Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA PROFESI

Pelaksanaan Pelayanan Gizi Sesuai Prinsip

Disusun Oleh :

Fadhilah Nisa Muthmainnah (120151006)

Fatika Turrohmah (120151008)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 16 September 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi
dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus
tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia mengekspresikan
dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia sebenarnya. Oleh karena
itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau
kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan melalui kerja manusia
mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang disiplin, bertanggung jawab,
jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya; atau sebaliknya, tidak disiplin,
tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia
kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin
baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami topik-topik yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai
sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip
ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya
organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan
profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di masyarakat, yang
telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Apa saja prinsip-prinsip selama berhubungan dengan klien/pasien
2. Apa saja prinsip-prinsip berpenampilan sesuai dengan kondisi dalam berhadapan
dengan klien ?
3. Bagaimana sikap empati, sikap sabar, menghormati dan sopan dalam mengatasi
masalah klien di pelayanan gizi ?
4. Bagaimana saling percaya antara ahli gizi dengan klien selama berkomunikasi dalam
melayani klien ?
5. Bagaimana tanggap dalam diskusi, melakukan argumentasi dalam etis pada klien
selama pelayanan gizi ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mampu menjelaskan dan memahami prinsip-prinsip selama berhubungan dengan
klien/pasien
2. Mampu menjelaskan dan memahami prinsip-prinsip berpenampilan sesuai dengan
kondisi dalam berhadapan dengan klien
3. Mampu memahami dan mengerti dalam sikap empati, sikap sabar, menghormati dan
sopan dalam mengatasi masalah klien di pelayanan gizi
4. Mampu memahami dan mengerti dalam saling percaya antara ahli gizi dengan klien
selama berkomunikasi dalam melayani klien
5. Mampu memahami dan mengerti tanggap dalam diskusi, melakukan argumentasi
dalam etis pada klien selama pelayanan gizi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Moral Selama Berhubungan Dengan Klien/Pasien
Penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan. Penerapan ini bisa
berwujud, bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan
profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud
Bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan dalam kehidupan terhadap sesama.
Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya.
1. Tidak merugikan (non maleficence)
2. Membawa Kebaikan (Beficence)
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)
4. Otonomi Pasien (autonomy Pasien)
5. Berkata Benar (truth telling)
6. Berlaku adil (Justice)
7. Menghormati Privasi (Privacy)

2.2 Prinsip-Prinsip Berpenampilan Sesuai Dengan Kondisi Dalam Berhadapan Dengan


Klien
1. Penampilan serasi dengan cara berhias
Penampilan serasi dapat terlihat dari cara seorang dalam berhias. Kita dalam
berhias hendaknya tidak berlebihan, agar tidak terkesan norak dan kampungan.
Biasanya klien/pasien sebelum memasuki sebuah Rumah Sakit/tempat bisnis
terlebih dahulu memperhatikan penampilan para pegawainya.
Seorang pria dalam berhadapan dengan klien dikatakan berpenampilan serasi,
apabila rambut, kumis, janggut dan jambangnya dipotong rapi. Selain itu kukunya
tidak panjang dan tidak kotor, memakai perhiasan tidak berlebihan, pakaian tampak
bersih dan rapih.
Seorang wanita dalam berhadapan dengan klien dikatakan berpenampilan serasi
apabila rambutnya dipotong rapi, diikat atau disanggul bagi yang panjang,
mengenakan perhiasan tidak berlebihan, menggunakan make up secara sederhana,
berpakaian rapih dan bersih, memakai minyak wangi secukupnya.
2. Penampilan serasi dengan cara berbusana
Orang dikatakan berpenampilan serasi dengan cara berbusana apabila
memenuhi persyaratan yaitu :
1. Memakai seragam pekerjaan nya
2. Memakai pakaian yang rapi
3. Memakai pakaian yang sopan

3. Penampilan serasi dengan ekspresi wajah


Berpenampilan serasi akan bertambah indah dan menarik apabila disertai dengan ekspresi
wajah yang simpatik, sopan, ramah, murah senyum dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
berhubungan dengan klien/pasien, sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini:

1) Melakukan kontak mata langsung dengan disertai senyuman agar menunjukan


kesiapan dan keseriusan dalam melayani kolega dan pelanggan.
2) Menghindari ekspresi wajah yang murung dengan menatap ke bawah atau kepada
suatu benda.
3) Menghindari ekspresi wajah dengan mata yang berkerut atau menyipit, karena hal itu
menunjukan sikap yang tidak bersahabat serta berkesan tidak memperhatikan
pelanggan.
4) Menampilkan senyuman manis dengan menghindari bibir yang rapat dan kaku atau
digigit-gigit.
5) Menegakkan posisi wajah atau kepala agar menunjukan kesiapan dan keseriusan
dalam melayani klien/pasien

