Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH EKSTRAK KOMPOS BOKASHI DAN

KONVENSIONAL TERHADAP PATOGEN Colletotrichum


capsici (Syd.) Butler & Bisby PADA CABAI

IJANG SAMSUDIN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ekstrak


Kompos Bokashi Dan Konvensional Terhadap Patogen Colletotrichum capsici
(Syd.) Butler & Bisby Pada Cabai adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2002

Ijang Samsudin
NIM A06498025
ABSTRAK
IJANG SAMSUDIN. Pengaruh Ekstrak Kompos Bokashi Dan Konvensional
terhadap Patogen Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby Pada Cabai.
Dibimbing oleh BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

Penggunaan ekstrak kompos merupakan salah satu alternatif pengendalian


penyakit antraknosa pada buah cabai untuk mencegah kegagalan panen dan
penggunaan fungsisida sintetik. Ekstrak kompos sudah berhasil memgendalikan
beberapa penyakit seperti hawar daun kentang dan tomat, antraknosa pada
mentimun, dan embun tepung pada anggur. Dari 28 jenis kombinasi ekstrak
kompos yang diujikan pada uji perkecambahan konidia dan pertumbuhan koloni
in vitro, hanya ada 8 kombinasi yang mampu menekan patogen secara signifikan.
Pada uji perkecambahan, yang menunjukkan pengaruh signifikan yaitu ekstrak
kompos campuran bokashi dengan asal tanah kebun, sedangkan pada uji in vitro,
ekstrak kompos yang menunjukkan pengaruh signifikan yaitu bokashi asal tanah
ladang. Pada uji in vivo, ekstrak kompos secara umum mempunyai kemampuan
untuk menekan C.capsici. Aplikasi ekstrak kompos secara preventif lebih baik
dibandingkan aplikasi kuratif. Pada induksi resistensi ketiga jenis ekstrak kompos
kurang begitu nyata menginduksi resistensi buah cabai.

Kata kunci: C.capsici, ekstrak kompos, uji pertumbuhan, bokashi, konvensional

ABSTRACT

IJANG SAMSUDIN. Effects of Bokashi and Conventional Compost Extracts to


Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby in Chili Plants. Dibimbing oleh
BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

Using of compost extracts is one of alternatif to control antracnose disease


in chili plants to avoid crop failure and the using of synthetic fungicide. Compost
extracts have already controlled some plant diseases such as leaf blight in potato
and tomato, antracnose in cucumber, and powdery mildew in grapefruit. From 28
types of tested compost extracts, there were only 8 types which was have
significant effect to the pathogen. In germination test, bokashi mixed extract
compost with garden-sorce soil gave significant effect, whereas in vitro test, the
most effective was bokashi with field-source soil. In vivo test gave result that
compost extract generally potential to control C.capsici. Preventive application
was more effective than curative application. Induction resistance test of the three
types of compost extracts gave low effects for the chili plant’s resistance.

Keywords: C.capsici, compost extract, growth test, bokashi, conventional.


PENGARUH EKSTRAK KOMPOS BOKASHI DAN
KONVENSIONAL TERHADAP PATOGEN Colletotrichum
capsici (Syd.) Butler & Bisby PADA CABAI

IJANG SAMSUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Ekstrak Kompos Bokashi dan Konvensional terhadap
Patogen Colletotrichum capsici (Syd.) Butler dan Bisby pada Cabai.
Nama : Ijang Samsudin
NIM : A06498025

Disetujui oleh

Bonny Poernomo Wahyu Soekarno


Pembimbing

Diketahui oleh

Purnama Hidayat
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karena berkat
rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya laporan tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Penelitian ini dilakukan atas dasar perlunya suatu pengendalian
penyakit yang bersifat substitusi dengan pengendalian yang telah ada sehingga
diperoleh suatu pengendalian penyakit yang efektif dan juga penelitian ini sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada:
1. Dr. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno yang telah banyak memberikan
motivasi dan bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu, Ayah, Kakek, Nenek, dan adikku serta semua famili yang telah
memberikan semangat kepada penulis agar tetap tabah dan sabar dalam
menjalani kehidupan ini.
3. Dr. Purnama Hidayat yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada
penelitian ini.
4. Dan lain-lain.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah Yang Maha Sempurna.
Karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi berkembangnya ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2002


