Anda di halaman 1dari 57

DIAN ARIFIANI

I11106015
 Identitas
Nama : An.R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 1 tahun
Alamat : Mempawah
Masuk RS : 22 Februari 2011 pukul 17.15
WIB
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis
dengan ibu pasien dan pemeriksaan fisik
dilakukan pada tanggal 22 Februari 2011
pukul 20.00 WIB.
 Keluhan Utama : sesak napas.

 Riwayat Penyakit Sekarang
 Sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) pasien mengalami sesak napas. Pada
saat sesak napas, kedua hidung pasien
bergerak kembang kempis. Keluhan sesak
napas tidak disertai adanya suara napas
berbunyi (mengi) atau mengorok.
 Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengalami batuk.
Awalnya pasien batuk kering kemudian menjadi
batuk berdahak, dengan dahak berwarna putih
kekuningan. Batuk dialami terutama saat pasien
menangis atau tertawa. Saat batuk mulai
terjadi, batuk terus menerus dan sulit berhenti.
Ketika batuk, wajah pasien sampai memerah dan
kadang-kadang sampai muntah. Selain
batuk, pasien juga mengalami demam yang
mendadak serta dengan demam yang naik turun.
Demam yang dialami os tidak terlalu tinggi.
Demam turun dengan pemberian parasetamol.
Semenjak terdapatnya keluhan ini, pasien tidak
nafsu makan. Sehingga berat badan os semakin
menurun. Selain demam, os tampak menggigil.
 Sejak2 minggu SMRS, pasien mengalami
batuk darah. Darah yang dimaksud adalah
hanya terdapat bercak-bercak darah pada
dahak. Os sempat di rawat di RSU Rubini
selama 6 hari. Karena tidak ada perubahan,
os dirujuk ke RSU dr.Soedarso. Semenjak di
rawat di RSU dr.Soedarso, batuk darah sudah
tidak terjadi lagi.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit serupa
sebelumnya.
Riwayat asma disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat asma dalam keluarga disangkal.
Ayah pasien batuk kronik dan telah merokok 10
tahun.
 Riwayat Imunisasi
Pasien hanya mendapat imunisasi campak 1
kali. Sedangkan imunisasi lainnya os belum
pernah mendapatkannya.

 Riwayat Kelahiran
Anak lahir cukup bulan, ditolong oleh bidan
di klinik bersalin, dan langsung menangis.
Berat badan lahir: 3 kg dengan panjang
badan lahir: 50 cm.
 Riwayat Imunisasi
Pasien hanya mendapat imunisasi campak 1
kali. Sedangkan imunisasi lainnya os belum
pernah mendapatkannya.

 Riwayat Kelahiran
Anak lahir cukup bulan, ditolong oleh bidan di
klinik bersalin, dan langsung menangis.
Berat badan lahir: 3 kg dengan panjang badan
lahir: 50 cm.
 Tanda Vital:
 Keadaan Umum : tampak sakit sedang, tampak
sesak napas, sianosis (-)
 Kesadaran : compos mentis
 Nadi : 110 x/menit, teratur, isi
cukup.
 Napas : 70 x/menit (takipneu)
 Suhu : 38° C
 Status Generalis dan Lokalis
 Berat badan : 7,7 kg
 Panjang badan : 70 cm
 Kulit : pucat (-)
 Kepala : tidak ditemukan
kelainan
 Mata : konjungtiva anemis (-/-)
 Telinga : sekret (-)
 Hidung : pernapasan cuping hidung
(+), hipertrofi konkha (-)
 Mulut & tenggorokan: sianosis perioral (-), faring
tidak hiperemis, lidah kotor (-), tonsil tidak
membesar.
 Leher : limfonodi (-).
Paru
 Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, retraksi
suprasternal (+), retraksi interkostalis (+) dan retraksi
subkostal (+).
 Palpasi : taktil fremitus paru kiri dan kanan
simetris.
 Perkusi : sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : ronkhi basah (+/+), wheezing (+/+)
Jantung : S1 dan S2 tunggal normal.
Abdomen
 Inspeksi : supel, abdomen tampak setinggi
dinding dada
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : turgor & elastisitas baik, hepar
dan limpa tak teraba.
 Perkusi : timpani (+), bising usus (+)
normal.
Anus & Genitalia : laki-laki tidak ada kelainan.
Ekstremitas : akral hangat, capillary
refill < 2 detik, sianosis (-)
Kelenjar getah bening: tidak membesar
Pada anamnesis bayi perempuan berumur 1 tahun
ini didapatkan keluhan:
 Sesak napas sejak 5 hari SMRS, napas cepat, cuping
hidung kembang kempis. Os batuk dan demam sejak 1
bulan yang lalu. Batuk berdahak dan semakin
bertambah saat os menangis atau tertawa. Saat
batuk, wajah os memerah dan kadang sampai
muntah. Demam naik turun. Sejak 2 minggu SMRS,
pasien mengalami batuk darah. Os sempat di rawat di
RSU Rubini selama 6 hari. Karena tidak ada
perubahan, os dirujuk ke RSU dr.Soedarso. Semenjak
di rawat di RSU dr.Soedarso, batuk darah sudah tidak
terjadi lagi.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan: takipnea,
pernapasan cuping hidung (+), retraksi
suprasternal (+), retraksi interkostal (+), retraksi
subkostal (+), ronki basah (+/+), wheezing (+/+).
 Pemeriksaan darah :
 Hemoglobin : 9,7 g/dl
 Leukosit : 17000 /ul
 Trombosit: 604000 /ul
 Hematokrit : 30 %

 Pemeriksaan X-ray dada AP : tampak jantung


tidak membesar (CTR 55%) dan terdapat
infiltrat pada paru kanan bagian basal.
 Pertusis
 Pneumonia
 Oksigen : 1/2 liter/menit
 Dextrose 5% : 19 tetes/ menit
mikro
 Seftriakson : 1 x 600 mg iv
 Eritromisin : 4 x 100 mg oral
 Paracetamol syr : 3 x ½ cth
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanactionam : dubia ad malam.
PERTUSIS
 Bordetella pertussis
 Risiko penyakit paling tinggi pada anak di
bawah usia 5 tahun
 30% kasus di Amerika Serikat terjadi pada
bayi di bawah usia 6 bulan
 Mortalitas paling besar pada bayi usia 1
tahun.
 Dibagi menjadi tiga stadium:
(1) kataral (prodromal, praparoksismal),
(2) paroksismal (batuk spasmodik), dan
(3) konvalesen
 Stadium kataral:
 Berlangsung 1-2 minggu
 terdapat rinorea (jernih sampai mukoid),
 injeksi konjungtiva
 Lakrimasi
 batuk ringan, mengi
 demam ringan.
 Stadium paroksismal
 Berlangsung 2-4 minggu
 Episode batuk meningkat keparahan dan
frekuensinya.
 Batuk berkali-kali selama ekspirasi diikuti dengan
inspirasi massif mendadak  suara whoop
 Petekie wajah dan kemerahan, pelebaran
vena, dan sianosis mungkin menonjol selama
serangan
 Muntah pasca batuk
 Episode berulang menyebabkan kelelahan
 pasien tampak apatis dan berat badan turun
 Stadium konvalesen
 berlangsung 1-2 minggu
 Frekuensi dan keparahan batuk paroksismal dan
muntah berkurang
 batuk kronik dapat menetap selama beberapa
bulan
 Pneumonia
 Atelektasis
 Pneumomediastinum, pneumotoraks atau
emfisema interstisial atau subkutan
 Peningkatan tekanan intratoraks dan
pelebaran vena dapat menyebabkan
epistaksis, perdarahan retina dan
subkonjungtiva, perdarahan intraventrikuler
dari subarachnoid, ruptur diafragma, serta
hernia inguinalis
 Kejang tetanik dapat disebabkan alkalosis
akibat muntah terus menerus
 Eritromisin
 bayi kurang dari 4 minggu, eritromisin 
stenosis pilorus
 Azitromisin atau klaritromisin dapat
diberikan untuk waktu yang lebih pendek
 Trimetoprim/sulfametoksazol  alternatif
yang tidak terbukti
PNEUMONIA
 Setiap tahun, infeksi saluran napas bawah1
dari 3 anak usia 1 tahun dan menimbulkan
kematian sekitar 2-3 juta anak di seluruh
dunia
 Pneumonia  90% dari jumlah kematian
tersebut
 Insidensi kasus pneumonia di negara
berkembang untuk balita adalah 10-20%.
 Tingkat kematian terbesar adalah pneumonia
akibat bakeri, namun insidensi terbesar
adalah pneumonia akibat virus
 bayi usia 2-6 bulan,
 prematur atau BBLR
 tinggal di daerah dengan prevalensi infeksi
saluran napas yang tinggi
 tidak mendapatkan ASI eksklusif, malnutrisi
 terpajan pada polusi udara seperti asap
rokok maupun asap biomassa
 tidak mendapatkan vaksinasi yang sesuai
 Inokulasisaluran napas oleh organisme
infeksius  respon inflamasi akut selama 1-2
minggu
 Infeksi Virus
 Adanya akumulasi sel mononuklear dalam
submukosa dan celah perivaskular obstruksi
parsial saluran napas  suara napas tambahan
berupa ronkhi atau wheezing.
 Infeksi bakteri
 Bakteri menginfeksi jaringan paru reaksi
peradangan jaringan parueksudasi alveoli terisi
cairan serosa
 4 tahap respon tubuh:
1. Kongesti (4 - 12 jam pertama)
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
3. Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)
4. Resolusi (7 s/d 11 hari)
 Infeksi jamur
 Infeksi jamur tidak umum terjadi
 terutama terjadi pada pasien dengan
imunodefisiensi, seperti pada pasien AIDS atau
pasien dengan kemoterapi
 Berdasarkan klinisnya
 CAP (Community Acquired Pneumonia)
 HAP (Hospital Acquired Pneumonia)
• Berdasarkan etiloginya
 pneumonia akibat bakteri
 pneumonia akibat virus
 pneumonia akibat Mycoplasma
• Berdasarkan morfologinya
 pneumonia interstitial
 pneumonia lobaris
 pneumonia lobular
 bronkopneumonia
 Berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya
Kelompok usia Klasifikasi Tanda penyerita selain batuk dan atau sulit
bernapas
2 bulan - < 5 Pneumonia berat Tarikan dinding dada bagian bawah ke
tahun dalam (chest indrawing)
Pneumonia Napas cepat sesuai golongan umur:
2 bulan - < 1 tahun: ≥ 50 kali/menit.
1 - <5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Bukan Tidak ada napas cepat dan tidak ada
Pneumonia tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam
< 2 bulan Pneumonia berat Napas cepat ≥ 60 kali/menit atau tarikan
kuat dinding dada bagian bawah ke dalam
Bukan Tidak ada napas cepat dan tidak ada
pneumonia tarikan kuat dinding dada bagian bawah
ke dalam
 Bayi baru lahir
 Bayi baru lahir dengan pneumonia jarang batuk,
mereka lebih sering memanifestasikan takipnea,
retraksi, merintih, dan bahkan hipoksemia.
 Infant
 Klinis yang sering yaitu takipnea, retraksi, dan
hipoksemia. Selain itu bisa diikuti batuk
persisten, demam, gelisah, dan tidak mau minum
atau menyusui
 Anak-anak
 Klinis yang sering yaitu demam, batuk, nyeri
dada, dehidrasi, dan letargi.
 Tanda dan gejala ekstraparu meliputi nyeri
perut, pernapasan cuping hidung, dan retraksi
dinding dada bagian bawah.
 auskultasi paru ronkhi, wheezing, penurunan
suara dasar paru;
 Perkusiredup;
 palpasi penurunan taktil dan vokal fremitus
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan hematologi (terutama hitung
leukosit, Protein C-Reaktif, LED)
 Pemeriksaan sputum.
 Sputum
 Serologideteksi patogen yang ada, seperti
M.pneumoniae.
 Kultur darah
 PCR (Polymerase chain reaction)
 Pemeriksaan radiografi
 pencitraan primer sebagai penunjang diagnosis
pneumonia
 kasus yang cukup beratdapat diulang 6 minggu
setelah terapi diberikan untuk melihat resolusi
dari pneumonia.
 kasus pneumonia untuk memprediksi etiologinya
memiliki akurasi 42-73%
 pneumonia akibat virus patch infiltrat
perihilar, hiperinflasi, dan atelektasis
 pneumonia akibat bakteri infiltrat unilobaris,
konsolidasi lobaris atau alveolar
 infeksi Mycoplasma awal infeksi cenderung
berupa retikuler dan interstitial berkembang
menjadi infiltrat dan konsolidasi segmental
dengan adenopati hilus dan efusi pleura
 adanyabatuk dan atau kesulitan bernapas
ditambah dengan hal berikut:
 Demam
 Ronkhi pada auskultasi paru
 Kepala terangguk-angguk
 Pernapasan cuping hidung
 Retraksi ke dalam dinding dada bagian bawah
 Foto polos dada menunjukkan gambaran
pneumonia (terutama infiltrat dan konsolidasi)
 Keadaan berat dapat dijumpai:
 Tidak dapat menyusu atau minum atau
memuntahkan semuanya
 Kejang, letargis, atau tidak sadar
 Merintih (grunting)