2.3 Sikap Empati, Sikap Sabar, Menghormati Dan Sopan Dalam Mengatasi Masalah
Klien Di Pelayanan Gizi
1. Ramah dan santun
Bertutur kata dengan senyum yang tulus serta lemah lembut kepada
klien/pasien, bersikap sopan santun kepada pasien dan menghargai pasien, dengan
memberikan perhatian, merawat pasien dan mendengarkan keluhannya. Berikan
reinforcement ( penghargaan) yang tulus kepada pasien jika perawatan dan
pengobatan pasien membuahkan hasil yang membaik.
Mengucapkan salam, selalu menyapa dan berkata sopan, pilihlah bahasa yang
baik dan santun dalam berkomunikasi dengan pasien.
2. Belas Kasih
Bersikap empati kepada pasien dan ikut merasakan penderitaan pasien tanpa
harus larut dengan masalah pasien.
3. Sabar dan tidak mudah marah
Memahami konsep manusia yang unik, memiliki prilaku , respon dan sikap
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hindari merasa kesal dengan pasien yang
cerewet dan memiliki respon yang berlebihan, karena jika merasa kesal akan
berdampak pada hal yang tidak di inginkan.
4. Bersikap tenang, tepat dan cepat dalam bertindak
bersikap tenang dalam bertindak mempunyai makna tidak tergesa-gesa dalam
memberikan asuhan gizi, teliti, berhati-hati, cermat dan rapi serta mempunyai seni
dalam mengurus pasien.
5. Berikan Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian di sampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan gizi dan pasien,
namun harus memperhatikan norma sosial.
6. Hargailah pasien
Hargai pasien karena pasien juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang
memiliki perasaaan. Ahli gizi menerima klien apa adanya, tidak mengkritik,
menghakimi, atau mengejek klien.

2.4 Saling Percaya Antara Ahli Gizi Dengan Klien Selama Berkomunikasi Dalam
Melayani Klien
Ilmu gizi merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Seorang konselor gizi harus
dapat menggabungkan keahliannya berdasarkan teori ilmiah di bidang gizi dan seni dalma
menyusun diet sesuai dengan kondisi klien. Selain harus menguasai ilmu gizi dan kesehatan,
seorang konselor juga membutuhkan pengetahuan tentag fisiologi , psikologi , sosial , serta
komunikasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan dalam bentuk pendapatan
atau informasi melalui kata-kata, gerak atau isyarat (bahasa tubuh) atau simbol dari pemberi
pesan kepada penerima pesan.
Tujuan komunikasi akan tercapai dengan baik bila berlangsung dua arah, yaitu melibatkan
pemberi dan penerima pesan secara aktif. Komunikasi yang memberikan peluang untuk tanya
jawab, saling menanggapi, menggali informasi, dan mengklasifikasi akan memudahkan
penerima pesan dalam menerima informasi.
Cara-cara memperoleh umpan balik adalah sebagai berikut :
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya, mengajukan pendapat, dan
menceritakan pengalaman.
• Mengajukan pertanyaan atau meminta penjelasan kembali kepada klien untuk
mengetahui pemahaman klien tentang informasi yng telah diberikan.
• Meminta klien untuk meringkas informai yang telah disampaikan dan diterimanya.
Prinsip komunikasi adalah sebagai berikut :
• Tentukan tujuan komunikasi
• Paham isi pesan yang akan disampaikan dalam komunikasi.
• Samakan persepsi dulu supaya bisa berbicara dalam pengertian yang sama mengenai
pokok bahasannya.
• Gunakan aspek komunikasi (verbal, nonverbal, dan emosional) yang sesuai dengan
tujuan komunikasi.
• Berikan informasi secukupnya sesuai keadaan dan situasi pemberi dan penerima pesan
sehingga penerima pesan mudah memahaminya.
 KONSELING GIZI
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga
tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling. Konseling adalah suatu bentuk pendekatan
yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi. Setelah
melakukan konseling, diharapkan individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi masalah gizinya termasuk perubahan pola makan serta memecahkan
masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat.
Dalam proses konseling seseorang yang membutuhkan pertolongan (klien) dan
seseorang yang membutuhkan pertolongan (klien) dan seseorang yang memberikan bantuan
dan dukungan (petugas konseling atau konselor) akan bertatap muka dan berbicara
sedemikian rupa sehingga klien mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh
karenanya, keterampilan komunikasi dan hubungan antar manusia sangat dibutuhkan.
Antara keahlian dalam bidang gizi, fisiologi, dan psikologi yang terfokus pada perubahan
perilaku tentang makanan dan hubungannya dengan penyakit atau masalah gizinya
Sebagai dasar keterampilan konselor adalah keterampilan komunikasi yang baik
dengan menggunakan berbagai cara berkomunikasi, seperti komunikasi verbal dan nonverbal,
respon mendengar, melakukan, dan saling berbagi. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan konseling.
1. Keterampilan Konseling
Konseling yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor tentang segala
sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku makan klien. Hal ini dapat
dicapai jika konselor dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien sehingga mampu dan mau
melakukan perilaku baru untuk mencapai status gizi yang optimal.
2. Ketrampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan
Membangun percaya diri klien akan membantunya untuk membuat keputusan sendiri tentang
perubahan diet yang harus dilakukannya sekaligus melaksanakan keputusan tersebut. Bila
klien sudah percaya diri dengan keputusannya, dia tidak akan terpengaruh oleh pendapat
orang lain.
Dengan memberikan dukungan akan meningkatkan rasa percaya diri klien terhadap
apa yang telah dia lakukan dan akan membantunya untuk terus melaksanakan diet. Kondisi
seperti ini akan membantu klien memiliki kepercayaan tinggi dalam menjalankan apa yang
telah menjadi keputusannya dan tidak mudah terpengaruh hal-hal lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun percaya diri klien adalah
sebagai berikut.
 Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien
Klien akan merasa tidak senang, kecewa, dan terganggu karena konselor tidak mau
mendengar apa yang ia katakana serta membuat ia merasa bersalah. Oleh karena itu, jangan
mengatakan tidak setuju dengan apa yang klien katakan. Walaupun begitu, jangan
mengatakan setuju dengan pemikiran pendapat yang keliru. Ini menjadi sulit untuk
menyarankan sesuatu yang sedikit berbeda jika saudara setuju dengan pemikiran atau
pendapat klien.

