Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Mual dan muntah pada kehamilan adalah gejala awal kehamilan

umumnnya. Hampir 80% wanita hamil mengalami keluhan mual dan muntah atau

emesis gravidarum. Emesis gravidarum adalah mual dan muntah yang dikeluhkan

terus melewati 20 minggu pertama kehamilan, tidak mengganggu aktivitas sehari-

hari, tidak menimbulkan komplikasi patologis. Hiperemesis gravidarum adalah

muntah dan mual dalam kehamilan dimana telah terjadi ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit dan defisiensi nutrisi. Batasan untuk hiperemesis gravidarum yaitu

telah terjadi episode muntah lebih dari 3 episode muntah setiap hari dengan

ketonuria dan kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram atau 5% dari berat

badan. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang

dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan

umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi,

dan terdapat aseton dalam urin.1,3,6

B. INSIDENSI

Di United States, hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,5 – 2%

kehamilan. Dari penelitian ditemukan angka kejadian 0,8% untuk hiperemesis

gravidarum dan rata-rata 1,3% yang dirawat dirumah sakit dengan rata-rata

perawatan 2-4 hari.6

3
Sebelum ditemukan rehidrasi intravena, hiperemesis adalah penyebab

mayor kematian ibu. Saat ini kematian karena kasus ini sangat jarang tetapi angka

morbidity termasuk Wernicke encephalopathy karena defisiensi vitamin B1,

Mallory-Weiss tears, ruptur esophagus,pneumothorax, dan acute tubular necrosis.

Hiperemesis adalah penyebab kedua rawat inap dalam kehamilan setelah

kehamilan preterm.6

Faktor resiko hiperemesis gravidarum termasuk kehamilan ganda atau

gemelli, primigravida, obesitas, gangguan metabolik, riwayat hiperemesis

gravidarum pada kehamilan sebelumnya, kelainan trofoblastic, kelainan psikologi

(anorexia nervosa atau bulimia).1

C. ETIOPATOGENESIS

Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan jelas

meskipun beberapa faktor biologi, psikologi, dan sosiokultural yang dapat

berkontribusi sebagai penyebab. Teori lain juga mengatakan bahwa muntah dan

mual dalam kehamilan mungkin merupakan sebuah evolusi adaptasi untuk

mencegah intake makanan yang berpotensial memiliki racun. Seperti substansi

berbahaya berupa mikroorganisme dalam daging atau toxin dalam sayur-sayuran.

Dengan menghindari terkonsumsinya komponen toksik tersebut, maka dianggap

embrio terlindung dari keguguran. Namun, hipotesis mengenai faktor endokrin

adalah penyebab primer yang paling sering dikutip. 1,3,7

4
1. Human Chorionic gonadotrophin (HCG)

HCG adalah faktor endokrin yang berpengaruh pada hiperemesis

gravidarum. Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara produksi HCG (pada

pasien mola dan gemeli) dan fakta bahwa insiden hiperemesis paling tinggi terjadi

