Anda di halaman 1dari 80

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH SISTEM DISTRIBUSI

MENGATASI JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI


SERTA PERHITUNGANNYA

Disusun Oleh :

Muhammad Suryadi
NPM: 054115052

TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
LATAR BELAKANG...................................................................... 1
1.1 Penggunaan Energi ................................................................... 3
1.2 Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik .......................................... 4
1.3 Peranan Tenaga Listrik ............................................................. 6
1.4 Sistem Distribusi Daya Listrik.................................................. 8
1.5 Pembagian Jaringan Distribusi ............................................... 10
1.6 Peralatan Sistem Distribusi ..................................................... 12
BAB II................................................................................................. 20
LANDASAN TEORI......................................................................... 20
2.1 Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi ........................................... 22
Gambar 2. Diagram Fasor Jatuh Tegangan ..................................... 22
2.2 Faktor Daya ................................................................................ 24
Gambar 3. Vektor diagram segitiga daya ........................................ 25
BAB III ............................................................................................... 26
PEMBAHASAN ................................................................................ 26
3.1 Mengatasi Jatuh Tegangan ..................................................... 26
1. Kapasitor Bank ....................................................................... 26
2. Tap Transformator (Tap Changer ) ........................................ 36
3. Automatic Voltage Regulator (AVR)..................................... 56
3.2 Contoh Soal Perhitungan Mencari Dan Mengatasi Jatuh
Tegangan ......................................................................................... 59
BAB IV ............................................................................................... 76
PENUTUP .......................................................................................... 76
KESIMPULAN .............................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 77

i
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang
mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia saat ini.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan menghasilkan
penemuanpenemuan baru yang pada dasarnya membutuhkan
listrik sebagai sumber energi. Dengan kata lain, semakin
bertambah pula kebutuhan akan adanya listrik dalam
kehidupan.

Kebutuhan di berbagai daerah dari waktu ke waktu selalu


berbeda tergantung pada pemakaian listrik di daerah tersebut,
sehingga penyediaan tenaga listrik dan alokasi pembangkit
yang digunakan juga berbeda di daerah satu dan daerah
lainnya.

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari banyak generator,


transformator, elemen aktif dan pasif serta peralatan lainnya
yang terinterkoneksi dalam jaringan transmisi antara
beberapa buah atau bahkan beratus-ratus buah bus. Evaluasi
kestabilan tegangan juga dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai kestabilan tegangan sistem dalam kondisi
operasi tunak. Informasi ini sangat dibutuhkan guna
mengevaluasi unjuk kerja sistem tenaga listrik dan
menganalisis kondisi pembangkitan maupun pembebanan
baik kondisi normal maupun darurat. Alasan lain diperlukan
evaluasi kestabilan tegangan adalah untuk melihat

1
performansi sistem tenaga listrik ketika sistem tenaga listrik
tersebut diperluas dengan penambahan jaringan transmisi dan
beban untuk memenuhi perkembangan kebutuhan tenaga
listrik suatu daerah. Dengan evaluasi ini akan dijamin bahwa
sistem tenaga yang baru dapat memenuhi kebutuhan listrik
secara ekonomis, efisien dan aman.

Analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik untuk


menentukan parameter-parameter sistem tenaga listrik. Suatu
sistem tenaga listrik yang baik harus memiliki nilai tegangan
yang tidak melebihi batas toleransi serta rugi-rugi daya yang
kecil. Nilai tegangan yang konstan akan memaksimalkan
kinerja dari peralatan-peralatan listrik yang digunakan oleh
konsumen. Sedangkan dengan rugi-rugi daya yang kecil akan
menjaga pasokan daya listrik kepada konsumen sesuai
dengan yang diinginkan serta dapat mengurangi kerugian
finansial selama proses transmisi dan distribusi.

Proses perbaikan tegangan pada jaringan dapat dilakukan


dengan menggunakan metode pengaturan tegangan yaitu
dengan menggunakan kapasitor bank dan tap transformator.
Untuk mendapatkan tegangan yang ideal, kita perlu kapasitor
bank dan tap transformator. Sedangkan untuk mendapatkan
nilai kapasitor bank dan tap transformator yang tepat, kita
perlu menggunakan PowerWorld simulator. Pemasangan
kapasitor diharapkan mampu menekan rugi-rugi atau susut
energi pada sistem distribusi tegangan menengah serta
memperbaiki kualitas daya listrik yang meliputi profil
tegangan dan faktor daya yang diinginkan. Aliran daya reaktif

2
akan diatur sedemikian rupa sehingga rugi-rugi daya (losses)
sistem akan menjadi seminimal mungkin. Dengan minimisasi
rugi-rugi pada jaringan, profil tegangan bus akan dapat dijaga
pada nilainilai yang diijinkan sehingga kontinuitas serta
kualitas operasi sistem tenaga elektrik dapat senantiasa
dipertahankan.

1.1 Penggunaan Energi

Sejak awal kehidupan di dunia ini, untuk mencukupi


kebutuhan, manusia sudah memerlukan energi alam. Sejak
zaman prasejarah sumber energi alam, seperti kayu dipakai
memanaskan badan, memasak, dan pertukangan. Awal abad
XII, bentuk energi lainnya seperti angin dan air
dimanfaatkan untuk keperluan pengangkutan dan
penggilingan biji-bijian. Manusia mulai memanfaatkan
energi batubara untuk keperluan pemanasan dan memasak
pada awal abad ke-14. Sejak abad XVIII di Inggris batubara
ini digunakan untuk menghasilkan uap dan menggerakkan
mesin uap pada pabrik pengerjaan logam dan tekstil.
Berbagai penelitian dan uji coba dilakukan, sehingga dapat
menemukan bentuk-bentuk energi alam lainnya yang dapat
dimanfaatkan dalam kebutuhan dan kegiatan sehari-hari.
Sampai sekarang hasil penelitian menghasilkan beberapa
sumber energi, di antaranya:

1. Energi Mekanik

2. Energi Medan Magnet

3
3. Energi Grafitasi

4. Energi Nuklir

5. Energi Sinar

6. Energi Panas

7. Energi Listrik

Semua zat-zat (padat, cair dan gas) yang ada di alam


semesta ini disebut materi. Materi ini mengandung energi
dan energi ini dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya, karena alam maupun kejadian-kejadian teknis.
Menurut hukum kekekalan energi bahwa energi itu tidak
dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, tetapi dapat berubah
dari energi satu ke energi lainnya.

1.2 Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik

Pada tahun 1885 seorang dari Prancis bernama Lucian


Gauland dan John Gibbs dari Inggris menjual hak patent
generator arus bolak-balik kepada seorang pengusaha
bernama George Westinghouse (Gambar 1.1). Selanjutnya
dikembangkan generator arus bolak-balik dengan tegangan
tetap, pembuatan transformator, dan akhirnya diperoleh
sistem jaringan arus bolakbalik sebagai transmisi dari
pembangkit ke beban/pemakai.

4
Gambar 1.1 Generator

Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai dengan selesai


dibangunnya pusat tenaga listrik di Gambir, Jakarta Mei
1887, kemudian di Medan (1899), Surakarta (1902),
Bandung (1906), Surabaya (1912), dan Banjarmasin (1922).
Pusat-pusat tenaga listrik ini pada awalnya menggunakan
tenaga thermis. Kemudian disusul dengan pembuatan
pusatpusat listrik tenaga air: PLTA Giringan di Madiun
(1917), PLTA Tes di Bengkulu (1920), PLTA Plengan di
Priangan (1922), serta PLTA Bengkok dan PLTA Dago di
Bandung (1923). Sebelum kemerdekaan pengusahaan
tenaga listrik di Indonesia dikelola oleh beberapa
perusahaan swasta, di antaranya yang terbesar adalah
NIGEM (Nederlands Indische Gas en Electriciteits
Maatschappij) yang kemudian menjelma menjadi OGEM
(Overzese Gasen Electriciteits Maatschappij), ANIEM
(Algemene Nederlands Indhische

Electriciteits Maatschappij), dan GEBEO (Gemeen


Schappelijk Electriciteits Bedrijk Bandung en Omsheken).

5
Sementara itu, Jawatan Tenaga Air membangun dan
mengusahakan sebagian besar pusat-pusat listrik tenaga air
di Jawa Barat. Sejak tahun 1958 pengelolaan
ketenagalistrikan di Indonesia ditangani oleh Perusahaan
Umum Listrik Negara.

1.3 Peranan Tenaga Listrik

Di pusat pembangkit tenaga listrik, generator


digerakkan oleh turbin dari bentuk energi lainnya antara
lain: dari Air - PLTA; Gas - PLTG; Uap - PLTU; Diesel -
PLTD; Panas Bumi - PLTP; Nuklir - PLTN. Energi listrik
dari pusat pembangkitnya disalurkan melalui jaringan
transmisi yang jaraknya relatif jauh ke pemakai
listrik/konsumen.

Gambar 1.2 Penyaluran energi listrik dari sumber ke beban

6
Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN
atau perusahaan swasta lainnya dapat dibedakan sebagai
berikut :

1. Konsumen Rumah Tangga


Masing-masing rumah dayanya antara 450 VA s.d.
4.400 VA, secara umum menggunakan sistem 1 fasa
dengan tegangan rendah 220 V/380 V dan jumlahnya
sangat banyak.

2. Penerangan Jalan Umum (PJU)


Pada kota-kota besar penerangan jalan umum ini
sangat diperlukan oleh karena bebannya berupa lampu
dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara
50 VA sampai dengan 250 VA bergantung pada jenis
jalan yang diterangi, maka system yang digunakan 1
fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V.

3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga,
tetapi masing-masing pabrik dayanya dalam orde
ratusan kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil
masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah
(220V/380V), untuk pabrik-pabrik skala besar
menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya
dengan jaringan tegangan menengah 20 kV.

7
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain
stasiun, terminal, KRL (Kereta Rel Listrik), hotel-
hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata
menggunakan sistem 3 fasa, untuk yang kapasitasnya
kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar dengan tegangan menengah 20KV.

1.4 Sistem Distribusi Daya Listrik

Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan


Tegangan Menengah (JTM) 20 KV dan semua Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke meter-
meter pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan
dengan menarik kawat – kawat distribusi melalui penghantar
udara. Penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk
hingga ke pusat – pusat beban. pada sistem di ranting Galang
ada terpasang jaringan bawah tanah karena keadaan kota
atau daerahnya belum memungkinkan untuk dibangun
jaringan tersebut. jadi untuk daerah ini tetap disuplai melalui
hantaran udara 3 phasa 3 kawat.
Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu
dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan distribusi
20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah
menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para
pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel
tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusatpusat

8
pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri
yang ada disini.
Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan
sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan
tersebut adalah listrik dengan tegangan yang rendah
(380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan
menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150
KV) hanya dipergunakan sebagai sistem penyaluran
(distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini
bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat
memperkecil rugirugi daya dan memliki tingkat kehandalan
penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi
ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

Gambar 2.1.1 Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga


Listrik.

