Anda di halaman 1dari 12

BAB III

GEOTEKNIK DAN PELEDAKAN

3.1 Kajian Geoteknik


3.1.1 Uji Laboratorium Mekanika Batuan
1. Klasifikasi Batuan
Endapan timah primer merupakan endapan bijih timah yang masih berada
pada batuan pembawa timah atau batuan tempat bijih timah terbentuk. Batuan
pembawa timah yang ada di Indonesia adalah batuan granit. Pengertian batu granit
adalah salah satu dari jenis batuan beku dalam. Batu granit terbentuk melalui
pendinginan magma yang terjadi dalam bumi. Batu granit memiliki sifat yang asam.
Selain itu batu granit memiliki tekstur yang kasar.
Batu granit rata- rata berwarna terang seperti abu- abu, coklat, atau
kemerahan. Batu granit adalah batu yang rata- rata berbentuk besar. Selain besar,
batu granit memiliki tekstur yang kuat, bahkan dikatakan batu granit memiliki
kekuatan sama atau melebihi kekuatan baja. Karena batu granit adalah salah satu
batu yang kuat, maka kepadatan batu granit tergolong besar.
Kepadatan batu granit adalah 2.75 gr/ cm3, dengan jangkauan 1,74 dan 2,80.
Batu granit adalah salah satu batu yang mudah dan umum di jumpai. Batu granit
dapat dijumpai disekitar gunung api. Batu granit memiliki ciri- ciri antara lain
terbentuk melalui mineral kuarsa dan filedspar. Kedua meniral ini membentuk
granit menjadi besar, karena mineral yang membentuk granit adalah mineral dengan
ukuran yang besar.Selain itu, batu granit termasuk dalam batuan beku dalam atau
batuan plutonik. Batu granit yang meleleh akibat panas dari magma berubah
menjadi batu riolit. Batu riolit memiliki tekstur hampir sama dengan granit. Yang
membedakan adalah riolit memiliki tekstur lebih halus, terang, dan terbentuk di
permukaan bumi, sehingga termasuk batuan beku luar atau batu vulkanik.
2. Pengukuran Sifat Indek Batuan
Sifat indeks batuan adalah sifat fisik batuan yang ditentukan oleh jenis dan
origin batuan . Sifat indeks dipengaruhi paling utama oleh asal muasal batuan
(origin), tekstur batuan dan komposisi mineral. Yang menentukan dalam sifat
indeks batuan adalah :
 Bobot isi asli  Kadar air asli
 Bobot isi kering  Bobot isi jenuh
 True sepesivik gravity  Porositas
 Kadar air jenuh
Tabel 3.1 Pengukuran Sifat Indek Batuan

No Parameter Percontoh
1 102,0
2 Berat asli (gr) 108,45
3 Berat jenuh (gr) 48,20
4 Berat tergantung (gr) 92,70
5 Berat kering (gr) 1,98
6 Bobot isi asli (gr/cm3) 2,10
7 Bobot isi jenuh (gr/cm3) 1,79
8 Bobot isi kering (gr/cm3) 1,74
9 Apparent SG 2,61
10 Kadar air asli% 10,5
11 Kadar air jenuh % 16,95
12 Derajat kejenuhan % 62,35
13 Porositas % 30,51
14 Void ratio 0,44

3. Uji Kuat Tekan


Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam
menahan beban yang akan mengurangi ukurannya. Kekuatan tekan dapat diukur
dengan memasukkannya ke dalam kurva tegangan-regangan dari data yang
didapatkan dari mesin uji. Beberapa bahan akan patah pada batas tekan, beberapa
mengalami deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Deformasi tertentu dapat
dianggap sebagai batas kekuatan tekan, meski belum patah, terutama pada bahan
yang tidak dapat kembali ke kondisi semula (irreversible). Pengetahuan mengenai
kekuatan tekan merupakan kunci dalam mendesain sebuah struktur. Kekuatan tekan
dapat diukur dengan mesin uji universal.[1] Pengujian kekuatan tekan, seperti halnya
pengujian kekuatan tarik, dipengaruhi oleh kondisi pengujian (penyiapan spesimen,
kondisi kelembaban dan temperatur ruang uji, dan sebagainya

Table 3.2 Porositas Pada Granit


Tipe Batuan Densitas t/m3 Porositas %
Granit 2-7 1

Tabel 3.3 Uji Kuat Tekan Pada Batuan Beku


No keterngan klasifikasi
1 Rapuh dengan tangan Sangat lemah
2 Pecah dengan pukulan ringan palu geologi lemah
3 Pecah dengan pukulan kuat palu geologi Sedang
4 Tidak pecah dengan pukulan kuat palu Kuat
geologi dengan bunyi garing
5 Tidak pecah dengan pukulan palu geologi Sangat kuat

