Disusun Oleh :
Muhammad Suryadi
NPM: 054115052
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
LATAR BELAKANG...................................................................... 1
1.1 Penggunaan Energi ................................................................... 3
1.2 Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik .......................................... 4
1.3 Peranan Tenaga Listrik ............................................................. 6
1.4 Sistem Distribusi Daya Listrik.................................................. 8
1.5 Pembagian Jaringan Distribusi ............................................... 10
1.6 Peralatan Sistem Distribusi ..................................................... 12
BAB II................................................................................................. 20
LANDASAN TEORI......................................................................... 20
2.1 Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi ........................................... 22
Gambar 2. Diagram Fasor Jatuh Tegangan ..................................... 22
2.2 Faktor Daya ................................................................................ 24
Gambar 3. Vektor diagram segitiga daya ........................................ 25
BAB III ............................................................................................... 26
PEMBAHASAN ................................................................................ 26
3.1 Mengatasi Jatuh Tegangan ..................................................... 26
1. Kapasitor Bank ....................................................................... 26
2. Tap Transformator (Tap Changer ) ........................................ 36
3. Automatic Voltage Regulator (AVR)..................................... 56
3.2 Contoh Soal Perhitungan Mencari Dan Mengatasi Jatuh
Tegangan ......................................................................................... 59
BAB IV ............................................................................................... 76
PENUTUP .......................................................................................... 76
KESIMPULAN .............................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 77
i
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang
mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia saat ini.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan menghasilkan
penemuanpenemuan baru yang pada dasarnya membutuhkan
listrik sebagai sumber energi. Dengan kata lain, semakin
bertambah pula kebutuhan akan adanya listrik dalam
kehidupan.
1
performansi sistem tenaga listrik ketika sistem tenaga listrik
tersebut diperluas dengan penambahan jaringan transmisi dan
beban untuk memenuhi perkembangan kebutuhan tenaga
listrik suatu daerah. Dengan evaluasi ini akan dijamin bahwa
sistem tenaga yang baru dapat memenuhi kebutuhan listrik
secara ekonomis, efisien dan aman.
2
akan diatur sedemikian rupa sehingga rugi-rugi daya (losses)
sistem akan menjadi seminimal mungkin. Dengan minimisasi
rugi-rugi pada jaringan, profil tegangan bus akan dapat dijaga
pada nilainilai yang diijinkan sehingga kontinuitas serta
kualitas operasi sistem tenaga elektrik dapat senantiasa
dipertahankan.
1. Energi Mekanik
3
3. Energi Grafitasi
4. Energi Nuklir
5. Energi Sinar
6. Energi Panas
7. Energi Listrik
4
Gambar 1.1 Generator
5
Sementara itu, Jawatan Tenaga Air membangun dan
mengusahakan sebagian besar pusat-pusat listrik tenaga air
di Jawa Barat. Sejak tahun 1958 pengelolaan
ketenagalistrikan di Indonesia ditangani oleh Perusahaan
Umum Listrik Negara.
6
Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN
atau perusahaan swasta lainnya dapat dibedakan sebagai
berikut :
3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga,
tetapi masing-masing pabrik dayanya dalam orde
ratusan kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil
masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah
(220V/380V), untuk pabrik-pabrik skala besar
menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya
dengan jaringan tegangan menengah 20 kV.
7
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain
stasiun, terminal, KRL (Kereta Rel Listrik), hotel-
hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata
menggunakan sistem 3 fasa, untuk yang kapasitasnya
kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar dengan tegangan menengah 20KV.
8
pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri
yang ada disini.
Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan
sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan
tersebut adalah listrik dengan tegangan yang rendah
(380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan
menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150
KV) hanya dipergunakan sebagai sistem penyaluran
(distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini
bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat
memperkecil rugirugi daya dan memliki tingkat kehandalan
penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi
ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.
9
Keterangan dari gambar:
10
1. Distribusi Primer
2. Distribusi Sekunder
11
Gambar 2.2.1 diatas memperlihatkan sistem pelayanan
yang disalurkan melalui berbagai tujuan. Penyulang pahat
merupakan salah satu Feder Utama 20 KV yang
mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya
melalui sistem pendistribusisn tegangan yaitu melalui
penurunan tegangan 20 KV –380/220 Volt melalui
tranformator step down.
12
3. Kapasitor : Berfungsi untuk memperbesar factor daya
13
Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting
keberadaannya, terutama untuk peralatan proteksi. Agar
dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas
pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin
untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-
masing peralatan tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin
sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi
keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.
