Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi
dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus
tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan
dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena
itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau
kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan melalui kerja manusia
mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang disiplin, bertanggung jawab,
jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya; atau sebaliknya, tidak disiplin,
tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia
kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin
baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami topik-topik yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai
sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip
ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya
organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan
profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di masyarakat, yang
telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.
2.3 Sikap Empati, Sikap Sabar, Menghormati Dan Sopan Dalam Mengatasi Masalah
Klien Di Pelayanan Gizi
1. Ramah dan santun
Bertutur kata dengan senyum yang tulus serta lemah lembut kepada
klien/pasien, bersikap sopan santun kepada pasien dan menghargai pasien, dengan
memberikan perhatian, merawat pasien dan mendengarkan keluhannya. Berikan
reinforcement ( penghargaan) yang tulus kepada pasien jika perawatan dan
pengobatan pasien membuahkan hasil yang membaik.
Mengucapkan salam, selalu menyapa dan berkata sopan, pilihlah bahasa yang
baik dan santun dalam berkomunikasi dengan pasien.
2. Belas Kasih
Bersikap empati kepada pasien dan ikut merasakan penderitaan pasien tanpa
harus larut dengan masalah pasien.
3. Sabar dan tidak mudah marah
Memahami konsep manusia yang unik, memiliki prilaku , respon dan sikap
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hindari merasa kesal dengan pasien yang
cerewet dan memiliki respon yang berlebihan, karena jika merasa kesal akan
berdampak pada hal yang tidak di inginkan.
4. Bersikap tenang, tepat dan cepat dalam bertindak
bersikap tenang dalam bertindak mempunyai makna tidak tergesa-gesa dalam
memberikan asuhan gizi, teliti, berhati-hati, cermat dan rapi serta mempunyai seni
dalam mengurus pasien.
5. Berikan Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian di sampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan gizi dan pasien,
namun harus memperhatikan norma sosial.
6. Hargailah pasien
Hargai pasien karena pasien juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang
memiliki perasaaan. Ahli gizi menerima klien apa adanya, tidak mengkritik,
menghakimi, atau mengejek klien.
2.4 Saling Percaya Antara Ahli Gizi Dengan Klien Selama Berkomunikasi Dalam
Melayani Klien
Ilmu gizi merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Seorang konselor gizi harus
dapat menggabungkan keahliannya berdasarkan teori ilmiah di bidang gizi dan seni dalma
menyusun diet sesuai dengan kondisi klien. Selain harus menguasai ilmu gizi dan kesehatan,
seorang konselor juga membutuhkan pengetahuan tentag fisiologi , psikologi , sosial , serta
komunikasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan dalam bentuk pendapatan
atau informasi melalui kata-kata, gerak atau isyarat (bahasa tubuh) atau simbol dari pemberi
pesan kepada penerima pesan.
Tujuan komunikasi akan tercapai dengan baik bila berlangsung dua arah, yaitu melibatkan
pemberi dan penerima pesan secara aktif. Komunikasi yang memberikan peluang untuk tanya
jawab, saling menanggapi, menggali informasi, dan mengklasifikasi akan memudahkan
penerima pesan dalam menerima informasi.
Cara-cara memperoleh umpan balik adalah sebagai berikut :
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, mengajukan pendapat, dan
menceritakan pengalaman.
• Mengajukan pertanyaan atau meminta penjelasan kembali kepada klien untuk
mengetahui pemahaman klien tentang informasi yng telah diberikan.
• Meminta klien untuk meringkas informai yang telah disampaikan dan diterimanya.
Prinsip komunikasi adalah sebagai berikut :
• Tentukan tujuan komunikasi
• Paham isi pesan yang akan disampaikan dalam komunikasi.
• Samakan persepsi dulu supaya bisa berbicara dalam pengertian yang sama mengenai
pokok bahasannya.
• Gunakan aspek komunikasi (verbal, nonverbal, dan emosional) yang sesuai dengan
tujuan komunikasi.
• Berikan informasi secukupnya sesuai keadaan dan situasi pemberi dan penerima pesan
sehingga penerima pesan mudah memahaminya.
KONSELING GIZI
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga
tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling. Konseling adalah suatu bentuk pendekatan
yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi. Setelah
melakukan konseling, diharapkan individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi masalah gizinya termasuk perubahan pola makan serta memecahkan
masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat.
Dalam proses konseling seseorang yang membutuhkan pertolongan (klien) dan
seseorang yang membutuhkan pertolongan (klien) dan seseorang yang memberikan bantuan
dan dukungan (petugas konseling atau konselor) akan bertatap muka dan berbicara
sedemikian rupa sehingga klien mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh
karenanya, keterampilan komunikasi dan hubungan antar manusia sangat dibutuhkan.
Antara keahlian dalam bidang gizi, fisiologi, dan psikologi yang terfokus pada perubahan
perilaku tentang makanan dan hubungannya dengan penyakit atau masalah gizinya
Sebagai dasar keterampilan konselor adalah keterampilan komunikasi yang baik
dengan menggunakan berbagai cara berkomunikasi, seperti komunikasi verbal dan nonverbal,
respon mendengar, melakukan, dan saling berbagi. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan konseling.
1. Keterampilan Konseling
Konseling yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor tentang segala
sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku makan klien. Hal ini dapat
dicapai jika konselor dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien sehingga mampu dan mau
melakukan perilaku baru untuk mencapai status gizi yang optimal.
2. Ketrampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan
Membangun percaya diri klien akan membantunya untuk membuat keputusan sendiri tentang
perubahan diet yang harus dilakukannya sekaligus melaksanakan keputusan tersebut. Bila
klien sudah percaya diri dengan keputusannya, dia tidak akan terpengaruh oleh pendapat
orang lain.
Dengan memberikan dukungan akan meningkatkan rasa percaya diri klien terhadap
apa yang telah dia lakukan dan akan membantunya untuk terus melaksanakan diet. Kondisi
seperti ini akan membantu klien memiliki kepercayaan tinggi dalam menjalankan apa yang
telah menjadi keputusannya dan tidak mudah terpengaruh hal-hal lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun percaya diri klien adalah
sebagai berikut.
Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien
Klien akan merasa tidak senang, kecewa, dan terganggu karena konselor tidak mau
mendengar apa yang ia katakana serta membuat ia merasa bersalah. Oleh karena itu, jangan
mengatakan tidak setuju dengan apa yang klien katakan. Walaupun begitu, jangan
mengatakan setuju dengan pemikiran pendapat yang keliru. Ini menjadi sulit untuk
menyarankan sesuatu yang sedikit berbeda jika saudara setuju dengan pemikiran atau
pendapat klien.
Memberikan Bantuan
Memberikan bantuan praktis akan terasa lebih bermanfaat daripada hanya
mengatakan sesuatu. Misalnya, dengan membantu klien merasa nyaman dengan posisi duduk
yang lebih nyaman.
Menilai pemahaman
Dilakukan untuk menilai pengertian klien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali atau meminta klien untuk menjelaskan
kembali apa yang telah diketahuinya. Sebaiknya konselor menggunakan pertanyaan terbuka
agar komunikasi beralangsung dua arah.
gizikesehatan.ugm.ac.id/konsultasi/
nurbayasalam.blogspot.com/2010/02/konseling-gizi.html
https://www.scribd.com/doc/290987487/Konseling-Gizi
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahli_giz