).
Letvak & Buck (2008), berpendapat bahwa faktor yang terkait dengan penurunan
produktivitas kerja adalah usia, lama bekerja perawat, kualitas pelayanan yang
diberikan, stres, dan masalah pada lingkungan kerja. Fako dan Forcheh (2007)
1. Perbaikan terus-menerus
menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu etos kerja yang
dimasyarakat.
Mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan dan dipasarkan,
baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut semua jenis kegiatan
yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksaana tugas pokok
meliputi mutu internal dan eskternal karena akan tercermin dalam interaksi
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang paling strategis dalam
dalam bentuk standar praktik, jenjang klinis dan lain-lain yang membutuhkan
efektivitas dan kepuasan pasien, perawat, dokter dan staf (Thompson &
Stanowski, 2009).
sakit. Perawat merupakan bagian terbesar dari sistem pelayanan yang memberikan
perawatan langsung kepada pasien (Hall, Doran, & Pink, 2004). Meningkatnya
produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif
sebagai berikut:
1. Kemampuan
satu yang dapat dirasakan baik yang mengerjakan maupun yang menikmati
3. Semangat kerja
Hal ini merupakan usaha untuk lebih baik dari keamrin. Indicator ini dapat
dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian
pengembangan diri mutlak dilakukan. Harapan untuk menajdi lebih baik pada
meningkatkan kemampuan.
5. Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu.
terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi organisasi dan dirinya
sendiri.
6. Efisiensi
dilakukan berdasarkan lama kerja perawat perhari, lama rawat pasien (LOS),
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu yang
kerja ini dapat diperbaiki melalui: (1) Perencanaan dengan meningkatkan variasi
konstan, (c) meningkatkan keluaran lebih cepat dari pada masukan (d)
keluaran lebih lambat dari pada masukan. (2) Mengumpulkan ide-ide dan
pada pencapaian dan perhatian staf, (5) Memuji dan memberi imbalan pada
kinerja yang baik, (6) Melibatkan staf, (7) Mempunyai susunan atau hubungan
yang berarti dengan hasil pengukuran dimana data tersedia atau mudah didapatkan
dan dimana pekerja mempunyai beberpa kontrol, (8) memilih tindakan yang
perubahan beban kerja dalam kebutuhan pengaturan staf dengan membuat standar
(14) penyederhanaan beban kerja, analisis beban kerja dan pendekatan lain, (15)
produktif, (17) Mengurangi waktu menunggu dan istirahat, waktu minum kopi
dan makan, (18) Merangsang manajer perawat dan perawat klinis untuk
membuat catatan dan analisa waktu harian pegawai untuk menentukan kemajuan
pegawai (21) menyusun tujuan dan ukuran penampilan staf, (22) membuat suatu
mencari produk baru dan pelayanan serta metode baru dan ikuti, (24) mencari
pendekatan baru dan bermanfaat untuk mengasi masalah yang sudah lama, (25)
meninjau kembali anggaran biaya, (29) memperbaiki estetika: kualitas kerja dan
(Swanburg, 2010).
1. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh
dengan targetnya dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada
sasaran/tujuan.
2. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan
mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini
waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal
meliputi tenaga kerja, penggunaan obat dan juga prasarana yeng digunakan dalam
produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah keperilakuan, tetapi juga dapat
mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal itu perlu pemahaman yang
satu diantaranya adalah etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua
orang tersebut. Kinerja akan berkurang apabila salah satu faktor tidak ada. Ketiga
Produktivitas Individu
menghubungkan dua individu atau lebih yang memiliki tujuan yang sama
(Gonzalo, 2011).
Kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain dalam konsep ini
yaitu: pasien, perawat, masalah kecemasan yang timbul akibat sakit, proses
suatu masalah dimulai dengan pendekatan yang tepat. Individu dipandang sebagai
satu struktur yang unik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dimana satu sama
lain tidak bertentangan. Setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda yang
masalah yang dihadapi setiap hari, metode yang digunakan adalah berdasarkan
profesionalisme. Inilah ciri diri perawat yang memiliki perubahan langsung dalam
yang saling berkaitan yaitu: (1). Orientasi: merupakan tahap awal dari proses
fungsi supervisi dan didukung dengan konsep yang lain. Fungsi supervisi dapat
1. Fungsi formatif
mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh perawat pelaksana maupun yang
meberikan contoh nyata yang dapat dilakukan untuk dapat diikuti oleh perawat
2. Fungsi restorative
dihadapi oleh perawat pelaksana yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan
setiap hari. Kepala ruangan dalam hal ini harus mampu meperhatikan perawat
pelaksana. Peran sebagai konsultan diberikan oleh kepala ruangan yang mampu
dalam bekerja.
3. Fungsi normative
langsung oleh kepala ruangan sebagai manager lini pertama yang langsung
menentukan hal mana yang perlu dipertahankan dan yang harus ditingkatkan.
Dalam hal ini kepala ruangan berperan sebagai konsultan yang harus mampu
efektifitas dan efisiensi. Efektifitas dan efisiensi kerja perawat pelaksana akan
kepada pasien.
Produktivitas kerja
Fungsi Supervisi perawat
1. Fungsi Formatif 1. Efisiensi
2. Fungsi Restorative 2. Efektifitas
3. Fungsi Normative
Karakteristik individu
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Lama kerja
4. Pendidikan
5. Status perkawinan