Transformator Distribusi
14
1. Belitan bintang
2. Belitan delta
Arester
15
Karakteristik Arrester
Rel Daya
16
pertemuan atau hubungan antara transformator –
transformator , SUTT dan peralatan-peralatan listrik lainya
untuk menerima dan mendistribusikan tenaga listrik . Rel ini
pada umunya terdiri dari bahan tembaga , alumunium atau
ACSR.
17
Reclocer (Pemutus Balik Otomatis)
Klasifikasi Recloser
Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut jumlah fasanya
- Fasa tunggal
- Fasa tiga
- Media minyak
- Pengaturan hidrolik
- Pengaturan elektronik
18
Sectionalizer
19
BAB II
LANDASAN TEORI
𝑽𝒔 − 𝑽𝒓
% Regulasi = x 100%
𝑽𝒓
Dimana :
𝑉𝑆 : Tegangan pada sisi pengirim
20
mempengaruhi tegangan sistem. Dilain pihak beban yang
terdapat dalam sistem akan mempergunakan daya aktif dan
daya reaktif sehingga beban tidak dapat diatur karena akan
berhubungan dengan banyak pelanggan yang
mempergunakan tenaga listrik.
21
2.1 Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi
22
Vdrop = IL ( R Cos θ + jXL Sin θ ) (1 Fasa)
Vdrop = √𝟑 IL ( R Cos θ + jXL Sin θ ) (3 Fasa)
Dimana
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
Dimana
ΔV : Jatuh tegangan dalam persen (%)
Besar tegangan setelah mengalami jatuh tegangan sebagai
berikut :
𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
23
𝑽𝑳−𝑳 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑳−𝑳 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑽𝑳−𝑳
Dimana
Vdrop : Jatuh tegangan (V) (L-L) atau (L-N)
VL-L : Besar tegangan saluran (V) (L-L)
24
disebut dengan daya semu (S) seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 dibawah ini.
𝑺 = √𝑷𝟐 + 𝑸𝟐
Dan diperoleh juga rumus untuk segitiga daya :
P = V.I.cosφ ; Q = V.I.sinφ ; S = V.I
Perbandingan antara daya aktif dengan daya semu disebut
faktor daya.
𝑷
Cosφ =
𝑺
25
BAB III
PEMBAHASAN
1. Kapasitor Bank
Jika suatu feeder melayani beban induktif dengan faktor
daya lagging (terbelakang), dengan faktor daya yang rendah
akan menambah daya terpasang (kVA) yang lebih tinggi
untuk kebutuhan daya aktif yang konstan. Diagram
pemasangan kapasitor dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah
ini
Q 1
Q 2 = Q 1 - Qc
beban
26
Kapasitor mengambil daya reaktif leading dari sumber dan
dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
Keterangan :
27
Efek Kapasitor Seri dan Kapasitor Shunt
Dimana
28
XL : Reaktansi induktif rangkaian (ohm)
Dimana
29
Biasanya besar kapasitor seri yang digunakan pada
jaringan distribusi memiliki besar reaktansi kapasitif yang
lebih kecil daripada reaktansi induktifnya.
Dimana
30
IR : Arus komponen daya aktif (A)
Dimana
31
Daya Reatif : Q = V.I.sin ᶲ VAR (1 fasa)
Q = √3 .V.I.sin ᶲ VAR (3 fasa)
Daya Semu : S = P + jQ = V.I.cos ᶲ + jV.I.sin ᶲ (1 fasa)
S = √3 (P + jQ) = √3 (V.I.cos ᶲ + jV.I.sin ᶲ)
(3 fasa)
Dimana
𝐏 𝐏
𝐜𝐨𝐬 ᶲ𝟏 = =
𝐒𝟏 (𝑷𝟐 +𝑸𝟏𝟐 )𝟎.𝟓
32
Dimana :
𝑸(𝑳−𝑳)
ΔQc = P ( tan ᶲ1 – tan ᶲ2 ) dan ᶲ = tan-1 ( )
𝑷(𝑳−𝑳)
Dimana
Qc : Besar kapasitor yang digunakan (kVAR)
33
Untuk menghitung berapa besar kenaikan tegangan setelah
penambahan kapasitor adalah :
( 𝐕𝐝𝐫𝐨𝐩𝟏)−(𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝟐)
𝛅𝐕 = X 100%
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐕𝐋−𝐋
Dimana
δV : Kenaikan tegangan (%)
Vdrop1 : Jatuh tegangan sebelum pemasangan kapasitor
(volt)
𝑳.𝑿.𝑸𝒄
𝛅𝐕 = 𝟏𝟎.𝑽𝟐 𝑳−𝑳
𝟏𝟎.𝜹𝒗.𝑽𝟐 𝑳−𝑳
Qc = 𝑿.𝑳
34
Dimana
δV : Kenaikan tegangan ( % )
X : Reaktansi ( ohm km )
L : Jarak saluran ( km )
𝑷𝑳 𝑷𝑳
ΔV = ( R + jX tan θ’) atau ΔV = ( R + jX tan θ’)
𝟏𝟎 𝑽𝟐 𝑳−𝑳 𝟏𝟎 𝑽𝟐 𝑳−𝑵
Dimana
35
2. Tap Transformator (Tap Changer )
Keterangan:
a = Rasio lilitan
36
menggunakan ukuran persen (%), berkisaran dinilai 5%.