Ijang Samsudin
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 9
Bahan 9
Alat 9
Prosedur Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Hasil 13
Pembahasan 21
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL
1 Pengaruh tiga jenis ekstrak kompos terhadap masa inkubasi dan
persentase gejala uji pada induksi resistensi 19
2 Pengaruh ketiga jenis ekstrak kompos terhadap masa inkubasi dan
persentase gejala pada uji aplikasi preventif 20
3 Pengaruh ketiga jenis ekstrak kompos terhadap masa inkubasi dan
persentase gejala pada uji aplikasi kuratif 21

DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh jenis kompos dalam menekan perkecambahan konidia
C.capsici setelah 16 jam 13
2 Pengaruh jenis kompos dalam menekan pertumbuhan koloni C.capsici
pada uji in vitro 14
3 Pengaruh asal tanah dalam menekan perkecambahan konidia C.capsici
setelah 16 jam 15
4 Pengaruh asal tanah dalam menekan pertumbuhan koloni C.capsici
pada uji in vitro 15
5 Pengaruh lama inkubasi dalam menekan perkecambahan konidia
C.capsici setelah 16 jam 16
6 Pengaruh lama inkubasi dalam menekan pertumbuhan koloni C.capsici
pada uji in vitro 16
7 Pengaruh kedelapan jenis ekstrak kompos terhadap perkecambahan
konidia C.capsici setelah 16 jam 17
8 Pengaruh kedelapan jenis ekstrak kompos terhadap perkecambahan
konidia C.capsici setelah tujuh hari 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kombinasi jenis kompos, asal tanah, lama inkubasi, dan konsentrasi 29
2 Skala persentase gejala pada permukaan buah cabai 30
3 Pengaruh keduapuluhempat jenis ekstrak kompos terhadap
perkecambahan konidia C.capsici setelah 16 jam 31
4 Bagan pencampuran jenis kompos dengan asal tanah dan air 32
5 Rata-rata pertumbuhan koloni C.capsici pada setiap perlakuan ekstrak
kompos 33
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura


yang utama di Indonesia. Buah cabai mempunyai berbagai kegunaan diantaranya
untuk keperluan rumah tangga, industri makanan dan obat-obatan. Buah cabai
mengandung vitamin A dan C, fruktosa, protein dan capsicol yang memberikan
rasa pedas pada buah cabai (Setiadi 2001). Permintaan buah cabai untuk
keperluan rumah tangga dan industri terus meningkat. Konsumsi buah cabai di
Indonesia per kapita menurut Duriat (1996) naik 1.55% per tahun. Meskipun buah
cabai mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi upaya untuk rneningkatkan
produksi buah cabai menghadapi berbagai faktor pembatas. Salah satu faktor
utarna adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici
(Syd.) Butler & Bisby. Serangan patogen tersebut terjadi pada buah yang masih
hijau maupun buah yang rnerah (Sernangun 2000). Shed dan Macnab (1986)
menyebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan penyakit antraknosa pada buah
cabai dapat mencapai 50% atau lebih.

Berdasarkan pengarnatan di lapang maupun pustaka yang ada


menunjukkan upaya untuk mengendalikan penyakit ini pada umumnya dilakukan
dengan aplikasi fungisida sintetik. Cara pengendalian tersebut belum bisa
mengatasi gangguan penyakit ini secara optimal. Disamping itu pengendalian
dengan fungisida sintetik telah meningkatkan biaya produksi, bahkan penggunaan
pestisida tersebut dapat menirnbulkan darnpak negatif bagi lingkungan. Salah satu
alternatif pengendalian penyakit tanaman yang saat ini telah dikembangkan adalah
pengendalian hayati dengan penggunaan kompos.

