Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan
adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain serta badan-badan hukum (UUPA, pasal 4 ayat 1).
pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-
batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak Memungut Hasil Hutan
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang ditetapkan oleh
undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan
dalam pasal 53
Hak Milik
Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah.
Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik
dan syarat-syaratnya (bank Negara, perkumpulan koperasi pertanian, badan
keagamaan dan badan social)
Terjadinya hak milik, karena hukum adat dan Penetapan Pemerintah, serta karena
ketentuan undang-undang
Hak milik, setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak lain, harus
didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran dimaksud merupakan
pembuktian yang kuat.
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, yang dapat berupa tanah Negara,
tanah hak pengelolaan, tanah hak milik orang lain dengan jangka waktu paling lama
30 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun. Setelah berakhir jangka waktu
dan perpanjangannya dapat diberikan pembaharuan baru Hak Guna Bangunan di atas
tanah yang sama.
Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Hak Guna Bangunan dapat dipunyai warga negara Indonesia, dan Badan Hukum yang
didirikan berdasarkan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
Hak Guna Bangunan terjadi karena penetapan Pemerintah
Hak Guna Bangunan setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak lain,
harus didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran dimaksud merupakan
pembuktian yang kuat
Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan
Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tana
h yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang
bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala
sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-
undang
1. Selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk
keperluan yang tertentu;
2. Dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun.
3. Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-
unsur pemerasan.
Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara maka hak pakai hanya
dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin penjabat yang berwenang.
Hak pakai atas tanah milik hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu
dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkutan.
Hak Sewa
Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia
berhak
mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan me
mbayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
1. Warganegara Indonesia;
2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia;
4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh
warganegara Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah tidak dengan
sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu.
Sumber :
2. Uraikan hubungan antara hak atas tanah dengan Hak penguasaan atas tanah?
Hak atas tanah berhubungan erat dengan hak penguasaan atas tanah
1. Hak Penguasaan Atas Tanah
Hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan
atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
tanh yang di hakinya. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk
diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi
kriteria atau tolo ukur pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah
yang diatur dalam Hukum Tanah.
Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti
yuridis. Juga beraspek privat dan publik.
Penguasaaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak,
yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan
kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki,
misalnya pemilik tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari
tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.
Ada juga penguasaan yuridis, yang biarpun memberikan kewenangan
untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataanya
penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak lain, misalnya seseorang yang
memiliki tanah tidak mempergunakan tanahnya sendiri akan tetapi
disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara yuridis tanah tersebut
dimiliki oleh pemilik tanah akan tetapi secara fisik dilakukan oleh penyewa
tanah.
Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak memberi kewenangan
untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik, misalnya kreditor
(bank) pemegang hak jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan
tanah secara yuridis atas tanah yang dijadikan agunan (jaminan), akan
tetapi secara fisik penguasaan tetap ada pada pemilik tanah. Penguasaan
yuridis dan fisik atas tanah tersebut diatas dipakai dalam aspek privat atau
keperdataan sedang penguasaan yuridis yang beraspek publik dapat
dilihat pada penguasaan atas tanah sebagaimana yang disebutkan dalam
pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan pasal 2 UUPA.
Wewenang yang dipunyai oleh pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Wewenang umum
Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah
mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga
tubuh bumi dan air danruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan
untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan
tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan
hukum lain.
2. Wewenang khusus
Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah
mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan
macam hak atas tanahnya, misalnya wewenangpada tanah Hak Milik
adalah dapat untuk kepentingan pertanian dan atau mendirikan
bangunan, HGB untuk mendirikan bangunan, HGU untuk kepentingan
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi 2 kelompok,
yaitu:
1. Hak atas tanah yang bersifat primer
Yaitu hak atas tanah yang bersala dari tanah negara.
Contoh: HM, HGU, HGB Atas Tanah Negara, HP Atas
Tanah Negara.
2. Hak atas tanah yang bersifat sekunder.
Hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain.
Contoh: HGB Atas Tanah Hak Pengelolaan, HGB Atas
Tanah Hak Milik, HP Atas Tanah Hak Pengelolaan, HP
Atas Tanah Hak Milik, Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak
Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan Hak
Sewa Tanah Pertanian.
Sumber:
https://hasyimsoska.blogspot.com/2011/05/hak-hak-atas-tanah-menurut-uupa-dan-pp.html