PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
Rheumatoid Artritis sendiri merupakan penyakt yang disebabkan oleh reaksi autoimun
yang terjadi di jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi
sehingga kolagen terpecah dan terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang. (Brunner & Suddart, 2002)
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dislokasi?
2. Apa saja klasifikasi dari dislokasi?
3. Apa etiologi dari dislokasi?
4. Bagaimana patofisiologi dislokasi?
1
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari dislokasi?
6. Apa askep dari dislokasi?
7. Apa pengertian rheumatoid artritis?
8. Apa saja klasifikasi dari rheumatoid artritis?
9. Apa etiologi rheumatoid artritis?
10. Bagaimana patofisiologi dari rheumatoid artritis?
11. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari rheumatoid artritis?
12. Apa askep dari rheumatoid artritis?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dislokasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dislokasi
3. Untuk mengetahui etiologi dislokasi
4. Untuk mengetahui patofisiologi dislokasi
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dislokasi
6. Untuk mengetahui askep dari dislokasi
7. Untuk mengetahui pengertian rheumatoid artritis
8. Untuk mengetahui klasifikasi rheumatoid artritis
9. Untuk mengetahui etiologi rheumatoid artritis
10. Untuk mengetahui patofisiologi rheumatoid artritis
11. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik rheumatoid artritis
12. Untuk mengetahui askep dari rheumatoid artritis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISLOKASI
1. PENGERTIAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Dislokasi sendi terjadi ketika permukaan tulang sendi tidak sesuai dengan posisi
anatomi. Dislokasi merupakan keadaan emergensi karena berhubungan dengan
kerusakan aliran darah dan persarafan disekitarnya. Diskolasi umumnya terjadi pada
jari dan bahu. Meski demikian, persendian lain seperti lutut, pinggul, siku tangan,
maupun pergelangan kaki juga dapat mengalami cedera ini. Gejala utama dislokasi
biasanya akan terlihat melalui kejanggalan yang muncul pada 12bentuk sendi,
misalnya muncul benjolan aneh di dekat tempurung atau soket sendi. Sendi tersebut
juga akan mengalami pembengkakan, lebam, terasa sangat sakit,
serta tidak dapat digerakkan (Kementrian Kesehatan, 2014)
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur,
dkk. 2000). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan
patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138). Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi
cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi.
3
2. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat dibagi sebagai berikut:
a. Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
b. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
c. Dislokasi traumatik
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi,
ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya:
a. Dislokasi sendi rahang
Menguap terlalu lebar, terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya
b. Dislokasi sendi rahang
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
4
c. Dislokasi sendi siku
Merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang menyebabkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah bentuk dengan
kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
d. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg segara,sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami dislokasi kearah
telapak tangan dan punggung tangan.
e. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
f. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
g. Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
3. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh:
a. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi
5
c. Terjatuh
1) Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
2) Tidak diketahui
3) Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
4) Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
5) Trauma akibat kecelakaan.
6) Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
7) Terjadi infeksi disekitar sendi.
4. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan
mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah
karakoid). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari
tempatnya maka mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya
sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto X-ray
Untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
b. Foto rontgen
Menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi
c. Pemeriksaan radiologi
Tampak tulang lepas dari sendi
6
6. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan
data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada '
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri.
Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat
kapan nyeridirasakan menurun.
2) Riwayat penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
4) Pemeriksaan fisik
Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalamidislokasi
Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
Adanya lebam pada dislokasi sendi
5) Kaji kebutuhan dasar Henderson.
Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhandasar manusia yang terganggu
adalah
Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan
nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
Gerak dan akti!itas : pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada
padatempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
Makan minum : pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang
sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya
bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi
Pemeriksaan CT-scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar dimensi.
