Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari segala aktivitas manusia, mulai
dari kebutuhan skala kecil hingga besar. Salah satunya energi listrik, yang selalu menerangi
setiap rumah, menghidupkan komputer-komputer, dan memungkinkan kita bisa menikmati
siaran tv setiap hari, serta masih banyak hal lainnya. Itu hanya sebagian kecil bentuk dari
penggunaan energi listrik yang ada di sekeliling kita, masih ada bentuk-bentuk energi lain
dengan berbagai fungsi yang berbeda.

Seiring perkembangan zaman yang diiringi dengan peningkatan taraf hidup masyarakat,
kemajuan teknologi, dan bertambahnya jumlah penduduk, persediaan energi fosil makin hari
semakin menipis. Krisis energi sudah mulai melanda negara-negara di dunia termasuk juga
Indonesia. Ancaman serius ini memaksa berbagai pihak untuk berusaha menemukan cara
mengembangkan energi baru yang bisa dimanfaatkan, yang kita kenal dengan istilah energi
alternatif.

Energi alternatif merupakan bentuk energi terbarukan yang diharapkan mampu


menggantikan kebutuhan akan energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Salah
satu contoh energi alternatif ialah biodisel. Biodiesel adalah alternatif bahan bakar pengganti
bahan bakar minyak (bbm) khususnya minyak diesel yang dibuat dari bahan dasar minyak nabati.
Salah satu sumber minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
biodiesel adalah hasil dari proses pengolahan biji jarak pagar (jatropha curcas l). Hal ini
disebabkan karena minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan (edible
oil) sehingga pemanfaatannya sebagai biodiesel tidak akan menganggu penyedian kebutuhan
minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan ekspor cpo. Dalam prakteknya,
biodiesel jarak pagar sering digunakan dengan cara membuat bbm campuran biodiesel jarak
pagar dengan solar.

Untuk mendapatkan komposisi campuran yang baik dari penggunaan bahan bakar
campuran biodiesel jarak pagar dengan solar, perlu dilakukan penelitian tentang prestasi dan

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 1


emisi gas buang dari motor diesel tersebut. Prestasi motor bakar diamati dengan mendapatkan
parameter prestasi yang terdiri dari daya poros, tekanan efektif rata-rata, pemakaian bahan
bakar, pemakaian bahan bakar spesifik, perbandingan bahan bakar udara, dan efesiensi
volumetric, sedangkan dari gas buangakan diukur kandungan co 2, so2, nox, co, dan hc.
Biodiesel dapat dijadikan sebagai pengganti sumber utama apabila dapat dimanfaatkan secara
maksimal penggunaannya..

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tanaman jarak dan kandungan yang terdapat pada tanaman jarak?
2. Apa biodisiel dan kelebihan biodisel dari pada bahan bakar solar?
3. Bagaimana Karakteristik Biodiesel?
4. Bagaimana Proses Pembuatan Biodiesel?
5. Apa itu Bahan Bakar Diesel (Solar)?
6. Bagaimana Pemakaian Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Diesel?
7. Apa yang dimaksud dengan Emisi Gas Buang dan bagaimana cara pengendalian Emisi Gas
Buang?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengenal tanaman jarak pagar dan apa saja kandungan yang
terdapat pada tanaman jarak pagar.
2. Untuk mengetahui dan mengenal biodiesel dan kelebihan biodisel dari pada bahan
bakar solar.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari biodiesel.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan biodiesel dari tanaman jarak.
5. Untuk mengenal bahan bakar diesel (solar )
6. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian biodiesel sebagai bahan bakar diesel
7. Umtuk mengetahui emisi gas buang dari bahan bakar dan cara pengendalian emisi gas
buang.