9
Keterangan dari gambar:

1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk


menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo
distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi
konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan
20 KV dari Jaringan Tegangan Menengah (JTM) menjadi
tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah
yang kemudian didistriibusikan ke pelanggan kecil
melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang berupa
sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan
energi yang besar yang biasanya langsung mengambil
sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian
disalurkan ke Gardu Induk (GI ) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang
menggunakan tenaga istrik dengan level tegangan rendah
(380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil,
perkantoran, pertokoan dan sebagainya.

1.5 Pembagian Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi


bagian- bagian rangkaian listrik dari sumber daya ( Trafo
Daya pada GI distribusi ) yang besar sampai saklar-saklar
pelayanan pelanggan.
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu :

10
1. Distribusi Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang


bertegangan menengah (20 KV). Jaringan distribusi primer
tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini
berawal dari sisi skunder trafo daya yang terpasang pada
gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang
terpasang pada tiang-tiang saluran.

2. Distribusi Sekunder

Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang


termasuk dalam kategori tegangan rendah (sistem 380/220
Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan
yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi
skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur
(meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi skunder ini
disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.

Gambar 2.2.1 One Line Penyulang Pahat

11
Gambar 2.2.1 diatas memperlihatkan sistem pelayanan
yang disalurkan melalui berbagai tujuan. Penyulang pahat
merupakan salah satu Feder Utama 20 KV yang
mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya
melalui sistem pendistribusisn tegangan yaitu melalui
penurunan tegangan 20 KV –380/220 Volt melalui
tranformator step down.

1.6 Peralatan Sistem Distribusi

Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki


perlengkapan dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu
peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk
jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-peralatanm
proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan
dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada
sistem distribusi tersebut antara lain:

1. Tiang Berfungsi : Untuk meletakkan penghantar serta

perlengkapan system seperti transformator, Fuse, isolator,


arrester, recloser dan sebagainya. Tiang dibagi menjadi 3
jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi
bawah tanah.

2. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari

trafo daya pada gardu induk ke konsumen. Kebanyakan


penghantar yang digunakan pada sistem distribusi .
Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.

12
3. Kapasitor : Berfungsi untuk memperbesar factor daya

pada system penyaluran.

4. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara

otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera


menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai
dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk
dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali
penyambungan . Apabila hingga kerja recloser yang
kedua keadaan masih membuka dan menutup, berarti
telah terjadi gangguan permanen.

5. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila

terjadi gangguan beban lebih maupun adanya gangguan


hubung singkat.

6. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara

keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan dapat terjadi


karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT
akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena
adanya pemeliharaan jaringan.

7. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level

tegangan sehingga sesuai dengan tegangan kerja yang


diinginkan

8. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus

dari penghantar ke tiang maupun ke penghantar lainnya .

13
Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting
keberadaannya, terutama untuk peralatan proteksi. Agar
dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas
pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin
untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-
masing peralatan tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin
sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi
keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

Transformator Distribusi

Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja


untuk menaikan tegangan serta menurunkan tegangan
dengan perinsip kerja gandengan elektromagnetik. Dalam
sistem distribusi tenaga listrik transformator dapat dibagi
berdasarkan sistem kerja menjadi dua macam yaitu:
1. Transformator Step Up ( 11,6 KV menjadi 150 KV )

2. Transformator Down ( 150 KV menjadi 20 KV ) dan ( 20

KV menjadi 380 / 220 Volt ) Sistem distribusi


menggunakan jenis transformator step down untuk
menghasilkan tegangan yang diinginkan.

Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan


maka dalam sistem tenaga listrik terdapat dua macam jenis
belitan antara lain:

14
1. Belitan bintang

2. Belitan delta

Arester

Adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatam


listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh
sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu
penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan
jalan mengalirkan arus denyut (Surge Current) ketanah serta
membatasi berlangsungnya arus ikutan (Follow Current)
serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula
tanpa mengganggu sistem.

Prinsip Kerja Arester

Bagi sebuah arester bila terjadi tegangan lebih pada jaringan


, aresterberkerja dengan mengalirkan arus surge ( Surge
Current ) ketanah , kemudian setelah tegangan normal
kembali, arester tersebut harus segera memutus arus yang
mengikuti kemudian Follow Current.

15
Karakteristik Arrester

Sebuah alat pengamanan memiliki beberapa karakteristik


begitu juga dengan arrester yang memiliki beberapa
karakteristik antara lain :
a. Pada tegangan operasional , harus mempunyai
impedansi yang sangat tinggi atau tidak menarik arus
listrik
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga

tegangan tembusnya , harus tembus ( Break Down )


Dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down ( Tembus ) tidak

boleh melebihi arus pengelepasan nominal supaya tidak


merusak.
d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan
segera apabila tegangan transien telah turun dibawah
harga tegangan tembusnya.

Rel Daya

Rel daya adalah suatu bagian dari sistem tenaga


listrik yang bertujuan dalam penggunaannya untuk
mengkombinasikan bermacam feder yang akan turut dibagi
dalam melayani beban. Dalam sistem tenaga listrik Rel daya
disebut juga dengan istilah Busbar.
Busbar adalah konduktor berkapasitas arus besar yang
berfungsi untuk terminal penampang arus yang masuk dan
keluar melalui saluran masuk dan keluar melalui gardu
induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik

16
pertemuan atau hubungan antara transformator –
transformator , SUTT dan peralatan-peralatan listrik lainya
untuk menerima dan mendistribusikan tenaga listrik . Rel ini
pada umunya terdiri dari bahan tembaga , alumunium atau
ACSR.

Sistem Busbar Tunggal ( Singgele Busbar Sistem )

Pada sistem ini semua trafo , generator dan fedder


yang ada pada system dihubungkan kebusbar . Rel daya
tunggal adalah sistem rel daya yang paling sederhana
karena hanya menggunakan satu rel daya saja. Semua
rangkaian baik saluran masuk ataupun saluran keluar
disambungkan dengan rel tersebut melalui pemutus daya
dan saklar pemisah .

Gambar 2.7.1 Rel Daya Tunggal

17
Reclocer (Pemutus Balik Otomatis)

Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik


ialah terjaminnya penyaluran tenaga listrik, artinya bila
terjadi gangguan (misalnya gangguan pada sistem distribusi
yang sering terjadi) kalau mungkin tidak menimbulkan
pemutusan daya, ataupun bila terpaksa, pemutusan tersebut
diusahakan sesingkat mungkin.
Peralatan yang bertugas untuk memberikan perintah
memutus / menghubungkan daya secara otomatis adalah
Pemutus Balik Otomatis(PBO) atau Recloser. Dengan
penambahan rele penutup balik maka gangguan sementara
tidak mengakibatkan pemutusan daya secara keseluruhan,
atau hanya terjadi pemutusan daya dalam waktu yang sangat
singkat (beberapa detik).

Klasifikasi Recloser
Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut jumlah fasanya
- Fasa tunggal

- Fasa tiga

b. Menurut media peredam busur api

- Media minyak

- Media hampa udara (vacum)

c. Menurut peralatan pengendalinya

- Pengaturan hidrolik

- Pengaturan elektronik

18
Sectionalizer

Sectinalizer atau yang disebut juga saklar seksi


otomatis (SSO) adalah sebuah alat pemutus beban yg secara
otomatis dapat dibebankan, seksi-seksi yang tergantung dari
suatu sistem distribusi atau dapat melokalisasi gangguan
pada seksi yang terganggu, sehingga sistem yang tidak
mengalami gangguan tetap mendapat energi listrik.

Saklar seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk


membuka rangkaian setelah perhitungan operasi pemutusan
dari peralatan-peralatan disisi sumbernya, dan
pembukaannya dilakukan pada saat peralatan disisi sumber
sedang dalam posisi terbuka.

Dalam pemasangannya dapat diperlihatkan pada bagan


dibawah ini:

Gambar 2.9.1 Pemasangan Saklar Seksi Otomatis

19
BAB II

LANDASAN TEORI

Regulasi Tegangan Sistem Distribusi yaitu besarnya


jatuh tegangan yang terjadi dalam jaringan yang dilihat dari
tegangan pada sisi penerima yang dinyatakan dalam persen.
Regulasi tegangan ini dinyatakan dengan persamaan berikut
:

𝑽𝒔 − 𝑽𝒓
% Regulasi = x 100%
𝑽𝒓
Dimana :
𝑉𝑆 : Tegangan pada sisi pengirim

𝑉𝑅 : Tegangan Pada sisi penerima

Dalam penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan,


tegangan yang konstan dan frekuensi yang konstan
merupakan salah satu syarat utama yang harus dipenuhi,
karenanya perlu dilakukan pengaturan tegangan. Pengaturan
tegangan ini akan sangat erat kaitannya dengan pengaturan
daya reaktif yang terdapat dalam sistem. Berbeda dengan
frekuensi, tegangan yang terdapat dalam suatu sistem tidak
pernah sama karena terjadinya rugi-rugi di sepanjang
saluran sehingga akan membentuk suatu profil tegangan
pada sistem tenaga listrik.

Dalam suatu sistem tenaga listrik ada dua variabel yang


dapat diatur secara bebas yaitu daya aktif (MW) dan daya
reaktif (MVAR). Pengaturan daya aktif akan mempengaruhi
frekuensi sedangkan pengaturan daya reaktif akan

20
mempengaruhi tegangan sistem. Dilain pihak beban yang
terdapat dalam sistem akan mempergunakan daya aktif dan
daya reaktif sehingga beban tidak dapat diatur karena akan
berhubungan dengan banyak pelanggan yang
mempergunakan tenaga listrik.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa


tegangan yang terdapat dalam sistem tidak ada satupun yang
sama. Biasanya tegangan yang diterima oleh pelanggan yang
letaknya dekat dengan gardu induk akan mendapatkan besar
tegangan yang paling tinggi dibandingkan dengan pelanggan
yang letaknya jauh dari gardu induk sehingga dalam
merancang suatu jaringan distribusi harus diusahakan untuk
menjaga tegangan yang diterima oleh setiap pelanggan yang
terhubung ke jaringan berada pada batas-batas tegangan
yang diizinkan maximum 10 % dari tegangan nominal.

Untuk menjaga agar tegangan pada jaringan distribusi


berada pada batas yang diizinkan maka perlu dilakukan
pengendalian tegangan seperti menaikkan tegangan pada
jaringan jika tegangan terlalu rendah atau menurunkannya
jika tegangan terlalu tinggi di jaringan. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tegangan,
diantaranya dengan menggunakan kapasitor bank, tap
transformator, serta AVR (Automatic Voltage Regulator).

21
2.1 Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi

Umumnya beban yang terdapat pada sistim tenaga


listrik bersifat resistif dan induktif. Beban tersebut akan
menyerap daya aktif dan daya reaktif yang dihasilkan dari
pusat sumber listrik. Penyerapan daya reaktif yang
diakibatkan oleh beban induktif akan menyebabkan
timbulnya jatuh tegangan yang dihasilkan dari pusat sumber
listrik. Akibatnya nilai tegangan di sisi penerima akan
berbeda dengan nilai tegangan di sisi pengirim. Persamaan
jatuh tegangan dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini

Gambar 2. Diagram Fasor Jatuh Tegangan

Untuk mengetahui besar tegangan pada sisi beban


maka terlebih dahulu dihitung besar jatuh tegangan yang
terjadi di sepanjang saluran sebelum sampai ke beban. Jatuh
tegangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

22
Vdrop = IL ( R Cos θ + jXL Sin θ ) (1 Fasa)
Vdrop = √𝟑 IL ( R Cos θ + jXL Sin θ ) (3 Fasa)

Dimana

Vdrop : Jatuh tegangan tiga fasa (V)


I : Arus rata-rata di ujung seksi (A)
R : Resistansi saluran (ohm)
X : Reaktansi rangkaian (ohm/km/fasa)
θ : Sudut fasa antara arus dan tegangan (derajat)
L : Panjang Saluran (km)

Biasanya untuk mengetahui apakah jatuh tegangan


yang terjadi itu sudah sesuai dengan standard yang ada maka
jatuh tegangan dinyatakan dalam persen. Persamaannya
menjadi :

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
Dimana
ΔV : Jatuh tegangan dalam persen (%)
Besar tegangan setelah mengalami jatuh tegangan sebagai
berikut :

𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑

Persentase tegangan setelah mengalami jatuh tegangan


sebagai berikut :
𝑽𝑳−𝑵 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑳−𝑵 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑽𝑳−𝑵

23
𝑽𝑳−𝑳 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑳−𝑳 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑽𝑳−𝑳

Dimana
Vdrop : Jatuh tegangan (V) (L-L) atau (L-N)
VL-L : Besar tegangan saluran (V) (L-L)

VL-N : Besar tegangan antar fasa (V) (L-N)

Pada perhitungan ini perlu ditekankan bahwa tegangan


di SUTM harus berada sekitar 95 % - 100 % saat beban
berada di posisi minimum dan maksimum. Turun tegangan
yang diizinkan masih diterima jika tegangan di Sambungan
Rumah (SR) tidak kurang dari 342 Volt (fasa-fasa) dan 198
Volt (Fasa – Netral).

2.2 Faktor Daya

Dalam rangkaian listrik, biasanya terdapat tiga macam


beban listrik yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban
kapasitif. Beban resistif adalah beban yang hanya terdiri
dari tahanan dalam satuan ohm dan daya yang
dikonsumsinya hanya daya aktif saja. Beban induktif
mempunyai ciri–ciri disamping mengkonsumsi daya aktif,
juga menyerap daya reaktif yang diperlukan untuk
pembentukan medan magnet dalam beban tersebut, jadi
jumlah vektor dari daya reaktif (Q) dan daya aktif (P) biasa

24
disebut dengan daya semu (S) seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Vektor diagram segitiga daya

Dari Gambar 3 daya semu = S, sehingga

𝑺 = √𝑷𝟐 + 𝑸𝟐
Dan diperoleh juga rumus untuk segitiga daya :
P = V.I.cosφ ; Q = V.I.sinφ ; S = V.I
Perbandingan antara daya aktif dengan daya semu disebut
faktor daya.
𝑷
Cosφ =
𝑺

25
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mengatasi Jatuh Tegangan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk


memperbaiki tegangan, diantaranya dengan menggunakan :

1. Kapasitor Bank
Jika suatu feeder melayani beban induktif dengan faktor
daya lagging (terbelakang), dengan faktor daya yang rendah
akan menambah daya terpasang (kVA) yang lebih tinggi
untuk kebutuhan daya aktif yang konstan. Diagram
pemasangan kapasitor dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah
ini

Q 1
Q 2 = Q 1 - Qc

beban

Gambar 4 Diagram pemasangan kapasitor

26
Kapasitor mengambil daya reaktif leading dari sumber dan
dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5 Diagram segitiga daya reaktif

Keterangan :

P = Daya aktif (Watt)

Q1 = Daya reaktif awal (VAR)

Q2 = Daya reaktif yang diinginkan (VAR)

Qc = Daya reaktif yang perlu ditambahkan (VAR)

tan φ1 = tangen sudut faktor daya awal

tan φ2 = tangen sudut faktor daya yang diinginkan

27
Efek Kapasitor Seri dan Kapasitor Shunt

Fungsi utama dari suatu kapasitor baik yang dipasang


secara seri ataupun shunt untuk memperbaiki nilai tegangan
dan aliran daya reaktif dari sistem dimana kapasitor itu
dipasang. Kapasitor shunt dipakai untuk mengganti faktor
daya beban sedangkan kapasitor seri digunakan untuk
menyeimbangkan secara langsung beban induktif yang
terdapat pada rangkaian dimana kapasitor itu dipasang.

Dinamakan kapasitor seri karena kapasitor itu dipasang


secara seri dengan saluran. Kapasitor seri akan
mengkompensasi reaktansi induktif karena kapasitor
merupakan reaktansi yang bernilai negatif yang dipasang
seri dengan reaktansi induktif yang benilai positif dari
saluran.

Efek utama dari kapasitor seri ialah meminimalisasi atau


bahkan menghilangkan jatuh tegangan yang disebabkan oleh
reaktansi induktif dari saluran. Kapasitor seri akan lebih baik
digunakan untuk menghasilkan faktor daya sistem yang
lebih baik jika dibandingkan dengan kapasitor shunt.
Persamaan jatuh tegangan saat sebelum dipasang kapasitor.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-1 berikut ini
:

Vdrop = IL ( R Cos θ + jXL Sin θ )

Dimana

R : Resistansi saluran (ohm)

28
XL : Reaktansi induktif rangkaian (ohm)

θ : Sudut faktor daya pada sisi penerima

Gambar-1 Efek pemasangan kapasitor seri pada


jaringan

Dari gambar-1 terlihat bahwa sudut untuk faktor daya


yang terjadi setelah penambahan kapasitor akan semakin
kecil yang berarti faktor daya saluran akan semakin baik
dengan penambahan kapasitor seri dan berikutnya akan
dilihat persamaan jatuh tegangan dari saluran setelah
dipasang kapasitor :

Vdrop = IR Cos θ + JI (XL – XC) Sin θ Volt

Dimana

XC : Reaktansi kapasitif dari kapasitor seri (Ohm)

29
Biasanya besar kapasitor seri yang digunakan pada
jaringan distribusi memiliki besar reaktansi kapasitif yang
lebih kecil daripada reaktansi induktifnya.

Kapasitor ini dinamakan shunt karena kapasitor


terpasang secara shunt dengan saluran dan kapasitor jenis ini
paling banyak digunakan pada sistem distribusi. Kapasitor
shunt ini akan mensuplai daya dan arus reaktif untuk
mereduksi komponen arus akibat dari beban induktif yang ada
pada saluran. Dalam hal ini berarti kapasitor shunt akan
memodifikasi karakteristik beban induktif dengan
menghasilkan arus leading yang berlawanan arus lagging
akibat beban induktif.

Aplikasi dari kapasitor shunt untuk sebuah feeder adalah


untuk mereduksi magnitude arus sumber, memperbaiki faktor
daya dan jatuh tegangan antara sisi penerima dan sisi
pengirim. Berbeda dengan kapasitor seri, kapasitor shunt
tidak menghasilkan arus efek dari penambahan kapasitor pada
tempat pemasangannya. Persamaan jatuh tegangan pada
feeder dengan faktor daya lagging dapat dilihat sebagai
berikut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-2
berikut ini :

Vdrop = IR R + jIx 𝑿𝑳 Volt

Dimana

R : Resistansi saluran (ohm)

XL : Reaktansi induktif rangkaian (ohm)

30
IR : Arus komponen daya aktif (A)

Ix : Arus komponen reaktif dengan sudut daya lagging


sebesar 900 (A)

Saat kapasitor shunt telah dipasang maka persamaanya


akan menjadi :

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑 = 𝑰𝑹 . 𝑹 + 𝒋(𝑰𝒙 . 𝑿𝑳 − 𝑰𝒄 . 𝑿𝒄 ) 𝑽𝒐𝒍𝒕

Dimana

Xc : Reaktansi kapasitif dari kapasitor seri (ohm)

Ic : Arus komponen reaktif dengan sudut daya


leading sebesar 900

Kapasitor biasanya dipasang tidak boleh lebih dari


empat buah kapasitor bank dengan ukuran yang sama pada
masing-masing feeder. Ukuran maksimum kapasitor yang
bisa digunakan untuk tegangan 15 kV ialah 1800 kVAR dan
3600 kVAR untuk tegangan yang lebih tinggi lagi.

Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Faktor Daya


Untuk melihat pengaruh pemasangan kapasitor shunt
terhadap faktor daya maka akan ditinjau terlebih dahulu
tentang segitiga daya.

Daya Aktif : P = V.I.cos ᶲ watt (1 fasa)


P = √3 .V.I.cos ᶲ watt (3 fasa)

31
Daya Reatif : Q = V.I.sin ᶲ VAR (1 fasa)
Q = √3 .V.I.sin ᶲ VAR (3 fasa)
Daya Semu : S = P + jQ = V.I.cos ᶲ + jV.I.sin ᶲ (1 fasa)
S = √3 (P + jQ) = √3 (V.I.cos ᶲ + jV.I.sin ᶲ)
(3 fasa)

Dimana

V : Tegangan pada sisi penerima (Volt)

I : Arus pada sisi penerima (A)

ᶲ : Sudut faktor daya pada sisi penerima

Faktor daya ᶲ adalah beda sudut fasa antara tegangan


dan arus pada sisi penerima. Dengan penambahan kapasitor
shunt maka daya reaktif (Q) akan mereduksi. Faktor
dayanya dapat dihitung sebagai berikut :

𝐏 𝐏
𝐜𝐨𝐬 ᶲ𝟏 = =
𝐒𝟏 (𝑷𝟐 +𝑸𝟏𝟐 )𝟎.𝟓

Setelah dilakukan pemasangan kapasitor shunt sebesar QC


(KVAR) dengan besar daya aktif (P) maka faktor dayanya
menjadi :
𝐏
𝐜𝐨𝐬 ᶲ𝟐 = (𝑷𝟐 +𝑸𝟐𝟐)𝟎.𝟓
dimana (𝑄𝐿−𝐿 ) painan = (𝑄𝐿−𝐿 ) painan – 𝑄𝐶

