Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan

hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Dilihat dari fakta bahwa 70%

permukaan bumi tertutup air dan dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air

(Asmadi dkk, 2011). Air yang layak pakai dan layak konsumsi merupakan bahan

vital yang relatif mahal. Pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap

ketersediaan air di bumi ini sudah cukup parah. Air sungai yang dipakai sebagai

bahan baku air bersih sudah semakin sulit diolah karena tingkat pencemaran

semakin tinggi, sedangkan air dari sumber mata air yang banyak dikenal sebagai

air pegunungan apabila dieksploitasi secara terus menerus, perlahan tetapi pasti

akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Semakin sulitnya penyediaan air layak

konsumsi serta modernisasi yang menuntut kepraktisan kebutuhan hidup

menyebabkan pergeseran kebiasaan dan perilaku manusia (rahayu, 2008).

Dahulu semua lapisan masyarakat menyediakan air untuk keperluan minum

dengan cara memasak air. Kurun waktu selanjutnya sebagian masyarakat

khususnya golongan ekonomi menengah sampai atas tidak lagi memasak air untuk

keperluan minum karena telah ada Air Minum Dalam Kemasan yang siap saji

walaupun harganya relatif mahal (rahayu, 2008). Air Minum Dalam kemasan

(AMDK) adalah air baku yang telah melalui sebuah proses sterilisasi, dikemas,

dan aman untuk diminum mencakup air mineral dan air demineral. Beberapa

1
2

tahun terakhir ini penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia

berkembang sangat pesat, sehingga banyak terjadi persaingan bagaimana

memproduksi air minum yang layak dikonsumsi masyarakat (meylani & putra,

2017).

Sulitnya persaingan bisnis Air Minum Dalam Kemasan sementara semakin

meningkatnya permintaan pasar terhadap Air Minum Dalam Kemasan menuntut

produsen memberikan inovasi baru dalam penyediaan, pengolahan maupun

pemasarannya. Lemahnya pengawasan produk makanan dan minuman di

Indonesia membuka peluang pemalsuan berbagai merek Air Minum Dalam

Kemasan, pembuatan Air Minum Dalam Kemasan tanpa ijin ataupun penjualan

Air isi ulang tanpa ijin yang berwenang. Semua kecurangan produsen tersebut

tentunya akan membawa dampak terhadap kesehatan (rahayu, 2008).

Peningkatan konsumsi air minum kemasan serta pertumbuhan penduduk

dalam masyarakat Indonesia menjadikan air minum kemasan sebagai kebutuhan

pokok yang permintaannya selalu meningkat. Menurut Ketua Umum Asosiasi

Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Rachmat Hidayat

memperkirakan penjualan air minum kemasan menargetkan di tahun 2018 akan

mengalami peningkatan 10% dari tahun 2017 menjadi 29,7 miliar liter (hidayat,

2017).

Di Indonesia, persyaratan kualitas air minum layak konsumsi diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/

2010 bahwa air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan

fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter


3

wajib dan parameter tambahan. Sedangkan menurut SNI 3553:2015

menetapkan 34 parameter sebagai persyaratan kualitas AMDK. Persyaratan

tersebut meliputi 6 parameter mengenai kondisi fisika, 6 parameter persyaratan

cemaran logam berat, 16 parameter kimia serta 5 parameter persyaratan

mikrobiologi.

Kualitas standar air minum di Indonesia telah diatur menurut Standar

Nasional Indonesia Nomer 3554 tahun 2015 Departemen Perindustrian dan

Perdagangan yang menyatakan bahwa batas maksimum total angka bakteri

coliform adalah TTD kolon/250 ml. Bakteri coliform adalah bakteri yang umum

digunakan sebagai indikator penentuan kualitas sanitasi makanan dan air.

Coliform sebenarnya bukan penyebab dari penyakit bawaan air, namun bakteri

jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai

indikator keberadaan bakteri pathogen (Servais et al., 2007) termasuk Escherichia

coli sehingga keberadaan bakteri tersebut dapat menjadi indikator kualitas suatu

air minum.

Dalam data BPOM (2014) bahwa tingginya kasus keracunan penyebab

minuman, kemungkinan dapat disebabkan oleh bakteri coliform. Pada penelitian

Wandrivel (2012) terdapat 55,6% sampel yang tidak memenuhi syarat. Dari

sampel tersebut didapatkan dua mengandung bakteri coliform, tiga sampel

lainnya tercemar bakteri Escherichia coli (Gafur et al,. 2016). Sedangkan

berdasarkan penelitian yang dilakukan YLKI dari 21 merk air minum dalam

kemasan terdapat 11 merk terbukti bermasalah, 9 merk mendekati ambang batas

dan 2 merk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas (kompas, 2010).
4

Kenyataan ini mencemaskan berbagai pihak, sementara di pasaran beredar pula air

minum dalam kemasan yang tidak terdaftar BPOM yang kualitasnya tentu

meragukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas air

minum kemasan yang belum mendapatkan ijin, salah satunya dengan uji kualitas

mikrobiologi terhadap sampel tersebut..

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat memperoleh

suatu rumusan masalah yaitu :

1. Berapa jumlah total bakteri yang terdapat dalam air minum kemasan

dengan metode ALT (Angka Lempeng Total)?

2. Berapa jumlah total bakteri coliform yang terdapat dalam air minum

kemasan dengan metode MPN (Most Probable Number)?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan dan meluasnya masalah, maka penulis

membatasi masalah sebagai berikut :

1. Sampel yang di uji adalah air minum dalam kemasan lokal merk sterilla

dan ijen water yang belum memiliki ijin BPOM.

2. Uji mikrobiologi yang dilakukan adalah total jumlah bakteri metode ALT

dan perkiraan terdekat jumlah Escherichia coli dan coliform metode MPN.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah total bakteri yang terdapat dalam air minum

kemasan dengan metode ALT (Angka Lempeng Total).


5

2. Untuk mengetahui jumlah total bakteri coliform yang terdapat dalam air

minum kemasan dengan metode MPN (Most Probable Number).

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini mengharapkan manfaat yang diperoleh yaitu :

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Dapat menam bah pengalaman penelitian dan wawasan serta pengetahuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya tentang

mikrobiologi air.

1.5.2 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Data yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan informasi dan

menambah wawasan mengenai kualitas air minum dalam kemasan.

1.5.3 Manfaat Bagi Instansi

Bagi kalangan akademik di tingkat Perguruan Tinggi UMAHA dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi penyusunan petunjuk

praktikum dan sumber belajar mata kuliah mikrobiologi air.

1.5.4 Manfaat Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang

kualitas air minum dalam kemasan khususnya yang belum memiliki ijin sehingga

terhindar dari penyakit yang dapat menular melalui perantara air seperti diare.

Anda mungkin juga menyukai