Sejumlah laporan hasil penelitian menyebutkan penggunaan kompos dapat


meningkatkan resistensi tanarnan terhadap serangan patogen. Zhang el al (1996)
melaporkan kompos yang diaplikasikan pada tanaman ketirnun dapat
meningkatkan induksi resistensi tanaman terhadap serangan Pythium sp. dan
Colletotrichum arbiculare (Berk & Mont.) Anr. Beberapa pengujian yang telah
dilakukan oleh peneliti di Jerman, Jepang, Israel, dan AS menunjukkan bahwa
penggunaan kompos dalam bentuk ekstrak kompos efektif untuk pengendalian.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kompos


terhadap patogen C.capsici penyebab antraknosa pada buah cabai.
2

TINJAUAN PUSTAKA

Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby dan Penyakit Antraknosa


Taksonomi dan Morfologi

Colletorichum capsici (Syd.) Butler & Bisby termasuk ke dalarn divisi


Amastigomycota, subdivisi Deutromycotina, kelas Deteuromycetes, subkelas
Coelomycetidae, ordo Melanconiales, famili Melanconiaceae dan genus
Colletotrichum (Alexopolus dan Mims 1979). Patogen ini membentuk aservulus
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna hitam dengan diameter 70-120 µm. Pada
aservulus banyak terdapat setae yang berwarna coklat, bersekat 1-5, kaku,
meruncing pada bagian ujungnya dan ukuran panjang seta 250 p, lebar 5-8p
(Elizabet et al. 1967). Konidia yang dihasilkan patogen ini hialin, berbentuk sabit,
bersel tunggal, tidak bersekat, panjang konidia 16-30 x 2.5-4 p dan konidia
dihasilkan di ujung konidiofor (Semangun 2000).

Gejala Penyakit Antraknosa dan Perkembangan C. capsici

Serangan C. capsici pada buah cabai merah dan hijau dapat menimbulkan
gejala berupa bercak gelap, cekung dan berbentuk lingkaran konsentris yang
apabila gejala meluas bisa menimbulkan busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat
kumpulan titik hitam yang merupakan aservulus patogen ini (Walker 1952).
Serangan yang berat dari patogen ini dapat menyebabkan seluruh buah mengering
dan mengerut, warna buah yang seharusnya berwarna merah menjadi seperti
warna jerami (Bayer 2000). Menurut Pusposedjojo et a1. (1985) dalam Semangun
(2000) perkembangan bercak kerena patogen ini lebih cepat terjadi pada buah
yang masak, meskipun buah muda lebih cepat gugur karena infeksi ini. Penyakit
antraknosa pada buah cabai akan berkembang gejalanya dengan cepat pada buah
yang disirnpan pada suhu 28°C dengall kelembaban udara relatif (RH) 95,7%
(Chowdhury 1957 dalam Singh 1973). Menurut Narain er a1 (1970) dalam Singh
(1973) bahwa cendawan iui memproduksi toksin yang dapat menyebabkan
kerusakan protoplasma pada sel tanpa menimbulkan kerusakan pada dinding sel.

C.capsici memerlukan kelembaban udara (RH) 100% untuk


perkecambahan konidianya dan 82,5% atau lebih untuk pertumbuhannya. Kisaran
suhu bagi pertumbuhan patogen ini dalam kultur media adalah minimum 10°C,
optimum 30°C, dan maksimum 37°C (Elizabet et al 1967). Sumber inokolum
patogen dapat berasal dari benih yang terinfeksi, terbawa angin dan bertahan
dalam tanah (Agrios 1996). Menurut Duriat et a1 (1996) patogen ini mampu
bertahan pada biji, pada sisa tanaman yang terinfeksi. lnfeksi cendawan ini
berlangsung selama perkembangan buah. Serangan patogen ini pada buah muda
bersifat infeksi laten (Semangun 2000). Di lapang patogen ini selain melakukan
penetrasi aktif pada kutikula, dapat juga melalui luka pada bagian tanaman seperti
buah, batang, dan daun.
3

Pengendalian
Pengendalian yang umum dilakukan untuk mengatasi serangan patogen C.
capsici adalah secara mekanis, kultur teknis dan kimiawi. Beberapa fungisida
yang terbukti efektif untuk mengendalikan patogen C. capsici adalah dari
golongan triazole dan pyrimidin (Duriat et a1. 996). Pengendalian hayati terhadap
C. capsici sampai saat ini belum banyak dikembangkan sehingga perlu dicari
alternatif pengendalian hayati yang lebih tepat sasaran dengan biaya yang murah
dan mudah aplikasinya.