32
Dimana :

P : Daya aktif tiga fasa setelah pemasangan


kapasitor (kW)
: Daya reaktif sebelum pemasangan kapasitor
Q1
(kVAR)
: Daya reaktif setelah pemasangan kapasitor
Q2
(kVAR)
Qc : Besar kapasitor yang digunakan (kVAR)
Cos ᶲ1 : Faktor daya sisi penerima sebelum
pemasangan kapasitor shunt
cos ᶲ2 : Faktor daya sisi penerima setelah
pemasangan kapasitor shunt

Besarnya kapasitor yang digunakan untuk menaikan faktor


daya sesuai dengan yang diinginkan adalah :

𝑸(𝑳−𝑳)
ΔQc = P ( tan ᶲ1 – tan ᶲ2 ) dan ᶲ = tan-1 ( )
𝑷(𝑳−𝑳)

Dimana
Qc : Besar kapasitor yang digunakan (kVAR)

ᶲ1 : Sudut faktor daya sisi penerima sebelum


pemasangan kapasitor shunt
ᶲ2 : Sudut faktor daya sisi penerima setelah
pemasangan kapasitor shunt

33
Untuk menghitung berapa besar kenaikan tegangan setelah
penambahan kapasitor adalah :

( 𝐕𝐝𝐫𝐨𝐩𝟏)−(𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝟐)
𝛅𝐕 = X 100%
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐕𝐋−𝐋

Dimana
δV : Kenaikan tegangan (%)
Vdrop1 : Jatuh tegangan sebelum pemasangan kapasitor
(volt)

Vdrop2 : Jatuh tegangan setelah pemasangan kapasitor (volt)

Karena P1 = P2 dan Q1 - Q2 = QC maka akan didapatkan :

𝑳.𝑿.𝑸𝒄
𝛅𝐕 = 𝟏𝟎.𝑽𝟐 𝑳−𝑳

Dari persamaan (ΔC) diperoleh besar kapasitor tiga fasa


yang akan digunakan untuk menaikkan tegangan dengan
besar kenaikan yang diinginkan dengan persamaan berikut
:

𝟏𝟎.𝜹𝒗.𝑽𝟐 𝑳−𝑳
Qc = 𝑿.𝑳

34
Dimana

δV : Kenaikan tegangan ( % )

Qc : Besar kapasitor yang digunakan ( kVAR )

VL-L : Tegangan nominal ( kV )

X : Reaktansi ( ohm km )
L : Jarak saluran ( km )

Setelah pemasangan kapasitor turun tegangan harus diukur


kembali dengan menggunakan persamaan berikut :

𝑷𝑳 𝑷𝑳
ΔV = ( R + jX tan θ’) atau ΔV = ( R + jX tan θ’)
𝟏𝟎 𝑽𝟐 𝑳−𝑳 𝟏𝟎 𝑽𝟐 𝑳−𝑵

Dimana

P : Daya aktif tiga fasa (kW)

L : Panjang saluran (km)

VLL : Tegangan nominal sistem (kV)

R : Resistansi saluran (ohm)


X : Reaktansi rangkaian (ohm/km/fasa)
θ' : Sudut fasa antara arus dan tegangan setelah

penambahan kapasitor (derajat)

35
2. Tap Transformator (Tap Changer )

Perbaikan tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan


metode pengaturan tegangan berupa penggunaan tap
tranformator. Dengan menggunakan tap transformator kita
dapat mengatur rasio lilitan primer dan sekunder
transformator. Dengan demikian kita dapat mengatur
tegangan keluaran transformator. Hal ini dapat dilihat pada
persamaan berikut :

Keterangan:

Vp = Tegangan di sisi primer

Vs = Tegangan di sisi sekunder

Np = Jumlah lilitan primer

Ns = Jumlah lilitan sekunder

a = Rasio lilitan

Tap transformator dapat digunakan di gardu induk


maupun pada gardu distribusi tergantung dari perbaikan
tegangan yang di inginkan. Proses perubahan tap
transformator ada dua jenis, yaitu perubahan tap positif dan
negatif. Biasanya nilai perubahan tap transformator

36
menggunakan ukuran persen (%), berkisaran dinilai 5%.
Perubahan tap positif dengan menambah jumlah lilitan di
sisi sekunder, sedangkan tap negatif sebaliknya akan
mengurangi jumlah lilitan di sisi sekunder. Tap
transformator biasanya telah memiliki ukuran tap sendiri
tergantung dari pabrik yang memproduksinya. Sehingga
pengaturan tegangan dengan menggunakan tap
transformator sifatnya terbatas dan tergantung dari jenis tap
transformator yang digunakan. Semakin banyak level
perubahan tap yang dimiliki oleh suatu transformator
semakin baik pula proses pengaturan tegangan yang dapat
dilakukan.

Pengertian Tap Changer


Tap Changer adalah Alat bantu utama dari sebuah
transformator yang berfungsi untuk mendapatkan ratio
yang efektif dengan cara mengurangi atau menambah
jumlah belitan/winding primer atau sekunder.

On Load Tap Changer (OLTC) adalah perangkat untuk


mengubah sambungan penyadapan dari belitan, baik untuk
trafo yang sedang energize atau berbeban. Pada umumnya
OLTC terdiri dari sebuah diverter switch dengan transisi
resistor dan sebuah tap selector yang dapat dengan atau
tanpa selector yang berpindah. Semuanya itu di operasikan
oleh mekanisme gerak. Di beberapa tap changer, fungsi
dari diverter switch dan tap selector merupakan kombinasi
dari selector switch .

37
OLTC pertama kali ditemukan oleh Dr. Bernhard Jansen
pada tahun 1926 berupa resistor kecepatan tinggi yang
memungkinkan perubahan rasio trafo berbeban tanpa
interupsi. Dengan bekerja sama dengan Oskar dan Richard
Scheubeck bersaudara, produk ini akhirnya terkenal
keseluruh dunia dengan nama “REINHAUSEN on load tap
changer”.

Ada beberapa alasan dasar yang menyebabkan trafo daya


membutuhkan tapping :

1. Mengimbangi perubahan tegangan yang disumbangkan


oleh sistem besar dan sistem trafo lainnya.
2. Mengimbangi proses dalam trafo dan mempertahankan
tegangan output tetap konstan untuk tipe diatas (1).
3. Pada generator dan trafo interbus berfungsi untuk
membantu dalam pengendalian aliran Var
4. Memungkinkan kompensasi untuk faktor yang tidak
diketahui secara akurat pada saat perencanaan sistem
tenaga listrik.
5. Memungkinkan untuk perubahan kondisi system di masa
depan.

Selain keuntungan, terdapat juga kerugian penggunaan


tapping pada trafo :

1. Penggunaannya selalu mengarah ke beberapa variasi


kerapatan fluks dalam operasi sehingga kerapatan fluks
didesain harus lebih rendah daripada keadaan optimal.

38
2. Impedansi transformator akan bervariasi sesuai dengan
posisi tap sehingga desain sistem harus memungkinkan
untuk ini.
3. Losses akan bervariasi sesuai dengan posisi tap, maka
pendingin yang disediakan harus cukup besar untuk
memenuhi kemungkinan kerugian maksimum.
4. Akan ada beberapa kondisi ketika bagian kumparan tidak
digunakan, menyebabkan kekurangidealan keseimbangan
elektromagnetik dalam trafo yang mana perubahan tersebut
menghasilkan peningkatan ketidakseimban gaya yang akan
menyebakan gangguan.
5. Peningkatan jumlah sambungan dalam trafo akan
meningkatkan kompleksitas dan kemungkinan gangguan
internal.
6. Penggunaan tap changer, terutama type on-load
menunjukkan system yang tidak andal.

Secara umum, OLTC terdiri dari :


• Selector Switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri
dari terminal terminal untuk menentukan posisi tap atau
ratio belitan primer
• Diverter Switch merupakan rangkaian mekanis yang
dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan
kontak dengan kecepatan yang tinggi.
• Transisi Resistor atau tahanan transisi merupakan tahanan
sementara yang akan dilewati arus primer pada saat
perubahan tap.

39
Bagian-bagian Tap changer

Secara umum bagian-bagian dari tap changer dapat


dibedakan menjadi sebagai berikut :

Gambar 4.3. Bagian-bagian Tap changer

Keterangan :

1.Tap changer Head and Cover

2.Tap changer Oil compartment 3.Tap selector,diverter


switch dan tahanan transmisi

4.Motor drive unit

5.Tap changer protective rele

6.Tap changer oil conservator

40
Tap changer Head and Cover

Bagian ini merupakan tutup pelindung atas dari tap


changer. di sini terdapat beberapa saluran yang terhubung
ke bagian luar antara lain:

1. Tap changer cover,yaitu bagian ini merupakan penutup


dan pelindung tangki conservator dari bagian luar.
2. Saluran yang terhubung ke tangki minyak luar. Saluran ini
digunakan untuk mengalirkan minyak dari tangki
konservator ke oil compeartment.
3. Gear unit dan drive shaft, bagian ini merupakan
penghubung bantu dari motor 3fasa(sebagai penggerak)
ke bagian diverter switch dan tap selector dari tap
changer.
4. Bladeer valve,bagian yang berfungsi untuk mengeluarkan
minyak berlebih pada oil compartment saat terjadi
gangguan pada tap changer.

Tap changer Oil Compartment

Tap Changer Oil Compartement adalah merupakan tangki


yang berisi diverter switch.Compartment ini terisi oleh
minyak isolasi sebagai isolator dan bahan pendingin.

Tap Selector, Diverter Switch, dan Tahanan Transisi

Tap selector yaitu bagian tap changer yang berfungsi


untuk mengatur nilai dan posisi tap belitan. Dalam hal ini,
posisi tap akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah

41
belitan yang dipakai,sehingga secara langsung akan
mengatur nilai tegangan yang dihasilkan.
Diverter switch,adalah rangkaian mekanis yang
dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan
kontak dengan kecepatan tinggi.
Tahanan transmisi ,merupakan dua buah tahanan
dengan sementara yang akan dilewati arus primer pada
saat perubahan tap. Pada umumnya resistor yang
digunakan adalah nikelin dengan nilai resistensi 4,8Ω dan
kemampuan arus 200 amper.

Panel control dan Motor Drive unit

Panel control dan Motor Drive unit ialah sebuah tempat


yang berisikan peralatan untuk mengoperasikan tap
changer.Adapun bagian-bagian dari panel control dan
motor drive ini adalah:

1. Motor ac tiga fasa yang berfungsi sebagai penggerak


mekanik untuk mengganti nilai tap yang digunakan.
2. Kontaktor,Ada tiga buah kontaktor motor yang digunakan
pada panel control ini. Masing-masing kontaktor ini
mempunyai fungsi yang berbeda antara lain :

a).Kontaktor utama, berfungsi sebagai supply tegangan ke


motor tiga fasa dan sebagai limit switch saat tap telah
berada pada posisi yang tepat.Tegangan yang
digunakan adalah tegangan AC 380V.

b).Kontaktor kedua dan ketiga berfungsi sebagai


pembalik fasa motor sehingga motor dapat bekerja

42
dengan dua arah putaran(ke kiri atau ke kanan). Pada
bagian ini memanfaatkan peranan kapasitor pada motor
listrik yang digunakan.