pada saat puncak produksi HCG selama kehamilan (sekitar 9 minggu). Bagaimana

HCG dapat menyebabkan HG masih belum jelas, namun diperkirakan mekanisme

termasuk efek merangsang proses sekresi pada saluran pencernaan bagian atas

(GIT) atau dengan menstimulasi fungsi tiroid karena kesamaan struktural dengan

thyroidstimulating Hormon (TSH).7

Keragaman dalam metode assay dalam mengetahui tingkat HCG telah

digunakan untuk membandingkan kadar HCG antara pasien HG dan kontrol, dan

HCG assay dapat membedakan dengan jelas melalui kemampuannya untuk

mendeteksi subunit, isoform atau metabolit HCG. Sebuah penjelasan yang

berbeda untuk temuan yang tidak konsisten dari peninggian kadar HCG pada

pasien HG adalah bahwa HG tidak hanya disebabkan oleh peningkatan kadar

HCG tapi isoform HCG spesifik dapat menyebabkan HG. Teori ini telah

didukung oleh temuan bahwa pasien HG ditampilkan konsentrasi HCG meningkat

lebih ph asam (pH <4) dari kisaran pH chromatofocusing dibandingkan yang

terlihatpada subyek kontrol.Penelitian terkini menunjukkan hubungan antaraHG

dan kadar HCG yang tinggi, namun peran HCG dalampatogenesis HG masih

belum jelas. Perawatan harus dilakukan dalammenyimpulkan bahwa hubungan

kausal karena kondisi lainterkait dengan tingkat HCG yang tinggi, seperti

koriokarsinoma, tidak menyebabkan mual dan muntah, dan banyak hamilwanita

5
dengan kadar HCG yang tinggi tidak menderita HG. Selain itu,proporsi besar

pasien dengan HG di mana gejalaberlanjut setelah trimester pertama ketika kadar

HCG yang telah turun,dan juga pengamatan bahwa pemberian HCG sebagai fase

lutealmendukung atau untuk memicu pematangan oosit tidak menimbulkan

gejalaatau naik HG atau mual muntah, mengurangi terhadap hipotesisHCG

sebagai satu-satunya faktor dalam etiologi HG.1,3,7

Gambar 1.Hubunganpeningkatangejalamualdanmuntahdengan level Human

Chorionic Gonadotropin (HCG)4

2. Progesteron

Karena aktivitas hormonal korpus luteum meningkat pada trimester awal

ketika hiperemesis umumnya muncul, peneliti mencari hubungan antara

hiperemesis dan level progesteron. Progesteron diduga menyebabkan mual dan

muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot

polos lambung. 1,3

6
3. Estrogen

Estrogen memiliki efek pada beberapa mekanisme yaitu dapat memodulasi

beberapa faktor penyebab hiperemesis.Estrogen memiliki beberapa mekanisme

yang bisa memodulasi faktor yang menyebabkan HG. Tingkat estrogen yang

tinggi menyebabkan waktu transit usus dan pengosongan lambung lebih lambat,

dan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan oleh hormon

steroid tinggi. PergeseranpH dalam GIT dapat menyebabkan manifestasi subklinis

dari Infeksi Helicobacter pylori, yang dapat berhubungan dengan gejala sistem

pencernaan.1,3,7

4. Tiroid

Karena kesamaan struktural dengan TSH, meningkatnya kadar HCG

dapat menyebabkan stimulasi berlebihan hormon kelenjar tiroid. Ia

mengemukakan bahwa insiden tinggi hipertiroidisme transien pada pasien HG

disebabkan oleh peningkatan sirkulasi kadar HCG, reseptor hormon tiroid

hipersensitif terhadap HCG atau produksi jenis HCG yang lebih potensial untuk

merangsang kelenjar tiroid. Selama kadar HCG puncak pada kehamilan normal,

kadar TSH serum turun dan merupakan bayangan dari gambaran puncak HCG,

kadar triiodothyronine dan T4 bebas meningkat secara signifikan pada saat ini.

Temuan ini mengindisikan bahwa HCG memainkan peran penting dalam

menyebabkan hipertiroidisme dan didukung dengan ditemukannya hiperstimulasi

tiroid dalam kasus kehamilan mola dan gemmeli, yakni kondisi yang berhubungan

dengan kadar HCG tinggi.7

7
Dalam studi lanjutan, pasien HG dengan hipertiroidisme yang lebih

cenderung memiliki kadar elektrolit yang abnormal, peningkatan kadar enzim hati

dan muntah yang lebih parah.7

Bukti mendukung hubungan antara kadar HCG dan kehamilan

tirotoksikosis transien,tetapi peran yang tepat dalam HG, bagaimanapun,masih

belum jelas. Apakah tingkat HCG dapat berpartisipasi dalam memicu terjadinya

muntah atau menjadi konsekuensi paralel dari hipersekresi HCG masih belum

diketahui. Penyebab lain hipertiroidisme seperti penyakit Graves 'tidak

menimbulkan gejala HG. Selain itu, hipertiroidisme lebih sering terjadi tetapi

tidak eksklusif hanya pada pasien HG, dan banyak pasien HG tidak menderita

hipertiroidisme.7

5. Infeksi Helicobacter pylori

Peningkatan insidens infeksi Helicobacter Pylori ditemukan pada pasien

HG dan sehingga hal ini menjadi kandidat salah satu faktor etiologi HG. Pada

total sebelas penelitian case control prospektif, 5 di antaranya adalah kontrol,

insidens Infeksi Helicobacter pylori pada pasien HG diukur, sebagian besar

menunjukkan secara signifikan peningkatan laju infeksi pada pasien HG daripada

kelompok kontrol.Hanya satu penelitian menggunakan pemeriksaan histologi

biopsi mukosa, dianggap sebagai standar emas untuk pemeriksaan infeksi

H.pylori,sebagai alat diagnostik. Dalam studi ini, 95% dari semua pasien HG diuji

positif untuk H. pylori dibandingkan dengan 50% pada kelompok kontrol. Mereka

juga menemukan secara signifikan densitas H. Pylori yang lebih tinggi pada

8
antrum dan corpus lambung pada pasien HG. DensitasH. Pylori berkorelasi

dengan derajat keparahan gejaladan mungkin menjadi sebuah penjelasan untuk

perbedaan antara 'Morning sickness' biasa dan HG yang parah. Infeksi

Helicobacter pylori pada wanita hamil bisadisebabkan oleh perubahan pH

lambung atau perubahan sistem kekebalan tubuh yang berhubungan dengan

kehamilan. Sebuah manifestasi subklinis Infeksi H. Pyloridapat terjadi akibat

perubahan pH lambung karenapeningkatan akumulasi cairan yang disebabkan

oleh peningkatan hormon steroid pada wanita hamil. Perubahanimunitas humoral

dan selular selama kehamilan bisa menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap

infeksi H. pylori pada kehamilan,hal ini ini mungkin yang lebih cocok pada

pasien HG.7

Hipotesis bahwa kerentanan terhadap H. Pylori yang merupakan hal

sekunder terhadap kadar steroid atau perubahan dalam sistem kekebalan tubuh

tidak memberikan penjelasan yang memuaskan. Jika infeksi berkaitan secara

kausal dengan hormon steroid tinggi, efek ini akan paling menonjolpada akhir

kehamilan, sedangkan fungsi kekebalan akan diaktifkan pada pasien HG dan tidak

mungkinmenyebabkan kerentanan lebih besar terhadap infeksi. Tampaknya lebih

mungkin bahwa jika kerusakan pada GIT terjadi akibat muntah yang berlebihan

meningkatkan kerentananterhadap infeksi H.pylori subklinis.7

9
Gambar 2.Hipotesisefeendokrinologidalam pathogenesis hyperemesis

gravidarum7

6. Penyebab Psikologi

Secara historis, muntah pada wanita hamil dianggap mewakili berbagai

konflik psikologi. Mual dan muntah diyakini hasil penolakan terhadap keamilan

atau ketidaksiapan untuk menjadi seorang ibu akibat kepribadian yang tidak

dewasa, kecemasan dan tekanan yang dialami selama kehamilan.7

Hipotesis lain mengemukakan bahwa hiperemesi gravidarum digambarkan

dengan gejala histeria atau depresi. Hiperemesis gravidarum dapat menajdi hasil

dari stres psikogenik, kemiskinan dan konflik perkawinan.7

10
Peneliti telah menemukan dukungan untuk patogenesis ini karena penyebab

biologis yang belum jelas dan memberikan penjelasan yang memuaskan, dimana

ditemukan adanya penurunan angka kejadian muntah setelah pasien masuk di

rumah sakit jauh dari pengaruh keluarga dan tanggung jawab. Peneliti lain

menolak teori ini dan menytakan bahwa gejala psikologi adalah hasil dari stres

dan hanya beban fisik dari hiperemesis bukan penyebab.7

D. KLASIFIKASI

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:3,8

a. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan

minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar

makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi

meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata

cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih

normal.

b. Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus

hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah

sistoik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus,

aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

11
c. Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah

gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti tetapi

dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan

proteinuria.