Tanah dan Mikroorganisme


Tanah merupakan suatu media substrat yang heterogen tempat sejumlah
mikroorganisme hidup dan melakukan berbagai macam aktivitas dan proses yang
berperan bagi berlangsungnya siklus kehidupan di alam. Tanah yang ideal
tersusun atas unsur-unsur pokok yang terdiri dari padatan, air dan gas yang dapat
digolongkan dalam lima komponen utama, yaitu bahan mineral, sisa-sisa tanaman
dan hewan (bahan organik), sistem kehidupan, air dan udara (Soepardi 1983).

Tanah sebagai tempat kehidupan merupakan suatu ekosistem yang tidak


mempunyai kemampuan menangkap sejumlah energi dari luar. Oleh karenanya,
masukan energi sangat bergantung kepada zat-zat kaya energi yang dibawa dari
luar seperti sisa-sisa tanaman dan hewan (bahan organik) (Richard 1978 dalarn
Adrianto 1992). Mikroorganisrne tanah sangat beragam baik populasi dan
fungsinya. Kelompok besar populasi mikroorganisrne tanah yaitu, bakteri,
aktinomycetes, fungi, algae dan protozoa (Waksman 1956). Adapun berdasarkan
perannya mikroorganisme tanah dikelompokan menjadi dekomposer, patogen
tanah, agen antagonis dan pengikat nitrogen (Vancura 1988).

Mikroorganisme tersebut menyebar ke seluruh lapisan tanah terutama pada


lapisan atas dimana terdapat sistem perakaran tanaman tempat mereka
memperoleh umur makanan utama yang sangat dibutuhkan untuk membentuk
bagian-bagian sel penyusun tubuhnya. Perbedaan popuiasi mikroorganisme yang
dibentuk oleh kelompok mikroorganisme tersebut dapat rnencirikan suatu tanah.
Mikroba yang digolongkan ke dalam autochthonous mempunyai peran untuk
rnendekomposisi humus atau bahan organik. Kelompok zygomenic berperan
dalam dekomposisi bahan-bahan segar atau tanaman segar juga kotoran. Aktivitas
mikroorganisme tanah menghasilkan rnetabolit yang menguntungkan bagi
tanaman. Senyawa-senyawa metabolit yang dihassilkan mikroorganisme tanah
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Phytohormon)
dan juga fungsi fisiologis tanaman (phytotoxin). Menurut Beretec kiy (1978)
dalam Vancura (1988) senyawa fitohormon dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dalam kondisi konsentrasi tinggi, sedangkan senyawa
fitotoksin dalam kondisi konsentrasi rendah. Senyawa-senyawa fitotoksin apabila
terakumulasi dalam tanah menyebabkm tanah menjadi keracunan.

Berbagai macarn aktivitas yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah


banyak mempengaruhi kesuburan tanah, pertahanan tanaman terhadap serangan
patogen dan pertumbuhan tanaman baik pada tanah yang diolah maupun tidak
diolah.
4

Kompos
Kompos adalah pupuk yang berasal dari bahm organik yang telah
terdekomposisi atau terdegradasi. Kompos sebagai pupuk organik
mempunyai struktur ikatan antar bahan yang lemah jika dibandingkan
dengan stuktur ikatan liat yang padat dan keras. Ikatan antar struktur yang
yang dimiliki kompos ini menguntungkan bagi tanaman sebagai media
tumbuh, karena jika kompos bercampur dengan tanah akan terbentuk lapisan
humus yaitu lapisan yang kaya bahan organik (Anonim 2001). Selain
bergma bagi tanaman kompos juga berguna untuk menigkatkan kualitas
tanah baik kualitas fisik, kimia dan biologi tanah. Kompos meningkatkan
kehidupan biologi tanah khususnya rnikroorganisrne tanah seperti jamur dan
bakteri yang mmpu menyuburkan tanah
(Murbandono 1993).

