Perilaku Kekerasan
Perilaku Kekerasan
I. PENGERTIAN
Menurut Patricia D. Barry (1998:140) yang dikutip oleh Yosep (2009) menyatakan perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara dekstruktif.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat
perilaku kekerasan. (Damaiyanti,2008) .
II. PENYEBAB
a. FAKTOR PREDISPOSISI
Ada berapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan. (Yosep, 2009):
1) Teori biologic
a) Neurologic factor, beragam komponen dari system syaraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif.
System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya prilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Genetic factor, adanya factor gen yang diturnkan melalui orang tua, menjadi potensi
prilaku agresif. Menurut riset
kazoo murakami(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi agresif yang
sedang tidur) dan akan bangun jika terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitia
genetic tipe kario XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni prilaku tindak criminal serta
orang-orang yang terlibat prilaku hukum agresif.
c) Cyrcardian Rhytm (irama sirkadian), memegang peranan pada individu. Menurut
penelitan, jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama pada
jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk
bersikap agresif.
1
d) Biochemistry Faktor (factor biokimia tubuh) neurotransmitter di otak (epinephrine,
noripinephrin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam
menyampaikan informasi melalui persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang mengancam atau membahayakan akan di hantar melalui implus
neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui implus neurotransmitter dan
meresponnya melalui serabut an hormonefferent. Peningkatan hormon androgen dan
neropinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadi prilaku agresif.
e) Brain Area Disorder ganguan pada system limbic dan lobus temoral, sindrom otak
orgaik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefpalitis, epilepsy di temukan sagat
berpengaruh terhadap prilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori psikologik
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang .
teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidak puasan fase oral antara usia 0-2 tahun
dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah . perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation, modeling,and imfomation processing theory;
Menurut teori ini prilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang mentolerir
kekerasan . adanya contoh, model dan prilaku yang ditiru dari media atau lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian
beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan
reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan
cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward positif juga ( makin baik
belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka
ternyata masing-masing anak berprilaku sesuai dengan tontonan yang pernah
dialaminya.
c) Learning theory
2
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya . ia
mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan
patut untuk diperhitungkan.
3) Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang receh , sesaji atau kotoran kerbau
dikeraton, serta ritual-ritual yang cendrung mengarah kepada kemusrikan secara tidak langsung
turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan
kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan . hal ini dipicu juga
dengan maraknya demonstrasi , film-film kekerasan , mistik ,tahayul, dan perdukunan dalam
tayangan televisi
4) Aspek religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas , kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syetan
yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal. Semua bentuk kekerasan adalah
bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang
dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus
segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal(ego) dan norma agama(super ego).
b. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan;
- Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi
- Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahakan masalah cendrung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
- Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang yang dewasa
- Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat atau alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi
3
- Kematian anggota keluarga yang terpenting , kehilangan pekerjaan ,perubahan tahap
perkembangan , atau frustasi terhap perkembangan kelurga. (Yosep,2009)
Melihat gambar diatas, bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
Mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah
konstruktif, sedangkan dua cara yanmg lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang
4
akan menimbulkan rasa bermusuhan dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau
agresif dan amuk.
Adaptif Maladaptif
- Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan
rasa marahnya atau tidak setuju tanpa menyakti orang lain.
- Frustrasi merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Frustrasi dapat di alami
sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
- Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan marah, yang
sedang dialami.
- Agresif merupakan suatu perilaku yang menyertai marah. Klien mengespresikan secara fisik tapi
masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman
- Kekerasan/amuk merupakan rasa marah dan bermusuhan yang kuat, dan disertai kehilangan
kontrol yang dapat merusak diri,orang lain dan lingkungan
(Riyadi Sujono, 2009 : 114)
2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda atau orang lain
5
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/ agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, dan berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli
dan kasar
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
VI. PERILAKU
Perubahan perilaku merupakan sebagai tanda awal dari ganguan fisik dan mental. Pengkajiaan
perilaku meliputi ; pendekatan perilaku,Frekuensi,Durasi dari faktor Presipitasi, saat terjadi
perubahan perilaku penting untuk menganalisa pemikiran.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight).
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan saraf otonom beraksi terhadap
sekresi epineprhin yang menyebabkan tekanan darah meningkat , tacicardi, wajah merah,
pupil melebar, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun,pengeluaran urin dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku, dan disertai refleks yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertivenes).