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Jarak

Tanaman Jarak yang digunakan untuk energi alternatif biodiesel berasal dari jenis
tanaman jarak pagar yang dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama Jatropha curcas.
Tanaman ini banyak di jumpai di Indonesia sering ditanam sebagai pembatas pekarangan dan
juga pagar. Jarak memiliki banyak daun disepanjanng batangnya, dengan sistem pertulangan
daun menjari. Daun jarak berwarna hijau dengan tangkai daun yang lumayan panjang.
Tangkai daun ini menghasilkan cairan pahit yang dimana cairan tersebut sering digunakan
anak-anak untuk bermain gelembung. Ukuran batang tanaman jarak dapat mencapa tinggi
kira-kira 1-7 meter. Tanaman ini memiliki buah dengan 3 bagian ruas yang didalamnya
terdapat masing-masing satu biji.
Semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, daunnya dapat digunakan sebagai
makanan ulat sutra, antiseptik, dan anti radang. Getahnya bisa digunakan untuk
menyembuhkan luka, dan daging buahnya pun dapat digunakan untuk pupuk hijau dan
produksi gas, serta bijinya dapat digunakan untuk bahan bakar pengganti minyak diesel dan
minyak tanah.
Kandungan minyak yang ada pada tanaman jarak adalah kandungan minyak
lemaknya, tertama yang terdapat dalam buah. Minyak yang dihasilkan dari cangkang biji
mengandung komposisi kimia berupa lemak kasar 47,25 persen, protein kasar 24,60 persen,
serat kasar 10,12 persen, kelembaban 5,5 persen, abu 4,50 persen dan karbohidrat 7,99 persen.
Juga terdapat kandungan iodin yang tinggi, yaitu 105,2 mg iodin/g. Sementara itu pada biji
terkandungan asam lemak tak jenuh yang mencapai 90 persen.
Minyak jarak pagar diperoleh dari biji dengan metode pengempaan panas atau dengan
metode ekstraksi pelarut. Minyak jarak tidak dapat dikonsumsi manusia karena mengandung
racun yang disebabkan adanya senyawa ester forbol (syah,2006). Komponen asam lemak
terbanyak dalam minyak oleat. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar dan sifat
fisikokimia minyak jarak terdapat pada tabel.

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 3


Tabel 1. Kandungan asam lemak pada minyak pagar
Jenis asam lemak Komposisi (%)
Asam miristat 0 - 0.1
Asam palmitat 14.1 - 15.3
Asam stearat 3.7 – 9.8
Asam arachidic 0 – 0.3
Asam behedic 0 – 0.2
Asam palmitoleat 0 – 1.3
Asam oleat 34.3 – 45.8
Asam linolenat 29.0 – 44.2

Tabel 2. Sifat fisikokimia minyak jarak pagar

Sifat minyak nilai


Densitas pada 15°C (g/cm3) 0.9181
Viskositas pada 30°C (cSt) 50.80
Bilangan Asam (mg KOH/g) 3.08

2.2 BIODIESEL

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
turunan tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia seperti kelapa sawit, kelapa,
kemiri, jarak pagar, nyamplung, kapok, kacang tanah dan masih banyak lagi tumbuh-tumbuhan
yang dapat meproduksi bahan minyak nabati (BBN). Proses pembuatan biodiesel dari biji
jarak pagar mengalami beberapa proses seperti ektraksi, transesterifikasi diperoleh metil ester
(biodiesel), kemudian biodiesel dicampur dengan bahan bakar solar. Hasil campuran itu disebut
B10,B20 dengan tujuan agar bahan bakar B10, B20 ini mempunyai sifat-sifat fisis mendekati
sifat-sifat fisis solar sehingga B10 B20 dapat dipergunakan sebagai pengganti solar.

Teknologi biodiesel memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :

 Secara umum, sifat biodiesel lebih ramah lingkungan dibanding bahan bakar
berbasis minyak bumi. Bahkan biodiesel mampu mengurangi emisi tanpa
mengorbankan unjuk kerja dan efisiensi mesin. Penggunaan 100% biodiesel akan

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 4


menurunkan emisi CO2 sampai 100%, menurunkan emisi SO2 sampai 100%,
menurunkan emisi CO antara 10-50%, dan menurunkan emisi HC antara 10-50%
oksida.
 Merupakan bahan bakar yang tidak beracun, aman dalam penyimpanan, aman
dalam transportasi, dan dapat didegradasi secara alami yaitu lebih mudah terurai oleh
mikroorganisme (biodegradable). Pencemaran akibat tumpahnya biodiesel pada tanah dan
air bisa teratasi secara alami.

 Biodiesel dapat Diperbaharui (renewable) karena diproduksi dari bahan pertanian.


