Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa

ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi

apabila hernia inguinalis bersifat strangulasi (ireponibel disertai gangguan

pasase) dan inkarserasi (ireponibel disertai gangguan vascularisasi).

Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan tindakan

operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut di Indonesia

(Sjamsuhidajat,2010 dan Greenberg et al, 2008).

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan

lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan

keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia,

hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan

hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al, 2002).

Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-

laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis

13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007).

Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia

inguinalis adalah tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat

20 juta kasus prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan

prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi


2

dalam berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara

100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun

(Burney,2012). Kasus hernia inguinalis di USA (United States America)

sekitar 800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus

setiap tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD

dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten Sragen terdapat 324 pasien

hernia inguinalis dari keseluruhan pasien bedah rawat jalan 5291 kasus

pada tahun 2012 atau dengan prevalensi 6,12 % (Rekam Medik, 2012).

Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka

kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan

terdapat distribusi bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan

puncaknya pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40 tahun. Pada anak,

insidensinya 1-2%, dengan 10 % kasus mengalami komplikasi inkarserasi.

Pada usia sekitar satu tahun, sekitar 30 % processus vaginalis belum

tertutup. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di sebelah kanan 60 %,

sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 % (Greenberg et al, 2008 dan

Sjamsuhidajat, 2010).

Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis

yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat

beban berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut

(usia tua, kehamilan, prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan

hernia insisional, overweight dan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010 dan

Burney, 2012). Salah satu factor risiko yang dapat mempengaruhi atau
3

meningkatkan terjadinya hernia inguinalis adalah overweight dan obesitas.

Menurut Chan Yong Park et al, insiden hernia inguinalis lebih tinggi pada

pasien dengan overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat badan

normal (Way, 2003; De Luca et al, 2004; Rosetto et al, 2010; Pluta

et al, 2011; Park et al, 2011; Burney, 2012).

Menurut WHO pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa

berumur di atas 20 tahun di dunia mempunyai kategori overweight dan 11

% obesitas dan wilayah Asia Tenggara 14 % overweight dan 3 % obesitas

(WHO, 2013a; CDC, 2011). Berdasarkan Badan Litbangkes Kemenkes RI,

prevalensi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh untuk penduduk

dewasa (> 18 tahun) di Indonesia tahun 2010 adalah 12,6 % pada kategori

kurus, kategori normal 65,8 %, kategori berat badan lebih / overweight

10,0 %, dan obesitas 11,7 %. Untuk wilayah Jawa Tengah, persentase

penduduk dengan kategori kurus sebesar 13,7 %, normal 67,4 %, berat

badan lebih/ overweight 9,3 %, dan obesitas 9,5 % (Kemenkes RI, 2012).

Sekarang ini, banyak orang yang cenderung salah dalam

menerapkan pola aktivitas kehidupan sehari-hari. Perubahan pola aktivitas

yang buruk dapat memicu peningkatan indeks massa tubuh. Selain itu

indeks massa tubuh juga dipicu dari peningkatan penghasilan per kapita.

Menurut Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Indonesia pada tahun

2000 sebesar 19,14% menurun menjadi 12,49 % tahun 2011. Kabupaten

Sragen, angka kemiskinan pada tahun 2006 sebesar 18,25 % menurun


4

menjadi 13,74 % tahun 2009 (WHO, 2013b; Kemenkes RI, 2012; dan

Bappeda, 2011).

Beberapa studi memiliki pendapat bahwa insiden hernia inguinalis

lebih rendah pada overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat

badan normal. Obesitas dibandingkan dengan berat badan normal dapat

mengurangi risiko kejadian hernia inguinalis sebesar 43 %. Hernia

inguinalis lebih mudah dideteksi pada pria kurus. Pasien kurus dan

obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi post-operasi dan

kekambuhan (Ruhl, 2007; Rosemar, 2008; dan Rosemar, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian

hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

adalah sebagai berikut : apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh

dengan kejadian hernia inguinalis di ruang Asoka RSU Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara?

C. Ruang Lingkup Bahasan

Adapun ruang lingkup dalam pembuatan Studi Kasus meliputi :

1. Lingkup Mata Ajaran

Mata ajaran keperawatan medikal bedah.

2. Lingkup Asuhan Keperawatan


5

Asuhan Keperawatan ini menggunakan proses keperawatan meliputi 5

tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan, pelaksanaan,

dan Evaluasi.

3. Lingkup Waktu

Berdasarkan waktu asuhan keperawatan ini dilaksanakan selama 3x24

jam mulai tanggal 23 Oktober 2016 sampai dengan 26 Oktober 2016.

4. Lingkup Tempat

Di Ruang Asoka, RSU Konawe.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan Pada Klien

Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang Asoka RSU Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan Pengkajian pada

Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang Asoka RSU Konawe

Provinsi Sulawesi Tenggara.

b. Mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan Diagnosa

keperawatan pada Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang

Asoka RSU Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

c. Mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan Perencanaan

keperawatan pada Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang

Asoka RSU Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara


6

d. Mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan Implementasi

keperawatan Pada Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang

Asoka RSU Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

e. Mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan Evaluasi

keperawatan pada Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang

Asoka RSU Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

f. Mengetahui Faktor Pendukung dan Faktor penghambat keperawatan

pada pada Klien Tn. R Dengan Hernia Inguinalis Di Ruang Asoka

RSU Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Akademik

Menambah daftar kepustakaan dan sebagai bahan studi bagi

mahasiswa dan tenaga pendidik tentang asuhan keperawatan pasien

Hernia Inguinalis.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan masukan dan pertimbangan bagi tim kesehatan

khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

Hernia Inguinalis Di Ruang Asoka RSU Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu

keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional.

4. Bagi Penulis
7

Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis sebagai

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien

khususnya Hernia Inguinalis.

F. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan

Untuk mendapatkan data teoritis dan ilmiah yang berkaitan dengan

kasus melalui studi kepustakaan, penulis mempelajari dan menghimpun

hal atau masalah yang berhubungan dengan kasus ini.

2. Studi Kasus

Mempelajari kasus klien dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode

wawancara , observasi, dan pemeriksaan fisik, serta melakukan

demonstrasi tindakan keperawatan yang sesuai dengan kasus klien.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari catatan medik maupun

catatan perawat untuk memperoleh data-data perkembangan

pasien,rencana pengobatan dan hasil pemeriksaan laboratorium.

G. Sistimatika Penulisan

Penulisan karya tulis ini, penulis bagi dalam beberapa bab dan

sub bab yang disusun sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, bab ini membahas latar belakang, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode dan tekhnik penulisan,

serta sistematika penulisan.


8

BAB II : Tinjauan pustaka, bab ini membahas konsep dasar medis

meliputi : pengertian , etiologi, klasifikasi, insiden,

patofisiologi, manifestasi klinik, evaluasi diagnostik,

pemeriksaan penunjang, pencegahan, dan penatalaksanaan

medis. Konsep dasar keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

BAB III : Laporan kasus, bab ini membahas pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan, bab ini membahas tentang kesenjangan antara

tinjauan pustakan dan tinjauan kasus yang ditemukan dan

diuraikan secara sistematis sesuai dengan tahapan proses

keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V : Penutup, bab ini membahas kesimpulan dan saran-saran yang

dianggap perlu untuk diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai