Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN

Alkaloid isokuinolin
berberin adalah salah satu yang
terbanyak dari family alkaloid
protoberberin. Beragam spesies
tanaman yang mengandung
alkaloid protoberberin telah
digunakan sebagai obat
tradisional sejak lama di India,
Cina, Tibet, dan Jepang yang umumnya sebagai antimikroba dan
antibakteri.secara luas, tanaman yang digunakan sebagai fitoterapi berasal dari
genus Berberis (barberry) yang digunakan oleh masyarakat Jepang sebagai obat
kolera dan diare. Pada masyarakat India, digunakan dalam pengobatan
leismaniasis dan malaria (Nechepurenko, 2010).

Berberin merupakan senyawa


alkaloid pada tumbuhan yang sudah
lama digunakan dalam pengobatan
Ayuverdic dan Pengobatan Cina.
Berberin dapat ditemukan pada
Hydrastis Canadensis (goldenseal),
Coptis chinensis (Coptis atau
goldenthread), Berberis aquifolium
(anggur Oregon), Berberis vulgaris (barberry), dan Berberis aristata (kunyit).
Alkaloid berberin dapat ditemukan pada akar, rhizome, dan kulit batang
tumbuhan. Ekstrak dan dekoksi berberin menunjukkan aktivitas antimikroba yang
signifikan dalam melawan organism seperti bakteri, virus, fungi, protozoa,
helmintes, dan klamidia. Akhir ini, kegunaan klinis predominan berberin termasuk
bakteri diare, infeksi parasit pencernaan, dan infeksi trakoma ocular (Birdsall,
1997).
KARAKTERISTIK BERBERIN

Struktur 2D Berberin Struktur 3D Berberin

Nama Kimia : Berberine; Umbellatine; Majarine; Thalsine;

Rumus Empiris : C20H18NO4+

Berat Molekul : 336,36122 g/mol

Bentuk : kristal berwarna kuning

Titik Leleh : 145oC

Kelarutan : dalam bentuk garam tidak larut dalam air; dalam bentuk
klorida cukup larut dalam air, namun tidak larut dalam
alkohol atau pelarut organic (Weinstein, 1978).

BIOSINTESIS BERBERIN
Sumber gambar: biocyc.org

Berberin merupakan alkaloid benzilisoquinoline, derivate dari tirosin.


Berberin secara alami diproduksi dalam akar Berberis dan Coptis yang digunakan
dalam pengobatan klinik antibakteri. Tahap awal yang sintesis berberin dimulai
dari intermediet (s)-reticuline yang dikatalisis oleh berberine bridge enzyme
(BBE). BBE merupakan enzim utama dalam biosintesis alkaloid
benzilisoquinolin. (s)-reticulin, substrat dari BBE, adalah intermediet terakhir
dalam biosintesis berberin. Dengan bantuan katalis enzim, gugus N-metil dari (s)-
reticulin dikonversi menjadi berberine bridge carbon, C-8 dari (s)-scoulerine.
Reaksi yang terlibat dalam oksidasi gugus N-metil diikuti dengan penutupan
cincin. Reaksi ini tergolong unik dalam alam dan tidak bisa dilakukan dengan
metode sintesis. Semua enzim yang terlibat dalam jalur biosintesis berberin
merupakan stereo-spesifik. Hanya (S)-enantiomer yang merupakan subtract
efektif (Steffens, 1985).

Perluasan pada rangka benzilisokuinolin melibatkan penambahan atom


karbon ekstra, berberine bridge. Hal ini dapat terjadi karena adanya siklisasi
oksidatif gugus N-metil pada prekursor benzilisokuinolin. Analogi pembentukan
gugus metilenedioksi, dimana kedua berberine bridge dan metil-dioksi-karbon
merupakan derivate dari methionin. Benzilisokuinolin dibentuk menjadi retikulin
dengan (S)-isomer menjadi ®. Label gugus N-metil pada (S)-retikulin dibentuk
utuh menjadi berberin C-8 (Herbert, 1981).

Seperti alkaloid lainnya, lokalisasi spesifik sel dari biosintesis berberin dan
pengumpulannya bersifat sementara dan terpisah secara spasial. Pada Thalium
flavum, transkrip dari 9 gen biosintesis berberin dibatasi menuju perisikel dan sel
kortikal yang bersebelahan dengan akar, dan protoderm pada daun primodia,
sedangkan untuk akumulasi atau pengumpulan berberin dibatasi menuju sel
endodermal akar dan empulur dan korteks pada akar (Galneder, 1988).

