Anda di halaman 1dari 13

https://www.dictio.

id/t/bagaimana-caranya-untuk-mendapatkan-minyak-atsiri/13044

https://dewismkn1tmg.wordpress.com/2013/04/12/bab-iv-pembuatan-minyak-atsiri/

http://nyotnyanianiot.blogspot.com/2012/10/proses-pemisahan-minyak-atsiri-dengan.html

Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut:

1. Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak.

Dasar dari metode ini adalah memanfaatkan perbedaan titik didih.

Gambar Alat distilasi

2. Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang cocok.

Dasar dari metode ini adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri sangat mudah
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Digunakan untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak tahan pemanasan, seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini
apabila kadar minyak di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan
metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak
atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut
sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.

3. Metode pengepresan atau pemerasan.

Metode ini hanya bisa dilakukan terhadap simplisia yang mengandung minyak atsiri
dalam kadar yang cukup besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam proses.
Digunakan untuk jenis minyak atsiri yang mudah mengalami dekomposisi senyawa
kandungannya karena pengaruh suhu, dapat disari dengan metode pengepresan, yaitu
pemerasan bagian yang mengandung minyak. Contohnya adalah minyak atsiri yang
terdapat di dalam jeruk.

4. Metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin (enfleurage).

Metode ini disebut juga metode enfleurage. Cara ini memanfaatkan aktivitas enzim yang
diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri dipanen.
Minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah kecil di dalam bagian tertentu tanaman,
misalnya kelopak bunga, dapat diperoleh dengan metode enfleurage. Metode ini
menggunakan minyak lemak yang dioleskan secara merata membentuk lapisan tipis
pada lempeng kaca.
Selanjutnya bagian tanaman yang sudah diiris-iris ditaburkan di atas lapisan tersebut dan
dibiarkan selama waktu tertentu. Secara teratur, bahan tanaman diganti dengan yang baru
sampai minyak lemak jenuh dengan minyak atsiri. Selanjutnya minyak lemak dikumpulkan dan
dilakukan penyarian minyak atsiri dengan pelarut organik.

Pelaksanaan Distilasi

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan proses distilasi. Salah satu di
antaranya adalah penyiapan dan penyimpanan bahan baku. Pada penyiapan bahan baku
meliputi perencanaan yang matang tentang beberapa hal, yaitu pemakaian bahan dalam
keadaan segar, pemakaian bahan dalam keadaan kering, pemakaian bahan dalam bentuk
serbuk, bahan harus diiris atau dipotong-potong.

Minyak atsiri dihasilkan pada bagian tanaman yang berbeda, misalnya rambut kelenjar, kelenjar
minyak, sel minyak dan sebagainya. Minyak yang disimpan di dalam sel hanya dapat
dikeluarkan melalui proses difusi pada distilasi uap setelah menembus jaringan tanaman.
Apabila dinding sel tanaman itu masih berada dalam keadaan utuh, maka gerakan difusi berjalan
lambat.

Cara yang paling efisien untuk mempercepat proses difusi adalah dengan merusak dinding sel
itu melalui proses penumbukan dan pemotongan bahan. Apabila difusi berjalan lebih cepat,
maka dengan sendirinya penguapan akan berlangsung cepat pula. Cara penumbukan dan
pemotongan tergantung pada bagian tanaman yang akan dipakai.

 Bunga, daun, dan bagian lain yang tipis serta tidak berserat relatif tidak memerlukan pengecilan
ukuran karena dinding sel nya yang tipis. Kondisi dinding sel itu tidak menjadi penghalang bagi
pemindahan dan pergerakan minyak yang dipengaruhi oleh uap air pada proses distilasi.
 Buah dan biji harus ditumbuk untuk menghancurkan dinding sel, sehingga minyak menjadi
mudah mengalir dan terbawa uap air.
 Akar, cabang, tangkai dan bahan lain yang berkayu sebaiknya dipotong-potong menjadi bagian
yang berukuran lebih kecil agar kelenjar minyak terbuka. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah
uap air melewati ruang kosong yang berada di antara bahan akar dan cabang yang tidak
dipotong-potong. Uap yang demikian tidak akan mengadakan kontak dengan partikel tanaman
yang mengandung minyak atsiri. Dengan alasan itu, maka bagian kayu harus digergaji sebelum
didestilasi.