Kompos disamping sebagai penggembur tanah juga sebagai media


tempat kehidupan sejurnlah bakteri yang menguntungkan, sehingga dengan
pemberian kompos dapat menekan perturnbuhan patogen tanaman (Anonim
2001). Sejak tahun 1970 kompos telah digunakan untuk mengendalikan
penyakit pada tanaman, terutama yang disebabkan oleh patogen tular tanah
(Bang et al 1996). Menurut Weltzien (1990) dalam kompos mengmdung
rnikroorganisrne yang mampu menekan perkembangan penyakit.

Berdasarkan penelitian dan pengembangan di lapangan, aplikasi


kompos secara langsung ke dala tanah dan dalam bentuk ekstrak
menunjukan potensi untuk mengendalikan sejumlah penyakit tanaman
(Weltzien I 990). Penelitian di Jeman, Jepang, Israel, dan USA
menunjukkan ekstrak kompos efektif untuk mengendalikan penyakit antara
lain: hawar daun kentang pada kentang dan tomat, embun tepung pada
anggur dan ketimun scab pada tomat dan layu Fusarium (ATTRA 1998).
Ekstrak kompos juga dapat digunakan sebagai agen biokontrol patogen
tumbuhan untuk memicu peran mikroorganisrne permukaan daun
(microfilosphere).

Pengaruh atau mekanisme kerja dari ekstrak kompos dapat berupa


induksi resistensi, pengharnbatan perkecambahan spora, antagonisme dan
kompetisi dengan patogen dengan melihat kemampuan penelcanan (ATTRA
1998). Di dam ekstrak atau filtrat kompos banyak mengandung komponen-
komponen aktif seperti bakteri, cendawan dan juga senyawa khia yang
bersifat antagonis seperti phenol dm asarn amino. Keefektifan ekstrak
kompos dipengaruhi oleh umur kompos, surnber bahan dasar kompos, jenis
patogen, metode yang digunakan, waktu dan frekuensi aplikasi serta faktor
lingkungan (ARM 1998).
5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
berlangsung dari bulan Januari sampai Agustus 2002.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: isolat C.capsici yang
diisolasi dari buah cabai, kompos bokashi dan konvensional, tanah kebun dari
Kebun Percobaan Cikabayan IPB dan tanah ladang dari lahan petani di Bogor,
media tumbuh PDA, dan buah cabai.

Alat

Alat yang digunakan antara lain: kain kasa, kertas saring Whatman 1 10 No.
2, Celluiose membrane filler 0,45 pm, wmm pump, karborundum, kantong plastik,
rak kawat, hand sprayer dan ember

Metode Penelitian
Percobaan terdiri atas empat tahap pekejaan, yaitu penyiapan kompos,
inkubasi campuran kompos dengan tanah dm air, filtrasi campuran kompos, dan
pengujian ekstrak kompos.

1. Penyiapan Kompos
Kompos yang digunakan untuk percobaan adalah kompos konvensional dan
bokashi yang dibuat dari bahan baku jerami (Lampiran 1).

2. Inkubasi Campuran Kompos dengan Tanah

3. Filtrasi Campuran Kompos


Setelah diinkubasi selama satu dan dua minggu, campuran kompos disaring
secara bertahap. Penyaringan tahap pertama dilakukan dengan tiga lapis kain kasa.
Pada penyaringan kedua digunakan enarn lembar kertas saring Whatman No. 2
dengan bantuan vucum pimp. Penyaringan dengan kertas Whatman diulang tiga
kali sehingga diperoleh ekstrak kompos yang jernih. Penyaringan tahap ketiga
dilakukan dengan rnenggunakan celllik~sem emhratle + filter0 ,45 pm dan ekstrak
yang diperoleh siap digunakan.

4. Pengujian Ekstrak Kompos


Pengujian ekstrak kompos terhadap C. capsici dilakukan secara seri yaitu
pengujian perkecambahan konidia (spora), pengujian in vitro pada medium
tumbuh dan in vivo pada bush cabai. Pada pengujian perkecambahan konidia dan
in vitro digunakan konsentrasi 0,5; 0,25 dan 0,125 (%v/v) untuk semua kombinasi
ekstrak kompos (Tabel lampiran 1).
6

4.1 Pengujian Perkecambahan Konidia


Sebanyak 0,05 ml ekstrak kompos dari setiap jenis kornbinasi dengan
konsentrasi masing-masing jenis kombinasi diteteskan pada objek gelas,
kemudian pada ekstrak kompos tersebut diteteskan suspensi C. capsici
sebanyak 0,05 rnl. Selanjutnya gelas objek dibalik sehingga diperoleh
sejenis preparat gantung dan diletakkan diantara sedotan plastik di dalam
baki plastik. Untuk rnenjaga kdembaban, baki plastik tempat inkubasi
dimasukkan ke dalam kantong plastik. Pengamatan di bawah rnikroskop
dilakukan setelah masa inkubasi 16 jam. Percobaan dilakukan dengan tiga
ulangan, dan pada waktu pengamatan.

