Anda di halaman 1dari 15

KONSEP MEDIK PERILAKU KEKERASAN

I. PENGERTIAN
Menurut Patricia D. Barry (1998:140) yang dikutip oleh Yosep (2009) menyatakan perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara dekstruktif.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat
perilaku kekerasan. (Damaiyanti,2008) .

II. PENYEBAB
a. FAKTOR PREDISPOSISI

Ada berapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan. (Yosep, 2009):
1) Teori biologic
a) Neurologic factor, beragam komponen dari system syaraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif.
System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya prilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Genetic factor, adanya factor gen yang diturnkan melalui orang tua, menjadi potensi
prilaku agresif. Menurut riset

kazoo murakami(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi agresif yang
sedang tidur) dan akan bangun jika terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitia
genetic tipe kario XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni prilaku tindak criminal serta
orang-orang yang terlibat prilaku hukum agresif.
c) Cyrcardian Rhytm (irama sirkadian), memegang peranan pada individu. Menurut
penelitan, jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama pada
jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk
bersikap agresif.

1
d) Biochemistry Faktor (factor biokimia tubuh) neurotransmitter di otak (epinephrine,
noripinephrin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam
menyampaikan informasi melalui persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang mengancam atau membahayakan akan di hantar melalui implus
neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui implus neurotransmitter dan
meresponnya melalui serabut an hormonefferent. Peningkatan hormon androgen dan
neropinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadi prilaku agresif.

e) Brain Area Disorder ganguan pada system limbic dan lobus temoral, sindrom otak
orgaik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefpalitis, epilepsy di temukan sagat
berpengaruh terhadap prilaku agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori psikologik
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang .
teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidak puasan fase oral antara usia 0-2 tahun
dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah . perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation, modeling,and imfomation processing theory;
Menurut teori ini prilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang mentolerir
kekerasan . adanya contoh, model dan prilaku yang ditiru dari media atau lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian
beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan
reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan
cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward positif juga ( makin baik
belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka
ternyata masing-masing anak berprilaku sesuai dengan tontonan yang pernah
dialaminya.

c) Learning theory
2
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya . ia
mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan
patut untuk diperhitungkan.

3) Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang receh , sesaji atau kotoran kerbau
dikeraton, serta ritual-ritual yang cendrung mengarah kepada kemusrikan secara tidak langsung
turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan
kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan . hal ini dipicu juga
dengan maraknya demonstrasi , film-film kekerasan , mistik ,tahayul, dan perdukunan dalam
tayangan televisi

4) Aspek religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas , kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syetan
yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal. Semua bentuk kekerasan adalah
bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang
dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus
segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal(ego) dan norma agama(super ego).

b. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan;
- Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi

- Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahakan masalah cendrung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik

- Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang yang dewasa

- Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat atau alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi

3
- Kematian anggota keluarga yang terpenting , kehilangan pekerjaan ,perubahan tahap
perkembangan , atau frustasi terhap perkembangan kelurga. (Yosep,2009)

III. PROSES TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN


Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari- hari yang harus di hadapi setiap individu.
Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. (Beck, Rawlins, williams, 1986, dalam
Keliant,1996).

Berikut ini digambarkan proses kemarahan


Proses terjadinya Perilaku Kekerasan / Amuk

Melihat gambar diatas, bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
Mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah
konstruktif, sedangkan dua cara yanmg lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang

4
akan menimbulkan rasa bermusuhan dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau
agresif dan amuk.

IV. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

asertif frustasi pasif agresif perilaku kekerasn/amuk

- Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan
rasa marahnya atau tidak setuju tanpa menyakti orang lain.
- Frustrasi merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Frustrasi dapat di alami
sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
- Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan marah, yang
sedang dialami.
- Agresif merupakan suatu perilaku yang menyertai marah. Klien mengespresikan secara fisik tapi
masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman
- Kekerasan/amuk merupakan rasa marah dan bermusuhan yang kuat, dan disertai kehilangan
kontrol yang dapat merusak diri,orang lain dan lingkungan
(Riyadi Sujono, 2009 : 114)

V. TANDA DAN GEJALA


1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar- mandir

2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus

3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda atau orang lain
5
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/ agresif

4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, dan berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli
dan kasar
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

VI. PERILAKU
Perubahan perilaku merupakan sebagai tanda awal dari ganguan fisik dan mental. Pengkajiaan
perilaku meliputi ; pendekatan perilaku,Frekuensi,Durasi dari faktor Presipitasi, saat terjadi
perubahan perilaku penting untuk menganalisa pemikiran.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight).
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan saraf otonom beraksi terhadap
sekresi epineprhin yang menyebabkan tekanan darah meningkat , tacicardi, wajah merah,
pupil melebar, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun,pengeluaran urin dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku, dan disertai refleks yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertivenes).
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengespresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif, dan asertif
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya diertai akibat konflik perilaku accting out untuk menarik
perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.