 Mengenali serta memuji apa yang dikerjakan dengan benar


Menerima apa yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan, serta mengenali dan memuji
perilaku baik kan membangun rasa percaya diri klien. Ini akan mendorong klien untuk
melanjutkan perilaku yang sudah benar.

 Memberikan Bantuan
Memberikan bantuan praktis akan terasa lebih bermanfaat daripada hanya
mengatakan sesuatu. Misalnya, dengan membantu klien merasa nyaman dengan posisi duduk
yang lebih nyaman.

 Memberikan informasi yang relevan


Sampaikan hal-hal yang dapat dilakukan klien pada saat ini. Contohnya memberi
klien hanya informasi yang diperlukan saat ini dengan cara positif supaya tidak terdengar
seperti kritikan atau memuat klien berpikiran bahwa dia telah melakukan hal yang salah

 Menggunakan bahasa yang sederhana


Gunakan istilah umum untuk mejelaskan sesuatu kepada klien. Sebagian besar orang
tidak mengerti istilah-istilah yang bersifat teknis yang digunakan konselor.

 Memberikan satu atau dua saran, bukan “perintah”


Sarankan apa yang dapat klien lakukan. Hal ini memberi persaan klien menguasai
keadaan, dan membantunya untuk merasa percaya diri.

 Menilai pemahaman
Dilakukan untuk menilai pengertian klien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali atau meminta klien untuk menjelaskan
kembali apa yang telah diketahuinya. Sebaiknya konselor menggunakan pertanyaan terbuka
agar komunikasi beralangsung dua arah.

 Rencana tindak lanjut


Merupakan rencana intervensi diet, kunjungan ulang, dan mengevaluasi ketaatan diet
yang telah dilakukan klien.