Biodiesel bisa diproduksi di pedesaan dalam bentuk skala kecil dan menengah
Sehingga dapat meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia
 Mengurangi pemanasan global dan pencemaran udara, karena biodiesel ramah
lingkungan. ( Prakoso, T., 2008 )
 Menurunkan ketergantungan Suplay minyak dari negara asing dan fluktuasi harga
 Meningkatkan kesempatan kerja orang indonesia di dalam negeri

2.3 Karakteristik Biodiesel

Tabel Karakteristik Biodiesels SNI -04-7182-2006


No Parameter Batas nilai Metode uji
1 Densitas pada 40°C, Kg/m3 850--890 ASTM D 1298
2 2,3-6,0 ASTM D 445
Viskositas kinematik pada 40°mm2/s
(cSt)
3 Angka Setana Min. 51 ASTM D 613
4 Titik nyala (flash point) pada 0° Min.100 ASTM D 93
5 Titik kabut (Cloud Point) Max.18 ASTM D 2500
6 Titik Tuang (Pour Point) Max.18 ASTM D 97
(Wahyuni, A.I. 2008)

Untuk mengetahui dan mengenal biodiesel ini akan menganalisa beberapa sifat-sifat
fisisnya yang dapat dipergunakan sebagai tolak ukur kualitas bahan bakar biodiesel. Beberapa
sifat-sifat fisis yang diteliti adalah viskositas, densitas, titik nyala (flash point), titik kabut

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 5


(cloud point), kadar air dan bilangan iodine

2.3.1 Viskositas (Viscosity)


Viskositas merupakan sifat intrinsik fluida yang menunjukkan resistensi fluida
terhadap alirannya, karena gesekan di dalam bagian cairan yang berpindah dari suatu
tempat ke tempat yang lain mempengaruhi pengatoman bahan bakar dengan injeksi
kepada ruang pembakaran, akibatnya terbentuk pengendapan pada mesin. Viskositas yang tinggi
atau fluida masih lebih kental akan mengakibatkan kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga
proses derajat atomisasi bahan bakar akan terlambat pada ruang bakar. Untuk mengatasi
hal ini perlu dilakukan proses kimia yaitu transesterifikasi untuk menurunkan nilai
viskositas minyak nabati itu sampai mendekati viskositas solar. Pada umumnya viskositas
minyak nabati jauh lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel turunan
minyak nabati masih mempunyai hambatan untuk dijadikan sebagai bahan bakar pengganti solar.
Viskositas suatu fluida (cairan) dapat diukur dengan Viskometer Ostwald dan pengukuran ini
merupakan viskositas kinematik ( Indantono, Y. S.,2006) Persamaan untuk menentukan viskositas
kinematik :
µ =K x t
dimana µ = viskositas kinematik (centi stokes/ cSt)
K = konstanta viscometer Ostwald
t = waktu mengalir fluida didalam pipa viscometer (dt)

2.3.2 Densitas (Density)


Densitas menunjukkan perbandingan massa persatuan volume karakteristik ini berkaitan
dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh masin diesel persatuan volume bahan bakar.
Massa jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan metode ASTM D 287 atau ASTM
DI 298 dan mempunyai satuan kilogram/meter kubik (kg/m3).

Selain viskositas, densitas juga dapat menjadi parameter keberhasilan reaksi


transesterifikasi. Biodiesel dengan densitas lebih dari 0,900 g/cm3 pada 60°F (15,5oC),
kemungkinan merupakan hasil dari reaksi yang tidak sempurna. Densitas biodiesel seharusnya
berkisar 0,860-0,900 g/cm3 (Syah, 2006).

