Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan asuhan

pada pasien Ny. I G2P1A0 43 minggu dengan serotinus di RSUD Sumedang. Adapun hal

yang akan diuraikan disini adalah gambaran umum tentang serotin dan induksi

Oksitosin, serta asuhan yang dilaksanakan dengan membandingkan antara teori dengan

kenyataan yang terjadi di lapangan.

4.1 Apakah hasil dari pengkajian pada kasus ini ?

Hasil pengumpulan data pada Ny. I penulis mendapat data HPHT 12 Desember

2013, taksiran partus 19 September 2014. Pada tanggal 10-10-2014 jam 11.25 Ny . I

datang ke RSUD Sumedang dengan rujukan dari Poli Kandungan RSUD Sumedang

bersama keluarga dan membawa surat rujukan dari Dr.SpOG bahwa Ny.I G2P1A0

parturient postterm kala 1 fase laten multipara dengan serotinus.

4.2 Apakah penegakkan diagnose pada kasus ini sudah tepat ?

Yang disebut kehamilan lewat bulan adalah kehamilan yang umur kehamilannya

lebih dari 42 minggu.

Lewat bulan kehamilan didasarkan pada siklus 28 hari dan terjadi ketika

kehamilan melebihi 42 minggu (294 hari) dari hari pertama periode menstruasi terakhir

(Varney Kebidanan: 1997)


Bayi yang mengalami postterm dapat dibagi menjadi 3 stadium:

1. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks casseosa dan maserasi berupa

kulit kering rapuh dan mudah mengelupas.

2. Stadium II : gejala di atas disertai mekoneum (kehijauan) pada kulit.

3. Stadium III : terdapat pewarnaan pada kuku,kulit dan tali pusat.

Berdasarkan hasil data pengkajian yang dilakukan, maka penetepan

diagnosa pada kasus Ny. I sudah tepat dengan diagnosa serotinus karena didapat

dari HPHT yang melebihi dari taksiran persalinan dan terdapat ciri-ciri bayi

serotinus stadium I. Melihat dari penegakkan diagnosa tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek.

4.3 Bagaimana penatalaksanaan dan asuhan pada kasus ini ?

Prinsip dari penatalaksanaan kehamilan lewat bulan adalah ialah merencanakan

terminasi kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tegantung dari hasilpemeriksaan

kedejahteraan janin dan penilaian skor pelvic.

Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :

a. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

b. Induksi dengan oksitosin.

c. Bedah seksio sesaria.

Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.

Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4

tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Setelah pemberian infus ,kesejahteraan

janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul
his adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun,jika infus pertama

habis dan his adekuat belum muncul , dapat diberikan infus drip Oksitosin ulangan 5

IU. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi

dengan seksio sesaria.

Pada kasus ini diberikan oksitosin 5 IU dalam infus,diberikan 20

tetes/menit,dan tidak dinaikkan setiap 30 menitnya karena sesuai advis dokter. Maka

adanya kesenjangan antara teori dan praktek.

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan

membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat

cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.(Sarwono,2009)

Pada kasus ini persalinan Ny. I berjalan dengan normal. Namun saat

pembukaan sudah lengkap ketuban belum pecah,maka dilakukan amniotomi. Maka

antara teori dan praktek tidak terdapat kesenjangan karena sesuai indikasi.

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di

mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting

susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan

terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Pada kasus ini bayi lahir dilakukan IMD tetapi tidak sampai 1 jam,berlangsung

hanya 15 menit saja kemudian bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi.Maka

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.


Pada asuhan ibu nifas pada kasus Ny. I masa nifas berjalan normal dengan

TFU pada 6 jam postpartum 2 jari dibwah pusat,kontraksi kuat,uterus teraba

keras,lochea rubra warna darah merah segar,luka jahitan perineum masih basah.

Namun pada kasus ini,Ny I tidak mendapatkan Vitamin A 200.000 IU setelah

melahirkan, sedangkan pada teori harus diberikan,disini terdapat kesenjangan.

4.4 Bagaimana peran bidan dalam penatalaksanaan kasus tersebut ?

Sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/MENKES/SK/II/2010 tentang

registrasi dan praktek bidan, adalah mampu mengenali dan mampu mendeteksi persalinan

yang beresiko tinggi serta melakukan asuhan yang seseuai dengan kondisi.

Peran bidan di RSUD Sumedang sudah sesuai dengan MENKES diatas yaitu

mampu mengenal dan mendeteksi kehamilan dan persalinan resiko tinggi dan

memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan melalui

anamnesa dan pengumpulan data yang diperoleh dari pasien dan keluarganya.

4.5 Bagaimana cara pendokumentasian pada kasus ini ?

Menurut teori pendokumentasian adalah bukti pencatatan dan pelaporan

berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam

melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien,tim kesehatan,serta

kalangan bidan sendiri. Yang dapat digunakan sebaga bukti tertulis untuk menuntut

tanggung jawab dan tangung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami

oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan.


Sedangkan partograf menurut teori adalah alat untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinis. Dengan tujuan dari

penggunaan partograf untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan seviks melalui pemeriksaan dalam,mendeteksi apakah persalinan

berjalan normal, dan sebagai data pelengkap yang terkait mengenai kondisi ibu dan

janin.(Saefuddin,2002)

Pada kasus ini cara pendokumentasian menggunakan SOAP,tetapi tidak

dilakukan pemantauan persalinan menggunakan partograf melainkan hanya

menggunakan lembar observasi,maka terdapat kesenjangan antara praktek dan teori.

Anda mungkin juga menyukai