E. GEJALA KLINIS

Gejala klinis biasanya tidak spesifik dan sangat penting untuk

membedakan dengan penyebab mual dan muntah lainnya. Termasuk didalamnya

ulserasi peptic, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid, obstruksi gastrointestinal

dan adrenocortical insufficiency. Onset gejala yang dimulai pada kehamilan diatas

10 minggu adalah tipe dari mual dan muntah dalam kehamilan dan setelah

menyingkirkan penyakit-penyakit diatas.1

Gejala mual dan muntah dalam kehamilan hanya memiliki sedikit gejala

pendukung selain pasien merasa lelah. Pirexia, sakit perut, sakit kepala atau tanda

neurologi lainnya biasanya mengarah ke penyebab lain, meskipun dalam kasus

yang jarang mengarah pada mual muntah yang lama atau berkepanjangan

contohnya dalam kasus Wernickee’s encephalopathy atau central pontine

myelinolysis.1

Gejala lain yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat

badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan

takikardi. 1 Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia,

dan peningkatan hematokrit.

12
F. DIAGNOSIS

Diagnosis pasien hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2

a) Riwayat: biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat

berlanjut selama kehamilan.4

b) Tanda dan gejala: 3.4,5

1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-

hari terganggu

2. Mual dan muntah yang sering kali

3. Perasaan tenggorokan kering dan haus

4. Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi)

5. Berat badan turun dengan cepat

6. Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)

7. Hipersalivasi (saliva berlebihan)

8. Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus, dan

gangguan saraf

9. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah

menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan

kesadaran.

10. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan

menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai

besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada

pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.

13
11. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan

kehamilan dan kemungkinan adanya kehamilan kembar

ataupun kehamilan molahidatidosa.

c) Uji laboratorium 12

Pemeriksaan labor pada hiperemesis gravidarum meliputi hal-

hal sebagai berikut:

1. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin

2. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk

mengevaluasi adanya hiponatremia dan hipokalemia,

mengetahui adanya hipokloremia, asidosis dan alkalosis

metabolik, serta menilai fungsi ginjal dan kadar

volume.12,

3. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar

transaminase yang dapat terjadi pada 50% kasus

hiperemesis gravidarum. Transaminase ringan ini sering

menyebabkan mual. Pada HEG terjadi peningkatan

Aspartate Aminotranseferase dan Alanine Amino

Transferase, bilirubin.

4. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat

sekitar 10% pada pasien hiperemesis gravidarum.

Kombinasi kadar enzim amylase dan lipase yang

meningkat, jika dicurigai pancreatitis.

14
5. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum

sering dikaitkan terhadap keadaan transien hipertiroid dan

menekan kadar TSH pada 50-60% kasus.12,

6. Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama

kehamilan jika dicurigai pielonefritis dan dapat

dihubungkan dengan mual dan muntah.12,

7. Kadar kalsium: pada beberapa kasus yang jarang terjadi

dilaporkan bahwa hiperkalsemi berhubungan dengan

hiperemesis gravidarum.12

8. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan

hematokrit, keton dan proteinuria.

G. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan

mempunyai gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa

penyakit tersebut antara lain:

a) Appendicitis akut.

Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan

perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa

appendicitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-

tanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan

hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.

15
b) Ketoasidosis diabetes.

Pasien dicurigai menderita ketoasidpasienis diabetes jika sebelum

hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat

hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan

kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula

darah, dan pemeriksaan gas darah.

c) Gastritis dan ulkus peptikum.

Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien

mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering

menggunakan NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat

membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus

peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis

gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat.

Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-

muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis

gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.

d) Hepatitis.

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat

biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai

peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT)

dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata.

Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum

tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak

16
menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang

sudah menderita hepatitis.

e) Pankreatitis akut

Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum

alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium,

kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat

menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan

menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase

dapat membantu menegakkan diagnpasienis.

f) Tumor serebri.

Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah

yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang

terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula

disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil

sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.

H. KOMPLIKASI

Hiperemesis graviarum dapat menyebabkan komplikasi yang ringan dan

buruk. Berat badan menurun, dehidrasi, asidosis metabolik, alkalosis,

hypokalemia, kelemahan otot, EKG yang abnormal, tetani, dan gangguan

psikologi dapat dimasukkan dalam komplikasi yang ringan. Komplikasi yang

mengancam hidup yaitu ruptur esofagus karena muntah yang berat, wernicke’s

encephalopathy, central pontine myelinolysis, retinal haemorrhage, kerusakan

17
ginjal, spontan pneumomediastinum, intrauterin growth retardation, dan

kematian janin.5

Hiperemesis gravidarum yang berat dapat menyebabkan persediaan

karbohidrat habis dan tidak memadai untuk mempertahankan tingkat glukosa

darah. ketika hal ini terjadi maka tubuh akan berespon dengan cara

glukoneogenesis yaitu dengan membentuk glukosa selain dari karbohidrat yaitu

dari lemak dan protein. Produk sampingan dari glukoneogenesis ini adalah benda

keton yang bila berlebih dapat ditemukan pada darah dan urin.8

I. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan

dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu prpasienes yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-

kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan

hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari

dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang

berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur

hendaknya dapat teratur.1,2,3

J. PENATALAKSANAAN

a) Tata Laksana Awal

Pasien hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi berat atau ketonuria

harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium

klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48

18
jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Volume dan penggantian

elektrolit (setidaknya 3 L per hari), perbaikan elektrolit potensial, vitamin dan

nutrisi parenteral berupa karbohidrat dan asam amino solution disarankan. Cairan

dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi

vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.

Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan

didapatkan perbaikan hasil laboratorium.2,3,4,5,6,9

b) Pengaturan Diet

Pada pengaturan diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum

disarankan untuk minum sedikit namun frekuensi sering. Selain itu dianjurkan

pula untuk mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil

tetapi sering. Waktu bangun pagi disarankan makan roti kering atau biskuit

dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya

dihindarkan. Pada suatu penelitian crossover yag melibatkan 14 ibu hamil dengan

muntah, makanan dengan komposisi protein leih banyak menurunkan muntah

lebih baik daripada makanan dengan jumlah yang sama yang mengandung kalori

dari karbohidrat dan lemak atau makanan nonkalori. 1,2,10

c) Terapi Farmakologi

Sekitar 10% dari wanita yang hamil yang mengalami mual muntah

membutuhkan pengobatan. Jika gejala tidak bisa diatasi dengan diet atau

perubahan gaya hidup, antiemetik dengan dosis kecil dapat diberikan.Terapi

19
farmakologi yang diberikan termasuk vitamin B6, antihistamin, agen prokinetik,

dan obat yang lain. 2,5,6,9

Kombinasi vitamin B6 dan antihisamin doxylamine telah ditelitipada lebih

dari 6000 pasien dan kontrol dengan tidak ada bukti efek teraogenik dan pada

penelitian acak kombinasi ini berhubungan dengan 70% penurunan gejala mual

dan muntah. Kombinasi ini direkomendasikan oleh American college of

Obstetricians and Gynecologist (ACOG) sebagai terapi lini pertama untuk mual

dan muntah pada kehamilan. 2,4,5

Antihistamin lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Tidak ada dari obat-