3. MCB(Miniatur CircuitBreaker),berfungsi untuk


pengaman perangkat control tap changer.

4. Display Mekanik counter dan posisi tap,berfungsi sebagai


penampil untuk menunjukan berapa kali tap changer
sudah bekerja dan posisi atau kedudukan tap nya.

5. Selector Switch pada bagian ini ada dua pilihan


pengotrolan ,yaitu pengontrolan remote atau local.
Pengontrolan remote adalah pengotrolan tap changer
yang dilakukan dari panel control di gardu induk.
Sedangkan local adalah pengotrolan yang dilakukan
secara manual di trafo atau langung pada panel control
dilapangan.

6. Engkol manual ,berfngsi untuk memindah tap secara


manual. Cara yang dilakukan adalah dengan memutar
seccara manual engkol ini.

Tap Changer Protective Rele

Rele ini berfungsi untuk mengamankan tekanan minyak


berlebih pada minyak yang ada pada diverter switch
compartment saat terjadi gangguan.

43
Tap Changer Oil Conservator

Tangki ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan


cadangan suplai minyak untuk tap changer. Biasanya
tangki ini juga digabung dengan tangki konservator
transformator. Agar kedua minyaknya tidak
tercampur,maka di dalam tangki konservator ini terdapat
sekat pemisah.

Gambar 2. Posisi Selector Switch, Diverter Switch dan


Transisi Resistor pada OLTC

Terdapat 3 dasar pengaturan tapping dan masingmasing


memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada
aplikasinya. Ketiga pengaturan tapping tersebut seperti
pada Gambar 3.

Pengaturan linear pada umumnya digunakan untuk daerah


pengaturan tapping kecil maksimum hanya sampai 20 %
dari nilai nominalnya. Pengaturan ini terbatas untuk untuk

44
pengaturan tapping yang kecil karena kesulitan untuk
penambahan tapping yang lebih besar dan juga tegangan
impuls akan berkembang sebanding dengan penambahan
jumlah tapping yang besar.

Jika suatu pembalik dipasang seperti pada susunan


reversing, maka dapat dilakukan pengurangan dan
penambahan pada winding utamanya. Dalam hal demikian
daerah pengaturan (regulating range) dapat diperbesar

Gambar 3. Dasar pengaturan taping pada belitan

45
Gambar 4. Proses kerja OLTC

atau diperkecil menurut jumlah tap yang disediakan. Akan


tetapi pada susunan tap winding seperti ini, jika posisi tap
berada pada posisi yang paling kecil, menyebabkan rugi
tembaga (copper losses) dari trafo akan mencapai harga
maksimum.

Pada susunan tap winding type coarse and fine, merupakan


suatu kemajuan dimana pada susunan ini dapat
memperkecil rugi tembaga pada trafo dan daerah
pengaturannya dapat diperluas. Kekurangan penggunaan
skema coarse/fine adalah biaya yang dibutuhkan untuk
penyediaan coarse/fine dari tapping belitan.

Prinsip kerja OLTC sendiri terlihat seperti pada Gambar 4.


Awalnya beban mengalir melalui tap yang ada di sebelah

46
kiri (a). Selanjutnya tap disebelah kanan akan bergerak
turun menuju tap yang berada di bawahnya (b & c). Kontak
divert akan bergerak menuju ke T1 (d) dan arus akan
melalui resistor RT melalui T1 (e). Posisi ini di sebut
TRANSISI resistor RT dan transisi kontak T1. Kontak
diverter bergerak menuju ke transisi kontak T2, kontak
utama diverter menutup transisi kontak T1 dan T2,aliran
arus beban melalui resistor RT, transisi kontak T1 dan T2,
menuju ke titik pentanahan. Posisi ini disebut
SUPERPOSISI (f). Kontak diverter bergerak menuju
transisi kontak T2, aliran arus beban melalui resistor RT,
kontak K2 menuju ke titik pentanahan. Posisi ini disebut
TRANSISI pada resistor RT dan transisi kontak T2 (g).
Selanjutnya divert akan bergerak menenuju ke kontak M2
dan taping dari tap changer telah berpindah (h & i) [4].

Selama OLTC bekerja, terdapat beberapa fenomena


yang akan mempengaruhi kinerja OLTC tersebut.

A. Fenomena Elektrik (Electrical Effect)


Arus dan tegangan yang mengalir pada suatu peralatan
apabila melebihi dari batasan/rating yang telah ditentukan
akan menimbulkan stress pada peralatan tersebut dan
akhirnya akan merusak sistim isolasi yang ada.Partial
discharge, corona, dan arching bahkan flashover
merupakan efek dari penomena elektrik pada
pengoperasian OLTC, yang dapat menguraikan bahan
isolasi padat dan cair menjadi beberapa jenis gas termasuk
combustable gas, sedangkan arching dan flashover sebagai

47
akibat dari stress elektrik dapat mengakibatkan terurainya
bahan isolasi dan kerusakan material.

Peristiwa tersebut sering ditandai dengan bekerjanya


protektiv rele OLTC , dan apabila dianalisa, pada minyak
diverter switch akan dijumpai beberapa jenis gas yang
mudah terbakar ( combustable gas seperti acethelene,
ethylene dan hidrogen.

B. Fenomena Mekanik (Mechanical Effect)


OLTC merupakan satu-satunya bagian trafo yang bergerak
secara mekanik. Proses perpindahan tap dimulai dari gerak
putar motor, disalurkan melalui batang penggerak ke roda-
roda gigi dan selanjutnya pada pegas penggerak kontak
serta gerak geser kontak itu sendiri.

Semua proses itu berlangsung dalam kondisi suhu operasi


OLTC, yang mana apabila kondisi suhu sangat panas akan
berakibat mempercepat kelelahan/ fatique material. Efek
dari penomena mekanik ini dapat mengakibatkan
terjadinya bengkok, retak, aus dan kendornya baut-baut.

C. Fenomena Panas (Thermal Effect)


Sesuai dengan kaidah rumus panas I . R. t, akan timbul
panaspada bahan konduktor yang dialui arus. Karena
panas berbanding lurus dengan arus, tahanan dan waktu,
biasanya pada saat bebanpuncak dimana beban trafo tinggi
dan OLTC bekerja berulang ulang menyesuaikan dengan
fluktuasi tegangan, suhu minyak pada OLTC akan

48
meninggi dan meningkatkan tekanan pada kompartemen
diverter.

Panas tertinggi akan diterima oleh transisi resistor pada saat


terjadi perpindahan kontak dan hot spot pada titik
sambungan yang nilainya melampaui batasan yang
ditentukan.

Panas yang berlebihan akan mengakibatkan terurainya


bahan isolasi baik padat maupun cair menjadi beberapa
macam jenis gas.

D. Fenomena Kimia (Chemical Effect)


Peristiwa kimia merupakan ekses dari peristiwa elektrik,
mekanik dan thermal. Bahan isolasi baik yang padat
maupun cair berasal dari bahan kimia organik yang sangat
mudah terurai. Seperti pada trafo, peristiwa elektrik seperti
partial discharge, korona, arching dan panas yang tinggi
akan menguraikan bahan isolasi baik yang padat maupun
cair.

Pada OLTC karena tidak mempunyai banyak bahan isolasi


selulosa, maka produksi gas yang timbul biasanya hanya
didominasi oleh gas yang diakibatkan oleh arching dan
panas seperti C2H2 (acthylene), C2H4 (ethylene) dan H2
(Hidrogen). Gas lain bukanya tidak ada, tetapi
konsentrasinya sangat kecil.

Produksi gas ini apabila konsentrasinya melebihi yang


telah ditentukan, akan sangat berbahaya bagi operasi
OLTC.

49
Prinsip Kerja Tap changer

Secara umum tap changer bekerja berdasarkan


perbandingan jumlah lilitan dan tegangan pada kumparan
primer dan sekunder. V1/V2=N1/N2

Keterangan:

V1 = tegangan pada sisi primer(volt)

V2 = tegangan pada sisisekunder(volt)

N1 = jumlah lilitan pada sisi primer

N2 = jumlah lilitan pada sisi sekunder

Dengan adanya nilai tegangan system yang tidak


stabil,maka diperlukan sebuah alat yang digunakan untuk
mengatur nilai teganan keluaranya. Nilai tegangan system
yang berubah-ubah ini biasanya terjadi pada sisi primer
transformator ,sehingga pada sisi primer inilah biasanya
dipasang tap changer.

Pembagian Proses Kerja Tap Changer

Berdasarkan Cara Pengoperasiannya:


Secara otomatis pada proses ini,kerja tap changer
tergantung dari kerja sebuah sensor rele. Dalam hal ini di
gunakan rele AVR (automatic voltage rele). Rele AVR
yang terletak di gardu induk ini yang akan memberikan
trigger/rangsangan untuk mengganti nilai tap yang
digunakan. Berbeda dengan rele proteksi transmisi, rele ini
hanya mendeteksi nilai sinkronisasinya pada satu fasa

50
saja,sehingga nilai perubahan tap pada masingmasing fase
akan selalu bersamaan.

secara manual, maka analisa kerjanya dapat kembali


dibedakan lagi menjadi dua jenis,yaitu secara remote
(pengoperasian dari panel gardu induk) atau local
(langsung pada panel kontrolnya).

Berdasarkan adatidaknya Pembebanan:

1. Off Load Tap Changer,pada analisa ini tap changer


dapat bekerja ketika bagian sekitarnya dalam kondisi tidak
ada pembebanan ,sehingga di sekitar trafo tidak ada arus
dan tegangan yang bekerja.Pengoperasian ini biasanya
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemadaman
untuk daerah kerja di sekitar transformator,sehingga tap
changer hanya mampu bekerja ketika kondisi
transformator dalam keadaan padam.

2. On Load tap Changer(OLTC),pada analisa ini tap


changer dapat bekerja ketika bagian sekitarnya dalam
kondisi pembebanan,sehingga disekitar trafo ini ada arus
dan tegangan yang bekerja, sehingga pengoperasian jenis
tap changer ini dapat dilakukan tanpa melakukan
pemadaman untuk daerah kerja sekitar transformator.

51
Peralatan Proteksi Tap Changer
Beberapa peralatan tersebut antara lain adalah:
1. Protective rele RS2001

Rele ini berfungsi untuk mengamankan tekanan


minyak berlebih pada minyak yang ada pada diverter
switch compartment saat terjadi gangguan.

2. Oil Conservator

Bagian ini merupakan tempat penampungan


cadangan minyak untuk main tank dan diverter
compartment dimana ada pemisah antara bagian minyak
main tank dan diverter switch compartment.Selain itu,pada
bagian ini juga merupakan tempat keluaran kadar air yang
menguap, sehingga kandungan air tidak akan tercampur di
tangki compartment diverter switch.