Dengan demikian, sebenarnya tujuan utama dilakukannya pemotongan, penyerbukan atau


penghancuran adalah untuk memudahkan proses pengaliran minyak atsiri keluar dari sel akibat
dorongan uap air yang melewati sel tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan pula adalah fakta
bahwa hilangnya minyak akibat penguapan dan oksidasi sebenarnya justru terjadi pada saat
bahan baku tanaman diserbukkan dengan alat mesin penumbuk yang berputar.

Dalam hal ini, panas yang ditimbulkan oleh mesin memberikan kontribusi terhadap kehilangan
minyak, disamping faktor sirkulasi udara dan komposisi senyawa kandungan minyak. Pekerjaan
distilasi harus segera dilakukan pada bagian tanaman yang sudah dipotong, diserbuk atau
dihancurkan itu. Apabila tidak demikian, maka akan terjadi dua peristiwa yang merugikan, yaitu:

1. Penguapan minyak atsiri


2. Perubahan komposisi minyak yang menyebabkan perubahan bau.

Penyebab utama terjadinya perubahan komposisi adalah karena minyak atsiri memang tersusun
atas banyak senyawa yang mempunyai titik didih berbeda.

Sebagai contoh adalah minyak kandungan biji caraway yang mengandung senyawa lemonen
dengan titik didih lebih rendah dari senyawa karvon. Kehilangan senyawa yang mempunyai
perbedaan titik didih pada biji caraway yang sudah dihancurkan dan terlalu lama berhubungan
dengan udara bebas akan menyebabkan perubahan berat jenis minyak atsiri.

Pada penyimpanan bahan baku secara benar harus dilakukan terhadap bahan baku yang tidak
langsung didistilasi setelah pemanenan. Perlakuan selama penyimpanan itu menentukan banyak
sedikitnya minyak atsiri yang hilang secara perlahan-lahan sebagai akibat terjadinya peristiwa
oksidasi atau resinifikasi. Untuk menghindari keadaan kehilangan, bahan baku harus disimpan di
dalam ruangan yang mempunyai suhu rendah dan bebas aliran udara. Kalau memungkinkan,
sebaiknya ruang penyimpanan dilengkapi dengan mesin pendingin ruang.

Hilangnya minyak atsiri selama penyimpanan bahan baku kering ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu keadaan umum bahan, lama dan cara penyimpanan, dan komposisi kimiawi
senyawa kandungan minyak.

Walaupun banyak perkecualian, bahan tanaman yang relatif lunak, seperti mahkota bunga dan
daun, akan lebih banyak berpeluang kehilangan minyak atsiri selama penyimpanan. Biji, kayu
dan buah relatif lebih mampu menahan minyak yang terkandung, bahkan sampai bertahun-tahun
dalam penyimpanan.

Minyak atsiri yang diperoleh melalui distilasi bahan baku tanaman basah, layu, dan kering dapat
mempunyai perbedaan sifat fisiko kimia. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk mencantumkan
keadaan bahan baku itu pada label tempat penyimpanan minyak. Ada bahan baku yang apabila
didistilasi dalam keadaan kering akan menghasilkan minyak yang bercampur dengan bahan
yang bersifat kental, seperti resin. Ada pula bahan baku yang apabila disuling dalam keadaan
segar akan menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai kelarutan dalam pelarut organik lebih
tinggi dibandingkan minyak hasil penyulingan bahan kering.
PEMBUATAN MINYAK ATSIRI
12Apr

1. A. MANFAAT DAN FUNGSI MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri (minyak eteris/minyak terbang) merupakan minyak yang dihasilkan oleh
tanaman. Memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,
memiliki rasa getir, berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, Umumnya larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air dan biasanya diperoleh dari akar, batang,
daun, bunga tanaman dengan cara mengekstraksi.

Berikut merupakan fungsi dari minyak atsiri :

— Membantu proses penyerbukan

— Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan

— Sebagai cadangan makanan dalam tanaman

— Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman
yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.

— Minyak atsiri disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada juga yang
terbentuk dalam pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak terpentin dari pohon pinus.

Beberapa manfaat minyak atsiri adalah :

— Sebagai flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman

— Antiseptik obat-obatan

— Pembuatan kosmetik, parfum

— Sebagai pencampur rokok kretek.