Tabel 3.4 Uji Kuat Geser


Percontohan batuan Tegangan normal Tegangan geser residu
Kg/cm3 Kg/cm3
1 50,34 10,60
2 100,68 30,20
3 124,00 40,10

4. Uji Point Load Test


Point Load Test atau pengujian titik beban merupakan substansi pengujian dari
faktor kehadiran bidang lemah yang mempengaruhi kecepatan rambat gelombang ultrasonik dari
suatu batuan (spesimen batuan). Percontoh batuan dapat berbentuk silinder.

Tabel 3.5 Point Load Classification Refer to ISRM Standard


No Description Point Load Index
1s50 (MPa)
1 Weak 0.2 – 1
2 Medium strong 1–2
3 Strong 2–4
4 Very strong 4 – 10
5 Extremely strong >10

3.1.2 Analisis Kemantapan Lereng


Terkait dengan proses penambangan timah alluvial secara tambang terbuka atau
tambang darat, masalah kestabilan lereng akan muncul pada lereng kerja (working
slope) maupun lereng akhir (final slope). Hal ini dikarenakan lereng-lereng yang ada
pada tambang darat endapan timah umumnya merupakan material yang tersusun atas
berbagai jenis lapisan tanah yang berpotensi besar untuk mengalami longsoran
terutama longsoran busur (circular failure). Oleh karena itu, kemantapan lereng
diperlukan untuk mencegah bahaya longsoran yang mungkin akan terjadi. Sebagai
studi analisis kemantapan lereng untuk tambang darat endapan timah alluvial dengan
kondisi setiap lapisan yang relatif mendatar ini, analisis kemantapan lereng ini
dilakukan terhadap 2 (dua) penampan overall yang dibuat berdasarkan lokasi
pengambilan sampel. Penampang pertama adalah penampang yang dibuat dari lokasi
pengambilan sampel tanah pada TB (Tambang Besar) Mawas 2 dan penampang kedua
adalah penampang yang dibuat dari lokasi pengambilan sampel tanah pada TB
(Tambang besar) Nudur 3.
Posisi penampang pertama berada di sebelah utara penampang kedua dan
masing-masing penampang hanya terdapat pada satu pit saja. Metode yang digunakan
dalam menganalisis kemantapan lereng ini adalah metode kesetimbangan batas dengan
menggunakan program SLIDE ver. 5.0 dari Rockscience sebagai alat bantu pemodelan
dan perhitungan. Analisis kemantapan lereng ini dilakukan dengan memperhitungkan
berbagai faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng termasuk data pengujian di
laboratorium. Hasil analisis lereng tunggal menunjukkan bahwa umumnya geometri
lereng tunggal yang ada di lapangan menunjukkan kondisi yang stabil atau aman untuk
setiap materialnya kecuali untuk material pasir halus yang menunjukkan
ketidakstabilan lereng seperti terjadinya longsor, sehingga lereng yang terdiri dari
material pasir halus tersebut harus diturunkan geometrinya untuk stabil. Sementara itu,
untuk lereng overall pada kedua penampang tersebut dapat dikatakan aman sehingga
penambangan melalui penampang ini dapat dilakukan dengan aman sampai akhir pit.
Dan masalah yang umumnya dapat menurunkan kestabilan lereng pada kedua lokasi
tersebut adalah air tanah sehingga diperlukan penanganan terhadap air tanah misalnya
dengan pemompaan air keluar pit.

3.2 Rancangan Peledakan


3.2.1 Pola Pemboran dan Peledakan
3.2.1.1 Pola Pemboran
Proses pemboran pada PT Timah Mandiri menggunakan pola pemboran Pola
bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama.

Gambar 3.1 Pola Pemboran

Proses pemboran menggunakan pola bujur sangkar (square pattern) memiliki


keuntungan dan kerugian, yaitu:

1. Keuntungan:
 Untuk menentukan lubang yang akan dibor lebih mudah karena ukuran burden
sama dengan ukuran spasing ( B = S ). Pada`baris yang sama dan baris yang
berlainan dibuat sejajar dengan lubang yang akan dibor sehingga waktu untuk
menempatkan alat bor lebih cepat.
 Pengaturan waktu tunda (delay) peledakan pada pola ini adalah berbentuk V,
sehingga hasil peledakannya terkumpul pada tempat tertentu.
2. Kerugian:
 Volume batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan peledak
lebih banyak sehingga memungkinkan terjadinya bongkahan (boulder) pada
batuan hasil peledakan.
 Secara teoritis, makin banyak lubang ledak yang dibuat makin banyak pula
nomor delay.
3.2.1.2 Arah Peledakan
Arah peledakan yang dipakai pada PT Timah Mandiri menggunakan pola
peledakan “ V “ Cut , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan.

