Anda di halaman 1dari 8

5.

PEMBAHASAN

Pengupasan lapisan penutup pada tambang batubara PT. Duta Nurcahya dilakukan
dengan metode peledakan. Material hasil peledakan dimuat dengan menggunakan
beberapa alat gali muat, salah satu diantaranya adalah Hydraulic Excavator
Komatsu PC 400. Salah satu parameter yang dipakai untuk menilai keberhasilan
metode pengeboran dan peledakan yang diterapkan adalah produktivitas dari
Hydraulic Excavator Komatsu PC 400. Produktivitas dari Hydraulic Excavator
Komatsu PC 400 secara langsung dipengaruhi oleh fragmentasi batuan hasil
peledakan, powder factor yang digunakan, dan metode pemuatan yang digunakan
yang semuanya itu akan tercermin dalam penurunan waktu edar dan waktu
pemuatan.

5.1. Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan suatu rancangan yang diterapkan pada suatu


peledakan yang meliputi burden, spacing, stteming, subdrilling, powder charge,
dan kedalaman lubang ledak. Untuk mengoptimalkan nilai powder factor dan
meningkatkan produktivitas alat muat maka digunakan geometri peledakan
perbaikan dengan pedoman R. L. Ash (lihat gambar 5.1) dan (lihat tabel 5.1) di
bawah ini dan hasil perhitungan sebagai berikut (lihat lampiran E)

Burden dan spacing yang diterapkan untuk geometri rekomendasi menggunakan


burden 5 m dan spacing 7 m, karena ukuran burden dan spacing yang lebih besar
pada geometri peledakan rekomendasi, maka dapat meningkatkan volume
Peledakan dari 13.133,97 bcm menjadi 18.200 bcm.

Stemming yang digunakan pada geometri peledakan rekomendasi sepanjang


3,5 m. Powder charge yang diterapkan pada geometri peledakan rekomendasi
sepanjang 4,5 m. Bertambahnya penggunaan bahan peledak ANFO dimaksudkan
untuk mendapatkan powder factor maksimal sehingga fragmen yang dihasilkan
akan lebih seragam dari fragmen yang dihasilkan saat ini dilapangan.

5-1
Subdrilling geometri peledakan rekomendasi yang digunakan sebesar 0 m karena
berdasarkan pengamatan dilapangan dirasa sudah cukup mampu mencegah
tonjolan – tonjolan pada lantai jenjang serta di bantu dengan menggunakan dozzer
untuk mendapatkan elevasi toe yang rata setelah peledakan.

L B

PC

Keterangan :
B = Burden = 5m
S = Spacing = 7m
H = Kedalaman Lubang Ledak = 8 m
L = Tinggi Jenjang = 8m
T = Stemming = 3,5 m
PC = Panjang Isian Bahan Peledak = 4,5 m
J = Subdrilling = 0m

Gambar 5.1. Geometri Peledakan Rekomendasi

Tabel 5.1. Data Geometri Peledakan Aktual dan R.L Ash

N Kondisi saat ini


Geometri peledakan R..L.Ash
o I II
1 Burden 5,5 m 6m 5m
2 Spasi 6,5 m 7m 7m
3 Stemming 3,5 m 3,8 m 3,5 m
4 Subdrilling 0 0 0m
5 Powder column 3,5 m 4,4 m 4,5 m
6 Kedalaman lubang ledak 7m 8,2 m 8m

5-2
5.2. Powder Factor

Powder factor sangat mempengaruhi material hasil peledakan dan mempengaruhi


digging time serta produktivitas alat muat, pemakaian powder factor pada
geometri peledakan rekomendasi digunakan powder factor sebesar 0,25 kg/m³
dikarenakan standart maksimal nilai powder factor sebesar 0,26 kg/m³.
Pada geometri peledakan rekomendasi ada penambahan penggunaan bahan
peledak ANFO, hal ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata powder factor
dari 0,23 kg/m3 - 0,25 kg/m³ = 0,02 kg/m³. Perubahan geometri ini dikarenakan
pada penggunaan geometri sebelumnya fragmen yang dihasilkan belum dapat
meningkatkan produktivitas alat muat Hydraulic Excavator Komatsu PC 400.
Perbandingan powder factor geometri saat ini dan rekomendasi dapat dilihat pada
(tabel 5.2) dibawah ini. Volume batuan yang diledakkan pada geometri
rekomendasi dengan powder factor 0,25 kg/m3 adalah sebesar 18.200 m3
mengalami peningkatan dari volume batuan yang diledakkan pada geometri
peledakan saat ini dengan powder factor rata-rata 0,23 kg/ m3 (lihat lampiran G).
Hal ini disebabkan oleh kedalaman lubang yang bertambah 1 meter pada geometri
peledakan rekomendasi.