Perubahan tap positif dengan menambah jumlah lilitan di
sisi sekunder, sedangkan tap negatif sebaliknya akan
mengurangi jumlah lilitan di sisi sekunder. Tap
transformator biasanya telah memiliki ukuran tap sendiri
tergantung dari pabrik yang memproduksinya. Sehingga
pengaturan tegangan dengan menggunakan tap
transformator sifatnya terbatas dan tergantung dari jenis tap
transformator yang digunakan. Semakin banyak level
perubahan tap yang dimiliki oleh suatu transformator
semakin baik pula proses pengaturan tegangan yang dapat
dilakukan.
37
OLTC pertama kali ditemukan oleh Dr. Bernhard Jansen
pada tahun 1926 berupa resistor kecepatan tinggi yang
memungkinkan perubahan rasio trafo berbeban tanpa
interupsi. Dengan bekerja sama dengan Oskar dan Richard
Scheubeck bersaudara, produk ini akhirnya terkenal
keseluruh dunia dengan nama “REINHAUSEN on load tap
changer”.
38
2. Impedansi transformator akan bervariasi sesuai dengan
posisi tap sehingga desain sistem harus memungkinkan
untuk ini.
3. Losses akan bervariasi sesuai dengan posisi tap, maka
pendingin yang disediakan harus cukup besar untuk
memenuhi kemungkinan kerugian maksimum.
4. Akan ada beberapa kondisi ketika bagian kumparan tidak
digunakan, menyebabkan kekurangidealan keseimbangan
elektromagnetik dalam trafo yang mana perubahan tersebut
menghasilkan peningkatan ketidakseimban gaya yang akan
menyebakan gangguan.
5. Peningkatan jumlah sambungan dalam trafo akan
meningkatkan kompleksitas dan kemungkinan gangguan
internal.
6. Penggunaan tap changer, terutama type on-load
menunjukkan system yang tidak andal.
39
Bagian-bagian Tap changer
Keterangan :
40
Tap changer Head and Cover
41
belitan yang dipakai,sehingga secara langsung akan
mengatur nilai tegangan yang dihasilkan.
Diverter switch,adalah rangkaian mekanis yang
dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan
kontak dengan kecepatan tinggi.
Tahanan transmisi ,merupakan dua buah tahanan
dengan sementara yang akan dilewati arus primer pada
saat perubahan tap. Pada umumnya resistor yang
digunakan adalah nikelin dengan nilai resistensi 4,8Ω dan
kemampuan arus 200 amper.
42
dengan dua arah putaran(ke kiri atau ke kanan). Pada
bagian ini memanfaatkan peranan kapasitor pada motor
listrik yang digunakan.
43
Tap Changer Oil Conservator
44
pengaturan tapping yang kecil karena kesulitan untuk
penambahan tapping yang lebih besar dan juga tegangan
impuls akan berkembang sebanding dengan penambahan
jumlah tapping yang besar.
45
Gambar 4. Proses kerja OLTC
46
kiri (a). Selanjutnya tap disebelah kanan akan bergerak
turun menuju tap yang berada di bawahnya (b & c). Kontak
divert akan bergerak menuju ke T1 (d) dan arus akan
melalui resistor RT melalui T1 (e). Posisi ini di sebut
TRANSISI resistor RT dan transisi kontak T1. Kontak
diverter bergerak menuju ke transisi kontak T2, kontak
utama diverter menutup transisi kontak T1 dan T2,aliran
arus beban melalui resistor RT, transisi kontak T1 dan T2,
menuju ke titik pentanahan. Posisi ini disebut
SUPERPOSISI (f). Kontak diverter bergerak menuju
transisi kontak T2, aliran arus beban melalui resistor RT,
kontak K2 menuju ke titik pentanahan. Posisi ini disebut
TRANSISI pada resistor RT dan transisi kontak T2 (g).