2.5. TANGGAP DALAM DISKUSI, MELAKUKAN ARGUMENTASI DENGAN ETIS


PADA KLIEN SELAMA PELAYANAN GIZI
Persepsi adalah pengertian seseorang terhadap sesuatu yang dibentuk oleh
pengetahuan dan pengalamannya yang mungkin berkaitan dengan kepercayaan, budaya,
lingkungan social, pendidikan, keadaan ekonomi, dan sebagainya.
Dalam komunikasi dimungkinkan adanya perbedaan persepsi antara klien dan
konselor. Hendaknya konselor memperhatikan, menghargai pendapat klien, dan keluarga di
lingkungannya, termasuk agama dan kepercayaan, ragam budaya, tingkat pendidikan, serta
unsur social lainnya yang mungkin berbeda dan memengaruhi perilakunya. Komunikasi akan
efektif bila melibatkan seluruh komponen komunikasi.
Ada saat bertemu klien gunakanlah keterampilan komunikasi dan konseling.
Sambutlah klien dengan ramah, terseyum dan berikan salam. Salah satu cara untuk
menyambut klien dapat dilakukan dengan bersalaman atau berjabat tangan. Namun,
adakalanya sentuhan tangan antara laki – laki dan perempuan merupakan hal yang tidak
lazim atau tabu maka berjabat tangan tidak perlu dilakukan. Cukup dengan berdiri samabil
tersenyum atau menganggukkan kepala dan dilanjutkan dengan memberi salam.
Contoh ucapan salam adalah sebagai berikut :
Selamat pagi ibu atau bapak, apa kabar?
Selamat siang Ibu Tuti, ada yang bisa saya bantu?
Selamat datang ibu atau bapak, ada yang dapat saya bantu?
Selanjutnya, Persilahkan klien untuk duduk dan upayakan klien merasa nyaman .
Upayakan posisi sama tinggi (misalnya, sama – sama duduk di kursi) dan singkirkan
penghalang yag ada di hadapan yang dapat mengganggu proses konseling. Perkenalkan nama
Anda sebagai konselor dan beri waktu klien untuk menceritakan identitas dirinya, seperti
nama, umur, alamat, pekerjaan, dan lain – lain.
Ciptakan hubungan yang positif berdasarkan rasa percaya, keterbukaan, dan kejujuran
berekspresi. Konselor harus dapat menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya dan dia
adalah seorang yang kompeten untuk membantu kliennya.
Sampaikan tujuan konseling, yaitu untuk membantu klien memahami masalah gizi
sehubungan dengan penyakitnya dan membantu klien mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah melalui perubahan diet ( makan) sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.
Waktu konseling akan berlangsung sekitar 30 – 60 menit dan sebaiknya berikan kesan bahwa
konselor bersedia meluangkan waktu untuk klien.
Setelah terbangun hubungan yang baik antara konselor dan klien maka konselor dapat
melanjutkan langkah berikutnya, yaitu menggali permasalahan sehubungan dengan masalah
kesehatan dan gizi.

• . Keterampilan mendengar dan mempelajari


Ada beberapa hal yang termasuk dalam keterampilan mendengar dan mempelajari, yaitu
sebagai berikut.
- Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh tanpa
perlu berkata-kata. Hal ini menunjukkan bahwa konselor memahami klien dan membantunya
merasa nyaman melalui sikap, seperti mengusahakan kepala sama tinggi, memberi perhatian,
menyingkirkan penghalang, menyediakan waktu, dan memberi sentuhan secara wajar
- Mengajukan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban penjelasan. Pertanyaan
terbuka akan lebih bermanfaat larena akan diperoleh informasi yang lebih banyak. Pertanyaan
terbuka biasanya dimulai dengan pertanyaan, “apa saja…”, “mengapa….”, dan
“bagaimana…..”.

- Menggunakan respond dan gerakkan tubuh yang menunjukkan perhatian dan


ketertarikan atas jawaban klien dalam bentuk bahasa isyarat seperti mengangguk dan kata-
kata penghargaan. Contohnya seperti “wah….”, “mmm….”, “ooo… begitu”, dan “eeeeh…”.

- Mengatakan kembali apa yang klien katakan


Untuk menunjukan bahwa konselor telah mendengar hal-hal yang telah dikatakan klien. Ini
akan membantu klien berbicara lebih banyak. Akan lebih baik bila konselor menggunakan
kata-kata sendiri dan tidak sekadar mengulang apa yang telah dikatakan klien.

- Berempati menunjukkan konselor paham perasaan klien


Berempat berarti konselor merespon kepada klien dengan cara menunjukkan bahwa konselor
paham apa yang disampaikan klien serta mengerti perasaan dan masalah klien. Menunjukkan
empati dapat melalui memberikan pertanyaan yang menyangkut fakta yang diutarakan klien.

- Hindari kata-kata yang menghakimi


Penggunaan beberapa kata tertentu dalam kalimat dapat menyebabkan klien merasa bersalah
dan dihakimi. Contoh kata jelek, baik, tepat, benar,salah, melakukan dengan baik, biasa,
banyak, cukup, mencukupi, tidak cukup,sepenuhnya, masalah, berhasil, gagal, kegagalan,
keberhasilan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

gizikesehatan.ugm.ac.id/konsultasi/
nurbayasalam.blogspot.com/2010/02/konseling-gizi.html
https://www.scribd.com/doc/290987487/Konseling-Gizi
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahli_giz

Anda mungkin juga menyukai