Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena
perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan


laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.

Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan
jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2
dan CO2 diantara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah,
kurang sel darah merah (hemoglobin atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12,
tetapi yang sering terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis dan meningkatnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari
penyakit.

1.2 Penyebab Anemia

Penyebab anemia antara lain :

1. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
2. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
3. Kelainan darah
4. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)
5. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun : cacingan.
6. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang,
absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
7. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel:
talasemia, hemoglobinopatie, dll. Sedang faktor ekstrasel: intoksikasi, infeksi – malaria,
reaksi hemolitik transfusi darah.
8. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
(kerusakan sumsum tulang).

1.3 Tanda dan Gejala Anemia


1. Tanda-tanda umum anemia:
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam,
anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8
gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering
berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat
pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan
terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

1.4 Patofisiologis

1. Kehilangan darah berlebih


Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena penyakit misalnya gastric ulcer dan
hemorrhoid.

2. Pendarahan kronis
 Pendarahan vagina
 Peptic ulcer
 Parasit intestinal
 Aspirin dan AINS lain
3. Destruksi berlebihan sel darah merah
 Antibodi sel darah merah
 Obat-obatan
 Sequestrasi berlebihan pada limpa
4. Faktor intrakorpuskular
 Hereditas
 Kelainan sintesis Hb
5. Produksi eritrosit kurang
 Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
 Defisiensi eritroblas
- Anemia aplastik
- Antagonis asam folat
- Eritroblastopenia terisolasi
- antibodi
 Kondisi infiltrasi sumsum tulang
- Limfoma
- Leukemia
- Mielofibrosis
- Karsinoma
 Abnormalitas endokrin
- Hipotiroid
- Insufisiensi adrenal
- Insufisiensi Pituitary
 Penyakit ginjal kronis
 Penyakit inflamasi kronis
- Granulomatous disease
- Collagen vascular disease
 Penyakit hati

1.5 Patogenesis Anemia

Berdasarkan patogenesisnya, anemia digolongkan dalam 3 kelompok (Wintrobe at all,


1999) yaitu:

1. Anemia karena kehilangan darah

Anemia karena kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel-sel darah
merah yang hilang dari tubuh seseorang, akibat dari kecelakaan dimana perdarahan mendadak
dan banyak jumlahnya, yang disebut perdarahan eksternal. Perdarahan dapat pula disebabkan
karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang menyebabkan penekana terhadap pembuatan
sel darah merah. Selain itu ada pula perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi
terus menerus. Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser,
wasir yang dapat menyebabkan anemia.

2. Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah

Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah dapat terjadi karena bibit penyakit atau
parasit yang masuk ke dalam tubuh, seperti malaria atau cacing tambang, hal ini dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel-sel darah merah rusak dalam tubuh, zat besi yang ada di
dalam tidak hilang tetapi dapat digunakan kembali untuk membentuk sel-sel darah merah yang
baru dan pemberian zat besi pada anemia ini kurang bermanfaat. Sedangkan asam folat rusak dan
tidak dapat digunakan lagi oleh karena itu pemberian asam folat sangat diperlukan untuk
pengobatan anemia hemolitik ini.

3. Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah


Sum-sum tulang mengganti sel darah merah yang tua dengan sel darah merah yang baru
sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang, sehingga jumlah sel darah merah
yang dipertahankan selalu cukup banyak di dalam darah, dan untuk mempertahankannya
diperlukan cukup banyak zat gizi. Apabila tidak tersedia zat gizi dalam jumlah yang cukup akan
terjadi gangguan pembentukan sel darah merah baru.

Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah, dapat timbul karena,
kurangnya zat gizi penting seperti zat besi, asam folat, asam pantotenat, vitamin B12, protein
kobalt, dan tiamin, yang kekurangannya biasa disebut “anemia gizi”. Selain itu juga kekurangan
eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan penyakit ginjal kronis dan sirosis hati.
Menurut Husaini (1998) anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi sangat umum
dijumpai di Indonesia.

1.6 Terapi Obat

Tujuan utama pengobatan terhadap pasien anemia adalah untuk mengurangi tanda-tanda
dan gejala, memperbaiki etiologi yang mendasarinya misalnya mengembalikan substrat yang
dibutuhkan untuk produksi sel darah merah, dan mencegah kambuhnya anemia.

