TINJAUAN PUSTAKA
Esofagus merupakan lapisan otot yang berbentuk seperti tabung yang memanjang,
mulai dari vertebra servikal 6 sampai torakal 11, atau dari hipofaring sampai ke
lambung, dengan panjang lebih kurang 23 sampai 25 cm. Dalam keadaan normal,
lumen esofagus kolaps, dan berbentuk pipih. Secara umum esofagus dapat dibagi
1. Pada daerah leher esofagus berada pada garis tengah leher, di belakang
laring dan trakea, pembuluh darah di daerah ini adalah percabangan arteri tiroid
inferior dan vena tiroid inferior, aliran limfe pada daerah ini adalah kelenjar limfe
bronkus kiri, lalu ke belakang atrium kiri selanjutnya masuk ke daerah abdomen
melalui hiatus esofagus pada diafragma, pembuluh darah di daerah ini adalah
percabangan aorta torakalis, vena azygos dan vena hemiazygos, aliran limfenya
paraesofagus.
3. Bagian esofagus abdominal yang panjangnya hanya 1,25 cm, berada pada
permukaan posterior lobus kiri hati, permukaan kiri dan depan esofagus
abdominal diliputi oleh peritonium, pembuluh darah pada daerah ini adalah
cabang arteri gastrikus kiri, arteri frenikus inferior, dan vena gastrikus kiri, aliran
limfenya terdiri dari kelenjar limfe gaster kiri, retrokardia, dan celiaca.
12
13
simpatis, esofagus bagian servikal disarafi oleh nervus laringeus rekuren, dibagian
1. Lapisan paling luar terdiri dari 2 lapisan otot; yang terluar lapisan otot
2. Lapisan submukosa yang terdiri dari serat elastis dan fibrous, lapisan ini
squamosa, terbagi atas lamina propia dan muskularis mukosa. Lapisan otot pada
bagian sepertiga atas dari esofagus merupakan lapisan otot lurik, sedangkan dua
1. Sfingter esofagus atas: Bagian ini dipersarafi langsung oleh saraf motorik dari
otak. Dalam keadaan istirahat, sfingter esofagus atas tetap dalam keadaan
berkontraksi dengan tekanan 60-100 mmHg, hal ini mencegah masuknya udara
dari faring ke esofagus dan mencegah terjadinya refluks dari esofagus ke faring.
Pada saat menelan, bolus makanan didorong oleh lidah masuk ke faring, terjadi
relaksasi otot sfingter atas, setelah makanan lewat otot ini kembali pada keadaan
normal.
2. Badan esophagus: Setelah makanan melewati otot sfingter atas, badan esofagus
berkontraksi mulai dari bagian paling atas dengan kecepatan 3-4 cm/detik dan
dengan tekanan kontraksi pada saat istirahat adalah 15-24 mmHg. Pada saat
15
menelan, otot sfingter ini relaksasi sekitar 5-10 detik agar makanan bisa masuk ke
dalam lambung.
peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Esofagitis kronis adalah
peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang
bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organic (Jessica,
2008).
oleh refluks cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung
Esofagitis Refluks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke
esofagojejenostomi.
c. Esofagitis infeksi
• Esofagitis Herpes
• Esofagitis korosif
Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke dalam
esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuh diri.
Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus yang
3.4 Etiologi
(Jessica, 2008):
a. Hiatal hernia
atau risedronate
pills.
17
esophagitis, seperti orang yang mengidap HIV, diabetes, gangguan ginjal, lanjut
e. Terapi radiasi
f. Scleroderma
• Heartburn
• Batuk
• Demam
• Belly pain
Gejala klinik yang nyata misalnya rasa terbakar di dada (heartburn) nyeri
terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang
c. Esophagitis candida
d. Esophagitis herpes
Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal yang
tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungal lain.
e. Esophagitis korosif
Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang terus-
Gejala dan keluhan yang timbul tergantung dari jenis, konsentrasi, jumlah
zat korosif, lama kontak dengan zat korosif, dan apakah zat kembali dimuntahkan
atau tidak. Jika dibagi berdasarkan beratnya luka yang dialami oleh permukaan
yang ringan dan pada pemeriksaan esofagoskopi dapat dilihat luka yang tidak
pengelupasan permukaan dan kematian sel yang dalam, mengenai hamper seluruh
bagian esophagus.
3.6 Pemeriksaan
terdapat nyeri.
- Pemeriksaan rongga mulut: untuk melihat ada tidaknya thrush atau ulcers
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan foto dada untuk
melihat apakah ada peradangan di tempat lain dan peradangan pada paru,
(blackstone), ciri khas dari esophagitis peptic yaitu peradangan mulai dari daerah
hiperemis, rapuh, erosive, eksudat dan pada kasus yang berat terdapat striktur dan
stenosis.
c. Esophagitis candida
sembab, berlapiskan selaput tebal dan berwarna putih seperti susu kental tersebar
d. Esophagitis herpes
kulit.
e. Esophagitis korosif
- Pemeriksaan endoskopi
g. Esophagitis radiasi
- Pemeriksaan radiologis
- Pemeriksaan endoskopi
Pemeriksaan Laboratorium:
immunosupressan.