3. Silica Gel

Silica gel ini merupakan alat pernafasan bagi minyak


yang ada di dalam oil conservator,maksudnya adalah untuk
mengurangi bahkan menghilangkan produksi uap air pada
minyak yang ada di dalam oil conservator akibat dari
adanya perbedaan suhu di luar dan di dalam oil
conservator. Pada tabung tempat pengisian silica gel juga
diberi minyak yang berfungsi untuk menyaring kotoran
dari uap air yangdihasilkan.

52
4. Integrated pressure relief diaphragma of the tap
changer head cover

Rele ini mempunyai peranan yang penting ketika


terjadi gangguan panas pada tangki diverter switch.Rele ini
akan bekerja mengeluarkan minyak dari tangki karena
pengaruh tekanan yang besar dari dalamtangki.

Macam-Macam Tap changer

Dilihat dari media isolatornya, maka tap changer tipe


ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

1. Oil Tap changer

Tap changer jenis ini menggunakan media minyak


sebagai isolatornya. Tipe tap changer yang satu ini
merupakan media yang sering dipakai pada peralatan
proteksi. Biasanya sudah digunakan di beberapa
transformator saat ini.

2. Vacum tap changer

Tap changer jenis ini merupakan tipe tap changer


modern.Merupakan modifikasi baru dari tap changer
karena tipe ini menggunakan media hampa udara di dalam
tangki compartment. Media hampa ini merupakan
pengganti minyak sebagai bahan isolatornya.

53
Kerusakan dan Pemeliharaan

Jenis kerusakan pada tap changer adalah sebagai


berikut :

1. Resistor Putus

Beberapa penyebab putusnya kabel jumper resistor


lainnya adalah karena kabel jumper/terminal kontak tidak
bagus,usia yang sudah tua dan kerjanya yang bersifat up
normal.

2. Flash Over Kontak

Kerusakan ini ditandai dengan munculnya busur api


pada kontak-kontak hubung tap selector dan diverter
switch. Hal ini disebabkan adanya urat kabel yang lepas
dan tidak teramankan menyentuh kontak diverter
switch/screen contact.

3. Hardness Surface

Permasalahan ini disebabkan karena bahan pelapis


roller tidak bagus,sehingga tidak tahan dialiri arus saat
terjadi pemindahan kontak.

4. Kontak menipis

Permasalahan ini biasanya ditunjukan dengan semakin


menipisnya kontak hubung yang tersambung dengan tap
selector.

54
Pemeliharan jenis ini dapat dibagi dalam beberapa
jenis,antara lain:

1. Pemeliharaan Predektif

Contoh pemeliharaan tipe ini adalah pengujian sample


minyak,dan juga pengujian abnormal noise.

2. Pemeliharaan Preventif

Inspeksi tahunan dan Penggantian minyak Contohnya


adalahmenggantiminyak.pelumasan,fungsi
counter,visual check.

Overhaul/Pemeriksaandiverter switchContohnya
adalah memeriksa ketebalan kontak,nilai tahanan
resistor,kekencengan bautbaut,kekuatan pegas.

Penggantian kontak Contohnya adalah penggantian


stationary dan moving kontak,penggantian transision
resistor.

Pengaruh Tap Transformator

Tap Changing Transformer jika dikondisikan pada


perbandingan belitan pada nilai nominal, maka pada
kondisi ini tidak terjadi regulasi tegangan sehingga dapat
direpresentasikan ke sebuah admitansi yt. Pada kondisi
offnominal dimana perbandingan belitan tidak seperti
nominalnya, maka admitansi transformator akan terdapat

55
perbedaan baik pada sisi primer ataupun pada sisi
sekunder. Representasi transformator sangat ditentukan
oleh perbandingan belitannya.

Gambar 4.5 berikut menunjukkan rangkaian ekivalen


On Load Tap Changing Transformer :
i VX IJ
yt
Ii

V Vj
1: a

Gambar 4.5 Rangkaian ekivalen On Load Tap Changing


Transformer

Gambar 4.5 diatas merupakan konsep dasar on load tap


changing transformer yang disesuikan dengan perubahan
elemen komplek arus injeksi (I), tegangan (V),
perbandingan belitan (a) dan admitansi (y).

3. Automatic Voltage Regulator (AVR)

Transfomator yang paling sering digunakan dalam sistem


distribusi yaitu transformator jenis autotransformator,
autotransformator hanya memiliki satu kumparan dimana
kumparan primer tehubung secara seri dengan kumparan
sekunder membentuk satu kesatuan. Transformator jenis ini
memiliki reaktansi leakage lebih rendah dibandingkan dengan
transformator biasa, rugi-rugi kecil, arus eksitasinya rendah dan
lebih utama lagi ialah transformator jenis ini lebih murah
dibandingkan transformator dengan dua kumparan.

56
Ratio pada Autotransformator dinyatakan sebagai berikut :
𝑽𝒑
α = 𝑽𝒔

Dimana

Vp : Tegangan di sisi tegangan primeri


(Volt)
Vs : Tegangan di sisi tegangan sekunder
(Volt)
n : Rasio lilitan transformator
n1 : Banyak lilitan di sisi primer
n2 : Banyak lilitan di sisi sekunder

Dari persamaan diatas terlihat bahwa rasio dari rangkaian


transformator selalu lebih besar daripada 1 sehingga rasio
tegangan kumparan rangkaian :

𝑽𝑺 𝒏𝟐
= =𝒏−𝟏
𝑽𝑪 𝒏𝟏

Dimana :
VS : Tegangan pada kumparan yang terhubung seri (Volt)

VC : Tegangan pada kumparan yang digunakan bersama


(Volt) dan rasio arusnya

𝑰𝑺 𝑰𝑪 𝑰𝑿 − 𝑰𝑯
= = = 𝒏−𝟏
𝑰𝑪 𝑰𝑯 𝑰𝑯

57
Dimana
IS : Arus yang melewati kumparan yang digunakan bersama (A)

IC : Arus yang melewati kumparan seri (A)

IX : Arus keluaran pada sisi tegangan rendah (A)

IH : Arus keluaran pada sisi tegangan tinggi (A)

Automatic Voltage Regulator digunakan untuk


memperbaiki nilai tegangan pada titik dimana alat itu
dipasang. Automatic Voltage Regulator yang selanjutnya
disebu AVR , digunakan adalah jenis step. Untuk saluran
distribusi hanya terdiri dari satu fasa yang diletakan pada
jaringan distribusi primer. Pada dasarnya Automatic Voltage
Regulator (AVR) ini merupakan sebuah autotransformator
dengan banyak tap pada sisi sekundernya.

Komponen utamanya adalah mekanisme tap changing


dan pengendaliannya. Tiap Automatic Voltage Regulator
(AVR) biasanya dilengkapi oleh peralatan yang bisa
mengendalikan perubahan tap secara otomatis berdasarkan
tegangan yang masuk walaupun pada saat itu Automatic
Voltage Regulator (AVR) dalam keadaan berbeban. Untuk
menentukan rating sebuh regulator satu fasa dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut :

kVA Regulator = Range x kVA sistem (kVA)

58
Dimana :
Range : 0.05 atau 0.1 tergantung pemakaian
Setelah pemasangan Automatic Voltage Regulator (AVR)
maka kenaikan tegangan menjadi :

𝑽𝑳−𝑵 = (%𝒔𝒕𝒆𝒑)(𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑵) ) 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝑳−𝑳 = (%𝒔𝒕𝒆𝒑)(𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑳) )

Dan kenaikan tegangannya setiap step menjadi :

𝑽𝑳−𝑵 𝑽𝑳−𝑳
𝑽𝒔𝒕𝒆𝒑(𝑳−𝑵) = 𝒌𝑽 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔𝒕𝒆𝒑(𝑳−𝑳) 𝒌𝑽
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒕𝒆𝒑 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒕𝒆𝒑

Serta tegangan SUTM menjadi :

𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑵) (𝑨𝑽𝑹) = 𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑵) + ∆𝑽(𝑳−𝑵) (𝑨𝑽𝑹)

𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑳) (𝑨𝑽𝑹) = 𝑽𝑺𝑼𝑻𝑴(𝑳−𝑳) + ∆𝑽(𝑳−𝑳) (𝑨𝑽𝑹)

3.2 Contoh Soal Perhitungan Mencari Dan Mengatasi


Jatuh Tegangan

Diketahui suatu Objek studi kasus dalam penelitian ini


adalah feeder Painan yang lebih dikenal dengan feeder
selatan yang mempunyai nilai jatuh tegangan sangat besar
walaupun telah menggunakan kawat penghantar dengan
penampang 240 mm2 dan 150 mm2 sebagai ekspres feeder.
Nilai tegangan terima pada konsumen masih berada dibawah
standar yang ditetapkan PLN (90% - 105%). Pada gambar-6
terlihat hubungan suplai tenaga listrik untuk feeder selatan.

59
dalam kondisi normal berasal dari 2 unit transformator GI
Pauh Limo dengan kapasitas masing-masingnya 30 MVA
yang terhubung paralel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar-3 berikut :

GI GH GH GH GH GH
Pauh LimoTeluk BayurBungusPainanSurantih
Balai Selasa
150 / 20 kV
6 A 5 A 4 A 3 A 2 A
6 1 k 3 1 k 4 5 k 4 6 k 4 2 k
8 m 8 m 5 m 5 m 7 m
3 MVA
0

L1 L2 L3 L4 L5
Gambar-3 Diagram satu garis feeder selatan

Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi terjadinya


jatuh tegangan dari gardu hubung Bungus sampai ke gardu
hubung Balai Selasa. Feeder ini memiliki 5 (lima) titik beban
yaitu Teluk Bayur, Bungus, Painan, Surantih dan Balai
Selasa. Data-data jaringan yang terdapat di feeder selatan ini
dapat dilihat pada tabel-1.

