Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perawat menyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-

kultural dan spiritual yang utuh berespon terhadap suatu perubahan

yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan

penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi

kebutuhan secara holistik dan unik diperlukan pendekatan yang

komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien.


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional

mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan

yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan

dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-

psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan

unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.

Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak biasa

terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari

interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya membantu

memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan

menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak


2

mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid,

2000).
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang

maha kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk

mempertahankan atau memgembalikan keyakinan dan memenuhi

kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau

pengampunan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang

dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan

sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin dekat,

mengingat seseorang dalam keadaan sakit menjadi lemah dalam

segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari

kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam pelayanan kesehatan,

perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama

dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu

memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi,

pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat

keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan di mana

kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan

kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek

spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat

pasien dalam proses penyambuhan (Asmadi, 2008).


Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyarang seseorang,

kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan

atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama


3

penyakit atau kehilangan misalnya saja individu sering menjadi

kurang mampu untuk merawat diri meraka dan lebih bergantung pada

orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distress spiritual dapat

berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa

yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang

merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin

mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan

tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna

hidup. Dengan jelas kemampuan perawat untuk mendapat gambaran

tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin dibatasi oleh

lingkungan di mana orang tersebut mempraktekan spiritualnya. Hal ini

benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas dengan klien

dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah bukan

jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar

perawat mengintegrasikan perawatan spiritual ke dalam proses

keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup

waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut

untuk kesehatan klien (Potter & Perry, 2005).


Hanson et al (2008) menyatakan, dalam suatu penelitian sekitar 41-94%

pasien menginginkan tenaga kesehatan menanyakan tentang kebutuhan spiritual

mereka. Hasil suatu studi wawancara menunjukkan bahwa spiritual yang kuat dan

koping religius mempunyai hubungan dengan support social yang baik, sedikitnya

beban psikologis, mempunyai kesehatan fisik yang baik dan kualitas hidup yang

lebih baik pula.


4

Pasien sangat mungkin memiliki masalah psikososial atau keadaan yang

mengancam status kesehatannya seperti cemas menghadapi operasi, atau

hubungan yang kurang mendukung dengan kerabat. Untuk mempertahankan atau

meningkatkan kesehatan pasien, perawat sebaiknya memperhatikan semua aspek

yang ada dalam diri pasien. Pendekatan holistik memberikan perhatian pada fungsi

spiritual pasien yang akan mempengaruhi keadaan sejahtera pasien. Individu

dikuatkan melalui “spirit” mereka, yang mengakibatkan peralihan ke arah

kesejahteraan. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting selama periode

sakit. Ketika sakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi seseorang, energi orang

tersebut menipis, dan spirit orang tersebut akan terpengaruhi (Potter & Perry,

2005).
Asuhan spiritual mempunyai tujuan yang sama dengan perawatan aspek

lainnya. Sama halnya dengan asuhan keperawatan, penggunanan terapeutik proses

keperawatan penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Rieg, 2006).

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian

dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang

dilakukan secara sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang

diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.
Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda merupakan rumah

sakit milik Pemerintah Kota yang ada di Samarinda, dengan jumlah

rata-rata pasien rawat inap selama 3 bulan terakhir dari bulan Januari

sampai dengan bulan Maret 2015 berjumlah 133 orang (Registrasi

Rekam Medis Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda)


5

Dalam wawancara yang dilakukan dengan pasien yang dirawat di Rumah Sakit

Inche Abdul Moeis Samarinda menyatakan bahwa lebih dari 70% pasien

percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa

dan berzikir dapat membantu proses penyembuhan penyakit,

sementara itu lebih dari 30% pasien menyatakan bahwa hendaknya

dokter memberikan terapi psikoreligius, doa dan dzikir. Dari survey ini

terungkap bahwa sebenarnya pasien membutuhkan terapi

keagamaan selain terapi dengan obat-obatan dan tindakan medis

lainnya.
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di didapatkan bahwa

rumah sakit telah memiliki perangkat pendukung untuk pelaksanaan

pemenuhan kebutuhan spiritual kepada pasien berupa kerangka

Acuan Bimbingan Rohani. Setelah peneliti melakukan wawancara

terhadap beberapa pasien yang dirawat, mereka mengatakan

perawat belum membantu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien yang akan menjalani masa rawat inap sesuai dengan

kemampuannya sendiri. Perawat lebih mengandalkan tugas tersebut

kepada tim asuhan rohani daripada melakukannya sendiri.


Berdasarkan fenomena di atas dapat diketahui bahwa peran

perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang di

rawat inap masih belum bisa dilaksanakan secara optimal oleh

perawat dan masih belum jelas. Peneliti ingin mengetahui “Hubungan

Peran Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda.


B. Rumusan Masalah
6

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan

Peran Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda ?”


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran

perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien

rawat inap Di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda


2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden yaitu umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir di ruang rawat inap di Rumah

Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda


b. Mengidentifikasi peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien rawat inap di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis

Samarinda
c. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spritual pasien rawat

inap di di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda


d. Menganalisis hubungan peran perawat dengan pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di Rumah Sakit

Inche Abdul Moeis Samarinda


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klien
Untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan

kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien

secara komprehensif dan berkesinambungan.


2. Bagi Ilmu Keperawatan / Profesi
a. Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi

keperawatan.
7

b. Masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian

terkait untuk menentukan kebijakan dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan kesehatan individu.


3. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan atau sumber data

bagi peneliti lain yang memerlukan masukan berupa data

atau pengembangan penelitian dengan judul yang sama demi

kesempurnaan penelitian ini.


b. Sebagai sumber informasi pada institusi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Samarinda agar dijadikan

dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti

selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga terhadap peneliti dalam rangka

menambah wawasan keilmuan.


E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berhubungan dengan penelitian

ini adalah :
1. Idianola (2009) dengan judul penelitian “Hubungan Kecerdasan Spiritual

Perawat dengan Kompetensi Perawat dalam Asuhan Spiritual Pasien di Ruang

Rawat Intensif RS. Dr. M. Djamil Padang”. Desain penelitian yang digunakan

cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat di ruang rawat intensif RS.

DR. M. Djamil Padang yaitu ruang CVCU, HCU Irna B, HCU Irna C. Teknik

pengambilan sampel yaitu total sampling yang berjumlah 51 perawat.

Instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengolahan dan analisa data dilakukan

secara univariat dan bivariat serta diuji dengan uji korelasi Spearman.
2. Utomo (2011) dengan judul penelitian “Hubungan Spiritualitas Perawat

terhadap Perilaku Caring Perawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong”.


8

Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif non experimental dengan

pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling

77 orang responden. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat

menggunakan uji Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara spiritualitas terhadap perilaku caring

perawat kepada pasien di RS PKU Muhammadiyah Gombong.


Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang berjudul

“Hubungan Peran Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada

Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Inche Abdul Moeis Samarinda”,

dimana penelitian ini memiliki persaman dan perbedaan dengan

sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan metode yang sama yaitu

cross sectional dan sampel yaitu pasien yang dirawat, sedangkan perbedaan dalam

panelitian ini adalah penelitian ini menggunakan salah satu variabel yang berbeda, pada

analisa data menggunakan analisa univariat yang menggunakan frekuensi, analisa

bivariat menggunakan chi square.

Anda mungkin juga menyukai