— Sebagai aroma terapi

— Obat gosok

— dll

1. B. SUMBER MINYAK ATSIRI


Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies tanaman yang
termasuk famili Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan
Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun,
bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Citronela (Sereh) Cymboopogo Nardus R Ceylon
Patchouly (Nilam) Pogostemon cablin benth Malaysia
Cajuput (kayu putih) Melaleuca Leudendron L Indonesia
Bay Pimenta Ocris Dominika
Cassia Cinnampmum Cassia L. China
Cedar Leaf Thuya accidentalis Vermont
Eucalyptus Eucalyptus sp. Australia, Uruguay
Lemon grass Cymbopogan Citratus Madagaskar, Guatemala
Cherry laurel Prunus laurocerasus L. Prancis

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Cananga (kenanga) Canana odorata Hook Indonesia
Champaka (cempaka) Michelia campaca L. Madagaskar, Filipina
Clove (Cengkeh) Caryophillus aromaticus L. Zanzibar, Madagaskar, Indonesia
Basil Ocimum basilieum Madagaskar
Chamoomile Matricaria chamomile L. Jerman, Hongaria
Lavandin Lavandula vera D.C Perancis
Lavender Lavandula Officinalis Chaix Perancis, Rusia
Marjoram Origanum majorana L. Perancis, Afrika
Rose (Mawar) Rose alba L. Bulgaria, Turki
Rosemary Rosmarinus Officinalis L. Tunisia
Sage Salvia Scalera L. Rusia, Perancis

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari biji tanaman

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Caraway Carum Carvi Belanda, Rusia
Cardamom Elettaria Cardamomum India
Carrot Seed (Wortel) Daucus Carota L. Amerika, Eropa
Celery seed (Seledri) Apium Graveolen L. Inggris, India
Croton Croton Triglium L. India, Ceylon
Cumin Cuminum Cyminum L. Maroko, India
Drill Antherium Graveolans Eropa Tengah

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari kulit buah atau buah tanaman

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Juniper Juniperus communis Hongaria, California
Lemon (Sitrun) Citrus medica L. California
Pepper (Lada) Piper nigrum L. Ceylon, Cina, Madagaskar
Pimenta Pimenta officinalic Lindley Jamaika, Inggris
Vanilla (vanili) Vanila Planifolia –
Coriander (ketumbar) Carandum Sativum L. Eropa Tengah
Anise (Adas) Pimpinella anisum L. Rusia, Eropa
Grape fruit Citrus decumana L. Florida, Texas
Fennel Foeniculum Vulgare Mill Eropa Tengah, Rusia

1. C. METODE PEMBUATAN MINYAK ATSIRI

Ada 4 macam metode pembuatan minyak atsiri yaitu :

1. 1. Penyulingan (Destilasi)

Proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau
lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri
yang tidak larut dalam air.

Dalam perkembangan pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistim penyulingan

1. Penyulingan dengan Air (Water distillation)

Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika dibandingkan dua
metode penyulingan yang lain. Pada metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan dalam
ketel suling yang telah diisi air. Dengan begitu, bahan bercampur langsung dengan air. Pada
metode ini, perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat berimbang, sesuai
dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan
dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat
celah yang mengakibatkan uap keluar.
Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa pendingin sehingga
terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki
pemisah. Pemisahan air dan minyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis.

1. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)

Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan
di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan yang terletak beberapa
sentimeter di atas permukaan air. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan
melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri
dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel
kondensator (pendingin).

Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah.
Pemisahan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis.

Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan
dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000C. Lama penyulingan relative lebih singkat,
rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil
dari system penyulingan dengan air.

1. Penyulingan dengan Uap

Pada system ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang letaknya terpisah
dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan
udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk menyuling bahan
baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji-bijan yang relative keras.

1. 2. Ekstraksi dengan Pelarut Mudah Menguap

Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan dan akan
melarutkan minyak serta bahan “non volatile” yang berupa resin, lilin dan beberapa macam
zat warna. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut “extractor”.
Berbagai pelarut yang biasa digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra chlorida,
chloroform, dan pelarut lainnya yang bertitik didih rendah.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri
yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk mengekstraksi minyak dari
bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, ”hyacinth”, ”tuberose”,
”narcissus”, ”gardenis”, ”lavender”, ”lily”, ”minose”, ”labdanum”, ”violet lower” dan
”geranium”.
Pembuatan minyak atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan menggunakan
ekstraktor. Ekstraktor yang digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari bunga terdiri
dari tabung ekstraktor berputar dan tabung evaporator (penguap).

