Tugas Kelompok Melda
Tugas Kelompok Melda
Para ahli kesehatan juga menyakini bahwa memang ada hubungan antara
resiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun tidak secara langsung.
pada keluarga yang banyak anggotanya menderita stroke, kewaspadaan
terhadap faktr-faktor yang dapat menyebabkan stroke lebih di tingkatkan.
D. Mendiagnosa Stroke
E. Pencintraan otak
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat, dan
relatif murah untuk kasus stroke. namun, dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hipeakut. CT Scan telah merepolusi
diagnosis dan penanganan stroke. pemeriksaan CT membatu dalam membedakan jenis stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Dengan CT, dapat ditentukan lokalisasi infark, pendarahan,
dan menyingkirkan penyebab lain, seperti tumor, hematomasubdural yang dapat menyerupai
gejala infark, atau pendarahan diotak. pemeriksaan CT dengan kontras dapat mendeteksi
malformasi vaskuler dan anerisma.
Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan CT Scan atau
MRI. kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke,
apakah pendarahan atau tumor otak. kadang, dilakukan angiography, yaitu penentuan
susunan pembuluh darah/ getah bening melalui kapilaroskopi/ fluoroskopi.
1. Lumpuh
Kelumpuhan sebelah bagian tubuh ( bemiplegia ) adalah cacat yang pling
umum terjadi setelah orang terkena stroke. bila stroke menyerang bagian kiri otak,
maka bagian tubuh yang akan mengalami kelupuhan adalah organ bagian kanan.
kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk
tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan, biasanya bagian yang terkena
dirasakan tidak bertenaga( bemiparesis kanan ).
Bila yang terserang bagian kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu
kelumpuhan organ tubuh sebelah kiri. Bagaimanapun, pasien stroke hemiplegia atau
hemiparesis akan mengalami kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari, seperti
belanja, berpakaian, makan ataupun mengendalikan buang air besar atau kecil.
Bila kerusakan terjadi pada bagian bawah otak ( cerebelum ), maka
kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang.
Tentunya, hal ini berpengaruh pada kesulitan melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan kegiatannya sehari-hari, misalnya bangun dari tempat tidur/duduk; berjalan
atau mengambil makanan. Ada juga pasien stroke mengalami kesulitan untuk makan
dan menelan, hal ini biasanya disebut dengan Disfagia, karena bagian otak yang
mengendalikan otot-otot yang terkait telah rusak dan tidak berfungsi.