60
Tabel-1 Data Jaringan feeder selatan dengan faktor daya 0,87
Arus
Beban
Puncak
Jenis Reaktansi
Jarak Resistansi (Ampere)
Lokasi Penghantar Induktif
(km) ohm km
AAAC ohm km

Pauh Limo - TL. 18 240 mm2 0,1389 0,3127 66


Bayur
TL. Byr - 18 240 mm2 0,1389 0,3127 53
Bungus
Bungus - 55 240 mm2 0,1389 0,3127 44
Painan
Painan - 65 150 mm2 0,2253 0,3288 34
Surantih
Surantih - Balai 27 150 mm2 0,2253 0,3288 24
Selasa

Perhitungan Jatuh Tegangan

Dari data tabel-1 dihitung jatuh tegangan yang terjadi


pada jaringan distribusi primer. Jatuh tegangan ini akan
berhubungan dengan rugi-rugi jatuh tegangan yang terjadi
sepanjang jaringan distribusi primer. Perhitungan jatuh
tegangan ini dilakukan pada saat beban puncak. Untuk
contoh perhitungan dilakukan perhitungan besar jatuh
tegangan yang terjadi pada titik beban gardu hubung Teluk
Bayur. Dengan menggunakan persamaan (3) diperoleh hasil
sebagai berikut :

61
1. Titik beban GH. Teluk Bayur

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . 𝑰 . 𝑳 . [𝑹 𝒄𝒐𝒔 ∅ + 𝒋𝑿𝑳 𝐬𝐢𝐧 ∅]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . (𝟔𝟔) . (𝟏𝟖) . [(𝟎, 𝟏𝟖𝟗)(𝟎, 𝟖𝟕) + 𝒋(𝟎, 𝟑𝟏𝟐𝟕)(𝟎, 𝟒𝟗𝟑𝟏)]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖 𝒌𝑽

Persentase jatuh tegangan untuk arus beban pada gardu


hubung Teluk Bayur, dihitung dengan menggunakan
persamaan (4) dan diperoleh hasil sebagai berikut :

𝑽𝑲 = 𝟐𝟎 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟎𝟏𝟒𝟒 %
𝟐𝟎

Maka untuk tegangan terima pada gardu hubung Teluk


Bayur, dihitung dengan menggunakan persamaan (5) dan di
peroleh hasil sebagai berikut:

𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑

𝑽𝑻 = 𝟐𝟎 𝒌𝑽 − 𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖 𝒌𝑽

𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟕𝟏 𝒌𝑽

62
2. Titik beban GH. Bungus

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . 𝑰 . 𝑳 . [𝑹 𝒄𝒐𝒔 ∅ + 𝒋𝑿𝑳 𝐬𝐢𝐧 ∅]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . (𝟓𝟑) . (𝟏𝟖) . [(𝟎, 𝟏𝟑𝟖𝟗)(𝟎, 𝟖𝟕) +


𝒋(𝟎, 𝟑𝟏𝟐𝟕)(𝟎, 𝟒𝟗𝟑𝟏)]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟑𝟐𝟑𝟓𝟑 𝒌𝑽

Persentase jatuh tegangan untuk arus beban pada gardu


hubung Bungus, dihitung dengan menggunakan persamaan
(4) dan diperoleh hasil sebagai berikut :

𝑽𝑲 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟕𝟏 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲

𝟎,𝟑𝟐𝟑𝟓𝟑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏. 𝟔𝟓𝟎𝟗 %
𝟏𝟗,𝟓𝟗𝟕𝟏

Maka untuk tegangan terima pada gardu hubung Bungus,


dihitung dengan menggunakan persamaan (5) dan di peroleh
hasil sebagai berikut:

𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑

𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟕𝟏 𝒌𝑽 − 𝟎, 𝟑𝟐𝟑𝟓𝟑 𝒌𝑽

𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟕𝟑𝟓 𝒌𝑽

63
Dengan cara yang sama, akan didapat seperti tabel-2 berikut
ini.

Tabel-2 Jatuh Tegangan di sepanjang jaringan untuk arus


beban pada tiap gardu hubung

LOKASI JARAK ARUS VDROP %Vdrop


(KM) (Ampere) (kV) (L-L)
(L-L)

TL. Bayur 18 66 0,40288 2,0144%

Bungus 18 53 0,32353 1,6509%

Painan 55 44 0,82069 4,2581%

Surantih 65 34 0,97356 5,2759%

Balai Selasa 27 24 0,285456 1,6331%

Besar tegangan pada tiap-tiap gardu hubung dari


perhitungan diatas untuk tegangan kirim dan tegangan
terima dapat dilihat pada tabel-3 sebagai berikut:

Tabel-3 Besar tegangan pada tiap gardu hubung

LOKASI Tegangan Tegangan


Kirim Terima (Vt)
(Vk) (kV)
(kV)
Pauh Limo - TL. Bayur 20 19,5971

TL. Byr – Bungus 19,5971 19,2735

Bungus – Painan 19,2735 18,4528

Painan – Surantih 18,4528 17,4792

Surantih – Balai Selasa 17,4792 17,1937

64
Perhitungan Daya Aktif (P) dan Daya Reaktif (Q)

Untuk mencari berapa besar kapasitor yang akan


dipergunakan nantinya terlebih dahulu perlu dilakukan
perhitungan besar daya aktif dan daya reaktif dari titik beban
jatuh tegangan pada gardu hubung Painan, perhitungan ini
dengan menggunakan persaman (13) dan (14) akan
dilakukan perhitungan daya aktif dan daya reaktif pada titik
beban jatuh tegangan pada gardu hubung Painan sebagai
berikut :

Daya aktif (P)

𝑷(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = √𝟑 . 𝟏𝟖𝟒𝟓𝟐, 𝟖 (𝟒𝟒)(𝟎, 𝟖𝟕)

𝑷(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟏𝟐𝟐𝟐, 𝟎𝟐 𝒌𝑾

Daya reaktif (Q)

𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = √𝟑 . 𝑽𝑻 (𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏) . 𝑰 . 𝐬𝐢𝐧 ∅

𝑸(𝑳−𝑳)𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = √𝟑 . 𝟏𝟖𝟒𝟓𝟐, 𝟖 . (𝟒𝟒). (𝟎, 𝟒𝟗𝟑𝟏)

𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟔𝟗𝟐, 𝟒𝟐 𝒌𝑽𝑨𝑹

Perhitungan Besar Kapasitor Shunt

Perhitungan besar kapasitor maksimum yang


digunakan dengan memperhatikan besar daya reaktif pada
gardu hubung Painan yang akan dipasang kapasitor shunt,
untuk menetukan itu perlu dilakukan perhitungan perbaikan

65
profil tegangan di titik beban pada gardu hubung Painan
dengan cara pemasangan kapasitor shunt sebagai berikut :

a. Kondisi sebelum pemasangan kapasitor shunt

- Panjang saluran Painan - Sulantih : 55 Km

- Arus beban maksimum fasa R : 44 A

- Resistansi saluran Painan : 0,1389 ohmkm

- Reaktansi saluran Teluk Bayur – Bungus :


0,3127ohmkm

- Faktor daya : 0,87

- Jatuh tegangan sebelum pemasangan kapasitor :


0,82069kV

- Tegangan sebelum pemasangan kapasitor : 18,4528 kV

b. Kondisi setelah pemasangan kapasitor shunt

Pada perhitungan ini dipasang kapasitor shunt pada daerah


gardu hubung Painan dengan kapasitas 600 kVAR karena
daya reaktif beban maksimum titik beban pada gardu
hubung Painan adalah 692,42 kVAR dan perhitungan
parameter-parameter yang lain sebagai berikut : Daya aktif
pada titik beban gardu hubung Painan 1222,02 kW, setelah
pemasangan kapasitor shunt dihitung dengan menggunakan
persamaan (17) dan diperoleh hasil sebagai berikut :

𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 − 𝑸𝒄

𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟔𝟗𝟐, 𝟒𝟐 − 𝟔𝟎𝟎

66
𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟗𝟐, 𝟒𝟐 𝒌𝑽𝑨𝑹

Besar faktor daya dihitung dengan mengunakan persamaan


(18) dan diperoleh hasil sebagai berikut :

𝑸(𝑳−𝑳)𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏
∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 [𝑷 ]
(𝑳−𝑳)𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏

𝟗𝟐,𝟒𝟐
∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 [ ]
𝟏𝟐𝟐𝟐,𝟎𝟐

∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 [𝟎, 𝟎𝟕𝟓]

∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟒, 𝟑𝟐𝟒°

𝑷ʄ 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝐜𝐨𝐬(𝟒, 𝟑𝟐𝟒°)

𝑷ʄ 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟎, 𝟗𝟗

Setelah pemasangan kapasitor shunt dilakukan maka besar


jatuh tegangan yang terjadi di titik beban gardu hubung
Painan ke gardu hubung Balai Selasa dihitung dengan
menggunakan persamaan (3) dan diperoleh hasil sebagai
berikut :

Titik beban GH. Painan

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . 𝑰 . 𝑳 . [𝑹 𝒄𝒐𝒔 ∅ + 𝒋𝑿𝑳 𝐬𝐢𝐧 ∅]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = √𝟑 . (𝟒𝟒) . (𝟓𝟓) . [(𝟎, 𝟏𝟑𝟖𝟗)(𝟎, 𝟗𝟗) +


𝒋(𝟎, 𝟑𝟏𝟐𝟕)(𝟎, 𝟏𝟒𝟏𝟎)]

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟔𝟎𝟓𝟏𝟎 𝒌𝑽

67
Persentase jatuh tegangan untuk arus beban pada gardu
hubung Painan, dihitung dengan menggunakan persamaan
(4) dan diperoleh hasil sebagai berikut :
𝑽𝑲 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟕𝟑𝟓 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲

𝟎,𝟔𝟎𝟓𝟏𝟎
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑, 𝟏𝟑𝟗𝟓 %
𝟏𝟗,𝟐𝟕𝟑𝟓

Maka untuk tegangan terima pada gardu hubung Painan,


dihitung dengan menggunakan persamaan (5) dan di peroleh
hasil sebagai berikut:

𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑

𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟕𝟑𝟓 𝒌𝑽 − 𝟎, 𝟔𝟎𝟓𝟏𝟎 𝒌𝑽

𝑽𝑻 = 𝟏𝟖, 𝟔𝟔𝟖𝟒 𝒌𝑽

Dengan cara yang sama, akan didapat seperti tabel-4 berikut


ini.

Tabel-4 Jatuh Tegangan di sepanjang jaringan untuk arus


beban pada tiap gardu hubung

LOKASI JARAK ARUS VDROP %Vdrop (L-L)


(km) (Ampere) (kV)
(L-L)

Painan 55 44 0,60510 3,1395%

Surantih 65 34 0,871783 4,6693%

Balai Selasa 27 24 0,2556076 1,4362%

68
Besar jatuh tegangan pada gardu hubung Painan ke gardu
hubung Balai Selasa dari perhitungan diatas untuk tegangan
kirim dan tegangan terima dapat dilihat pada tabel-5 sebagai
berikut :

Tabel-5 Besar tegangan pada gardu hubung Painan ke


gardu hubung Balai Selasa

LOKASI Tegangan Tegangan


Kirim (Vk) Terima (Vt)
(kV) (kV)

Bungus – Painan 19,2735 18,6684

Painan – Surantih 18,6684 17,7967

Surantih – Balai Selasa 17,7967 17,5411

Pemasangan Automatic Voltage Regulator (AVR)

Nilai tegangan SUTM yang diperoleh setelah dilakukan


pemasangan kapasitor shunt di titik beban gardu hubung
Painan ternyata variasi tegangan yang diperoleh masih
dalam batasan yang sempit. Untuk itu digunakan AVR
(automatic voltage regulator) yang bertujuan untuk
menaikkan tegangan pada gardu hubung Painan ke gardu
hubung Balai Selasa agar mencapai tegangan pada rating
10%. Besar kapasitas Automatic Voltage Regulator (AVR)
yang digunakan tergantung pada besar tegangan yang akan
dinaikkan serta posisi Automatic Voltage Regulator (AVR)
di jaringan. Berdasarkan kenaikan nilai tegangan SUTM

69
setelah dilakukan pemasangan kapasitor shunt yang belum
memenuhi standard yang telah ditetapkan maka untuk
perbaikan selanjutnya dipergunakan Automatic Voltage
Regulator (AVR).

