Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan saluran cerna akut merupakan keadaan gawat darurat yang harus ditangani
secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian. Sementara perdarahan saluran
cerna yang sifatnya kronik walaupun tidak terlihat nyata namun bila tidak ditangani juga
sangat berbahaya. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi dimana saja pada traktus digestivus
dari mulut sampai dengan anus. Darah dapat terlihat pada tinja atau muntahan atau dapat saja
berupa perdarahan tersembunyi yang hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan laboratorium.1

Perdarahan saluran cerna bagian bawah sebagian besar terjadi pada usia tua. Dahulu,
kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut sangat
tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh kesulitan untuk menemukan sumber pendarahan
Namun, seiring dengan kemajuan dan pembangunan di bidang teknologi medis, khususnya
kolonoskopi dan angiografi, telah menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh
perdarahan saluran cerna bagian bawah sebesar 5-10% selama dekade terakhir. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kemampuan dalam mencari sumber pendarahan,
dalam resusitasi dan juga perawatan medis yang lebih baik. Penyebab utama kehilangan
darah dari saluran pencernaan bagian bawah yang akut adalah divertikulosis dan
angiodisplasia.1

Sementara itu, penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik
adalah keganasan dan penyakit di daerah perianal. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
yang kronik terjadi secara bertahap dan sebentar-sebentar, sehingga seringkali pasien tidak
menyadarinya dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit.1

Perdarahan saluran dapat muncul dalam lima macam manifestasi, yaitu hematemesis,
melena, hematochezia, occult GI bleeding yang bahkan dapat terdeteksi walaupun tidak
ditemukan perdarahan pada pemeriksaan feses, serta tanda-tanda anemia.

Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan


yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Pasien dengan perdarahan
saluran cerna bagian bawah datang dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar
(Hematoskezia).

1
Melena (tinja hitam, bau khas) biasanya akibat perdarahan saluran cerna bagian atas,
meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat
menimbulkan melena.

BAB 2

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan


yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.2

Hematoskezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar
melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian
bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat
menimbulkan Hematoskezia.2,3

Melena diartikan sebagai tinja berwarna hitam seperti ter, lengket, dengan bau yang khas.
Melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lain oleh bakteri
setelah 14 jam.2,3 Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas
atau usus halus, namun melena dapat pula berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan
dengan perlambatan mobilitas.4 Tidak semua kotoran hitam adalah melena, namun bismuth,
atau obat-obat yang mengandung besi ( obat penambah darah ) dapat pula menyebabkan feses
menjadi hitam.1,3

Darah Samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai merubah warna
feces. Darah samar dapat diketahui dengan tes Guaiac.2,3

Darah yang bisa dideteksi oleh tes Guaiac minimal 5-10ml/hr, sementara saluran cerna secara
normal sebenarnya kehilangan darah 0,5-1,5 ml/hari yang biasanya tidak terdeteksi dengan
tes Guaiac.2

B. Epidemiologi

Penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis, malformasi
arteri vena (AVM), dan kolitis iskemik.3 Dari keseluruhan perdarahan saluran cerna, 20%nya
adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah, dan biasanya tidak lebih berat dari perdarahan
saluran cerna bagian atas. Perdarahan SCBB ini biasanya terjadi pada orang tua berusia
antara 63-77 tahun.3 Sebanyak 80% biasanya berhenti secara spontan.3 Dalam dekade terakhir
, kasus perdarahan saluran cerna meningkat secara signifikan. Mortalitas akibat perdarahan

3
saluran cerna bagian bawah adalah 3,6 %, sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan
saluran cerna bagian atas adalah 3,5–7%.2

Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang dirawat di rumah sakit memiliki angka
mortalitas yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 23% dibandingkan pasien yang rawat jalan,
hanya sebesar 3.6%.3