obatan tersebut yang menunjukkan efek teratogenik. 1,4

Phenothiazine atau methoclorpramide biasanya digunakan bila

antihistamin gagal. Prochlorperazine tersedia dalam buccal tablet dengan lebih

kurang menyebabkan kantuk dan sedasi bila dibandingkan dengan tablet oral. 4

Metoclorpramide adalah agen prokinetik, antagonis dopamin. Berhubungan

dengan beberapa kasus jarang dengan tardive dyskinesia, dan FDA (Food and

Drug Administration)telah mengeluarkan peringatan black-box sehubungan

dengan penggunaan obat ini. Resiko komplikasi meningkat seiring durasi

pengobatan dan total dosis kumulatif; penggunaan diatas 12 minggu harus

dihindari.2,4,5,6,9

5-hydroxytryptamine receptor antagonist, seperti ondansetron,

penggunanaanya meningkat pada hiperemesis gravidarum tetapi informasi sangat

terbatas tentang kegunaannya untuk wanita hamil. Sebuah percobaan acak

membandingkan ondansetron dan promethazine dalam kehamilan menunjukkan

20
kesamaan efektifitas, tetapi ondansetron memiliki lebih sedikit efek sedatif.

Dalam sebuah kasus melibatkan 169 bayi yang terekspose ondansetron pada

trimester awal, 3,6% memiliki kelainan mayor. 2,4

Droperidol dahulu efektif digunakan untuk mual dan muntah dalam

kehamilan, tetapi sekarang tidak digunakan karena beresiko menyebabkan interval

QT memanjang pada EKG dan aritmia. Telah dilaporkan kematian pada pasien

yang mendapat dosis kurang dari dosis standar obat ini.1,4

Methylprednisolone adalah salah satu pilihan dalam kasus refrakter.

Dalam percobaan acak yang melibatkan 40 wanita, methylprednisolone lebih baik

dari promethazine untuk menangani mual dan muntah dalam kehamilan. 1,5,6

Dalam metaanalisis pada 4 penelitian, penggunaan glucocorticoid sebelum 10

minggu pada kehamilan berhubungan dengan resiko cleft lip dengan atau tanpa

cleft palatum.1,4

Golongan obat antidiare dapat diberikan untuk mengatasi BAB cair.

Penggolongan obat diare yaitu : a) Kemoteurapetika, yaitu untuk memberantas

bakteri penyebab diare dengan antibiotika, sulfonamida, furazolidin, dan

kliokonol; b) Obstipansia, merupakan pengobatan simtomatis yang dapat

menghentikan diare dengan cara penekanan peristaltik usus misalnya derivat

petidin (definoksilat dan loperamid) dan antikolinergik (atropin); c)

Adstringensia, seperti tanalbumin, garam-garam bismut, dan alumunium; d)

Adsorbensia, adalah zat yang dapat menyerap zat-zat atau racun-racun yang

dihasilkan oleh bakteri (toksin) atau yang berasal dari makanan, seperti

magnesium alumunium silikat atau attapulgite, pectin, kaolin, karbon.

21
d) Terapi Alternatif

Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk

penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber

officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang

cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh

galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering

menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe

lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek

samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian,

tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran

kehamilan.Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali

sehari.2,3,4,9

Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih

menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di

pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya

masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang

besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan

acupressure, namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan

stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini

dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek

volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta

merangsang kenaikan berat badan. 2,3,4,9

22
Gambar 3.Algoritmeterapimualdanmuntahpada kehamilan3

23
Tabel 1.Terapifarmakologimualmuntahdalam kehamilan4

24
K. PROGNOSIS

Pada sebagian besar kasus, mual dan muntah dalam kehamilan akan

sembuh dengan sendirinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penangan

yang baik prognosisnya sangat memuaskan namun dapat menjadi fatal bila terjadi

deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.1,8

25

Anda mungkin juga menyukai