Gambar 3.2 Arah (Pola) Peledakan

3.2.2 Rancangan Teknik Peledakan


Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan.
c. Membuat Rekahan.
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan
dalam industri pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang
berguna, disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam
pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-
teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.
Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan pekerjaan
atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang
optimum sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik batuan yang diledakkan.
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan.
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak
yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan penerapan metode peledakan,
geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan.
3.2.2.1 Parameter Rancangan Peledakan
Parameter rancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam
perencanaan dan pelaksanaan peledakan lapisan penutup, adapun parameter yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Ketinggian teras (bench height)
Ketinggian teras biasanya ditentukan oleh parameter di lapangan misalnya
jangkauan oleh peralatan bor dan alat gali-muat yang tersedia. Tinggi jenjang
disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang, dimana jenjang yang
rendah dipakai diameter lubang kecil sedangkan diameter lubang bor besar utnuk
jenjang yang tinggi. Penerapan tinggi jenjang dilapangan bervariasi, tergantung dari
posisi endapan bahan galian.
2. Diameter lubang ledak (hole diameter)
Untuk mencapai tingkat penyebaran energi yang baik digunakan diameter
lubang peledakan (mm) yang sebanding dengan ketinggian teras (m) dikalikan 8,
atau didasarkan pada ketersediaan alat bor yang dipakai. Secara umum diameter
lubang akan sedikit lebih besar daripada diameter mata bor yang mengakibatkan
kepadatan pengisian lebih tinggi.
3. Burden
Burden adalah jarak dari lubang peledakan ke bidang bebas yang terdekat.
Penentuan burden tergantung pada densitas batuan, densitas bahan peledak (bahan
peledak yang digunakan), diameter bahan peledak atau diameter lubang peledakan,
dan fragmentasi yang dibutuhkan. Peledakan dengan jumlah row (baris) yang
banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan.
Bila peledakan menggunakan delay detonator, tiap-tiap baris delay yang berdekatan
akan menghasilkan free face yang baru.
4. Spacing
Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang sama,
tegak lurus terhadap burden, baik untuk nomor delay yang sama maupun beda waktu
delaynya. Distribusi energi optimum diperoleh apabila jarak lubang sebanding
dengan dimensi burden dikalikan 1,15 dan polanya disusun dengan konfigurasi yang
berselang-seling. Jika spacing lebih kecil daripada burden, cenderung
mengakibatkan stemming injection yang lebih dini.
5. Stemming
Stemming adalah penempatan material isian (cutting pemboran) di atas bahan
peledak pada lubang peledakan untuk menahan energi, mencegah terjadinya
gelombang tekanan udara (air blast) dan batuan melayang (flying rock) yang
disebabkan tekanan gas-gas hasil ledakan. Ukuran stemming secara umum dapat
ditentukan dengan cara dimensi burden dikalikan dengan 0,7.
Di lapangan, biasanya material stemming yang digunakan adalah cutting
pemboran, yang menjadi masalah adalah pada saat musim hujan; untuk mengisi
lubang ledak dengan material stemming, susah karena basah. Lubang ledak yang
basah membutuhkan material stemming yang lebih banyak untuk pengungkungan
energi bahan peledak daripada lubang ledak yang kering, karenanya perlu
ditentukan pengungkungan relatif (relative confinement = RC) dari suatu bahan
peledak sehingga energi dapat tertahan dengan baik. Faktor pengungkungan relatif
bersifat sangat spesifik terhadap lokasi, tergantung pada kondisi geologi di sekitar
lubang peledakan. Secara umum pengungkungan relatif harus lebih besar dari 1,4
untuk mencegah hilangnya energi yang terkungkung secara berlebihan.
6. Subdrilling
Subdrilling merupakan jarak pemboran lubang peledakan yang berada di
bawah dasar teras (jenjang). Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan
(toe) pada lantai, karena dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar
diledakkan. Dengan demikian gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar
jenjang akan bekerja secara maksimum. Peledakan dengan subdrilling memberikan
tegangan tarik yang cukup besar pada dasar jenjang, selain itu juga mengurangi
keterikatan dengan bagian lainnya yang menyebabkan bagian dasar mudah hancur
dan tidak terjadi tonjolan (toe). Secara umum panjang subdrilling dapat ditentukan
paling tidak 0,3 - 0,5 kali panjang burden.
7. Kedalaman Lubang Ledak
Merupakan dimensi tinggi teras ditambahkan dengan dimensi panjang
subdrilling
8. Volume Hasil Ledakan
Volume hasil ledakan merupakan dimensi burden (B) dikalikan dengan jarak
lubang dalam satu row yang sama (S) serta dikalikan dengan ketinggian teras (H).
Satuan volume hasil ledakan dinyatakan dalam bank cubic metric (BCM), untuk
mendapatkan volume dalam satuan Ton, dikalikan dengan densitas batuan.
9. Kepadatan Pengisian
Kepadatan pengisian merupakan jumlah bahan peledak setiap satuan panjang,
sama dengan 0,000785 dikalikan dengan densitas bahan peledak dikalikan dengan
kuadrat diameter bahan peledak.
10. Blasting Ratio
Blasting ratio adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume hasil
ledakan. Penerapan blasting ratio di lapangan jarang tepat karena pengaruh
pengisian bahan peledak.
11. Konfigurasi Pola Lubang Peledakan
Hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat batuan, sifat-sifat
bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada umumnya ada tiga
jenis pola peledakan yang sering diterapkan, yaitu pola persegi panjang
(rectangular), pola bujur sangkar (square), dan pola selang-seling (staggered).