C. Klasifikasi

a. Perdarahan akut
Pasien – pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontinyu harus dirawat di rumah sakit.
Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang pada awalnya bermanifestasi sebagai
perdarahan saluran cerna bagian bawah ternyata memiliki sumber perdarahan di saluran cerna
bagian atas.3 Petunjuk kemungkinan terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas yang
diawali dengan hematoskezia adalah ketidakstabilan hemodinamik (hipotensi, takikardi,
perubahan posisi mengakibatkan perubahan pada tekanan darah) 4, melena, dan riwayat
perdarahan saluran cerna bagian atas.3 Pemasangan NGT membantu menegakkan diagnosa
perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian
bawah yang berat.3

b. Outlet-type bleeding

4
Yang dimaksud outlet-type bleeding adalah terlihat darah selama atau sesudah defekasi pada
kertas toilet atau handuk, tapi tanpa gejala ataupun faktor resiko khusus untuk ca
kolonrektal.2 Pasien outlet-type bleeding yang berusia muda, lebih dianjurkan menggunakan
fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan kolonoskopi.

c. Perdarahan kronik-intermitten
Manifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia atau keduanya.
Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak menyadari terjadinya perdarahan
saluran cerna bagian bawah namun mengalami anemia kronis. Walaupun begitu jika anemi
yang timbul sudah berat dan terdapat gejala-gejala kardiopulmoner maka pasien tersebut
harus dirawat inap untuk monitoring, evaluasi dan tata laksana lebih lanjut. Pada pasien-
pasien ini harus dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar 25-41% dari
pasien ini ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian atasnya. Jadi, bila dengan
kolonoskopi tidak ditemukan sumber perdarahan maka sebaik nya dilakukan endoskopi.3

D. Etiologi

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah :


5
a. Perdarahan divertikel kolon

Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus melalui lapisan
otot. Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan pasien. Pasien
dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan makanan yang tidak atau kurang berserat,
akibatnya tinja yang terbentuk keras dan volumenya kecil, sehingga kolon harus berkontraksi
lebih keras untuk menggiring tinja keluar, maka sering timbul tekanan tinggi dalam kolon
biasanya di bagian bawah. Tekanan yang besar ini dapat menekan celah lemah pada dinding
usus. Paling sering divertikel ditemukan di bagian sigmoid. Kelainan ini lebih sering
ditemukan usia lebih dari 50 tahun. Pasien dengan divertikel yang cukup banyak disebut
divertikulosis. Bila divertikel ini meradang disebut divertikulitis. Penonjolan ini besarnya
berkisar antara beberapa milimeter sampai dua cm. Leher divertikel dan pintunya biasanya
sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk fecolith.

Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan seperti mual, nyeri pada
perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena gangguan pengerasan usus sampai keluhan
berat seperti pecahnya usus, abses dan perdarahan.
Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri. Abses ditandai
dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri disertai keluhan sembelit, demam
dan keadaan umum penderita buruk. Perdarahan baru nyata setelah keluar perdarahan saat
penderita BAB, dan mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia lanjut, dapat terjadi
6
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan syok dan tidak jarang memerlukan transfusi
darah.

b. Angiodisplasia
Angiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan saluran cerna
bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen dari angiodisplasia
kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus. Angiodisplasia adalah lesi degeneratif yang
berkaitan dengan penuaan. Dua pertiga pasien dengan angiodisplasia berusia di atas 70 tahun.
Patogenesis angiodisplasia tidak diketahui,mungkin disebabkan oleh parsial, obstruksi
intermiten,mulai dari vena-vena submukosa sampai terjadinya dilatasi, sehingga hubungan
arteriovenosa didirikan. Angiodisplasia didiagnosis dengan menggunakan kolonoskopi dan
angiography.1

c. Arteriovenous Malformation1
AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada 3-40%
pasien. AVM biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada 1-2% dari
spesimen autopsi. AVM adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa pembuluh
darah memiliki hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa campur tangan kapiler.
Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan, dan 47% persen pasien mengalami
hematoskezia yang tanpa nyeri serupa dengan perdarahan yang disebabkan oleh penyakit
divertikular, dapat pula muncul berupa perdarahan yang kronik dan intermitten. Faktor
resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun, lokasi di sisi kanan kolon , dan
pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan
terbaik untuk AVM adalah angiography.

d. Kolitis

Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau inflamasi pada
kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri, yang terjadi pada
individu yang rentan . Pelepasan bahan toksin menimbulkan reaksi inflamasi yang
menyebabkan perubahan mukosa dan dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non
spesifik dan kolitis Crohn. Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi dan
eksaserbasi yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri abdomen,
diare dan perdarahan rektum.5 Diagnosis banding antara lain : kolitis infeksi, IBS,
divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon. Walaupun tidak ada tes darah yang spesifik

7
untuk kolitis iskemik, namun biasanya terdapat kenaikan leukosit, amilase, kreatin
fosfokinase dan serum laktat. Foto rontgen polos biasanya tidak ditemukan sesuatu yang
khas, meskipun tanda edema submukosa dan pneumatosis dapat dilihat biasanya pada pasien
dengan penyakit lanjut. Diagnosa dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan
segmental kolon yang terkena. Evaluasi endoskopi dengan sigmoidoskopi atau kolonoskopi
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang tidak jelas diagnosanya dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis atau perforasi.1

e. Penyakit perianal
Contohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan perdarahan dengan
warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feses. Polip dan karsinoma kadang
menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu
pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon. Pemeriksaan dilakukan
menggunakan anoskopi dan kolonoskopi. Kelainan perianal diterapi dengan obat
(suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering kambuh sehingga skleroterapi / koagulasi,
ligasi, atau intervensi bedah dapat dipertimbangkan.1

f. Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan terjadi pada
usia tua. Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan bisa berupa
sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi (occult blood).
Dulu, diagnosis dibuat menggunakan barium enema, namun kini dengan menggunakan
kolonoskopi dan biopsi diagnosa dapat langsung dilakukan.
Pengelolaan tumor saluran cerna bagian bawah adalah dengan
eksisi, baik dibantu oleh endoskopi atau melalui operasi.1

g. Divertikulum Meckel6
Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang
merupakan suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari
dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan
lambung maupun jaringan pankreas. Divertikulum meckel
adalah suatu sisa dari struktur perkembangan yang tidak diserap seluruhnya pada masa
perkembangan janin. Penyebab yang pasti dari tidak diserapnya sisa struktur tersebut tidak

8
diketahui. Sekitar 2% dari jumlah penduduk memiliki divertikulum meckel, tetapi hanya
sebagian kecil yang menunjukkan gejala.

Divertikulum meckel biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kantungnya dapat


melepaskan asam dan menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan melalui rektum yang
tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau kehitaman. Pada remaja dan
orang dewasa, divertikulum lebih cenderung menyebabkan penyumbatan usus, sehingga
timbul nyeri kram dan muntah. Bisa terjadi peradangan mendadak pada divertikulum yang
disebut divertikulitis akut. peradangan ini menyebabkan nyeri perut yang hebat, seringkali
disertai muntah. Jika tidak menimbulkan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan
khusus. Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum disertai
pengangkatan jaringan usus di sekitarnya yang telah mengalami kerusakan.Jika tidak
ditemukan kerusakan pada jaringan usus di sekitarnya, maka yang dibuang hanya
divertikulumnya. Untuk memperbaiki anemia, mungkin perlu diberikan zat besi tambahan.
Jika terjadi perdarahan yang hebat, mungkin perlu dilakukan transfusi darah.

E. Manifestasi Klinis

Perdarahan akut :

a.Sinkop : takikardia, kepala pusing, melayang

b.Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula)

- takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba.

c. Muka (kulit, mukosa) pucat

d. Akral dingin

e. Berkurangnya pembentukan air kemih.

f. Berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok)

Perdarahan Kronik:

Akibat kehilangan darah kronik:

a. anemia def.Fe

9
b. palpitasi

c. lemas

d. sesak napas

e. anoreksia

f. insomnia.

F. Diagnosa

Tentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan setelah status hemodinamik stabil
( pada perdarahan akut )3

a. Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan , juga


penting ditanyakan kepada pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu, apakah
pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna bawah
(hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit sekarang , beberapa
petunjuk misalnya jika pasien mengaku:1
1) Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.
2) Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih
proksimal.
3) Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable Bowel
Disease (IBD).
4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan kolitis
5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.
6) Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai
penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.
7) Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit
divertikular , AVM, atau proctitis
Tanyakan pula apakah terdapat sesak, nyeri dada, lightheadedness, dan kelemahan.3

b. Pemeriksaan fisik

1) cek tanda vital :

10
a.Kesadaran

b.Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.3 Bila
penderita syok tekana sistolik < 90 mmHg dan nadi > 100x/mnt,berkeringat dingin, muka
pucat, akral dingin maka kehilangan darah sekitar 40%.

c. Nadi

d.Pernafasan

e. Suhu

2) Mata : ada tidaknya anemis

3) Turgor kulit menurun

4) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik

5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat

6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.3


auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak

7) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes Guaiac.3

c. Pemeriksaan laboratorium :3

1) darah : cito dan pemeriksaan darah lengkap . Selanjutnya perlu dicek Hb dan Ht tiap 6 jam

2) Elektrolit

3) BUN / serum creatinin

4) Liver Function Test

5) Faktor pembekuan : Prothrombin Time (PT)

: activated Partial Thrombin Time (aPTT)

G. Pemeriksaan Penunjang
11
a. Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan
rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi
merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang
dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi lebih baik daripada barium enema
yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk
biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur.3

Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan,
komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 1,3% pada pasien.3 Komplikasi
lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostic Merupakan pemeriksaan terbaik untuk
perdarahan saluran cerna bagian bawah, bisa untuk diagnostik maupun terapeutik. Akurasi
untuk diagnosa dengan kolonoskopi adalah 48% -90%.1 Terlihatnya darah segar pada ileum
terminalis mengindikasikan sumber perdarahan bukan berasal dari kolon.3

b. Urgent Colonoscopy

Adalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode perdarahan. Pada
pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim dengan air atau gliserin enema. Baru-baru
ini digunakan polietilen glikol . Penyakit yang paling sering ditemukan oleh kolonoskopi
mendesak adalah kolitis iskemik transien .Urgent colonoscopy dianggap aman dan berguna
untuk pemeriksaan pada perdarahan saluran cerna bagian bawah akut dan hemostasis.7

c. Flexible Sigmiodoscopy

Flexible sigmoidoscopy dapat menjangkau 65 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai
bagian proksimal dari kolon kiri.3 Dapat digunakan tanpa sedatif dan dengan persiapan
enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan
menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopy tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi
terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti
pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopy setiap 5 tahun dimulai pada umur 50
tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang
asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon.
Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopy merupakan indikasi
12
untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang berada di
distal kolon biasanya berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10%
pasien.

d. Anoskopi

Anoskopi berguna hanya untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di daerah
anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna dan fissura anal.
Lebih diutamakan daripada fleksibel sigmoidoskopi untuk mendeteksi hemoroid pada pasien
rawat jalan.3

e.Barium Enema

Barium enema adalah suatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras barium
sulfat kemudian difoto dengan sinar –X sehingga akan tampak gambaran usus dan bisa
melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip atau massa. Pada pasien muda dengan
hematochezia minimal yang dengan fleksibel sigmoidoskopi memberikan hasil negatif,
barium enema merupakan alternatif dibandingkan kolonoskopi.3

h.Angiography

merupakan satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada pembuluh darah seluruh
tubuh dengan menggunakan sinar X. Perdarahan yang bisa dideteksi oleh angiography adalah
perdarahan yang masif yaitu sekitar 0,5-1,5 ml/min.3

H. Komplikasi

a. Shock Hipovolemi  Gagal Ginjal Akut


b. Efek samping transfusi darah : reaksi hemolitik, infeksi.