Selanjutnya divert akan bergerak menenuju ke kontak M2
dan taping dari tap changer telah berpindah (h & i) [4].
47
akibat dari stress elektrik dapat mengakibatkan terurainya
bahan isolasi dan kerusakan material.
48
meninggi dan meningkatkan tekanan pada kompartemen
diverter.
49
Prinsip Kerja Tap changer
Keterangan:
50
saja,sehingga nilai perubahan tap pada masingmasing fase
akan selalu bersamaan.
51
Peralatan Proteksi Tap Changer
Beberapa peralatan tersebut antara lain adalah:
1. Protective rele RS2001
2. Oil Conservator
3. Silica Gel
52
4. Integrated pressure relief diaphragma of the tap
changer head cover
53
Kerusakan dan Pemeliharaan
1. Resistor Putus
3. Hardness Surface
4. Kontak menipis
54
Pemeliharan jenis ini dapat dibagi dalam beberapa
jenis,antara lain:
1. Pemeliharaan Predektif
2. Pemeliharaan Preventif
Overhaul/Pemeriksaandiverter switchContohnya
adalah memeriksa ketebalan kontak,nilai tahanan
resistor,kekencengan bautbaut,kekuatan pegas.
55
perbedaan baik pada sisi primer ataupun pada sisi
sekunder. Representasi transformator sangat ditentukan
oleh perbandingan belitannya.
V Vj
1: a
56
Ratio pada Autotransformator dinyatakan sebagai berikut :
𝑽𝒑
α = 𝑽𝒔
Dimana
𝑽𝑺 𝒏𝟐
= =𝒏−𝟏
𝑽𝑪 𝒏𝟏
Dimana :
VS : Tegangan pada kumparan yang terhubung seri (Volt)
𝑰𝑺 𝑰𝑪 𝑰𝑿 − 𝑰𝑯
= = = 𝒏−𝟏
𝑰𝑪 𝑰𝑯 𝑰𝑯
57
Dimana
IS : Arus yang melewati kumparan yang digunakan bersama (A)
58
Dimana :
Range : 0.05 atau 0.1 tergantung pemakaian
Setelah pemasangan Automatic Voltage Regulator (AVR)
maka kenaikan tegangan menjadi :
𝑽𝑳−𝑵 𝑽𝑳−𝑳
𝑽𝒔𝒕𝒆𝒑(𝑳−𝑵) = 𝒌𝑽 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔𝒕𝒆𝒑(𝑳−𝑳) 𝒌𝑽
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒕𝒆𝒑 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒕𝒆𝒑
59
dalam kondisi normal berasal dari 2 unit transformator GI
Pauh Limo dengan kapasitas masing-masingnya 30 MVA
yang terhubung paralel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar-3 berikut :
GI GH GH GH GH GH
Pauh LimoTeluk BayurBungusPainanSurantih
Balai Selasa
150 / 20 kV
6 A 5 A 4 A 3 A 2 A
6 1 k 3 1 k 4 5 k 4 6 k 4 2 k
8 m 8 m 5 m 5 m 7 m
3 MVA
0
L1 L2 L3 L4 L5
Gambar-3 Diagram satu garis feeder selatan
60
Tabel-1 Data Jaringan feeder selatan dengan faktor daya 0,87
Arus
Beban
Puncak
Jenis Reaktansi
Jarak Resistansi (Ampere)
Lokasi Penghantar Induktif
(km) ohm km
AAAC ohm km
61
1. Titik beban GH. Teluk Bayur
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖 𝒌𝑽
𝑽𝑲 = 𝟐𝟎 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐, 𝟎𝟏𝟒𝟒 %
𝟐𝟎
𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑻 = 𝟐𝟎 𝒌𝑽 − 𝟎, 𝟒𝟎𝟐𝟖𝟖 𝒌𝑽
𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟕𝟏 𝒌𝑽
62
2. Titik beban GH. Bungus
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟑𝟐𝟑𝟓𝟑 𝒌𝑽
𝑽𝑲 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟕𝟏 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
𝟎,𝟑𝟐𝟑𝟓𝟑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏. 𝟔𝟓𝟎𝟗 %
𝟏𝟗,𝟓𝟗𝟕𝟏
𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟕𝟑𝟓 𝒌𝑽
63
Dengan cara yang sama, akan didapat seperti tabel-2 berikut
ini.