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengespresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif, dan asertif
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya diertai akibat konflik perilaku accting out untuk menarik
perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.
7
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, frustasi,
dendam,ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
- Aspek intelektual
Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab marah,
bagaimana informasi di proses, diklaeifikasi, dan diintegrasikan.
- Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi,
marah sering merangsang kemarahan orang. Klien sering kali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehiungga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu tersendiri menjauhkan duiri dari orang
lain, menolak mengikuti aturan.
- Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral, mempengaruhi hubungan individu dan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensip
meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai
berikut :
Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, sakit fisik,
berkeringat,penyalah gunaan zat, tekanan darah meningkat.
Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
Akpek intelektual mendominasi bawel, sartasme, berdebat, meremehkan.
Aspek sosial : penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
8
Pohon masalah/masalah keperawatan (Keliat, 2006)
MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan/ amuk
PENYEBAB
Gangguan konsep Diri : Harga
Diri Rendah
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari individu,
keluarga atau masyarakat tehadap masalah kesehatan ( Carpenito, 1996 di kutip oleh Keliat,
2006 ). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :
Perilaku Kekerasan
Resiko Perilaku kekerasan
9
mencakup tindakan mandiri Perawat,kerja sam dengan klien,kerja sama dengan keluarga, kerjasama
dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.
Strategi Pelaksanaan
Pasien Keluarga
No
SP1. P SP1. K
1. Mengidentifikasi penyebab PK Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK Menjelaskan pengertian PK, tanda dan
gejala, serta proses terjadinya PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan Menjelaskan cara merawat pasien PK
4. Mengidentifikasi akibat PK
10
SP4. P
Intervensi atau perencanaan merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan
implementasi yang tepat.
3.1 Tujuan Umum
Klien mampu mengekspresiakn rasa marah nya secara efektif
3.2 Tujuan Khusus
Klien dapat menciptakan hubungan saling percara
Tindakan
Bina hubungan saling percaya : mengungkapkan salam terapeutik, perkenalan diri,
menjelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang , buat kontrak waktu,
tempat dan topik penbijaraan yang jelas
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya
Ciptakan lingkunga yang aman pada klien dan selalu bersikap empati
Rasional
Dengan adanya hubungan saling percaya pasien merasa nyaman dan aman saat berintraksi
dengan perawat
Klien mengetahui penyebab marah
Tindakan
Beri kesempatan untuk menceritakan perasaannya
Bantu klien untuk mengungkapkan faktor penyebab perasaan jengkel atau kesal
Rasional
Dengan pengungkapan perasaan klien, dapat di selesaikan masalahnya
Klien mengetahui tanda dan gejala marah
Tindakan
Anjurkan klien menceritakan rasa marah atu jengkel sesuai dengan apa yang dirasakan
11
Lihat tanda dan gejala perilaku klien
Tentukan bersama mengenai masalah uang klien alami
Rasional
Dengan melihat gejala dan perilaku dapat membantu mengontrol dan membuat tindakan
pada klien
Klien mengetahui respon marahnya
Tindakan
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan klien baik
verbal pada orang lain,pada lingkungan,bahakan pada diri sendiri.
Anjurkan klien bermain peran sesuai denagn perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Komunikasi dengan klien tentang respon marahnya
Rasional
Dengan mengkomunikasikan respon klien, klien mengetahui respon marahnya
Klien dapat mengidentifikasi keuntungan atu kerugian marahnya
Tindakan
Bicarakan keuntunga dan kerugian dengan perilaku kekerasannya
Bersama klien memberi simpulan keuntungan dan kerugian marahnya
Rasional
Menumbuh kembangkan pengetahuan klien keuntungan dan kerugian marahnya.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi tinadakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, Perawat perlu mengvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan oleh klien saat ini ( Here and Now ). Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan tehnikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. ( Keliat, 2006 : 17 )
4.1 Tindakan Keperawatan Pada Emergenci
Psikofarmaka
Manajemen krisis:
Pembatasan gerak
Pengekangan fisik
13
Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus di lakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera di
laporkan kepada perawat seperti melempar atau memukul benda atau orang lain.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua yaitu; Evaluasi proses/formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil/sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respons klien dan tujuan khusus seta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
S : Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur
dengan menanyakan ; “ Bagaimana perasaan anda setelah latihan napas dalam? “
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur
dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan
kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi.
A : Analaisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.
Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari
tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh Perawat.
DAFTAR PUSTAKA
15