Kerapatan suatu fluida dapat didefinisikan sebagai massa per satuan volume, yaitu:

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 6


ρ=m/v
dimana:
ρ = rapat massa (kg/m3)
m = massa (kg)
v = volume (m3)

2.3.3 Tititk Nyala (Flash Point)


Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala
ketika bereaksi dengan udara. Bila nyala terus terjadi secara menerus maka suhu tersebut
diinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang terlampau tinggi dapat menyebabkan
keterlambatan penyalaan sementara apabila titik nyala terlampau rendah akan menyebabkan
timbulnya denotasi yaitu ledakan kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang
bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan resiko bahaya saat penyimpanan. Semakin tinggi titik
nyala dari suatu bahan bakar semakin aman penanganan dan penyimpanannya.(Widyastuti, L.,2007)

2.3.4 Titik Kabut (Cloud Point)


Titik kabut adalah temperatur pada saat bahan bakar mulai tampak “berawan”
(cloudy), hal ini timbul karena munculnya kristal-kristral (padatan) di dalam bahan bakar.
Walaupun bahan bakar masih bisa mengalir pada titik ini keberadaan kristal di dalam
bahan bakar dapat mempengaruhi kelancaran aliran bahan bakar di dalam filter, pompa, dan
injector. Sedangkan titik tuang (pour point) adalah temperatur terendah yang masih
memungkinkan terjadinya aliran bahan bakar. Di bawah pour point bahan bakar tidak lagi bisa
mengalir karena terbentuknya kristal yang menyumbat aliran bahan bakar dan pada cloud point
terjadi pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pour point. Pada umumnya
permasalahan pada aliran bahan bakar terjadi pada temperatur diantara cloud point dan pour
point pada saat keberadaan kristal mulai menggangu proses filtrasi bahan bakar. Oleh karena itu
digunakan metode pengukuran yang lain untuk mengukur performansi bahan bakar pada
temperatur rendah yakni Cold Filter Plugging Point (CFPP) dan Low Temperatur Flow Test
(LTFT) dengan standart ASTM D 4539. Pada umumnya pour dan cloud point biodiesel
lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Untuk mengatasi hal itu dapat dipergunakan
pencampuran biodiesel dengan solar, atau menambahkan adatif tertentu pada biodiesel,untuk
mencegah terjadinya kristal- kristal yang terbentuk pada biodiesel( Indartono, Y. S.,2006)

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 7


2.3.5 Kadar Air ( Water Contain)
Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam bahan
bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu
keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan
kerusakan mesin (Indantono, Y. S.,2006)

2.3.6 Bilangan Iodine ( Number iodine)


Angka iodine pada biodiesel menunjukkan tingkat ketidakjenuhan senyawa
penyusun biodiesel, padahal disisi lain keberadaan senyawa tak jenuh meningkatkan performansi
biodiesel pada temperatur rendah karena senyawa ini memiliki titik leleh (melting point) yang
lebih rendah sehingga berkorelasi pada cloud dan pour point yang juga rendah. Namun di sisi
lain banyak senyawa lemak tak jenuh di dalam biodiesel memudahkan senyawa itu bereaksi
dengan oksigen di atmosfer dan bisa terpolimerisasi membentuk material serupa plastik. Oleh
karena itu terdapat batasan maksimal harga iodine yang diperbolehkan untuk biodiesel yaitu 115
berdasarkan standard SNI Biodiesel.

2.4 Proses Pembuatan Biodiesel


Biodiesel dapat diperoleh dari minyak jarak pagar. Dimana biji
jarak pagar dihaluskan lalu dipanaskan melalui ekstraksi (soxhleat apparatus) sehingga nhexan
mengikat minyak kacang tanah. Demikian untuk sampel selanjutnya sesuai dengan
kebutuhan biodiesel yang diinginkan. Setelah diperoleh minyak kacang tanah + n-hexan, lalu
dirotavapor agar n-hexan dapat dipisahkan dari minyak kacang tanah itu. Selanjutnya minyak
kacang tanah ini ditransesterifikasi, dengan pelarut metanol, katalis KOH dan kosolven eter seperti
diagram alir ini.
Blok diagaram proses pembuatan biodiesel sebagai berikut :
Metil ester

Jarak pagar ekstraksi rotavapor transesterifikasi

gliserol

Proses transesterifikasi:

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 8


Transesterifikasi (disebut alkoholisis) adalah pertukaran antara alkohol dengan suatu
ester untuk membentuk ester lain pada suatu proses yang mirip dengan hidrolisis,
kecuali pada penggunaan alkohol untuk menggantikan air. Proses ini telah digunakan secara luas
untuk mengurangi viskositas trigliserida. Alkoholisis adalah reaksi reversible dan menghasilkan
alkil ester dan gliserol. Untuk mendorong reaksi kearah kanan dapat dilakukan dengan
menggunakan alkohol berlebih (Widyastuti, L.,2007). Reaksi antara minyak (trigliserida)
dengan alkohol disebut transesterifikasi Alkohol direaksikan dengan ester untuk
menghsilkan ester baru sehingga terjadi pemecahan senyawa trigliserida untuk mengadakan
migrasi gugus alkil antar ester dan ester baru yang dihasilkan adalah metil ester (biodiesel)
(Darnoko, 2000). Biasanya dalam pembuatan biodiesel digunakan metanol berlebih supaya
minyak ataupun lemak yang digunakan terkonversi secara total membentuk ester. Kelebihan
metanol dapat dipisahkan dengan proses destilasi. Metanol yang diperoleh kembali ini dapat
digunakan lagi untuk proses pembuatan biodiesel selanjutnya. Pada tahap ini juga perlu dijaga
agar air tidak terakumulasi pada alur pengeluaran metanol.
Setelah reaksi selesai dan metanol telah dipisahkan, terbentuk dua produk utama, yaitu
gliserol dan metil ester. Karena adanya perbedaan densitas (gliserol 10 lbs/gal dan metil ester
7,35 lbs/gal) maka keduanya dapat terpisah secara gravitasi. Gliserol terbentuk pada lapisan
bawah sementara metil ester pada lapisan atas.
Gliserol yang dihasilkan mengandung katalis yang tidak terpakai dan sabun.
Pemurnian gliserol dapat dilakukan dengan penambahan asam membentuk garam dan
dialirkan ke tempat penyimpanan gliserol kotor. Gliserol yang diperoleh biasanya memiliki
kemurnian sekitar 80 – 88 % dan dapat dijual sebagai gliserol kotor.
Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester dicuci dengan air hangat untuk membuang
residu katalis dan sabun, lalu dikeringkan dan dialirkan ke tempat penyimpanan. Metil ester
yang dihasilkan biasanya mempunyai kemurnian 98 % dan siap dijual sebagai bahan bakar
(biodiesel).

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 9


Katalis yang banyak digunakan adalah katalis basa, namun katalis asam juga dapat
digunakan terutama pada minyak nabati yang kadar asam lemak bebasnya lebih tinggi. Katalis basa
yang umum digunakan adalah NaOH, KOH. Karbonat, alkoksida dari natrium dan kalium seperti
natrium metoksida, etoksida, propoksida, dan butoksida (khan,2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi :
1. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada ummnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada tekanan
atmosfer. Kecepatan reksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur semakin
tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai
energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan
karena ini akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama
lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi
reaksi.
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi reaksi
namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis rekasi transesterifikasi baru
dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi
dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis
basa ataupun penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar
sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan suhu reaksi diatas 100°C. Katalis
yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun hetrogen. katalis homogen adalah
katalis yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan dan produk sedangkan katalis
hetrogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan reaktan dan produk. Katalis homogen
yang banyak digunakan adalah alkoksida logam, seperti KOH dan NaOH dalam alkohol,
selain itu dapat juga digunakan katalis asam cair misalnya asma sulfat, asam klorida dan asam
sulfonat.
Penggunaan katalis homogen mempunyai kelemahan, yaitu bersifat korosif, sulit
dipisahkan dari produk dan katalis tidak dapat digunakan kembali. Saat ini banyak
industri menggunakan katalis hetrogen yang mempunyai banyak keuntungan dan

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 10


sifatnya yang ramah lingkungan yaitu tidak bersifat korosif, mudah dipisahkan dari
produk dengan cara filtrasi serta dapat digunakan berulang kali dalam jangka waktu yang
lama. Katalis basa (KOH, NaOH) lebih efisien dibanding dengan katalis asam pada reaksi
transesterifikasi. Transmetillasi terjadi kira-kiara 4000 kali lebih cepat dibandingkan dengan
katalis asam dengan jumlah yang sama. Konsentrasi katalis basa divariasikan antara (0,5 - 1,5)%
dari massa minyak. (Widyastuti, L., 2007)
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang berlangsung
lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang
dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggal pun terbentuk. Dampak
pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistem tunggal terbentuk maka
pengudukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa.