64
Perhitungan Daya Aktif (P) dan Daya Reaktif (Q)
65
profil tegangan di titik beban pada gardu hubung Painan
dengan cara pemasangan kapasitor shunt sebagai berikut :
66
𝑸(𝑳−𝑳) 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟗𝟐, 𝟒𝟐 𝒌𝑽𝑨𝑹
𝑸(𝑳−𝑳)𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏
∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 [𝑷 ]
(𝑳−𝑳)𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏
𝟗𝟐,𝟒𝟐
∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 [ ]
𝟏𝟐𝟐𝟐,𝟎𝟐
∅𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟒, 𝟑𝟐𝟒°
𝑷ʄ 𝒑𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏 = 𝟎, 𝟗𝟗
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟔𝟎𝟓𝟏𝟎 𝒌𝑽
67
Persentase jatuh tegangan untuk arus beban pada gardu
hubung Painan, dihitung dengan menggunakan persamaan
(4) dan diperoleh hasil sebagai berikut :
𝑽𝑲 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟕𝟑𝟓 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
𝟎,𝟔𝟎𝟓𝟏𝟎
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑, 𝟏𝟑𝟗𝟓 %
𝟏𝟗,𝟐𝟕𝟑𝟓
𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑻 = 𝟏𝟖, 𝟔𝟔𝟖𝟒 𝒌𝑽
68
Besar jatuh tegangan pada gardu hubung Painan ke gardu
hubung Balai Selasa dari perhitungan diatas untuk tegangan
kirim dan tegangan terima dapat dilihat pada tabel-5 sebagai
berikut :
69
setelah dilakukan pemasangan kapasitor shunt yang belum
memenuhi standard yang telah ditetapkan maka untuk
perbaikan selanjutnya dipergunakan Automatic Voltage
Regulator (AVR).
𝑽𝒑
ɑ=
𝑽𝒔
𝟏𝟗 𝒌𝑽
ɑ= = 𝟎, 𝟗𝟎𝟒
𝟐𝟏 𝒌𝑽
𝑽𝒑
𝑽𝒔 =
ɑ
𝟏𝟖,𝟒𝟓𝟐𝟖
𝑽𝒔 = = 𝟐𝟎, 𝟒𝟏𝟐𝟑 𝒌𝑽
𝟎,𝟗𝟎𝟒
70
jatuh tegangan dan tegangan terima untuk tiap gardu
hubung. Digunakan persamaan sebagai berikut:
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝟎, 𝟖𝟐𝟎𝟔𝟗 𝒌𝑽
𝑽𝒌 = 𝟐𝟎, 𝟒𝟏𝟐𝟑 𝒌𝑽
𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝑲
𝟎,𝟖𝟐𝟎𝟔𝟗
% 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑(𝑳−𝑳) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒, 𝟎𝟐𝟎𝟏 %
𝟐𝟎,𝟒𝟐𝟏𝟑
𝑽𝑻 = 𝑽𝑲 − 𝑽𝒅𝒓𝒐𝒑𝒑
𝑽𝑻 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟗𝟏𝟔 𝒌𝑽
71
Tabel-6 Jatuh Tegangan di sepanjang jaringan untuk arus
beban pada tiap gardu hubung
72
Pada tabel-8 terlihat bahwa kenaikan tegangan setelah
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) sudah
memenuhi standard yang telah diharapkan yaitu dibawah
10% dari tegangan normal.
Analisa
73
Maka untuk perbaikan selanjutnya diganti dengan
menggunakan AVR (automatic voltage regulator) sebagai
perbaikan jatuh tegangan yang terjadi pada gardu hubung
Painan. Karena tegangan pada gardu hubung painan sebesar
18,4528 kV maka untuk tegangan sisi primer digunakan tap
trafo 19 kV dan sisi sekunder sebesar 21 kV, maka didapat
ratio tegangan sebesar 0,904. maka tegangan kirim pada
gardu hubung painan 20,4123 kV. Perbandingan sebelum
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) dan setelah
pemasangan AVR (automatic voltage regulator) dapat
dilihat pada tabel-8 berikut ini:
74
kapasitas 600 kVAR tidak layak untuk perbaikan jatuh
tegangan di jaringan yang telah dihitung karena kenaikan
tegangan hanya kecil, dengan memasang AVR tegangan
yang jatuh bisa diperbaiki sehingga masih dalam batas
tegangan normal.
75
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
76
DAFTAR PUSTAKA
77
5. Hariadi Shahlan. 2017. Analisis Rugi-Rugi Daya Dan Jatuh
Tegangan Pada Saluran Transmisi Tegangan Tinggi 150 Kv
Pada Gardu Induk Palur – Masaran. MAKALAH SEMINAR
TUGAS AKHIR. Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Solo :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
78