Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN SISTEM KESEHATAN

Di
S
U
S
U
N
Oleh
M.nurhabibi
(1616010071)

Fakultas kesehatan masyarakat


Universitas serambi mekkah
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana. Makalah ini berisikan tentang pengertian system informasi nasional dan
perkembangan system informasi nasional yang ada di Indonesia, Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh 04 desember 2017

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan yang
proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua baik pemerintah, swasta, masyarakat. Penggalian
informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan merupakan sumber utama dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan.

Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan
yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering dengan era desentralisasi
berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik pemerintah pusat atau daerah,
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan
program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan
otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di tingkat dinas kesehatan dan
puskesmas mau pun rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah :

1. Apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional ?


2. Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia.
3. Apakah kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ?
4. Bagaimana Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Saat sekarang ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetehahui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional!


2. Untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia!
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan nasional!
4. Untuk menjelaskan perkembangan sistem informasi kesehatan nasional saat sekarang !
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh


tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada
masyarakat. Parturan perundangundanganyang menyebutkan sistem informasikesehatan adalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua
Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi
kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkanstate of the art teknologi
informasi serta tidak berkaitan dengan system informasi nasional.Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan
tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulaipada akhir 80’an.
Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan untuk mendukung
operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada.

Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha
mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan
dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah
sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.Ketidakberhasilan
dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang
kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors)
dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh.

Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi didunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang
lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem
yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sector mempunyai
dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Dalam era seperti saat ini, begitu banyak kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta
dan penggunaan teknologi, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,
kemajuan teknologi , baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan
sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan
murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun cara untuk dapat dilakukan melalui media
, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan
teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah
ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.Rumah Sakit, sebagai salah satu
institusi pelayan kesehatan masyarakatakan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya.
Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman
bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien.

Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis
tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi
terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumahsakit juga harus mengelola dana untuk
membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
menggunakan sisikemajuan, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalamupanya
membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secaramanual. Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang
hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutuyang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri,
sertaditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai pemerintahdalam upaya upaya
kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telahditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangunsedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,
kabupaten danseterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes
tersebut.Setiap jenjang tersebut memiliki sistemkesehatan yang yang saling terkait mulai dari
pelayanan kesehatan dasar didesa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.Jaringan sistem
pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasiyang saling mendukung dan terkait,
sehingga setiap kegiatan dan programkesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh
masyarakat dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya.

2.2 Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidak
kompakan antar badan kesehatan.Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat
rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi. Sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi dalam implementasinya disebut sebagai Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Padapembahasan
selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis.
Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi atau teknologi informasi dalam sistem
informasi suatu organisasi adalah :

a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.


b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari bahwa pengembangan sistem
informasi tidak pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem

Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang
baru. Oleh karena itu, sistem informasi memilikiumur layak guna. Panjang pendeknya umur
layak guna sistem informasitersebut ditentukan diantaranya oleh:

a. Perkembangan organisasi tersebut


b. Perkembangan teknologi informasi
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.

1.3 Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di Indonesia

Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut


SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke
pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem
informasikesehatan yang terintegrasi baik di dalam kesehatan (antar program danantar jenjang),
dan di luar kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan
informasi di pusat.

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak Pelita I diatur


secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil dan Kandep.Dengan demikian di
beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakan komputerisasi.

Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi pada tahun 1997
– 1998 yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pengembangan SIKNAS, sehingga
pada tahun 2001 pengembangan SIKNAS pelaksanaannya di Desentralisasi.Namun dengan
desentralisasi pelaksanaan SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini
dikarenakan belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan
Pelaporan yang ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh
daerah.

Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan mengeluarkan Keputusan


tentang KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS melalui KEPMENKES NO.511 DI KAB/KOTA
melalui KEPMENKES NO.932 dengan konsep Pendekatan Baru dalam Pengembangan SIKNAS
di Era Otonomi Daerah.

A. Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada :


1. Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen
6. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat

Indikator : telah terbentuk jaringan iasic online dari seluruh Dinkes Kabupaten/Kota ke
Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk komunikasi data & informasi secara
terintegrasi dalam kerangka Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

1. Indikator/Target Tahunan :
o Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi
antara 80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen
Kesehatan.
o Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi
anatara 90 % Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat,
dan 100% UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan.
o Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi
antara seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT
Pusat dengan Departemen Kesehatan
o Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara
seluruh Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik
pemerintah maupun swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat
dengan Departemen Kesehatan
o Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan
Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Berdasarkan
Perodenya)

2.4.1 Kelebihan

A. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan

Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu negara. Keenam komponen
(iasic blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah :

1. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan)


2. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan Teknologi
Kesehatan)
3. Health Workforce (Tenaga Medis)
4. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan)
5. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan)
6. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan)

B. SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia

Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu :

1. Upaya Kesehatan
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
7. Pemberdayaan Masyarakat

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu :
Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan,
informasi kesehatan dan ias kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan
upaya kesehatan nasional agar berdaya guna, berhasil gunam dan mendukung penyelenggaraan
keenam subsitem lain di dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu.

C. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan

Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola
program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang
administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1. Mendukung manajemen kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti
(evidence-based decision)
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7. Membantu penilaian transparansi

2.4.2 Kekurangan

1. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :

A. Faktor Pemerintah
 Standar SIK belum ada sampai saat ini
 Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
 Belum ada rencana kerja SIK nasional
 Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam

B. Fragmentasi

Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau
kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan
tidak iasic dengan pusat.

Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)

Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300
laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu
tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien, format pencatatan dan pelaporan masih
berbeda-beda dan belum standar secara nasional.

C. Sumber daya masih minim

2.4.3 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa
sebagai berikut :

1. Era manual (sebelum 2005)


2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda


sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi – TIK).

1. Era Manual (sebelum 2005)

Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat
melalui berbagai jalan.

Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan.

 Bentuk data : agregat.


 Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
 Sangat beragamnya bentuk laporan.
 Validitas diragukan.
 Data sulit diakses.
 Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit
dioah dan dianalisis.
 Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.

2. Era Transisi (2005 – 2011)

a. Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau
beberapa masih terfragmentasi).
b. Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
c. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
d. Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

3. Era Komputerisasi (mulai 2012)

a. Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).


b. Data iasic (disagregat).
c. Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di
pusat (e-Helath).
d. Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
e. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
f. Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
g. Lebih ramah lingkungan.
2.5 Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Saat ini.

2.5.1 Pendahuluan

Pengembangan sistem informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai PELITA I melalui


sistem informasi kesehatan nasional pada kantor wilayah kementerian kesehatan (KemenKes RI;
2007) semenjak diterapkannya kebijakannya-kebijakan desentralisasi kesehatan, berbagai
kalangan menilai bahwa sistem informasi kesehatan. Kementerian kesehatan selalu mengeluh
bahwa input data dari propinsi, kabupaten/kota sangat berkurang. Di sisi lain beberapa daerah
mengatakan bahwa penerapan sistem inormasi kesehatan semenak era desentralisasi member
dampak yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya motivasi dinas kesehatan
untuk mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas yang memiliki computer, tersedianya
jaringan LAN di dinas kesehatan mapun teknologi informasi lainnya.

Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan sebagai produk
dari era sentralisasi menjadi overlaps , hal ini tentu saja menjadi beban bagi kabupaten.kota.
melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijkan dan StrTEGI
pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota dikembangkan beragai
strategi, yaitu :

1. Integrasi dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada;

2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan;

3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah;

4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;

5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan pengambilan


keputusan;

6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007
tentang pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa dalam setiap
tahunnya; yaitu :

1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan


kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun 2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 % dinas kesehatan
kabupaten/kota, 100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100 % unit
pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun 209.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan UPT pusat
kementeri an kesehatan pada tahun 2010.

Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya mengembangkan
sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.Pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah melalui software atau web. Seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan
sebagainya.

2.5.2 Sistem Informasi Kesehatan

Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan
proseur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai
sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam
perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu
diperlukan dalam pembuatan program kesehatan kulai dari analisis situasi, penentuan prioritas,
pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga
proses evaluasi.

Teknologi informasi member berbagai kemudahan dalam proses managemen di segala


bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara
lebih mudah, akurat dan fleksibel.Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan
teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.

WHO menilai bahwa investasi sistem sistem informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah


kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya,
2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami serta
melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
3. Penguatan evidence based dalam pengambilan kebijakan yang efektif, evaluasi dan
inovasi melalui penelitian.
4. Perbaikan dalam tata kelola, mobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara yang
digunakan.

Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :

1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan, ekonomi
dan demografi.
2. Input sistem kesehatan yang meliputi kebijakan, pembiayaan, simber daya dan organisasi.
3. Output sistem kesehatan, meliputi informasi, kemampuan pelayanan dan kualitas.
4. Hasil sistem kesehatan, meliputi pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi angkan kematian, kesakitan atau ketidakmampuan dan
kesejahteran.

2.5.3 PEMBAHASAN SIKNAS ONLINE

Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat dianalisa
beberapa hal sebagai berikut :

1. Integrated Sistem

Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping itu
berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas kuga
mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya informasi dan
berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sejatinya suatu sistem informasi yang
terintegrasi yang memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di
akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai
keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data, dapat dilihat bahwa data dan
informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya mengembangkan sistem informasi
sendiri.

SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan
puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya. Hal ini
mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam hitungan
hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau
daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga
kebiakan dapat efektif dan efisien.

2. Kemampuan Daerah

Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem


informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah masih
memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan
tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem informasi
membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan perawatan dan
pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih banyak
puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses informasinya.

3. Pemanfaatan dan informasi

Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah kebutuhan
daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program masing-masing.Hal ini
karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh kabupaten/kota
sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.

4. Sumber daya manusia

Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga purna
waktu.

Kini Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari
440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan
Provinsi, melalui jaringan (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang
perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5
buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.

Pengembangan jaringan iasic Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini
telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun
2007.Untuk mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes telah meminta
kepada Dinas-dinas kesehatan untuk menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus yang
mengelola Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-petugas yang
ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari di Bandung pada bulan
Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran
Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang
Evidence Based di Seluruh Indonesia”.

A. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan

Langkah Departemen Keseshatan dalam mengembangkan SIKNAS ONLINE harus


mendapat sebuah penghargaan dan dukungan semua pihak. Pengembangan jaringan iasic Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS ONLINE mempunya tujuan untuk
mengintegrasikan semua komunikasi data yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta
menghapus hirarki antar instansi.Sebenarnya pengembangan SIKNAS ONLINE ini dilakukan
sejak PELITA I tetapi pada saat itu masih bersifat sentralistis.

Berdasarkan informasi dari Departemen Kesehatan melalui situsnya tanggal 15 Januari


2008 Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76% dari 440
Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan Provinsi,
melalui jaringan (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes telah memasang perangkat-
perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5 buah
PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.
Jaringan yang dirancang oleh Departemen Kesehatan ini merupakan upaya untuk
memfasilitasi dan memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
Jaringan (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan untuk keperluan Komunikasi Data
Terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data (intranet dan internet). Diluar dari
permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk keperluan-keperluan lain.

Seharusnya kebijakan dari pusat ditindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di


daerah.Ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan SIKNAS online ini.Berdasarkan presentase dari bapak kepala Pusat Data dan
Informasi Departemen Kesehatan Bambang Hartono dalam pelatihan SIKNAS online di
Bandung yang dilaksanakan pada bulan November 2007 menjelaskan peran tersebut. Peran pusat
yaitu ; menerbitkan kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya yang sejenis dalam rangka
SIKNAS/SIKDA, membantu pengadaan beberapa perangkat untuk membangun jaringan
nasional online sebagai pemicu dan pemacu, membangun jaringan nasional online dan
membayarkan sewa jaringannya sebagai pemicu dan pemacu, menyediakan software “iasic”
untuk komunikasi data, melatih petugas pengelola SIKNAS online (pusat, provinsi, dan
kab/kota), mengupayakan insentif untuk pengelola SIKNAS online sebagai pemicu bagi adanya
tunjangan jabatan fungsional oleh daerah, membantu dan mengkoordinasikan penerapan
aplikasi-aplikasi misalnya konsultasi eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, dan
membantu melakukan advokasi kepada stakeholders daerah utk pengembangan SIKDA.

Sedangkan untuk daerah perannya yaitu menjabarkan kebijakan, standar, pedoman, dan
lainnya sejenis jika diperlukan dan menetapkan surat keputusan Gubernur / Bupati / Walikota
atau Peraturan Daerah, melengkapi perangkat keras iasic untuk Dinas Kesehatan dan jaringan
wilayahnya termasuk unit pelaksanan teknisnya, membangun jaringan online wilayahnya yaitu
jaringan antara Dinas Kesehatan dan unit pelaksanan teknisnya serta swasta, mengembangkan
software “iasic” dan software untuk komunikasi data dalam jaringan wilayahnya, merekrut
petugas pengelola SIKNAS online yang fulltime, mengangkat mereka ke dalam jababatan
fungsional dan membayar tunjangannya, mengembangkan dan menerapkan aplikasi-aplikasi
diantarannya informasi eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, terutama untuk
wilayahnya, memantau, mengevaluasi dan mengembangan SIKDA (Provinsi: SIKDA Provinsi,
Kabupaten/Kota: SIKDA Kabupaten/Kota).

B. Pentingnya Master Plan SIKNAS online

Hal yang harus dilakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan Departemen
Kesehatan adalah dengan membuat Master Plan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional disetiap daerah . Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16 Nopember 2006 seorang
pakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada minat Sistem Informasi Kesehatan menjelaskan tentang pentingnya master plan
sistem informasi berdasarkan pengalaman beliau sebagai konsultan di berbagai perusahaan.
Beliau menemukan banyak perusahaan yang tidak mempunyai master plan sistem informasi dan
langsung mengembangkan sistem informasi dengan bantuan sataf teknologi informasi (TI) baik
internal maupun dengan bantuan vendor (Eksternal).Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-
sekat sistem informasi dalam suatu perusahaan karena masing-masing bagian mengembangkan
sistem informasinya sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin besar, maka semakin
sulit pula dalam pengintegrasian antar satu sistem, sehingga output yang didapatkan pun
berbeda-beda pula.

Dalam tulisannya beliau menganalogikan pentingnya pembuatan master plan ini ibarat
membangun sebuah rumah, karena sangat riskan apabila membangun sebuah rumah tanpa
adanya gambar rencana pembangunannya. Beliau juga menjelaskan mengenai pengertian master
plan sistem informasi yaitu suatu perencanaan jangka panjang dalam pengembangan SI di
perusahaan tersebut, yang dengan baik ias menterjemahkan keinginan baik dari manajemen
(Sistem Owner), pengguna (Sistem User) maupun perubahan – perubahan yang terjadi di dalam
maupun di luar organisasi.

Dalam bukunya World Health Organization (WHO) berjudul “Developing Health Management
Information Sistem : A Practical Guide For Developing Countries” menyebutkan ada 10 langkah
dalam mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan yaitu :

1. Meninjau kembali sistem yang telah berjalan, dengan prinsip bahwa jangan merubah sistem
yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-kelemahan dari
sistem yang telah ada.

2. Gambarkan kebutuhan- kebutuhan data yang relavan dari unit –unit dalam sistem kesehatan,
dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda dalam suatu sistem
kesehatan mempunyai peran- peran yang berbeda – beda pula, oleh karena itu keperluan data
berbeda – beda pula. Tidak semua data yang dibutuhkan siap dalam pengumpulan data rutin.Data
yang tidak sering dibutuhkan atau diperlukan hanya untuk bagian dari populasi dapat dihasilkan
melalui studi-studi khusus dan survey sampel.

3. Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif, dengan prinsip
bahwa tidak semua data yang dikumpulkan pada suatu tingkatan tertentu diperlukan dan
disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan data yang lebih rinci pencariannya
langsung ke sumber data, dan persyaratan pelaporan ke tingkatan yang lebih tinggi sebaiknya
dicari ke tingkatan yang lebih rendah.

4. Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip kemampuan
pengumpul data yang akan ditugaskan dengan mengisi formulir yang harus dipertimbangkan
dalam mengembangkan pengumpul data. Kebanyakan pengumpulan data yang efektif dan
perangkat pelaporan adalah yang sederhanan dan lebih singkat.
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data, dengan prinsip bahwa
arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya sebaiknya konsisten dengan
sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan untuk analisis data erta pemanfaatannya.

6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan pengguna
data, dengan prinsip program-program pelatihan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan
tingkatan kelompok yang akan dilatih.

7. Melakukan pre test dan jika diperlukan melakukan perancangan ulang sistem untuk
pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip sebelum sistem diuji
sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum selama pelaksanaannya.

8. Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil akhir dari
monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari-cari kesalahan, dan lebih
mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem bekerja, serta mengidentifikasi apa
yang menjadi penyebab masalah sebagai dasar untuk meningkatkan sistem.

9. Mengembangkan penyebaran data yang efektif dan mekanisme umpan balik, dengan prinsip
bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada penghasil data agar terus
menerus menyediakan data adalah dengan memberikan feedback yang positif dan negative
mengenai keadaan data yang mereka berikan.

10. Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa


pengembangan sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan kemajuan., hal
ini merupakan suatu usaha yang dinamis di mana para manajer dan para pekerja berusaha
memberikan kemajuan terus menerus.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)


online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No.
837 Tahun 2007.
2. SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data
yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi.

3.2 Saran

1. Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes
dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan adanya
fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar tentunya
antara Depkes Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar
Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan
harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang
kesehatan.
2. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
sistem informasi kesehatan
3. Lebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah
DAFTAR PUSTAKA

http://maydwiyurisantoso.wordpress.com/peran-perawat-dalam-kesehatan-masyarakat/

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat


2010.”

http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html (13 .Mei 2008)

Anda mungkin juga menyukai