I. Penatalaksanaan

Tujuan :8 - stabilisasi hemodinamik


- stop perdarahan aktif
- cegah perdarahan ulang.
13
1. Resusitasi penderita : ( A – B – C )
a. Pasang infus : - Nadi > 100x/ mnt infus koloid atau NaCl 0.9%
untuk mengetahui jml kehilangan darah, penderita tidur terlentang ukur nadi / tek.
darah lalu penderita didudukkan dan bila nadi naik > 10x/ mnt & tek. Darah sistolis turun >
10 mmHg maka kehilangan darah adalah sekitar 20%.8
b. Pernafasan : O2 2-4 liter/menit

2. Ambil contoh darah (cross matched blood untuk transfusi)


3. Periksa hemoglobin,hematokrit,trombosit,leukosit (Hb kurang sesuai dengan jumlah
perdarahan pada tahap akut oleh krn belum terjadi hemodilusi, perlu waktu minimal 8 jam)
Pemberian transfusi segera pada:8
- penderita syok
- perdarahan terus-menerus
- gejala-gejala angina pectoris
- hematokrit < 20%
- Pasien resiko tinggi : orang tua, CHD, Sirosis hepatis diberikan transfusi PRC sampai
Hematokrit > 30 %
- Koagulopati dan trombositopenia harus dikoreksi segera. Trombosit harus dipertahankan
diatas 50.000/ml dan kagulopati harus dikoreksi dengan vitamin K atau dengan fresh frozen
plasma. Vitamin K harus diberikan oral kecuali pada pasien sirosis atau obstruksi bilier, yang
mana pada pasien ini diberikan secara subkutan. Status hemodinamik merupakan indikator
yang lebih baik untuk pemberian darah daripada Hb. Transfusi diberikan sampai
hemodinamik stabil atau Hematokrit 25 – 30%.

4. Medikamentosa :
Paerdarahan akut : Transeksamat 3x1 kaps
: Vit K 3x1 tab

Beberapa perdarahan dapat diobati secara medikamentosa:2


Hemoroid, fissura ani, dan ulkus rekti diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths dan
menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-progesteron dapat mengurangi perdarahan pada

14
pasien angiodisplasia , dan IBD biasanya memberi respon terhadap obat-obatan anti
inflamasi.

5. Observasi dan monitoring terus tanda-tanda vital: observasi tanda-tanda hemodinamik


yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110
mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 – 39ºC, kulit dingin pucat atau
sianosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,
menyebabkan urine berkurang.

Pasien
Pasiendengan
dengan
perdarahan
perdarahanSCBB
SCBBakut
akut

Perdarahan ringan-sedang Evaluasi


Evaluasidan
dan perdarahan berat
resusitasi
resusitasi
Upper
Upperendoscopy
endoscopy
Pertimbangkan
Pertimbangkan
perdarahan Tangani
Tanganisebagai
sebagaiperdrahan
perdrahan
perdarahanSCBA
SCBA
SCBA
SCBA
Pasang
PasangNGT
NGT

+/-
+/-upper
upperendoscopy
endoscopy

Kolonoskopi
Kolonoskopi

Sumber
Sumber Hasil
Hasilpemeriksaan
pemeriksaan(-)
(-)
teridentifik
teridentifik
asi Tidak
asi
Perdarahan
Perdarahanberhenti
berhenti Arteriography
Arteriography
Terapi
Terapi Ya
sesuai
sesuai
kebutuhan
kebutuhan Endoskopi
Endoskopikapsul
kapsul

Intensitas
Gambaran klinis Infus IV / transfusi Tujuan akhir
Perdarahan
Perdarahan Denyut nadi dan - Mempertahankan
Ringan Hb normal akses intravena
sampai diagnosis
15
jelas
- memasatikan
tersedia darah
Perdarahan Denyut nadi - menggan Mempertahankan Hb> 9
Sedang istirahat > tikan cairan g/dl
100x/mnt dan`/ - meminta 4
atau Hb < 10g/dl unit preparat
PRC
Perdarahan Kolaps dan atau - gantikan - mempertahankan vol
Hebat syok cairan urin > 0,5
- tek. Sistolik dengan ml/kgBB/jam
< 100 cepat - mempertahankan tek
mmHg - pastikan sistolik >100 mmHg
- denyut nadi tersedia - mempertahankan Hb
>100x/mnt darah > 9 g/dl
- lakukan
transfusi
menurut
pengkajian
klinis dan
kadar HB/Ht

