1
WP dalam negeri dikenakan pajak atas Penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak
hanya atas Penghasilan yang berasal dari sumber Penghasilan di Indonesia.
1. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan Penghasilan neto dengan tariff
umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan Penghasilan
bruto dengan tariff pajak sepadan.
2. Wajib Pajak dalam negeri menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunam sebagai sarana
untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan WP luar
negeri tidak wajib mentampaikan SPT tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi
melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
Objek Pajak Penghasilan yaitu tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dan luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
1. Gaji, upah, tunjangan honorarium, komisi, bonus, gratifikasi.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, penghargaan.
3. Laba Usaha
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
5. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan,
6. Deviden
7. Royalty
8. Sewa dan penghasilan
9. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
10. Keuntungan karena pembebasan utang
11. Keuntungan karena selisih kurs mata asing
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
13. Premi asuransi
Penyusutan, Amortisasi
1. Untuk pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh
dibebankan sekaligus, tapi harus dikapitalisasi dan dibebankan melalui penyutan dan
amortisasi.
2. Penyusuyan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau
perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
3
3. Metode penyusutan
4. yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini adalah :
5. Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
tersebut (metode garis lurus atau straight-line method)
6. Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai
sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method)
Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
4
PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:
a. Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar penghasilan neto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak / PTKP terbaru.
b. Pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar penghasilan bruto dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak / PTKP terbaru.
c. Bagi bukan pegawai seperti tercantum dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, PKP yang dikenakan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
6
Biaya jabatan, sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,-
sebulan atau Rp 6.000.000,- setahun;
Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun atau
jaminan hari tua yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
7
A. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dengan ketentuan sebagai berikut.
B. Tarif Khusus
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2010 pasal 4 ayat 2 bahwa:
1) Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan yang bersumber dari APBN yang
diterima oleh pejabat PNS, anggota TNI/Porli dan pensiunannya.
2) Tarif 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, Anngota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Tmatama dan Bintara,
dan pensiunannya.
3) Tarif 5% dari jumlah bruto onorarium atau imbalan bagi PNS Golongan III, anggota
TNI/Polri Golongan Pangkat prwira Pertaa dan pensiunannya.
4) Tarif 15% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan IV,
Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi, dan
pensiunannya.
Tarif khusus berikut diterpkan atas penghasilan berupa uang pensiun yang diterima
sekaligus.
1) Tarif 0% dari penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000
2) Tarif 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp
100.000.000.
3) Tarif 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 smpai dengan Rp
500.000.000
4) Tarif 25% dari penghasilan bruto diatas Rp 500.000.000.
Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan berupa uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua.
1) Tariff 0% atas penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000
2) Tarif 5% atas penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000
3) Tarif khusus 55 atas upah harian, borongan satuan yang diterima oleh tenaga kerja
harian lepas yang mempunyai total upah sebulan kurang dari Rp 1.320.000 dan upah
sehari kurang dari Rp 150.000.
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukan NPWP.
8
Contoh:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP adalah:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
Jumlah Rp 7.500.000,00
Hitungan 1 diterapkan pada pegawai tetap dan penerima pensiun berkala. Penghitungannya
dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh pasal 21 yang
terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh pasal 21,
selain masa pajak Desember atau masa pajak dimana pegawai tetap berhenti bekerja.
9
2) Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian form 1721-A1 atau 1721-A2 dan
pemotongan PPh pasal 21 yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak
dimana pegawai tetap berhenti bekerja.
Penghitungan Masa atau Bulanan Selain Masa Pajak Desember atau Masa Pajak di
mana Pegawai Tetap Berhenti Bekerja
a) Untuk menghitung PPH Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dihitung penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan.
b) Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja
(JKK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Dalam
menghitung PPH Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang
dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.
c) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran
pensiun, iuran jaminan hari tua dan iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh
pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada dana pensiun.
d) Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan
dikalikan 12.
e) Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektif sebagai Wajib Pajak
Dalam Negeri sudah ada sejak awal tahun.
f) Selanjutnya dihitung penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh, yaitu sebesar Penghasilan neto setahun , dikurangi dengan PTKP.
g) Setelah diperoleh PPh terutang dengan menrapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU
PPh terhadap penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud pada point ke 6,
selanjutnya dihitung PPh pasal 21 sebulan, yang harus dipotong atau disetor ke kas
negara yaitu sebesar :
1) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada point 4
dibagi dengan 12 atau.
10
2) Jumlah PPh pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada point 5
dibagi dengan 12.
h) Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan,
maka penghitungan pjak pasal 21, jumlah penghasilan tersebut terlebih dahulu dijadikan
penghasilan bulanan dengan mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut.
Gaji untuk masa seminggu dikalikan 4.
Gaji untuk masa sehari dikalikan 26.
i) Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh pasal 21 sebulan dengan cara seperti pada point
4 sampai dengan point 7.
j) PPh pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh pasal 21 sebulan
dalam point 9, sedangkan PPh pasal 21 atas penghasilan sehari dihitung berdasarkan
PPH pasal 21 sebulan dalam point 9 dibagi 26.
k) Jika pada pegawai disamping dibayar gaji bulanan juga dibayr kenaikan gaji yang
berlaku surut (rapel), misalnya untuk lima bulan, maka penghitungan PPh pasal 21 atas
rapel tersebut adalah sebagai berikut :
Rapel dibagi dengan banyaknya buln perolehan rapel tersebut (dalam hal ini 5 bulan).
Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum adanya
kenaikan gaji, yang sudah dikenakan PPh pasal 21.
PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali atas
dasar gaji baru setelah ada kenaikan.
PPh pasal 21 terutang atas tambahan Gaji untuk bulan bulan dimaksud adalah selish
antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan angka 3 dikurangi jumlah pajak yang
telah dipotong sebagaimana disebut pada angka 2.
l) Apabila kepada pegawai di samping dibayar gaji yang didasarkan masa gaji kurang dari
satu bulan (rapel) seperti tersebut dalam angka 4, maka cara penghitungan PPh pasal 21-
nya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam angka 4 dengan memperhatikan
ketentuan dalam angka 3.
Penghitungan PPh pasal 21 bagi pegawai tetap atas atas penghasilan yang bersifaf tetap
secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penghasilan bruto
Pengurangan
PPh pasal 21 yang terutang (4×tarif pasal 17 ayat (1) huruf a.) ×××
Catatan:
Sesuai PMK 162 tersebut mulai 1 Januari 2013 PTKP yang berlaku adalah sbb :
Rp 24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Rp 2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahkan untuk wajib pajak yang kawin
Rp 24.300.000 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk penghasilan istri
digabung dengan penghasilan suami.
Rp 2.025.000 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) Tambahan untuk anggota keluarga
sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
12
Contoh 1.1. Pegawai tetap dengan Gaji Bulanan
Tommy Hakim bekerja pada Universitas Nusantara dengan memperoleh gaji sebulan berupa
gaji pokok Rp. 3.500.000,00 tunjangan struktural Rp. 4.000.000, tunjangan profesi Rp.
3.500.000,00. Tommy Hakim mebayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,00. Tommy
menikah tetapi belum mempunyai anak.
Pengurangan:
Rp. 600.000
Rp. 17.160.000
Rp. 11.146.000
Catatan:
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal
pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar: 120%×Rp.928.833= Rp. 1.114.599
Contoh 1.2. Pegawai tetap dengan Gaji Bulanan (wanita, suami tidak berpenghasilan)
Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada
PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar Rp.2.500.000. Endang Vidyawati membayar
iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri Keuangan
sebesar Rp.50.000 sebulan, berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Endang
Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya
tidak mempunyai penghasilan apa pun.
Pengurangan:
Rp. 175.000
14
Penghasilan neto setahun 12 × Rp.2.325.000 Rp. 27.900.000
PTKP
Rp. 17.160.000
Contoh 1.3. Pegawai tetap dengan Gaji Bulanan (Wanita, suami berpenghasilan)
Firma Utami karyawati dengan status menikah tetapi belum mempunyai anak bekerja pada
PT. Unggul Farmindo. Firma Utami menerima gaji Rp. 3.000.000 sebulan. PT Unggul
Farmindo mengikuti program pensiun dari Jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
sebesar Rp.40.000 sebulan. Firma Utami juga membayar iuran pensiun
sebesar Rp.30.000 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan iuran jaminan hari tua
karyawannya setiap bulannya sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Firma Utami membayar
iuran jaminan harei tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Berdasarkan surat keterangan
Pemda tempat Firma Utami brtempat tinggal diketahui bahwa suami Firma Utami tidak
memliki penghasilan apapun. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari
gaji.
15
Pengurangan:
Rp. 241.950
PTKP
Rp.17.160.000
Catatan :
Apabila suami Firma Utami bekerja, besarnya PTKP Firma Utami adalah PTKP untuk diri
sendiri sebesar Rp 15.840.000.
Contoh 1.4. Pegawai tetap yang penghasilannya Sebagian atau Seluruhnya Diperoleh dalam
Mata Uang Asing
Neill Mc Leary adalah seorang karyawan memperoleh gaji pada bulan Januari 2011 dalam
mata uang asing sebesar US$ 2.000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2011
16
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan adalah Rp 11.250 per US$1,00. Neill Mc Leary
berstatus menikah dengan satu anak.
Gaji sebulan
Pengurangan:
PTKP
Rp. 18.480.000
Rp. 31.328.000
17
Pemotong pajak setelah memotong pajak wajib menyetorkan pajak tersebut ke Bank Persepsi,
Kas Negara atau Kantor Pos dengan menggunakan SSP selambat-lambatnya pada tanggal 10
bulan takwim berikutnya.
Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan SPT Masa selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
takwim berikutnya.
Pemotongan pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun
tidak pada saat dilakukannya pemotongamn pajak kepada orang pribadi bukan sebagai
pegawai tetap, penerima pensiun, penerima THT , penerima pesangon, dan penerima dana
pensiun,iuran pasti.
Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan (1721-A1 bagi
pegawai tetap atau penerima pensiun atau tunjangan hari tua/tabungan hari tua/jaminan hari
tua dan 1721-A2 bagi pegawai negeri sipil, pejabat negara dan pensiunan. Formulir bukti
pemotongan tersebut dibuat rangkap 2 terdiri atas lembar pertama untuk pegawai dan lembar
kedua untuk pemotong pajak
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/pengertian-dan-besarnya-pkp-penghasilan-kena-pajak-
tahun-2015.html (Diakses pada tanggal 23 September pukul 18.40)
19