Pada tingkat subselular pada Berberis dan Coptis, semua jalur enzim
dideteksi dengan vesikel tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa vesikel yang
mengandung enzim dan produk akhir berberin akan berkumpul pada vakuola
sentral. Semua ekspresi gen biosintesis berberin bersifat teratur (Ikezawa, 2003).

ISOLASI BERBERIN

1. Metode Konvensional (Pengkristalan Berberin)


Ekstrak etanol dari serbuk simplisia dievaporasi dan residunya
dilarutkan sebaik mungkin dengan air panas. Kemudian resin memisah dan
bagian larutan panas difiltrasi. Kelebihan asam klorida (HCl) ditambahkan
dan dengan proses pendinginan didapatkan kristal berberin klorida. Kristal
ini dimurnikan dengan melarutkannya dalam etanol dan diendapkan
dengan eter. Selanjutnya, klorida dilarutkan menggunakan air panas,
proses ini menghasilkan basa dengan beberapa tetes NaOH 10%. Aseton
ditambahkan dan diencerkan dengan sejumlah air yang mengendapkan
berberin-aseton. Setelah proses pendinginan semalam, dilakukan
penyaringan, pencucian dengan air dingin dan pengeringan. Berberin
diregenerasi dengaan tingkat kemurnian yang tinggi melalui pelarutan
dalam etanol-kloroform (10:1) dan pendidihan. Pada keadaan dingin,
didapatkan berberin. Metode ini tergolong sederhana namun spesifik
(Weinstein, 1978).
2. Reversed Phase-High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC)
Akar segar Berberis vulgaris L. yang telah dirajang dikeringkan
selama 5 hari setelah itu diserbukkan dan diekstraksi secara maserasi,
dimana 1,5 kg serbuk akar direndam dalan air selama 48 jam. Ekstrak
yang didapat kemudian dievaporasi (Pradhan, 2013).
Ekstrak serbuk dilarutkan dalam labu ukur 10 ml dengan
penambahan 7 ml grade methanol dan disonifikasi selama 15 menit agar
larut sempurna. Analisis HPLC pada ekstrak ini dilakukan dengan Sunfire
column RP-C17 (250 x 4,6 mm, 5 µm). dideteksi pada panjang gelombang
254 nm. Efisiensi pemisahan optimum diperoleh menggunakan isokratik
ammonium klorida 1% dan asetonitril dengan flow rate 0,8 ml.menit.
volume yang diinjeksikan sebanyak 20 µL dan temperatur kolom 30 oC
(Pradhan, 2013).
Ekstrak cair dilarutkan dalam HCl 1%. Larutan ini difiltrasi, dan
dibasakan dengan NH4OH terkonsentrasi hingga nilai pH 8 dan diekstraksi
dengan kloroform, dimana alkaloid tersier telah didapat setelah evaporasi
solven. Fitokonstiruen murni dari fraksi kloroform diisolasi menggunakan
kromatografi kolom dengan mesh 100-2000 silika gel dan dielusi dengan
kloroform dan gradient methanol (CHCl3:MeOH, 9:1; 8:2) untuk
mengisolasi senyawa kristal berbentuk jarum kuning, yang terdeteksi
dengan kromatografi lapis tipis, 1H NMR, 13
C NMR dan dibandingkan
dengan spectrum pada literature (Pradhan, 2013).
3. High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC)
Serbuk dari akar Berberis aristata diekstraksi dengan cara soxhlet.
Ekstrak etanol dikentalkan hingga terbentuk massa yang kental. Dilarutkan
dalam 25 ml air panas dan difiltrasi dengan kertas saring Whatmann. 5ml
air panas ditambahkan ke massa kental dan disaring lagi. Tambahkan
sembari dikocok 15 ml HCl pekat. Didinginkan selama 30 menit, setelah
itu kristal pada kertas saring dicuci dengan air (Patel, 2013).
Pada pengujiaan dengan HPTLC, larutan berberin yang telah
divariasikaan ditotolkan pada plat TLC dengan bantuan semi automatic
spotter dan uap nitrogen. Plat yang telah kering dikembangkan pada
chamber jenuh suhu 33±5oC menggunakan n-butanol:asam asetat: air
(12:3:4) sebagai faase gerak. Setelah dikeringkan, kemudian dianalisis
pada panjang gelombang 350 nm, dimana sebelum dideteksi dengan
panjang gelombang, plat diwarnai dengan metal jingga dalam suasana
asam (Patel, 2013).
MEKANISME AKSI
Aksi farmakologi berberin meliputi inhibisi metabolism pada beberapa
organism, inhibisi pembentukan enterotoksin bakteri, inhibisi penumpukan cairan
intestinal dan sekresi ion, inhibisi kontraksi otot polos, reduksi inflamasi, inhibitor
pada agregasi platelet, dan stimulasi sekresi empedu dan bilirubin.
Penelitian secara in vitro menggunakan sel manusia menunjukkan bahwa
berberin menghambat aktivasi protein 1 (AP-1), factor utama transkripsi pada
inflamasi dan karsinogenesis. Pada penelitian lainnya menggunakan limfosit
peripheral manusia, berberin memberikan efek inhibitor yang signifikan pada
transformasi limfosit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aksi berberin sebagai anti
inflamasi dapat terjadi karena adanya inhibisi pada sintesis DNA pada limfosit
yang teraktivasi. Sedangkan, pada aktivasi platelet sebagai respon dari luka
jaringan, berberin member efek langsung pada beberapa aspek proses inflamasi,
yang meliputi penghambatan (tergantung dosis) pada pelepasan asam arakhidonat
dari membran sel fosfolipid, inhibisi pada tromboxane A2 dari platelet dan
inhibisi pembentukan thrombus.
Berberin menunjukkan sejumlah efek yang menguntungkan, termasuk
imunostimulasi dengan cara meningkatkan aliran darah menuju limfa, aktivasi
makrofag, peningkatan jumlah platelet saat trombositopenia primer dan sekunder,
dan peningkatan ekskresi pada konjugasi bilirubin saat hiperbilirubinemia.
Sebagai tambahan, berberin juga bertindak sebagai anti-tumor dengan
penghambatan transkripsi COX-2 dan aktivasi N-asetiltransferase pada sel kanker
usus dan kandung kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Birdsall TC, Kelly GS. Berberine: Therapeutic potential of an alkaloid found in