6. Terapi Bedah
Pada beberapa diagnostik , seperti divertikulum Meckel atau keganasan , bedah merupakan
pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil.

tanda kehilangan cairan/


Tanda-tanda vital
hemodinamik tidak stabil perdarahan berkurang
Resusitasi

Tes darah
Kolonoskopi
segera
Golonganataudarah16dan
Infus NaCl
scintigrafi
Endoskopi
PRC dan factor eritrosit +
lain jika elektif
angiografi
Perdarahan aktif berkurang

Perdarahan aktif,dicurigai di
SCBB

Kemungkinan perda- lokasi perdarahan


Rahan di SCBA tak teridentifikasi

-Endoskopi
Endoskopi
SCBA
SCBA Normal
segera -OMD follow
Lokasi perdarahan through
Ditemukan
-Enteroskopi
Kauterisasi Perdarahan berulang
elektrik , injeksi Suplemen
zat sklerotik, zat besi perdarahan cukup banyak
,perlu
angiografi
transfusi darah
embolisasi
Pertimbangan:

BEDAH Angiografi

Enteroskopi
operasi

Kolektomi

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sis Melena Gastritis
    Makalah Sis Melena Gastritis
    Dokumen30 halaman
    Makalah Sis Melena Gastritis
    Gautama Airlangga
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen1 halaman
    Judul
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • OPTIMIZED TITLE FOR LOWER GI BLEEDING
    OPTIMIZED TITLE FOR LOWER GI BLEEDING
    Dokumen35 halaman
    OPTIMIZED TITLE FOR LOWER GI BLEEDING
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pendukung - Dokter Umum Perorangan Dan PJ
    Formulir Pendukung - Dokter Umum Perorangan Dan PJ
    Dokumen3 halaman
    Formulir Pendukung - Dokter Umum Perorangan Dan PJ
    Ahmad Jamalludin
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Dokumen9 halaman
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Sutjipto Wijono
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kuesioner
    Lembar Kuesioner
    Dokumen2 halaman
    Lembar Kuesioner
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Case Jiwa
    Case Jiwa
    Dokumen42 halaman
    Case Jiwa
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Or Prolanis
    Or Prolanis
    Dokumen17 halaman
    Or Prolanis
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Situasi Terkini Program Penanggulangan TB
    Situasi Terkini Program Penanggulangan TB
    Dokumen6 halaman
    Situasi Terkini Program Penanggulangan TB
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Case DM Yudistira
    Case DM Yudistira
    Dokumen32 halaman
    Case DM Yudistira
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Referat HMTMS&MLN
    Referat HMTMS&MLN
    Dokumen76 halaman
    Referat HMTMS&MLN
    Wahyu Setiono
    Belum ada peringkat
  • Chair Il
    Chair Il
    Dokumen1 halaman
    Chair Il
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab I Rsud Tebet
    Bab I Rsud Tebet
    Dokumen3 halaman
    Bab I Rsud Tebet
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus IUFD
    Presentasi Kasus IUFD
    Dokumen43 halaman
    Presentasi Kasus IUFD
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • PORFIRIA
    PORFIRIA
    Dokumen2 halaman
    PORFIRIA
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Surat Izin
    Surat Izin
    Dokumen1 halaman
    Surat Izin
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Depres An
    Depres An
    Dokumen7 halaman
    Depres An
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • PORFIRIA
    PORFIRIA
    Dokumen2 halaman
    PORFIRIA
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Lagu Betawi
    Lagu Betawi
    Dokumen20 halaman
    Lagu Betawi
    NurLatifah Chairil Anwar
    100% (1)
  • Tugas Agama
    Tugas Agama
    Dokumen8 halaman
    Tugas Agama
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Tugas BK
    Tugas BK
    Dokumen5 halaman
    Tugas BK
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen24 halaman
    Bab Iii
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Kasus Fasciitis Plantar
    Kasus Fasciitis Plantar
    Dokumen22 halaman
    Kasus Fasciitis Plantar
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    NurLatifah Chairil Anwar
    Belum ada peringkat