Tabel 5.2. Powder Factor dengan Geometri Peledakan Aktual vs R.L Ash
Geometri Geometri
Peledakan Saat Peledakan
ini (rata-rata) R.L.Ash
Total bahan peledak
3.016,98 4644,9
yang digunakan (kg)
Total volume batuan
13.133,97 18.200
yang diledakkan (m³)
Powder factor (kg/m³) 0,23 0,25

5.3. Fragmentasi Batuan

Metode yang digunakan untuk menentukan ukuran fragmentasi hasil peledakan


ada 2, yaitu dengan metode photography yang kemudian diolah dengan software
split desktop (lihat lampiran I) dan (Gambar 5.2), Selain itu juga dilakukan
perhitungan teoritis dengan metode KUZNETZOV.

5-3
Fragmentasi batuan hasil peledakan dengan geometri rekomendasi menggunakan
perhitungan KUZNETZOV diperoleh persentase boulder sebesar 17,7 % dengan
ukuran > 60 cm (lihat lampiran H) dan (Tabel 5.3).
Penggunaan geometri peledakan rekomendasi secara teoritis dapat menurunkan
jumlah boulder sebesar 26,3 % - 17,7 % = 8,6 % dan 24,8 % - 17,7 % = 7,1 % .
Geometri rekomendasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas alat muat
Hydraulic Excavator Komatsu PC 400.

Tabel 5.3. Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Aktual vs Rekomendasi


KUZNETZOV dan Split Desktop
Geometri saat ini
Rekomendasi Pengukuran
Fragmentasi
Kuznetzov Split Desktop
( cm )
I II
> 20 61,9 % 68,3 % 62,3 % 44,9 %
> 40 40,1 % 42,2 % 34,2 % 28,4 %
> 60 26,3 % 24,8 % 17,7 % 12,4 %
> 80 17,4,2 % 14,1 % 8,8 % 3,51 %
> 100 15,35 % 7,8 % 4,2 % 0%

Gambar 5.2. Hasil Fragmentasi Rekomendasi Menggunakan Split Desktop


Segmen I

5-4
Gambar 5.3. Hasil Fragmentasi Rekomendasi Menggunakan Split Desktop
Segmen II

Gambar 5.4. Hasil Fragmentasi Rekomendasi Menggunakan Split Desktop


Segmen III
Dari hasil pengukuran fragmentasi secara rill dilakukan dengan mengunakan
software Split Desktop yang dibagi menjadi tiga segmen diperoleh fragmentasi
ukuran boulder sebesar ≥ 60 cm sebagai berikut :
a) Segmen I : 13,74 %
b) Segmen II : 11,48 %
c) Segmen III : 11,98 %
Jadi, dari pembagian ketiga segmen diperoleh rata-rata fragmentasi untuk
geometri rekomendasi ukuran boulder sebesar ≥ 60 cm adalah 12,4 %.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan antara pengukuran
fragmentasi aktual di lapangan dengan teori Kuznetzov adalah :

5-5
a. Batuan di alam bersifat heterogen.
b. Dalam prediksi dengan metode Kuznetzov isian bahan peledak dianggap sama
untuk semua lubang sedangkan di lapangan isian bahan peledak berbeda-beda
tiap lubang (tergantung kondisi lubang).