Secara umum, proses pembuatan minyak dilakukan melalui beberapa tahapan :

1. Masukkan bahan baku yang masih segar dan pelarut mudah menguap ke dalam
ekstraktor
2. Putar ekstraktor selama 20 – 60 menit, pelarut akan berpenetrasi ke dalam jaringan
bahan baku dan melarutkan minyak serta bahan ”nonvolatile” berupa resin, lilin dan
beberapa macam zat warna.
3. Selanjutnya pisahkan larutan hasil ekstraksi dari ampas
4. Larutan hasil ekstraksi kemudian didistilasi dalam evaporator vakum pada suhu
rendah, yaitu 450C.
5. Pelarut akan menguap dan meninggalkan larutan semipadat berwarna merah
kecoklatan yang disebut concrete (merupakan campuran dari minyak atsiri, lilin dan
resin).
6. Concrete diaduk dan dilarutkan dalam alkohol panas. Larutan alkohol ini mampu
mengikat minyak atsiri dengan sempurna.
7. Selanjutnya, larutan concrete didinginkan pada suhu -50C hingga mengendap dan
berbentuk lilin.
8. Endapan lilin selanjutnya diperas dan disaring hingga keluar larutan jernih
9. Larutan jernih hasil pemerasan selanjutnya didistilasi ulang untuk memisahkan
minyak dengan alkohol yang mengikatnya.
10. Distilasi dilakukan dalam kondisi vakum dan pada suhu rendah (450C) hingga
diperoleh larutan kental yang disebut dengan absolute (larutan minyak atsiri yang
dijual dengan harga tinggi).

Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan pelarut mudah menguap
:

1. 3. Ekstraksi dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)

Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-bungaan, dalam
rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Pada umumnya bunga setelah
dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya
dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap
dalam waktu singkat. Kegiatan bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati
jika kena panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik, sedangkan minyak atsiri yang
terbentuk sebelumnya sebagian besar telah menguap. Untuk itu ekstraksi dengan pelarut
mudah menguap menghasilkan rendemen minyak yang rendah.

Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik, proses fisiologi
dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar tetap berlangsung dalam
waktu selama mungkin sehingga bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menggunakan lemak hewani atau nabati.

Sama halnya dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, ekstraksi minyak atsiri dengan
metode lemak dingin memerlukan evaporator untuk memisahkan minyak atsiri dari lilin dan
alkohol pelarutnya. Selain itu, dibutuhkan lempeng kaca dan rak tertutup pada proses
absorbsi minyak atsiri dari bunga. Sedang bahan penunjang yang digunakan yaitu lemak dan
alkohol. Lemak berfungsi sebagai adsorben atau penyerap minyak atsiri dari bunga.
Sementara alkohol digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak.

Metode enfleurasi dilakukan dengan beberapa tahapan :

1. Pilih bunga yang masih kuncup dengan tingkat ketuaan optimum, lalu tangkai bunga
dihilangkan
2. Selanjutnya, oleskan lemak yang akan digunakan sebagai adsorben pada lempeng
kaca setebal 1–2cm. Agar diperoleh luas bidang permukaan yang lebih besar untuk
penyerapan, lapisan lemak hendaknya diberi beberapa goresan.
3. Bunga yang telah dihilangkan tangkainya kemudian ditebarkan di atas lapisan lemak
secara merata. Semakin lebar bidang bunga yang kontak langsung dengan lemak akan
semakin baik.
4. Selanjutnya, simpan lempengan kaca beserta lemak dan bunga dalam lemari atau rak
tertutup.
5. Setelah 24 jam, bunga lama dapat diganti dengan bunga baru. Penggantian bunga
perlu dilakukan secara hati-hati agar lemak yang terbawa sedikit mungkin.
Penggantian bunga perlu dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh minyak
berkomponen kimia tinggi, yang dicirikan dengan terciumnya aroma yang kuat.
Lemak yang mengandung minyak disebut pomade.
6. Pomade yang telah mengandung minyak bunga selanjutnya diangkat dari lapisan kaca
dan ditampung dalam wadah, dan dicampur dengan alkohol panas sampai larut dan
diaduk agar homogen.
7. Selanjutnya, simpan larutan pada suhu dingin agar lemak membeku dan mudah
dipisahkan.
8. Pemisahan lemak dilakukan dengan pemerasan dan penyaringan sampai larutan bebas
lemak.
9. Selanjutnya, larutan yang mengandung minyak dievaporasi pada suhu rendah sampai
diperoleh absolute.