7
Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
2) Gangguan cita tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas
ditandai dengan perubahan postur tubuh
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
c. Intervensi Keperawatan
No NANDA NOC NIC
1 Nyeri akut 1913 Keparahan 1. Kaji skala nyeri
Definisi 2. Berikan posisi relaks
cedera fisik
pada pasien
Pengalaman sensorik
Definisi 3. Ajarkan teknik distraksi
atau emosional yang dan relaksasi
Keparahan dari tanda
4. Berikan lingkungan
berkaitan dengan
dan gejala dari cedera yang nyaman, dan
kerusakan jaringan aktifitas hiburan
tubuh
5. Kolaborasi pemberian
aktual atau
analgesik
fungsional, dengan
onset mendadak atau
lambat dan
berintensitas ringan
hingga berat yang
berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Objektif
Tampak meringis
8
Gejala dan tanda
minor
Objektif
Proses berpikir
terganggu
9
perasaan negatif yang terkena
tentang perubahan -1205 harga diri
tubuh Definisi
Penilaian harga diri
Objektif sendiri
Menghindari melihat Indikator
dan atau menyentuh - Verbalisasi
bagian tubuh penerimaan diri
- Penerimaan terhadap
keterbatasan diri
- Mempertahankan
penampilan dan
kebersihan diri
B. RHEUMATOID ARTHRITIS
1. PENGERTIAN
Daud, (2004) mengatakan bahwa rheumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun
yang menyebabkan inflamasi kronik yang ditandai dengan terdapatnya sinovitif
erosive simetrik yang mengenai jaringan persendian ataupun organ tubuh lainnya.
Penyakit autoimun terjadi jika imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Rheumatoid
Artritis sendiri merupakan penyakt yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang
terjadi di jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi sehingga kolagen terpecah dan terjadi edema, proliferasi membrane synovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. (Brunner & Suddart, 2002).
10
2. KLASIFIKASI
Sebagai pedoman umum, sampai sekarang masih dipakai kriteria dari ARA (American
Rheumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis RA yang seluruhnya ada 11
kriteria yakni adanya ras kaku pagi hari (Morning stiffness), penderita merasa kaku
dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2 jam, pembengkakan jaringan
lunak sendi (Soft Tissue Stiffnes) yang berlangsung selama 6 minggu, nyeri pada
sendi yang terkena bila digerkkan (Joint Tendersness on Moving) yang
lain,poliartritis yang simetris dan serentak (jarak antara rasa sakit pada satu sendi
disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu),didapati adanya nodulus
reumaticus subkutan, didapati adanya kelainan radiologikpada sendi yang terkena
sekurang-kurangnya dekalsifikasi, factor uji rematoid positif, pengendapan mucin
yang kurang pekat, didapati perubahan histologic yang khas (Rheumatoid nodule)
(Gordon, 1997).
3. ETIOLOGI
Penyebab RA sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun factor
predisposisinya adalah mekanisme iunitas (antigen-antibodi), factor metabolic, dan
infeksi virus (suratum, 2008)
4. PATOFISIOLOGI
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan komponen
self dan non-self. Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak mampu lagi
membedakan keduanya dan menyerang jaringan sinovial serta jaringan penyokong
lain. Inflamasi berlebihan merupakan manifestasi utama yang tampak pada kasus
rheumatoid arthritis. Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen. Antigen dapat
berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen.
Paparan antigen akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B. Pada pasien
rheumatoid arthritis ditemukan antibodi yang dikenal dengan Rheumatoid Factor
(RF). Rheumatoid Factor mengaktifkan komplemen kemudian memicu kemotaksis,
fagositosis dan pelepasan sitokin oleh sel mononuklear sehingga dapat
mempresentasikan antigen kepada sel T CD4+.Sitokin yang dilepaskan merupakan
sitokin proinflamasi dan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis seperti
TNF-α, IL-1 dan IL-6. Aktivasi sel T CD4+ akan memicu sel-sel inflamasi datang ke
area yang mengalami inflamasi. Makrofag akan melepaskan prostaglandin dan
sitotoksin yang akan memperparah inflamasi. Protein vasoaktif seperti histamin dan
kinin juga dilepaskan yang menyebabkan edema, eritema, nyeri dan terasa panas.