 Sianosis
 Terapi antibiotik
 Ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kg/kali iv atau
im tiap 6 jam) dan kloramfenikol (25 mg/kg/kali
im atau iv tiap 6 jam) atau
 Ampisilin/amoksisilin saja
 alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kg im
atau iv sekali sehari).
 pantau selama 24 jam-72 jam pertama
 Bila anak memberikan respon yang baikselama
5 hari
 terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit
dengan ampisilin/amoksilin oral (15 mg/kg/kali 3
kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
 Bila
anak tidak membaik dalam 48
jamdibuat foto polos dada
 Ganti antibiotik dengan gentamisin (7,5 mg/kg
im/iv sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kg im
atau iv tiap 6 jam)
 Bila anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau
dikloksasilin) oral 4 kali sehari sampai secara
keseluruhan mencapai 3 minggu
 Terapi oksigen
 Berikan oksigen pada semua anak dengan
pneumonia sangat berat
 Terapi tambahan
 Parasetamol
 Bronkodilator kerja cepat
 Terapi cairan dan nutrisi
 Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan
rumatan sesuai usia anak
 Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral
 Jika anak tidak mau minum, pasang pipa
nasogastrik
 Bujuk anak untuk makan segera setelah anak bisa
menelan makanan
 Diagnosa banding pada bayi laki-laki umur 1 tahun dengan
keluhan sesak napas ini adalah pneumonia, bronkiolitis,
asma dan bronkitis.
 Diagnosa asma sementara dapat disingkirkan berdasarkan
anamnesa tidak didapatkan riwayat asma pada keluarga,
juga sesak napas dan batuk yang tidak semakin memberat
terutama pada malam dan subuh hari.
 Napas cepat merupakan gejala utama pada infeksi saluran
napas bawah terutama pada bronkiolitis dan pneumonia.
 Retraksi dinding dada sering terjadi pada bronkiolitis dan
pneumonia.
 Gejala batuk dan kesulitan bernapas pada anak yang sering
disertai wheezing selain pada asma juga dapat ditemukan
pada beberapa kondisi seperti bronkiolitis, pneumonia dan
juga kadang dapat ditemukan pada bronkitis.
 pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
darah didapatkan hasil leukosit sebanyak
17.000/ul yang leukositosis.
 Nilai hemoglobin yang cenderung menurun yaitu
9,7 g/dl yang dapat terjadi pada infeksi. Nilai
trombosit dan hematokrit masih dalam batas
normalkecurigaan terhadap etiologi infeksi
yang menyebabkan timbulnya batuk dan sesak
napas.
 pemeriksaan foto toraks infiltrat pada paru
kanan bagian basal pneumonia.
 Berdasarkan gejalanya pneumonia berat
(takipnea, retraksi suprasternal, retraksi
interkostal, serta retraksi subkostal)
 klasifikasi
etiologi: anak usia 1 tahun virus
meliputi 90% kasus.
 RSV (Respiratory Syncitial Virus) tersering,
kemudian parainfluenza tipe 1,2, dan 3, dan
influenza A dan B
 Terapi yang diberikan pada pasien ini
meliputi terapi suprtif, simtomatik dan
kausatif.
 Terapi suportif:
 O2 ½-1 liter/menit
 pemasangan infuse cairan intravena berupa
Dextrose 5% 19 tetes permenit
 Sebagai terapi simtomatik dosis nebulizer
berupa bronkodilator kerja cepat yaitu
salbutamol
 Terapi kausatifantibiotik seftriakson 1 x
600 mg secara intravena

Anda mungkin juga menyukai