Persyaratan lemak yang dipakai agar absolute yang dihasilkan optimal, diantaranya adalah :

1. Tidak berbau dan tidak berwarna, bau dan warna pada lemak akan mempengaruhi
mutu absolute.
2. Mempunyai konsistensi tertentu, lemak yang terlalu keras mempunyai daya adsorbsi
yang rendah.
3. Titik cair optimal lemak adalah 36 – 370C, jika suhu terlalu rendah, daya adsorbsi
lemak semakin tinggi namun, proses deflourasi (pengambilan bunga layu) menjadi
sulit karena banyak lemak yang menempel pada bunga. Sementara jika titik cair di
atas 370C, proses deflourasi semakin mudah, tetapi daya adsorpsi lemak menurun.
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan proses enfluerasi :

1. 4. Ekstraksi dengan Lemak Panas (Maserasi)

Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak berbeda jauh dengan metode lemak
dingin. Bahan dan peralatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya
terletak pada bagian awal proses, yaitu menggunakan lemak panas. Sedang alat yang
digunakan yaitu evaporator vakum. Selain itu, dibutuhkan wadah berupa bak atau baskom
untuk merendam bunga dalam lemak panas. Bahan yang diperlukan dalam metode maserasi
yaitu lemak dan alcohol. Lemak digunakan sebagai adsorben, sedangkan alcohol digunakan
untuk melarutkan lemak.

Metode maserasi dilakukan dengan beberapa tahapan :

1. Mula-mula pilih bunga yang bagus dengan tingkat ketuaan optimum (belum mekar
penuh).
2. Selanjutnya, rendam bunga dalam lemak yang telah dipanasi sampai suhunya
mencapai 800C (kondisi cair) dan biarkan selama satu malam.
3. Keesokan harinya tambahkan alkohol panas dalam lemak, lalu aduk dan saring untuk
memisahkan bunganya.
4. Selanjutya, simpan campuran lemak dan alkohol dalam pendingin agar membeku
sehingga mudah dipisahkan.
5. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sampai larutan benar-benar bebas dari
lemak.
6. Larutan yang bebas lemak tersebut selanjutnya dievaporasi pada kondisi vakum
sampai diperoleh absolute.

Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan proses maserasi :

1. 5. Pengepresan (Pressing)

Adalah Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah atau kulit luar yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus.
Hal ini disebabkan minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika
diekstraksi dengan cara penyulingan. Dengan pengepresan maka sel-sel yang mengandung
minyak akan pecah dan minyak akan mengalir ke permukaan bahan. Beberapa jenis minyak
yang dapat diekstrasi dengan cara pengepresan adalah minyak “almon”, “apricot”, “lemon”,
minyak kulit jeruk, “mandarin”, “grape fruit”, dan beberapa jenis minyak lainnya.

Pada metode pegepresan, alat yang digunakan berupa mesin pengepres. Alat ini bekerja
dengan cara menekan bahan baku hingga sel penghasil minyak akan pecah dan minyak akan
keluar.
1. D. BEBERAPA CONTOH MINYAK ATSIRI
2. CENGKEH (Eugenia aromatica )

 Tanaman cengkeh merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang dapat diperoleh
dari seluruh bagian tanamannya
 Dari daun segar, daun gugur dan bunga.
 Kadar minyak dari daun gugur berkisar antara 1%, sedangkan dalam bunga 15-16%.
 Selain bunga kering sebagai hasil utama, maka daun gugur dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan minyak dengan cara penyulingan.

1. AKAR WANGI ((Vetivera zizonioides)

 Tanaman akar wangi merupakan tanaman penghasil minyak akar wangi (vitiver oil
)yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
 Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan ketingginan antara 1000 –
2000 meter dari permukaan laut dengan produksi 15 – 30 ton per tahun.
 Kadar minyak dalam akar wangi berkisar 1 – 1,5 % sehingga jumlah prduksi minyak
akar wangi 150kg – 300 kg per hektar per tahun.
 Perlu diketahui bahwa jika ditinjau dari segi agronomi, sosial ekonomi dan teknis,
maka pertanaman akar wangi mudah diusahakan oleh masyarakat sekitar, dengan
umur panen 9 – 12 bulan.

1. Nilam (Pogostemon cablin)

 Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak nilam yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi.
 Tanaman ini tumbuh dengan baik pada ketinggian tanah antara 0 – 1000 m dengan
produksi 10 – 20 ton daun layu per hektar per tahun dengan periode 3 – 4 persen per
tahun.
 Tanaman ini perlu diperbaharui setiap 5 – 7 tahun sekali.
 Minyak yang dihasilkan berkisar antara 100 – 200 kg minyak per hektar per tahun

1. Pala ( Myristica fragans )

 Dari seluruh bagian tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah buahnya.
 Buah pala terdiri dari 4 bagian yaitu daging, fuli, tempurung dan biji.
 Biji pala dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai rempah-rempah dan minyaknya
diperoleh melalui penyulingan dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan
kosmetika.
 Biji pala dapat menghasilkan rata-rata 12% minyak atsiri dan dari fuliberkisar antara
7-18%.
1. Jahe (Zingiber Officinale)

 Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi
dengan menggunakan pelarut organic.
 Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bisa dibuat sebagai oleoresin.
 Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis, dan mempunyai kekuatan lebih bila
dibandingkan dengan bahan asalnya.
 Penggunaan oleoresin dalam industri lebih disukai, karena aromanya lebih tajam dan
dapat menghemat biaya pengolahan.

1. E. UJI DAN STANDARD MUTU MINYAK ATSIRI

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-kriteria tertentu.
Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas, sifat fisik dan sifat kimia minyak
atsiri sesuai dengan bahan asalnya dan mencantumkan komponen utama minyak atsiri
sehingga menunjukkan keaslian serta untuk menghindari pemalsuan dari minyak atsiri
tersebut. Adanya bahan-bahan asing yang tercampur akan merusak mutu minyak tersebut.
Standard mutu minyak atsiri diantaranya dapat ditentukan dari berat jenis, indeks bias,
putaran optic, bilangan asam dan kelarutan dalam alcohol.

1. Berat Jenis (densitas)

Berat jenis atau densitas merupakan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada
volume air yang sama dengan volume minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat
komponen yang terkandung di dalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam
minyak, semakin besar pula nilai densitasnya.

1. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan
kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri
berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang
dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis di mana komponen penyusun minyak atsiri dapat
mempengaruhi indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti
sesqueterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium
minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan.
Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks bias
juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak tersebut.
Semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat
air yang mudah membiaskan cahaya yang datang. Jadi, minyak atsiri dengan nilai indeks bias
besar lebih bagus dibandingkan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.

1. Putaran Optik

Sifat optic minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter. Nilainya
dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri memiliki sifat memutar bidang
polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau kea rah kiri (levorotary) jika ditempatkan dalam
cahaya yang dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat menentukan criteria
kemurnian suatu minyak atsiri.

1. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang
semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri.

Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau berada pada
kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang
dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya, terbentuklah senyawa asam. Semakin banyak bidang
kontak minyak atsiri dengan udara, semakin banyak pula senyawa asam yang terbentuk.
Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri, terutama golongan aldehid, dapat membentuk
gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak
langsung dengan udara, proses oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperature
yang tinggi saat proses menghasilkan minyak.

1. Kelarutan Dalam Alkohol

Telah diketahui bahwa alcohol merupakan gugus OH–. Karena alcohol dapat larut dengan
minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat
komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang
menyatakan bahwa kelarutan minyakk dalam alcohol ditentukan oleh jenis komponen kimia
yang terkandung di dalamnya. Pada umumnya, minyak atsiri yang mengandung
persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yan
mengandung terpen. Semakin tinggi kandungan terpen, semakin rendah pula daya larutnya
atau semakin sukar larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen tak teroksigenasi
merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri dalam alcohol (biasanya alcohol
90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.

1. F. OLEORESIN

Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organic. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bias
dibuat sebagai oleoresin. Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis dan mempunyai
kekuatan lebih bila dibandingkan dengan bahan asalnya. Penggunaan oleoresin dalam
industry lebih disukai karena aromanya lebih tajam dan dapat menghemat biaya pengolahan.

Oleoresin dapat diperoleh dari kulit kayu manis segar atau dari kulit kayu manis sisa
penyulingan dengan metode ekstraksi. Alat yang digunakan terdiri dari sebuah ekstraktor
yang dilengkapi dengna sebuah pengaduk dank oil pemanas. Sumber panas berasal dari
sebuah ketel uap yang juga digunakan pada ketel suling. Ekstraktor ini juga berfungsi sebagai
alat pemisah yang memisahkan oleoresin dan pelarut.

Anda mungkin juga menyukai