Selain itu, aktivasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga dapat menstimulasi
angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) sehingga terjadi peningkatan
vaskularisasi yang ditemukan pada sinovial penderita RA. Inflamasi kronis yang
dialami pasien rheumatoid arthritis menyebabkan membran sinovial mengalami
11
proliferasi berlebih yang dikenal dengan pannus. Pannus akan menginvasi kartilago
dan permukaan tulang yang menyebabkan erosi tulang dan akhirnya kerusakan sendi.
Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus) menginfeksi sendi
akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu pada membran sinovial dan terjadi
peradangan yang berlangsung terus-menerus. Peradangan ini akan menyebar ke
tulang rawan, kapsul fibroma sendi, ligamen dan tendon. Kemudian terjadi
penimbunan sel darah putih dan pembentukan pada jaringan parut sehingga membran
sinovium menjadi hipertrofi dan menebal. Terjadinya hipertrofi dan penebalan ini
menyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjadi terhambat. Keadaan
seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri
hebat dan deformitas.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laju enap darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
Menunjukkan adanya proses inflamasi, akan tetapi memiliki spesifisitas yang
rendah untuk RA. Tes ini berguna untuk memonitor aktivitas penyakit dan
responnya terhadap pengobatan.
b. Tes RhF (rheumatoid factor)
Tes ini tidak konklusif dan mungkin mengindikasikan penyakit peradangan kronis
yang lain (positif palsu). Pada beberapa kasus RA, tidak terdeteksi adanya RhF
(negatif palsu). RhF ini terdeteksi positif pada sekitar 60-70% pasien RA. Level
RhF jika dikombinasikan dengan level antibodi anti-CCP dapat menunjukkan
tingkat keparahan penyakit.
c. Tes antibodi anti-CCP (Cyclic Citrullinated Peptide)
Tes untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis secara dini. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa tes tersebut memiliki sensitivitas yang mirip dengan tes RhF,
akan tetapi spesifisitasnya jauh lebih tinggi dan merupakan prediktor yang kuat
terhadap perkembangan penyakit yang erosif.
d. Tes hitung darah lengkap
Biasanya dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai inflamasi dan anemia
yang berguna sebagai indikator prognosis pasien.
e. Analisis cairan synovial
Peradangan yang mengarah pada rheumatoid arthritis ditandai dengan cairan
sinovial abnormal dalam hal kualitas dan jumlahnya yang meningkat drastis.
Sampel cairan ini biasanya diambil dari sendi (lutut), untuk kemudian diperiksa
dan dianalisis tanda-tanda peradangannya.
f. X-ray tangan dan kaki
Dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi adanya erosi dan memprediksi
perkembangan penyakit dan untuk membedakan dengan jenis artritis yang lain,
seperti osteoartritis.
12
g. MRI
Dapat mendeteksi adanya erosi lebih dini jika dibandingkan dengan X-Ray.
h. USG
Dapat digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi adanya cairan abnormal di
jaringan lunak sekitar sendi.
i. Scan tulang.
Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya inflamasi pada tulang.
j. Densitometri
Dapat mendeteksi adanya perubahan kepadatan tulang yang mengindikasikan
terjadinya osteoporosis.
k. Tes Antinuklear Antibodi (ANA).
6. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
2) Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
4) Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan /
cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan
TMJ)
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6) Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
13
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
7) Nyeri / kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
8) Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9) Interaksi sosial
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
10) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d distensi jaringan akibat akimulasi cairan/proses inflamasi,
destruksi sendi
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri/ket
3) Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b.d perubahan
kemampuam untuk melakukan tugas-tugas umum
c. Intervensi
14
untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
15
- Gunakan bantal kecil/tipis di
bawah leher.
- Diskusikan persepsi
pasienmengenai bagaimana
orang terdekat menerima
keterbatasan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Rheumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi
kronik yang ditandai dengan terdapatnya sinovitif erosive simetrik yang mengenai
jaringan persendian ataupun organ tubuh lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Daud, rizasyah. Diagnosis dan penatalaksanaan artritis rheumatoid. Jakarta: fkui. 1997
Girdon, N, F. Radang sendi (artritis) panduan latihan lengkap. Jakarta:PT grafindo persada, 1997
18