3.2.3 Vibrasi Peledakan


1 Parameter Getaran
Energi peledakan akan membentuk gelombang tekan kemudian deformasi
plastis batuan dan akhirnya batuan hancur. Sebagian gelombang merambat
menembus bumi atau batuan kemudian gelombang tegangan regangan di dalam
batas zona elastis batuan. Gelombang yang menjalar di dalam zona elastis ini tidak
dapat memecahkan batuan tetapi hanya merupakan getaran saja → sifat dasar dari
gerakan yang digunakan untuk menguraikan karakter dari gerakan tanah.
a. Perpindahan (displacement/D) : jarak dimana partikel batuan bergerak dari posisi
semula. ke suatu titik yang dikehendaki dalam waktu tertentu.
b. Kecepatan (velocity/V) : pergerakan partikel batuan ketika meninggalkan posisi
semula inci/sec atau mm/det.
c. Percepatan : perubahan kecepatan partikel. Gaya yang digunakan getaran partikel
 dengan percepatan partikel.
d. Frekuensi (F) adalah jumlah gerak bolak balik partikel dalam satu detik, diukur
dalam hertz (Hz).
Energi sisa dapat berdampak pada lingkungan, terutama energi suara dan energi
seismik. Energi seismik → menghasilkan gelombang seismik yang menyebabkan
timbulnya getaran peledakan. Apabila getaran yang ditimbulkan cukup besar maka
selain dapat dirasakan oleh kita juga dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada
struktur bangunan disekitar lokasi tersebut.

Gambar 3.3 Diagram Alir Energi Peledakan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Vibrasi :


1. Jumlah muatan bahan peledak → muatan ditambah, tingkat getaran bertambah.
2. Jarak antara titik ledakan dan titik pengamatan → jarak dari tempat peledakan
bertambah besar, getaran akibat peledakan semakin kecil.
Perubahan frekuensi getaran oleh kondisi geologi
1. Komposisi tanah/batuan antara lokasi peledakan dengan struktur terdekat →
mempengaruhi frekuensi dan besarnya gelombang getaran.
2. Ketebalan overburden antara daerah peledakan dengan struktur yang terdekat.
3. Daerah perlapisan tanah yang tebal akan menghasilkan getaran tanah 10 X lebih
besar dari lapisan tanah yang tipis di atas batuan.
4. Jika jarak daerah peledakan bertambah, frekuensi getaran yang tinggi biasanya akan
berkurang atau menghilang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensitas Ground Vibration:
1. Type bahan peledak.
2. Berat bahan peledak.
3. Pola dan inisiasi lobang tembak.
4. Jarak dari peledakan.
5. Arah perambatan energy.
6. Struktur geology.
Dari penelitian disimpulkan bahwa Intensitas Ground Vibration tergantung
kepada berat handak maksimum yang meledak perinterval waktu (lamanya interval
waktu adalah 8 millisecond).

Anda mungkin juga menyukai