5.4. Analisis Digging Time terhadap Produktivitas Alat Gali Muat

Salah satu parameter dalam mengevaluasi keberhasilan peledakan adalah


mengukur produktivitas dari alat gali muat. Penilaian berdasarkan dari mudah
atau tidaknya material hasil peledakan tersebut digali. Kemudahan dalam proses
penggalian ini tergantung dari fragmentasi yang dihasilkan. Semakin optimal
ukuran fragmen hasil peledakan maka semakin mudah alat gali muat dalam
menggalinya, ditunjukkan dengan nilai Digging Time yang rendah. Sebaliknya
jika dihasilkan fagmen yang yang relatif besar maka akan menyebabkan alat
gali muat tidak bekerja dengan optimal dimana relatif lama waktu bucket
dalam mengisi material (Digging Time yang besar) dan bahkan akan
menyebabkan bucket tidak terisi sempurna (lihat gambar 5.5). Penyebab tidak
optimalnya kapasitas bucket ini karena semakin besar ukuran fragmen maka
ruang antar fragmen juga akan semakin besar sehingga menambah ruangan
pada bucket yang tidak terisi. Dari hasil pengolahan data lapangan, nilai koefisien
korelasi fragmentasi hasil peledakan terhadap digging time alat muat ialah 87%.
Dimana, menurut Sugiyono 2006, nilai korelasi yang didapatkan termasuk dalam
tingkat pengaruh sangat kuat.

Gambar 5.5. Digging Time vs Fragmentasi

5-6
Digging Time yang merupakan parameter dari kondisi fragmentasi material
akan sangat mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan oleh alat gali
muat. Produktivitas akan meningkat apabila Digging Time semakin kecil
(waktu mengisi bucket cepat) atau sebaliknya seperti yang ditunjukkan pada
( tabel 5.4) dan (lampiran J).

Tabel 5.4. Nilai digging time, fragmentasi dan produktivitas

Digging Time Fragmentasi Produktivitas


No
(detik) (%) (bcm)
1 8,11 34,76 180,33
2 7,43 29,66 187,25
3 7,3 23,54 187,53
4 6,7 18,64 196,68
5 5,01 12,4 235,22

5.5. Produktivitas Alat Muat

Berdasarkan data aktual dilapangan dengan menggunakan geometri yang


ditetapkan menunjukkan bahwa dengan kenaikan nilai powder factor dari 0,23
kg/m3 hingga 0,25 kg/m3 dapat mengakibatkan perubahan pada cycle time alat
muat Hydraulic Excavator Komatsu PC 400 dari 0,31 menit menjadi 0,26 menit
(lihat tabel 5.5).
Untuk produksi alat muat PC 400 dari data dilapangan diperoleh sweell factor
sebesar 80%, effisiensi PC 400 sebesar 70% dan bucket fill factor sebesar 92%
(lihat lampiran J).
3600
P  Bc  Bf  I  EU
Ct
3600
P  2  0,92  0,80  0,70
15,77
P  235,22 BCM/Jam

Penurunan cycle time juga dapat meningkatkan produktivitas alat muat Hydraulic
Excavator Komatsu PC 400 dari 187,53 bcm/jam menjadi 235,22 bcm/jam.
47,69
P  100%  25,43%
187,53

Jadi, peningkatkan produktivitas dari alat muat Hydraulic Excavator Komatsu


PC 400 adalah 25,43% (lihat tabel 5.5).

5-7
Tabel 5.5. Nilai powder factor, cycle time, produktivitas dan fragmentasi
vs rekomendasi
Powder Factor Cycle Time Produktivitas Alat Fragmentasi
No
(kg/bcm) (menit) (bcm) (%)
1 0,20 0,342 180,33 34,76
2 0,22 0,330 187,25 29,66
3 0,23 0,314 187,53 23,54
4 0,24 0,293 196,68 18,64
5 0,25 0,262 235,22 12,4

Penggunaan powder factor 0,25 kg/m3 ini hasil fragmentasi dari perhitungan
Kuznetzov analisis sebesar 17,7% dengan data aktual dilapangan yang dihitung
menggunakan Split Desktop sebesar 12,4%. Dengan penggunaan powder factor
0,25 kg/m3 dapat mengakibatkan perubahan fragmentasi batuan hasil peledakan
(lihat gambar 5.6).

Dari hasil pengolahan data lapangan, nilai koefisien korelasi fragmentasi hasil
peledakan terhadap digging time alat muat ialah 96%. Dimana, menurut Sugiyono
2006, nilai korelasi yang didapatkan termasuk dalam tingkat pengaruh sangat kuat.

Gambar 5.6. Grafik Powder Factor vs Fragmentasi

5-8

Anda mungkin juga menyukai