4.2 Pengujian in vitro


Ekstrak hasil penyaringan dengan menggunakan cellulose membrane
filter 0,45 pm dari masing-masing jenis kombinasi, digunakan wtuk
pengujian in vitro. Ekstrak dicampur dengan PDA sehingga menghasil kan
konsentrasi 0,5; 0,25 dan 0,125 (%v/v) yang akan digunakan sebagai media
tumbuh C. capsici Satu potongan C. capsici yang berdiameter 0,5 cm
ditanam pada media PDA yang telah dicampur dengan ekstrak, selanjutnya
diinkubasi kan selama tujuh hari pada suhu ruang dengan penyinaran lampu
NUV 12 jam terang danan 12 jam gelap. Pengamatan dilakukan tiap hari
dengan mengukur diameter pertumbuhan koloni C. capsici.

Pada pengujian ini digunakan tiga jenis ekstrak kompos hasil uji in
vitro yang berpengaruh signifi kan dengan kontrol. Masing-masing ekstrak
kompos tersebut diaplikasikan pada buah cabai merah daan hijau untuk
pengujian induksi resistensi, aplikasi preventif dan aplikasi kuratif.

4.3.1 Pengujian Induksi Resistensi


Pada pengujian induksi resistensi ekstrak kompos disemprotkan pada
permukaan buah cabai merah dan hijau yang telah dilukai dengan
menggunakan karborondum, selanjutnya buah cabai diinkubasi pada suhu
ruang selama 24 dan 48 jam secara terpisah. Setelah masa penyimpanan,
buah cabai dibilas dengan air steril selanjutnya diinokulasi secam buatan
dengan menyemprotkan suspensi C. capsici pada permukaan buah. Buah
cabai yang telah diinokulasi diletakkan pada rak kawat ukuran 40x60 cm,
kemudian rak kawat dirnasukan ke dalarn kantong plastik transparan
berukuran 60x 100 cm. Untuk menjaga agar kelembaban di dalam kantong
plastik tetap optimal bagi perkembangan patogen, maka rak kawat dialasi 20
lembar kertas merang lembab. Pada pengujian ini digunakan rancangan acak
lengkap dengan 10 ulangan buah cabai. Pengamatan dilakukan terhadap
perkembangan penyakit, yaitu dengan mencatat masa inkubasi patogen dan
persentase gejala pada permukaan buah deng an menggunakan skala
kerusakan (Tabel lampiran 2).

4.3.2 Aplikasi Ekstrak Kompos secara Preventif


Prosedur pada percobaan ini hampir sama dengan prosedur percobaan
4.3.1 kecuali penggunaan air steril.
7

4.3.3 Aplikasi Ekstrak Kompos secara Kuratif


Buah cabai merah dan hijau diiukai dengan karborondum kemudian dibilas
dengan air steril dan selanjutnya diinokulasi secara buatan dengan
menyemprotkan suspensi C. capsici. Setelah diinokulasi, diletakan di rak kawat
seperti pada percobaan 4.3.1 dan 4.3.2 selanjutnya diinkubasikan sarnpai rnuncul
gejala awaI. Setelah muncul gejala awal, diaplikasikan ekstrak kompos pada buah
cabai tersebut. Pada pengujian ini digunakan RAL dengan 10 ulangan buah cabai.
Pengamatan dilakukan terhadap perkernbangan gejala pada permukaan buah
dengan menghitung persentase kerusakan berdasarkan skala kerusakan yang
dilakukan setiap dua hari sekali.

HAGIA SOPHIA KHAIRANI


A34100003

Anda mungkin juga menyukai