Akik Disangka Batu

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Akik Disangka Batu!

Akik, disangka batu! Itulah barangkali ucapan emosional para pedagang batu akik
ketika barang dagangannya dianggap batu biasa oleh calon pembelinya. Memang, sekarang
ini pamor batu akik sedang naik daun sehingga banyak orang mencoba peruntungan dari
usaha batu akik. Tidak hanya sebagai penjual, banyak juga orang yang ambil bagian sebagai
pemulung, pengepul, dan penggosok batu akik. Pencinta batu akik pun semakin bertambah
banyak. Tidak hanya lelaki dewasa saja yang menggemari batu akik, anak-anak, remaja, ibu-
ibu, selebritis, PNS, pejabat, hingga kalangan eksekutif adalah kelompok sosial penggemar
anyar batu akik.
Sebenarnya, batu akik adalah benda yang sudah lama kita kenal, tetapi entah mengapa
baru akhir-akhir ini kita sadar betapa indahnya batu akik dan betapa banyaknya rezeki yang
dapat kita keruk dari usaha batu akik. Konon, jika dibuka sebuah pameran dagang batu akik
kelas lokal saja, omzet penjualannya dapat mencapai satu milyar per hari. Begitu banyaknya
orang yang menggandrungi batu akik sehingga orang-orang berseloroh,”Kita telah kembali
ke zaman batu!”
Kembali ke bahasan judul artikel saya, akik disangka batu ternyata adalah sebuah
peribahasa. Peribahasa ini saya temukan secara tak sengaja ketika iseng mencari lema akik
atau batu akik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke-4. Saya ingin
mengetahui,”Apakah kata akik sudah tercantum dalam kamus kita ini?” Syukurlah, kata itu
sudah tercantum. Jika tidak, seperti biasa para kritikus bahasa akan mengkritik Badan Bahasa
sebagai penyusun KBBI.
Peribahasa akik disangka batu dalam KBBI dapat kita temukan dalam lema akik.
Maknanya adalah ‘merasa terhina karena salah sangka’. Penjelasan KBBI mengenai makna
peribahasa itu tampaknya kurang terang karena penjelasannya sangat singkat. Namun, saya
dapat memberi contoh agar makna peribahasa tersebut dapat digambarkan secara lebih jelas.
Misalnya, kawan Anda kehilangan sebungkus rokok yang ia simpan di meja kerjanya
dan kebetulan Anda adalah seorang perokok. Karena tahu Anda perokok, ia menuduh Anda
telah mengambil rokoknya padahal Anda bukanlah pencuri rokok itu. Oleh sebab merasa
tersinggung karena telah menjadi korban salah sangka kawan Anda itu, Anda dapat
mengomelinya,”Akik, disangka batu!” Maksudnya, Anda ingin mengatakan,“Saya ini orang
jujur dan terhormat, bukan pencuri!”
Nah, di momen “bersejarah” batu akik ini, kita dapat memopulerkan peribahasa akik
disangka batu yang sudah lama hilang dari memori penutur bahasa Indonesia. Dengan
demikian, kita menghidupkan kembali salah satu beribahasa Indonesia yang tampaknya
sudah punah dalam ingatan kita.
Hal lain yang ingin saya sampaikan adalah tampaknya penggunaan istilah batu akik di
masyarakat begitu luas dan kabur. Kata akik tidak hanya dilekatkan pada batu yang menjadi
permata pada perhiasan seperti cincin, tetapi juga dilekatkan pula pada batu mulia yang
belum diproses menjadi permata.
Menurut saya, sebaiknya istilah batu akik kita lekatkan pada batu yang sudah diproses
yang siap atau telah difungsikan sebagai permata perhiasan saja, sedangkan batu alam yang
memiliki nilai berharga yang belum diproses menjadi akik kita istilahkan dengan batu mulia.
Dengan demikian istilah batu akik atau akik saja dapat kita padankan dengan kata gem atau
gemstone dalam bahasa Inggris dan istilah batu mulia kita padankan dengan kata precious
stone.
Biodata Penulis:

Nama : Yusup Irawan


Pekerjaan : PNS di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
TTL : Ciamis, 15 Februari 1976
Telepon : 082126835488
Pos el : irawan.firdaus@ymail.com

Anda mungkin juga menyukai