- Hitung CD4 dan tes HIV untuk pasien dengan factor risiko HIV.
Radiologi tidak diindikasikan kecuali bila diduga adanya komplikasi yang terjadi.
3.7 Komplikasi
- Syok
- Koma
- Edema laring
22
- Kematian
- Barrett esophagus
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya asam kuat, basa kuat dan
zat organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat kimia
yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan
bila telah diserap oleh darah. Esofagitis ini disebut juga esofagitis kaustik karena
Angka kejadian esofagitis korosif tertelan asam kuat, basa kuat, cairan
pemutih diperkirakan sekitar 3-5 % dari kasus kecelakaan dan bunuh diri atau
dilaporkan sering tertelan zat yang bersifat korosif akibat ketidaksengajaan dan
kelalaian. Sedangkan pada remaja dan dewasa dilaporkan kasus cukup sering pada
remaja sebagai percobaan bunuh diri. Tidak ada perbedaan jenis kelamin dan ras
pembersih rumah tangga, biasanya oleh anak-anak. Zat yang paling merusak
esofagitis korosif berat adalah larutan pembersih atau disinfektan (Siegel, 1997).
isi gaster, dan fungsi protektif mukosa lokal. Jenis dan jumlah zat kimia yang
tertelan menentukan derajat keparahan dan lokasi kerusakan. Zat kimia tersebut
Gejala diperburuk oleh penggunaan alcohol, merokok, gaya hidup yang kurang
Zat-zat kaustik seperti asam kuat dan basa kuat merusak jaringan tubuh
dengan merubah struktur ion dan struktur molekul serta mengganggu ikatan
1. Basa kuat.
struktur membran sel. Ion hidroksi (OH-) yang berasal dari zat basa bereaksi
Jaringan yang paling sering terkena pada kontak pertama oleh basa kuat
merupakan organ yang paling sering terkena dan paling parah tingkat
jam terjadi udem jaringan yang bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas,
2. Asam kuat.
yang akan menimbulkan bekuan, krusta atau keropeng yang dapat melindungi
sering terkena pada kasus tertelan asam kuat, pada 20% kasus usus kecil juga
dapat terkena. Keropeng dan bekuan protein yang terbentuk mengelupas dalam 3-
4 hari digantikan oleh jaringan granulasi, perforasi jaringan dapat terjadi pada
proses ini. Komplikasi akut yang terjadi adalah, muntah akibat dari spasme
pylorik, perforasi dan perdarahan saluran cerna. Jika zat asam terserap oleh darah
(Hadjat, 2007).
Ulkus sudah mengenai lapisan otot, biasanya ditemukan satu ulkus atau
multipel.
26
telah mengenai seluruh lapisan esofagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan
1. Derajat pertama mengenai lapisan mukosa saja sehingga terbentuk udem dan
eritem. Lapisan mukosa ini selanjutnya akan mengelupas dan sembuh tanpa
muskularis yang dalam 1-2 minggu akan membentuk jaringan granulasi dan
ulserasi. Reaksi fibroblas dimulai pada minggu ke-3 dan dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan akan terjadi penciutan kolagen dan pembentukan striktur.
(Alijenad, 2003):
1. Fase akut.
dispnea, disfagia, rasa nyeri dan terbakar pada rongga mulut, odinofagia, nyeri
dada dan perut, mual dan muntah, dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisik
27
dapatditemukan : 1) Luka bakar pada daerah mulut, bibir, dan faring yang kadang-
seperti: stidor, suara serak, disfoni atau afonia, takipnu, hiperpnu, batuk. 3) Tanda-
tanda lain seperti demam, drooling, adanya membran putih pada palatum, udem
2. Fase laten.
Berlangsung selama 2-6 minggu, pada fase ini keluhan pasien berkurang,
suhu badan menurun, pasien merasa telah sembuh, sudah dapat menelan dengan
baik, akan tetapi sebenarnya proses masih berjalan dengan membentuk jaringan
parut (sikatriks).
3. Fase kronis.
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk
jaringan parut, sehingga terjadi striktur esofagus. Gejala lain yang bisa timbul
adalah fistula, hipomotilitas saluran cerna, dan peningkatan resiko kanker saluran
cerna.