2.5 Bahan Bakar Diesel (Solar)


Bahan bakar solar tersusun atas ratusan rantai hidrokarbon yang berbeda, yaitu pada
rentang 12 sampai 18 rantai karbon. Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak solar meliputi
paraffin, naftalena, olefin dan aromatic (mengandung 24% aromatic berupa benzene,
toluene, xilena dan lain-lain), dimana temperatur penyalaannya akan menjadi lebih
tinggi dengan adanya hidrokarbon volatile yang lebih banyak.

Karakteristik Solar

No parameter Batas nilai Metode uji


MIN MAX
1 Densitas pada 15°C, Kg/m3 815 870 ASTM D 1298
2
2 Viskositas kinematik pada 40°mm /s 2.0 5.0 ASTM D 445
(cSt)
3 Angka Setana 45 - ASTM D 613
4 Titik Nyala 60 - ASTM D 93
5 Titik Tuang - 18 ASTM D 97
(Wahyuni, A.I. 2008)

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 11


2.6 Pemakaian Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Diesel
Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari berbagai
efek pamakaian minyak nabati sebagai bahan bakar motor diesel baik secara murni biodiesel 100
(B100) maupun campuran biodiesel dengan solar seperti B10, B20 dan seterusnya
menunjukkan bahwa kinerja motor diesel yang memakai biodiesel sebagai bahan bakar
adalah mendekati dengan dengan kinerja motor diesel. Jadi sifat-sifat fisis biodiesel masih
mendekati sifat-sifat fisis bahan bakar solar. Agar biodiesel dapat dipergunakan sebagai
pengganti bahan bakar diesel maka sifat-sifat fisis biodiesel harus sama dengan sifat-sifat fisis
solar.
Jika sifat-sifat fisis biodiesel belum sama dengan sifat-sifat fisis solar akan
menyebabkan derajat atomisasi minyak biodiesel pada sistem injeksi akan kurang baik dari
pada bahan bakar solar. (Wibowo, C. S., 2008)
Untuk mendapatkan kinerja yang optimum pada sistem injeksi motor diesel ada 3 pilihan
yang dapat dilakuklan,yaitu :
1. Modifikasi sifat-sifat fisika-kimia minyak nabati, agar sesuai dengan sifat-sifat fisika-
kimia bahan bakar diesel.
2. Modifikasi peratan injeksi untuk mendapatkan atomisasi yang memuaskan pada ruang
bakar mesin.
3. Kombinasi dari kedua modifikasi diatas dan yang dilakukan sekarang oleh peneliti-peneliti
ilmiah adalah modifikasi sifat-sifat fisika-kimia minyak nabati sebagai berikut :
a. Menggunakan campuran minyak nabati dengan bahar bakar diesel fosil (solar)
b. Mengubah komposisi kimiawinya melalui suatu proses sederhana seperti proses
transesterifikasi.

2.7 Emisi Gas Buang

2.7.1 Bahan Pencemar (Polutan)


Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari gas buang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori sebagai berikut :

1. Sumber
Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti
nitrogen oksida (NOx) dan karbon-karbon (HC) langsung dibuang ke udara bebas dan
mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3)

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 12


dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia
atau oksidasi.

2. Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan anorganik. Polutan organik


mengandung karbon dan hydrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen,
sulfur atau fosfor. Contohnya hidrokarbon, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan anorganik
seperti karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lain-lain.

3. Bahan penyusun
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan,
dan cairan seperti debu, asap, abu, kabut dan spray. Partikulat dapat bertahan di atmosfer
sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.
a. Partikulat
Polutan patikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan
fasa padat yang terdispersi dalam udara dan magnetik asap. Fasa padatan tersebut berasal dari
pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara sehingga terjadi tingkat ketebalan asap
yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk
meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kenderaan.
Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan ke dalam silinder
motor terlalu besar atau apabila butir-butir berkumpul menjadi satu maka akan terjadi
dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon-karbon padat atau angus. Hal ini
disebabkan karena pemanasan udara yang bertempratur tinggi tetapi penguapan dan
pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat berlangsung
sempurna terutama pada saat-saat dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu
pada waktu daya motor akan diperbesar misalnya untuk akselerasi maka terjadinya
angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak maka gas buang yang
keluar dari gas buang motor akan berwarna hitam.( Naibaho, K.,2009)
b. UHC (Unburned Hidrocarbon)
Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena
campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran
kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang
pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon jika