VII. MEKANISME KOPING


Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan meknisme koping yang konstruktif dalam mengespresikan marahnya. Mekanisme
6
koping yang umum digunakan adalah mekanisme koping pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represi, denial, dan reaction formation.
- Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang
tidak begitu berbahaya.
- Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal
- Proyeksi : kemarahan dimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang
lain yang dianggap berkaitan
- Represi : individu merasa seolah olah tidak marah dan tidak kesal. Ia tidak mencoba
menyampaikannya kepada orang terdekat sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan
ditekan sampai ia lupa
- Denial : mengingkari kenyataan.
- Reaction formation : mencegah keinginan yang berbahaya bila ekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN


Pemeberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antara Perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat, 1991). Asuhan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan prose keperawatan yang meliputi 5 tahapan yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaulasi. Masing- masing
berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpiulan data, klasifikasi data, analisa data dan perumusan
masalah atau kebutuhan klien.
1.1 pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual
- Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah, tacicardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urin menibgkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot, seperti rahang terkatiup, tangan
dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat
- Aspek emosional

7
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, frustasi,
dendam,ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.

- Aspek intelektual
Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab marah,
bagaimana informasi di proses, diklaeifikasi, dan diintegrasikan.
- Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi,
marah sering merangsang kemarahan orang. Klien sering kali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehiungga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu tersendiri menjauhkan duiri dari orang
lain, menolak mengikuti aturan.
- Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral, mempengaruhi hubungan individu dan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensip
meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai
berikut :
 Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, sakit fisik,
berkeringat,penyalah gunaan zat, tekanan darah meningkat.
 Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
 Akpek intelektual mendominasi bawel, sartasme, berdebat, meremehkan.
 Aspek sosial : penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

1.2 Klasifikasi data


Data yang didapat pada pengumpulan data, dikelompokan menjadi dua yaitu data subjektif dan
data objektif
- Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini
didapat melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga
- Data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawatt
1.3 Analisa data
Dengan melihat data subjektif dan objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien
dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari
masalah tesebut

8
Pohon masalah/masalah keperawatan (Keliat, 2006)

AKIBAT Resiko Perilaku Kekerasan

MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan/ amuk
PENYEBAB
Gangguan konsep Diri : Harga
Diri Rendah
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari individu,
keluarga atau masyarakat tehadap masalah kesehatan ( Carpenito, 1996 di kutip oleh Keliat,
2006 ). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :

 Perilaku Kekerasan
 Resiko Perilaku kekerasan

 Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Intervensi / rencana tindakan keperawatan


Intervensi / rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa yang
mana membagi karateristik tindakan menjadi ;
 Tindakan konseling / psikoterapeutik.
 Pendidikan kesehatan
 Perawatan mandiri dan aktifitas hidup sehari-hari
 Terapi modalitas keperawatan
 Perawatan berkelanjutan (Continuity – care)
 Tindakan kolaborasi (terapi somatik dan psikofarmaka)
Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pemantauan
(monitoring),terapi keperawatan,pendidkan kesehatan dan tindakan kolaborasi. Tindakn keperawatan

9
mencakup tindakan mandiri Perawat,kerja sam dengan klien,kerja sama dengan keluarga, kerjasama
dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.

Strategi Pelaksanaan

Pasien Keluarga
No
SP1. P SP1. K
1. Mengidentifikasi penyebab PK Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK Menjelaskan pengertian PK, tanda dan
gejala, serta proses terjadinya PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan Menjelaskan cara merawat pasien PK

4. Mengidentifikasi akibat PK

5. Menyebutkan cara mengontrol PK

6. Membantu pasien mempraktekkan


latihan cara mengontrol PK secara fisik 1

7. Menganjurkan pasien memasukkan


dalam kegiatan harian
SP2. P SP2. K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktekkan cara
pasien merawat pasien dengan PK

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan Melatih keluarga melakukan cara


cara fisik 2 merawat langsung kepada pasien PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
SP3. P SP3. K

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal


pasien aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan Menjelaskan follow up pasien setelah
cara verbal pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian

10
SP4. P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan
cara spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
SP5. P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian

Intervensi atau perencanaan merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan
implementasi yang tepat.
3.1 Tujuan Umum
Klien mampu mengekspresiakn rasa marah nya secara efektif
3.2 Tujuan Khusus
Klien dapat menciptakan hubungan saling percara
Tindakan
 Bina hubungan saling percaya : mengungkapkan salam terapeutik, perkenalan diri,
menjelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang , buat kontrak waktu,
tempat dan topik penbijaraan yang jelas
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya
 Ciptakan lingkunga yang aman pada klien dan selalu bersikap empati
Rasional
 Dengan adanya hubungan saling percaya pasien merasa nyaman dan aman saat berintraksi
dengan perawat
Klien mengetahui penyebab marah
Tindakan
 Beri kesempatan untuk menceritakan perasaannya
 Bantu klien untuk mengungkapkan faktor penyebab perasaan jengkel atau kesal
Rasional
 Dengan pengungkapan perasaan klien, dapat di selesaikan masalahnya
Klien mengetahui tanda dan gejala marah
Tindakan
 Anjurkan klien menceritakan rasa marah atu jengkel sesuai dengan apa yang dirasakan