Hal-hal lain yang menjadi masalah penting dan perlu diperhatikan pada
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas atas, oleh karena itu perlu dijaga
2. Perforasi tidak hanya mengenai esofagus, tetapi dapat juga mengenai lambung,
3. Kehilangan cairan dari muntah, adanya rongga ketiga (third space), dan
4. Pada kasus tertelan asam kuat yang cukup banyak dapat menyebabkan
terjadinya asidosis metabolik, hemolisis, gagal ginjal akut dan kegagalan fungsi
multiorgan.
5. Walaupun pasien dapat selamat dari fase akut, namun pada fase kronis dapat
1. Anamnesis
korosif atau zat organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa
terbakar pada daerah kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga
2. Pemeriksaan Fisik
zat korosif melalui mulut dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan.
Adanya luka bakar keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan
dagu menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat
maupun basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis
koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis
likuifaktif. Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih
29
berat dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi
gambaran keluhan dan gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan
1. Pemeriksaan radiologi
Pada fase akut, foto polos dengan posisi leteral dan postero-anterior dapat
cairan pada pleura, atau gambaran udara bebas di bawah diafragma. Pemeriksaan
yang tidak rata, tapi bisa juga rata, tampak kaku, dan pada umumnya terjadi pada
b. CT-Scan.
2. Pemeriksaan laboratorium.
adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, ureum dan kreatinin untuk
keseimbangan cairan.
jika luka pada bibir, mulut, dan faring sudah tenang. Jika pada waktu melakukan
ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi perforasi. Esofagoskopi juga tidak boleh
dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda perforasi saluran cerna yang jelas,
udem atau nekrosis saluran nafas yang hebat, dan pasien dengan hemodinamik
tidak stabil, dengan alasan meningkatkan resiko terjadinya cedera yang lebih
Derajat luka bakar pada esofagus yang ditemukan pada esofagoskopi dapat
dibagi menjadi:
lesions).
31
• Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan
atau abu-abu.
• Derajat IV : perforasi.
Pemeriksaan ini lebih akurat dalam menilai tingkat kedalaman dari luka
b. Jangan menetralisir dengan cara meminumkan asam atau basa lemah karena
akan menghasilkan reaksi eksotermik yang akan memperparah luka bakar dan
menginduksi muntah.
c. Pada kasus tertelah basa kuat tipe bubuk atau padat, pemberian susu atau air
dalam jumlah yang sedikit sebelum waktu 30 menit akan membantu untuk
menghilangkan zat-zat yang masih menempel pada mukosa mulut atau esofagus.
Sedangkan pada kasus asam kuat atau basa kuat cair pemberian susu atau air
dinding esofagus.
32
pemberian CaCl2 pada pasien yang tertelan zat hidrogen florida dapat mencegah
b. Pengendalian jalan nafas, karena dapat terjadi udem pada jalan nafas, maka
harus siap.
mukosa esofagus yang bisa memperparah derajat luka bakar. Metode bilas
dikontraindikasikan untuk kasus tertelan asam kuat maupun basa kuat karena
resiko perforasi dan aspirasi trakea yang tinggi. Penggunaan naso-gastric tube
(NGT) sangat baik pada kasus tertelan asam kuat karena dapat mencegah
peritonitis.
3. Terapi medikamentosaa.
mengurangi paparan zat asam lambung ke esofagus yang dapat mengurangi resiko
terjadinya striktur.
jaringan.
dalam 24 jam pertama setelah tertelan zat kaustik, pasien harus diberi cairan
perforasi lambung, peritonitis, pneumonia, dan udem laring. Kurang lebih 24 jam
untuk menentukan apakah ada luka bakar di esofagus. Jika terdapat luka bakar
dipulangkan dari rumah sakit dalam 2-3 hari setelah luka bakar pada daerah mulut
dan orofaring cukup membaik dan dapat minum peroral secukupnya. Bila pada
esofagoskopi terdapat luka bakar harus dipasang pipa nasogaster polietilen yang
pertama 200-300 mg sampai hari ke-3, setelah itu diturunkan bertahap setiap 2
penyembuhan mukosa, biasanya selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Segera setelah pasien dapat
menelan cairan, biasanya 3-4 hari setelah kejadian, diberikan antibiotik peroral
jaringan granulasi jangan diberikan dulu sampai ada bukti penyembuhan mukosa
kortikosteroid dihentikan, businasi dimulai. Pada luka bakar berat, pipa untuk
terlampaui. Pipa makanan atau tali harus tetap terpasang pada pasien dengan
3. Pembentukan fistula
French.
5. Pasien yang menolak atau tidak bisa dilakukan businasi dalam jangka
waktulama.
2. Perforasi gastroesofageal.
dan peritonitis.
Prognosa tergantung dari derajat luka bakar yang dialami pasien, serta
jenis zat yang tertelan, lama paparan, Ph, volume, konsentrasi, kemampuannya
antibiotik, dan nutrisi yang efektif, kematian pada umunya disebabkan oleh
multiorgan.
36