Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH KOPERASI

Untuk Melengkapi Tugas Ekonomi Koperasi

NAMA : AMANDA D M S

NPM : 1213210330

KELAS : BAP

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCASILA
Tahun Akademik 2013/2014
SEJARAH KOPERASI

A. SEJARAH KOPERASI DI BARAT

1. Sejarah Koperasi di Jerman


Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan,
muncul seorang pelopor yang bernama F. W. Raiffeisen, walikota di Flammersfield. Ia
menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam perkumpulan simpan-pinjam.
Setelah melalui beberapa rintangan, akhirnya Raiffesien dapat mendirikan Koperasi
dengan pedoman kerja sebagai berikut :
1. Anggota Koperasi wajib menyimpan sejumlah uang.
2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman dengan membayar bunga.
3. Usaha Koperasi mula-mula dibatasi pada desa setempat agar tercapai kerjasama
yang erat.
4. Pengurusan Koperasi diselenggarakan oleh anggota yang dipilih tanpa mendapat
kan upah.
5. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat.
Pelopor Koperasi lainnya dari Jerman ialah seorang hakim bernama H. Schulze
yang berasal dari kota Delitzcsh. Pada tahun 1849 ia mempelopori pendirian Koperasi
simpan-pinjam yang bergerak di daerah perkotaan.
Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam Schulze adalah :
1. Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota.
2. Wilayah kerjanya di daerah perkotaan.
3. Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.
4. Pinjaman bersifat jangka pendek.
5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.
2. Sejarah Koperasi di Denmark
Denmark adalah salah satu negara di Eropa yang dapat dijadikan contoh
pengembangan Koperasi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan para petani yang tergabung
dalam koperasi pertanian perlu dipelajari sebagai pola yang cocok untuk membangun
daerah agrarian.
Pada tahun 1952 anggota Koperasi mencapai satu juta orang atau sekitar 30% dari
jumlah penduduk Denmark. Selain itu hampir sepertiga penduduk pedesaan di Denmark
berusia 18 tahun sampai dengan 30 tahun pernah belajar di Perguruan tinggi, sehingga
tidak sulit bagi mereka untuk bergabung ke dalam koperasi.

3. Sejarah Koperasi di Perancis


Revolusi
perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskkinan dan
penderitaan bagi rakyat Perancis. Berkat dorongan pelopor-pelopor mereka seperti
Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan
nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun Koperasi-
koperasi yang bergerak dibidang produksi.
Dewasa ini di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Per
ancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation), dengan jumlah
Koperasi
yangtergabung sebanyak 476 buah. Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang,
dan toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal sebesar
3.600 milyar franc/tahun.
B. SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA

Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari


kehadiran pedagang-pedagang bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Namun dengan
keserakahan pedagang-pedagang Eropa untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya,
maka hubungan dagang menjadi ingin menguasai mata rantai perdagangan.

Akibatnya terjadi penindasan (menjajah) oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa


terhadap bangsa Indonesia. Dari penderitaan inilah yang mengunggah pemuka-pemuka
bangsa Indonesia berjuang untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, salah satunya
dengan mendirikan koperasi.

a. Zaman Belanda
R. aria wiraatmaja seorang patih di Purwekerto, mempelopori berdirinya sebuah
bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha
ini mendapat dukungan residen Purwekerto E.Sieburg.badan usaha yang dipilih untuk
bank yang diberi nama Bank penolong dan tabunggan (Help en Spaar Bank), ialah
koperasi.
Pada tahun 1898, atas bantuan E.Sieburg dan De Woolfvan Westerrode,
jangkauan perlayanan bank diperluas ke sektor pertanian (HulpSpaar en Lanbouwweredit
Bank), yaitu meniru pola koperasi pertanian yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen).
Upaya yang ditempuh pemerintah kolonial belanda ialah merintangi perkembangan yang
dirintis oleh R. Aria Wiraatmaja.
Pada tahun 1908 Raden Soetomo melalui Budi Utomo berusaha mengembangkan
koperasi rumah tangga tetapi kurang berhasil karena dukungan dari masyarakat sangat
rendah. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi sangat rendah.
Tahun 1913, serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, memelopori
berdirinya beberapa jenis Industri Koperasi Kecil dan kerajinan. Hambatan formal dari
pemerintahan belanda adalah diterapkannya peraturan koperasi No.44431 tahun 1915,
dimana persyaratan Administrasi, yang menyangkut masalah perizinan, pembiayaan dan
masalah-masalah teknis pendirian yang kegiatan usaha koperasi dibuat sangat berat. Pada
tahun1939, koperasi di Indosesia tumbuh pesat, mencapai 1712 buah, dan terdaftar
sebanyak 172 buah dengan anggota sekitar 144.134 orang.
b. Zaman Jepang
Pada masa ini usaha-usaha perkembangan koperasi di Indonesia disesuaikan
dengan asas-asas kemiliteran. Pada zaman Jepang ini dikembangkan model koperasi yang
terkenal dengan sebuatan kumiai. Dengan propaganda untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka, sehingga mendapat simpatiyang luas dari masyarakat. Siasat pemerintah jepang
melalui pembentukan Kumiai sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang.
Fungsi koperasi dalam periode ini benar-benar hanya sebagai alat untuk
mendistribusikan bahan—bahan kebutuhan pokok untuk kepentingan perang Jepang, dan
bukan untuk kepentingan rakyat.
c. Periode 1945-1967
Dikeluarkannya dekrit presiden pada tanggal 15 juli 1959. Keberadaan koperasi
disesuaikan dengan perkembangan kebijaksanaan politik pada saat itu. UU Koperasi
No.79/1958 misalnya, disyahkan berdasarkan ketentuan UUDS 1950. Pemerintah
kemudian memberlakukan PP Noo. 60/1959, sebagai pengganti UU No. 79/1958.
Pada tahun 1965 pemerintah mencabut PP No. 60/1959, dan memberlakukan UU
koperasi No. 14/1965. Pengganti UU ini menyebabkan memburuknya perkembangan
koperasi.
d. Periode 1967-1992
Pemerintah orde baru memberlakukan UU No. 12/1967 sebagai pengganti UU
No. 14/1965, disusul dengan melalukan rehabilitas koperasi yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan UU No. 12/1967 terpaksa membubarakan diri.
Diberlakukan UU No. 12/1967 koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu
yang menonjol ialah pembinaan dan pengembangan KUD (Inpres No.4/1984).Anggota
koperasi pada Pelita 1 berjumlah 2,5 juta dan pada Pelita V meningkat menjadi 19 juta,
volume usaha meningkat dari Rpp 88,5 miliar menjadi Rp 44,9 triliyun.
Dalam menghadapi hal-hal tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah
strategis yang dengan memacu perkembangan koperasi secara kualitatif dengan
mengganti UU No.12/1967 dengan UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian.
e. Periode 1992-2005
Dengan diberlakukannya UU nomor 25/1992 tentang perkoperasian maka terjadi
perubahan yang cukup signifikan dalam pergerakan koperasi di Indonesia. Dengan
diberlakukannya UU No.12/1992 maka gerak langkah koperasi menjadi lebih leluasa
karena perkumpulan koperasi dianggap sama dengan bentuk badan usaha lain. Sehingga
dalam hal-hal tertentu kegiatan usaha koperasi mampu bersaing dengan kegiatan usaha
badan badan usaha lainnya.

Anda mungkin juga menyukai