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 13


baru saja dihidupkan atau berputar bebas atau pemanasan.
Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang
meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah
hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar ditangki bahan bakar dan dari
kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol,yang
disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga
akan menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel
terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas
mampu bakar.
c. Carbon Monoksida (CO)
Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) Sebagai hasil
pembakaran sempurna. karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa
dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila
karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira-kira 85% dari berat dan sisanya hidrogen)
terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara
bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris dan terjadi selama idling dapat beban
rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika
campuran udara bahan bakar gemuk, bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.
d. Nitrogen Oksida (NOX)
Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan
dalam masalah polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang
langsung ke udara bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. Nitrogen
monoksida ((NO) merupakan gas berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Gas NO merupakan gas yang berbahaya karena mengganggu syaraf
pusat.gas NO terjadi karena adanya reaksi antara N 2 dan O2 (Naibaho, K.,
2009 ) Persamaan reaksi N2 dan O2 sebagai berikut :

O2 2O

N2 + O NO + N

N + O2 NO + O

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 14


2.7.2 Pengendalian Emisi Gas Buang
Tingkat polusi udara dari mesin kendaraan tidak hanya dipengaruhi oleh teknologi
pembakaran yang diterapkan dalam sistem itu saja tetapi juga besar dipengaruhi oleh
mutu bahan bakar yang dipakai. Dari segi kualitas bahan bakar Indonesia sangat jauh
tertinggal dari negara-negara lain. Emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran
kendaraan bermotor pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mengatasi
kendaraan bermotor diesel yang menghasilkan emisi gas buang yang relatif besar sehingga
terjadi pencemaran lingkungan (tidak ramah lingkungan) dipergunakan bahan bakar B10 dan
B20 yang dapat menurunkan emisi gas buang sehingga pencemaran udara dapat diperkecil atau
bahan bakar ini ramah lingkungan.

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 15


BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
 Jarak Pagar yang (Jatropha curcas) banyak dijumpai di Indonesia sering ditanam
sebagai pembatas pekarangan dan juga pagar. Tanaman jarak pagar menghasilkan biji
yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu sekitar 30 – 50%.
 Biodiesel merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan karena emisi gas
buangannya sedikit. Bahan baku produksi biodisel antara lain, jagung, singkong, ubi,
dan jarak.
 Proses pembuatan biodiesel menggunakan proses transesterifikasi. Transesterifikasi
adalah proses trigliserida bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk
menghasilkan biodiesel dan gliserol.
 Bahan bakar solar tersusun atas ratusan rantai hidrokarbon yang berbeda,
yaitu pada rentang 12 sampai 18 rantai karbon. Hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak solar meliputi paraffin, naftalena, olefin dan aromatic.
 sifat-sifat fisis biodiesel masih mendekati sifat-sifat fisis bahan bakar solar. Agar biodiesel
dapat dipergunakan sebagai pengganti bahan bakar diesel maka sifat-sifat fisis biodiesel
harus sama dengan sifat-sifat fisis solar.
 Emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor pada umumnya
berdampak negatif terhadap lingkungan.Untuk mengatasi kendaraan bermotor diesel yang
menghasilkan emisi gas buang yang relatif besar sehingga terjadi pencemaran
lingkungan (tidak ramah lingkungan) dipergunakan bahan bakar B10 dan B20 yang dapat
menurunkan emisi gas buang sehingga pencemaran udara dapat diperkecil atau bahan
bakar ini ramah lingkungan.

3.2 Saran

 Hendaknya proses pembuatan biodiesel dilakukan lebih memperhatikan prosedur


pembuatan dan lebih hati-hati dalam penggunaan katalis basa serta
pencampurannya.

 Hendaknya mesin Diesel yang akan digunakan direkondisi terlebih dahulu agar bisa
didapatkan kondisi mesin yang optimal.

BIODIESEL TANAMAN JARAK Page 16

Anda mungkin juga menyukai