Perhitungan Ratio Tegangan AVR

Untuk menghitung ratio tegangan pada AVR (automatic


voltage regulator) digunakan persamaan sebagai berikut :

𝑽𝒑
ɑ=
𝑽𝒔

𝟏𝟗 𝒌𝑽
ɑ= = 𝟎, 𝟗𝟎𝟒
𝟐𝟏 𝒌𝑽

Karena tegangan yang dikirim ke sisi primer pada gardu


hubung Painan sebesar 18,4528 kV maka untuk tegangan
sisi sekundernya berdasarkan persamaan berikut ini :

𝑽𝒑
𝑽𝒔 =
ɑ
𝟏𝟖,𝟒𝟓𝟐𝟖
𝑽𝒔 = = 𝟐𝟎, 𝟒𝟏𝟐𝟑 𝒌𝑽
𝟎,𝟗𝟎𝟒

Setelah didapat tegangan kirim ke gardu hubung Painan


sebesar 20,4123 kV maka untuk titik beban gardu hubung
Painan ke gardu hubung Balai Selasa didapat presentase

70
jatuh tegangan dan tegangan terima untuk tiap gardu
hubung. Digunakan persamaan sebagai berikut:

Titik beban GH. Painan

Persentase jatuh tegangan untuk arus beban pada gardu


hubung Painan, dihitung dengan menggunakan persamaan
(4) dan diperoleh hasil sebagai berikut :

𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟖𝟐𝟎𝟔𝟗 𝒌𝑽

𝑽𝒌 = 𝟐𝟎, 𝟒𝟏𝟐𝟑 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲

𝟎,𝟖𝟐𝟎𝟔𝟗
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒, 𝟎𝟐𝟎𝟏 %
𝟐𝟎,𝟒𝟐𝟏𝟑

Maka untuk tegangan terima pada gardu hubung Painan,


dihitung dengan menggunakan persamaan dan di peroleh
hasil sebagai berikut:

𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑

𝑽𝑻 = 𝟐𝟎, 𝟒𝟏𝟐𝟑 𝒌𝑽 − 𝟎, 𝟖𝟐𝟎𝟔𝟗 𝒌𝑽

𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟏𝟔 𝒌𝑽

Dengan cara yang sama, akan didapat seperti tabel-6


dibawah ini.

71
Tabel-6 Jatuh Tegangan di sepanjang jaringan untuk arus
beban pada tiap gardu hubung

LOKASI JARAK ARUS VDROP %Vdrop (L-


(km) (Ampere) (kV) L)
(L-L)

Painan 55 44 0,82069 4,2581%

Surantih 65 34 0,97356 5,2759%

Balai Selasa 27 24 0,285456 1,6331%

Besar jatuh tegangan pada gardu hubung Painan ke gardu


hubung Balai Selasa dari perhitungan diatas untuk tegangan
kirim dan tegangan terima dapat dilihat pada tabel-7 sebagai
berikut:

Tabel-7 Besar tegangan pada gardu hubung Painan ke


gardu hubung Balai Selasa

LOKASI Tegangan Tegangan


Kirim Terima (Vt)
(Vk) (kV)
(kV)

Bungus – Painan 20,4123 19,5916

Painan – Surantih 19,5916 18,6180

Surantih – Balai Selasa 18,6180 18,3326

72
Pada tabel-8 terlihat bahwa kenaikan tegangan setelah
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) sudah
memenuhi standard yang telah diharapkan yaitu dibawah
10% dari tegangan normal.

Analisa

Jatuh tegangan dengan masing-masing gardu hubung


adalah :
• Teluk Bayur 2,0144%
• Bungus 1,6509%
• Painan 4,2581%
• Surantih 5,2759%
• Balai Selasa 1,6331%.
• Untuk total persentasae jatuh tegangan pada gardu hubung
adalah 14,8324%
• maka total jatuh tegangan sampai ke gardu hubung Balai
Selasa adalah 2,806 kV.

Setelah perhitungan jatuh tegangan maka untuk perbaikkan


jatuh tegangan menggunakan kapasitor shunt yang dipasang
pada gardu hubung painan, dengan kapasitas kapasitor
sebesar 600 kVAR. Dari hasil perhitungan jatuh tegangan
dengan menggunakan kapasitor shunt pada gardu hubung
Painan telihat bahwa kenaikkan tegangan hanya kecil sekali
dan itu belum memenuhi standard 10% dari tegangan
normal.

73
Maka untuk perbaikan selanjutnya diganti dengan
menggunakan AVR (automatic voltage regulator) sebagai
perbaikan jatuh tegangan yang terjadi pada gardu hubung
Painan. Karena tegangan pada gardu hubung painan sebesar
18,4528 kV maka untuk tegangan sisi primer digunakan tap
trafo 19 kV dan sisi sekunder sebesar 21 kV, maka didapat
ratio tegangan sebesar 0,904. maka tegangan kirim pada
gardu hubung painan 20,4123 kV. Perbandingan sebelum
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) dan setelah
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) dapat
dilihat pada tabel-8 berikut ini:

Tabel-8 Perbandingan tegangan sebelum dan sesudah


pemasangan

LOKASI Sebelum Sesudah (kV)


(kV)

Bungus – Painan 18,4528 20,4123

Painan – Surantih 18,4528 19,5916

Surantih – Balai Selasa 17,4792 18,6180

Dari hasil perhitungn jatuh tegangan dengan menggunakan


AVR (automatic voltage regulator) pada gardu hubung
Painan telihat bahwa kenaikkan tegangan telah memenuhi
standard 10% dari tegangan normal. Maka dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan kapasitor dengan

74
kapasitas 600 kVAR tidak layak untuk perbaikan jatuh
tegangan di jaringan yang telah dihitung karena kenaikan
tegangan hanya kecil, dengan memasang AVR tegangan
yang jatuh bisa diperbaiki sehingga masih dalam batas
tegangan normal.

Kesimpulan Dari Contoh Soal Diatas

1. Jatuh tegangan dengan masing-masing gardu hubung adalah

Teluk Bayur 2,0144%, Bungus 1,6509%, Painan 4,2581%,


Surantih 5,2759% dan Balai Selasa 1,6331%. Untuk total
persentasae jatuh tegangan pada gardu hubung adalah
14,8324%, maka total jatuh tegangan sampai ke gardu
hubung Balai Selasa adalah 2,806 Kv.
2. Pemasangan kapasitas kapasitor shunt berdasarkan daya

reaktif pada beban maksimum pada titik-titik beban dimana


kapasitas kapasitor untuk beban maksimum untuk titik
beban gardu hubung Painan adalah 600 Kvar. Total
persentase jatuh tegangan setelah pemasangan kapasitor
pada gardu hubung Painan ke Balai Selasa sebesar 9,245%
dan besar jatuh tegangannya adalah 1,7324 Kv.
3. AVR (automatic voltage regulator) yang digunakan
sebanyak 1 buah, diletakkan pada gardu hubung Painan dan
telah memenuhi standard 10% dari tegangan normal. Tap
yang dipakai yaitu tap 19 Kv primer 21 Kv sekunder. Total
persentase jatuh tegangan setelah pemasangan AVR
(automatic voltage regulator) pada gardu hubung Painan ke
Balai Selasa sebesar 11,1671% dan besar jatuh tegangannya
adalah 0,8206 Kv.

75
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan hal-hal


sebagai berikut :

1. Perbaikan tegangan dengan penambahan kapasitor bank


berdampak positif terhadap kenaikan tegangan pada
sistem, dan penurunan rugi-rugi daya sistem.
2. Metode pengaturan rasio tap transformator memberikan
dampak yang relatif kecil terhadap perbaikan tegangan
sistem, kecuali pada sisi sekunder transformator bus yang
diatur.
3. Dengan penggunaan kapasitor bank dan pengaturan rasio
tap transformator secara bersamaan memberikan dampak
yang signifikan terhadap kenaikan tegangan pada sistem
dan rugi-rugi daya pada sistem mengalami penurunan
yang lebih besar daripada hanya menggunakan kapasitor
bank atau pengaturan rasio tap transformator.
4. Tegangan jatuh pada beban paling ujung sisi terima lebih
besar di bandingkan dengan tegangan jatuh di ujung sisi
kirim, hal ini membuktikan bahwa jatuh tegtangan
dipengaruhi oleh resistansi dan panjang saluran ( kabel ).

76
DAFTAR PUSTAKA

1. Abadi Akbar, Syafii. 2015. Analisa Perbaikan Profil


Tegangan Sistem Tenaga Listrik Sumbar Menggunakan
Kapasitor Bank Dan Tap Transformator. JURNAL
NASIONAL TEKNIK ELEKTRO. Teknik Elektro, Fakultas
Teknik. Padang : Universitas Andalas.

2. Fata Mirza, Tejo Sukmadi. 2012.


PengenalandanPemeliharaanTap changer pada
Transformator Tenaga 150/20kv di P3B RJTD. MAKALAH
SEMINAR KERJA PRAKTEK. Teknik Elektro, Fakultas
Teknik. Semarang : Universitas Diponegoro.

3. Darmana Ija. 2014. Perbaikan Jatuh Tegangan Dengan


Pemasangan Automatic Voltage Regulator. JURNA
NASIONAL TEKNIK ELEKTRO. Teknik Elektro, Fakultas
Teknologi Industri. Padang : Univeritas Bung Hatta.

4. Lawang Oktavianus, Nugroho AD. 2008. Optimasi Load Tap


Changing Transformer Menggunakan Algoritma Genetik
Guna Meminimalisasi Rugi Daya Transmisi. MAKALAH
SEMINAR TUGAS AKHIR. Teknik Elektro, Fakultas
Teknik. Semarang : Universitas Diponegoro.

77
5. Hariadi Shahlan. 2017. Analisis Rugi-Rugi Daya Dan Jatuh
Tegangan Pada Saluran Transmisi Tegangan Tinggi 150 Kv
Pada Gardu Induk Palur – Masaran. MAKALAH SEMINAR
TUGAS AKHIR. Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Solo :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6. Alland Khadafi, Efrita Arfah. 2014. Perancangan Kebutuhan


Kapasitor Bank Untuk Perbaikan Faktor Daya Pada Line
Mess I Di PT. Bumi Lamongan Sejati (Wbl). JURNAL
NASIONAL TENIK ELEKTRO. Teknik Elektro, Fakultas
Teknologi Industri. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

7. Hernaldo Diko, Rengga Prasetyo. 2010. Sistem Distribusi


Tenaga Listrik. Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Depok :
Universitas Indonesia.

78

Anda mungkin juga menyukai