several medicinal plants. Altern Med Rev 1997;2:94-103.

Galneder E, Rueffer M, Wanner G, Tabata M, Zenk MH "Alternative final steps


in berberine biosynthesis in Coptis japonica cell cultures." Plant Cell
Report, 1988, 7:1-4.

Herbert, R. B. 1981. The Biosynthesis of Secondary Metabolites. New York:


Chapman and Hall.

Ikezawa N, Tanaka M, Nagayoshi M, Shinkyo R, Sakaki T, Inouye K, Sato F


(2003). "Molecular cloning and characterization of CYP719, a
methylenedioxy bridge-forming enzyme that belongs to a novel P450
family, from cultured Coptis japonica cells". J Biol Chem
278(40);38557-65. PMID: 12732624.

Nechepurenko, V, N. F. Salakhutdinov, G. A. Tolstikov. (2010). “Berberine:


Chemistry and Biological Activity”. Journal of Organic Chemistry, 1-23.

Patel, Mimansha C. (2013). “Isolation of Berberine from Berberis Aristata by and


Acid Dye Method and Optimization of Parameters”. Journal of
Pharmacy Scientific, 20(2);187-189.

Pradhan, Deepak, et al. (2013). “Isolation of Berberine from Berberis vulgaris


Linn. And Standardization of Aqueos Extract by RP-HPLC’.
International Journal of Herbal Medicine, 1(2);106-111.

Steffens, Paul, Nagakura, Naotaka, Zenk, Meinhart H. "Purification and


characterization of the berberine bridge enzyme from Berberis beaniana
cell culture." Phytochemistry, 1985, Vol 24 (11):2577-2583).

Weinstein, Marvin J., and Gerald H. Wagman. 1978. Journal of Chromatography


Library volume XV: Antibiotics Isolation, Separation and Purification.
New York: Elsevier Scientific.

Anda mungkin juga menyukai