ANEMIA DEFISIENSI BESI

 Terapi besi secara oral dengan garam besi ferrous yang larut, bukan salut dan bukan lepas
lambat atau bertahap, direkomendasikan pada dosis harian 200 mg elemen besi dalam dua
atau tiga dosis terbagi.
 Makanan memiliki peran signifikan, besi diabsorbsin dengan baik dari daging, ikan, dan
unggas.
 Besi parenteral dapat diperlukan untuk pasien dengan malabsorbsi besi, intoleransi
terhadap terapi besi secara oral, atau tidak patuh terhadap terapi.
 Produk besi oral
1. Ferro sulfat
2. Ferro glukonat
3. Ferro fumarat
4. Kompleks besi polisakarida
5. Besi karbonat
6. Besi dekstran
7. Besi sukrosa
8. Epoetin alfa
 Besi terutama diabsorbsi dari duodenum dan jejunum. Garam ferro diabsorbsi 3 kali lebih
cepat disbanding bentuk ferri.
 Makanan dapat menurunkan absorbs besi setidaknya sebesar 50%
 Besi ditransportasikan melalui darah darah dan terikat padtransferrin
 Pada pria sehat kehilangan besi dari urin, keringat, dan sel mukosa intestinal sekitar 0,5 –
1 mg.
 Pada wanita menstruasi kehilangan normal harian sekitar 1 – 2 mg

ANEMIA DEFISIENSI VITAMIN B12

 Suplemen vitamin B12 oral sama efektifnya dengan parenteral meskipun pada beberapa
pasien dengan anemia pernisiosa karena jalur absorbs vitamin B12 alternatif tidak
dipengaruhi factor intrinsik.
 Sianokobalamin oral diawali dengan 1 hingga 2 mg setiap hari selama 1 hingga 2
minggu, dilanjutkan dengan 1 mg setiap hari
 Vitamin B12 penting untuk pertumbuhan, reproduksi sel, hematopoiesis, dan sintesis
nucleoprotein dan myelin
 Vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah melalui aktivasi koenzim
asam folat
 Absorbs vitamin B12 tergantung pada adanya factor intrinsic dan kalsium yang cukup

ANEMIA DEFISIENSI FOLAT

 Folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan biasanya mencukupi, kecuali etiologinya tidak
dapat diperbaiki.
 Jika terdapat malabsorbsi dosis harian harus ditingkatkan menjadi 5 mg
 Asam folat terdapat di plasma sekitar 15 – 30 menit setelah pemberian secara oral, kadar
puncaknya dicapai dalam 1 jam.
 Sebagian besar produk metabolitnya muncul di urin setelah 6 jam, ekskresi lengkap
dicapai dalam 24 jam.

1.7 Terapi Gizi

Prinsip diet pada penderita anemia adalah Tinggi Energi Tinggi Protein. Jadi bukan
hanya kuantitas atau jumlah yang diperhatikan tetapi kualitas atau mutunya harus diperhatikan.

Bila mengalami anemia karena kekurangan zat gizi seperti zat besi, asam folat dan
vitamin B12 maka kita harus memperbaiki konsumsi kita sehari-hari. Mulai makanlah aneka
ragam makanan terutama yang kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B 12 dan bila perlu
mengkonsumsi suplemen zat gizi tersebut. Misalnya suplemen besi diberikan kepada penderita
anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12
diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa.

Makanan yang kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B sangat banyak kita temui di
lingkungan sekitar kita atau di pasar. Sumber utama zat besi adalah pangan hewani dan kacang-
kacangan serta sayuran yang berwarna hijau tua, misalnya daging berwarna merah, sayuran
hijau, sereal, roti gandum berserat kasar, tempe.

Hanya saja kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe/zat besi adalah rendahnya
tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati. Sumber zat besi
nabati hanya diserap 1-2%, sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani dapat
mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe pangan asal hewani lebih mudah diserap dari
pada zat besi pangan asal nabati.

Oleh karena itu dalam menu sehari-hari, usahakan keanekaragaman konsumsi makanan
terutama untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Misalnya ada menu
pangan hewani seperti daging, telur, ikan dan juga makanan sumber vitamin C, vitamin A, zink
dll yang meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sumber asam folat antara lain : sayuran hijau gelap, kacang-kacangan, biji-bijian dan
buah segar. Sumber vitamin B12 atau kobalamin hanya terdapat pada bahan makanan hewani
seperti hati, ginjal, daging, ikan segar. Tempe juga mengandung vitamin B12, walaupun kacang
kedelai tidak mengandung vitamin tersebut. Hal ini disebabkan pada saat proses pembuatan
tempe, vitamin B 12 disintesis.

Kurangi konsumsi teh karena akan menghambat penyerapan zat besi karena di dalam teh
terkandung tanin dan kafein. Zat-zat stimulan yang terdapat dalam kafein pada teh meninggalkan
kerak pada dinding usus, sehingga menghambat rantai produksi enzim-enzim dalam pencernaan.
Tanin dalam teh bila terisolasi air panas akan menghasilkan asam galat. Senyawa ini dalam
pencernaan juga akan melapisi dinding usus sementara, sehingga absorbsi makanan tidak
terjadi/minimal. Asam galat biasanya mengambang di atas permukaan teh dan bisa kita lihat jelas
pada teh tubruk. Tanin dan kafein sama-sama menghambat proses penyerapan zat besi dalam
tubuh. Oleh karena itu bila dikonsumsi terlalu banyak dan konsumsi makanan tidak seimbang
maka akan mengakibatkan anemia.

Anda mungkin juga menyukai