11
 Lihat tanda dan gejala perilaku klien
 Tentukan bersama mengenai masalah uang klien alami
Rasional
 Dengan melihat gejala dan perilaku dapat membantu mengontrol dan membuat tindakan
pada klien
Klien mengetahui respon marahnya
Tindakan
 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan klien baik
verbal pada orang lain,pada lingkungan,bahakan pada diri sendiri.
 Anjurkan klien bermain peran sesuai denagn perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Komunikasi dengan klien tentang respon marahnya
Rasional
 Dengan mengkomunikasikan respon klien, klien mengetahui respon marahnya
Klien dapat mengidentifikasi keuntungan atu kerugian marahnya
Tindakan
 Bicarakan keuntunga dan kerugian dengan perilaku kekerasannya
 Bersama klien memberi simpulan keuntungan dan kerugian marahnya
Rasional
 Menumbuh kembangkan pengetahuan klien keuntungan dan kerugian marahnya.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi tinadakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, Perawat perlu mengvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan oleh klien saat ini ( Here and Now ). Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan tehnikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. ( Keliat, 2006 : 17 )
4.1 Tindakan Keperawatan Pada Emergenci
 Psikofarmaka
 Manajemen krisis:
 Pembatasan gerak
 Pengekangan fisik

4.2 Tindakan keperawatan untuk Pasien


a. Tujaan
o Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
o Pasien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan
o Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya
o Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekersannya
o Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,spiritual,sosial dan
dengan terpai phisikofarmaka
12
b. Tindakan
o Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
o Diskusikan persaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara pshikologi
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
o Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa di lakukan pada saat
marah secara verbal, terhadap orang lain,terhadap diri sendiri,terhadap lingkungan.
o Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
o Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik,obat,sossial atau verbal dan spiritual.
o Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ; Latihan nafas dalam dan pukul
kasur bantal,susn jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal.
o Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosila atu verbal ;
 Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal ; menolak dengan baik,meminta
dengan baik,mengunkapkan perasaan dengan baik.
o Susun jadwal latihan mengkupkan marah secara verbal.
o Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
 Diskusikan Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial atau
verbal.
 Latihan shalat atau berdoa
 Buat jadwal latihan shalat atau berdoa
o Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar ( benar
nama pasien,benar nama obat,benar cara minum obat,benar waktu minum
obat,benar dosis obat ) di sertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat.
 Susun jadwal minum obat secara teratur
4.2. Tinadakan keperawatan Untuk Keluarga
a. Tujuan.
 Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
 Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan ( penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut )
 Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
 Anjurkan keluarga untuk memotifasi pasien melakukan tindakan yang telah
di ajarkan oleh perawat
 Ajarka keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat

13
 Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus di lakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
 Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera di
laporkan kepada perawat seperti melempar atau memukul benda atau orang lain.

5. EVALUASI
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua yaitu; Evaluasi proses/formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil/sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respons klien dan tujuan khusus seta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
S : Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur
dengan menanyakan ; “ Bagaimana perasaan anda setelah latihan napas dalam? “
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur
dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan
kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi.
A : Analaisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.
Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari
tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh Perawat.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien :


a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan dan akibat dari poerilaku kekerasan yang dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal :
 Secara fisik, secara sosial atau verbal, secara spiritual, dengan terapi pshikofarmaka.
Evaluasi yang dilakukan pada Keluarga :
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c. Keluarga mampu memotifasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan
d. Keluarga mapu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus di laporkan pada Perawat
6. TERAPIK
Tearapi Medik
Pasien melakukan kekerasan di tenangkan dengan sedative atu anti pshikotik yang sesuai, seperti ;
Diazepam ( Valium ) 5 – 10 mg, Lorazepam ( Ativan ) 2 – 4 mg di berikan dengan cara intravena.

Terapi aktivitas kelompok (TAK)


Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk klien dengan PK adalah:
14
TAK STIMULASI PERSEPSI
Sesi I : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Sesi II : mencegah perilaku kekerasan fisik
Sesi III : Mencegah perilaku kekerasan social
Sesi IV : Mencegah perilaku kekerasan spiritual
Sesi V :Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi ana, 2005, Modul BC-CMHN.


Riyadi Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan Jiwa , Graha Medika
Kusumawati, farida, 2010, Buku Ajar Kerperawatn Jiwa, Salemba Medika
Suliswati, 2005,. Konsep dasar Keperawatn kesehatan Jiwa, EGC. Jakarta.
Damaiyanti,Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktek Keperawatan. Refika Aditama.
Jakarta
Keliat, Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. EGC. Jakarta
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung
File;///D: Asuhan- Keperawatan- pada- klien -dengan –htm, 20 ;00., tanggal 03 05 2011
File; /// D:/ Askep Perilakuu Kekerasan, 20;00 tanggal 03-05-2011

15

Anda mungkin juga menyukai