Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar belakang
Istilah pernapasan (respirasi ) berarti pertukaran gas antara sel tubuh dan
lingkungan. Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktivitas
metaboliknya. Sebagian besar energi ini didapat dari reaksi yang hanya dapat terjadi
jika ada oksigen. Produk sisa reaksi ini adalah karbon dioksida. Sistem pernapasan
memungkinkan oksigen yang ada di atmosfer masuk ke dalam tubuh dan
memungkinkan ekskresi karbondioksida dari tubuh.
Pertukaran gas antara darah dan paru disebut respirasi eksternal. Sedangkan
pertukaran gas antara darah dan sel disebut respirasi internal. Masuk keluarnya udara
dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada
dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
Organ pernapasan meliputi : hidung, faring, laring, trakea, dua bronkus (satu
bronkus pada tiap paru- paru, bronkiolus dan jalan napas kecil, dua paru- paru dan
selaputnya, pleura, serta otot pernapasan (otot interkosta dan diafragma).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses kelarutan gas CO2 dan O2 dalam plasma darah?

2. Bagaimana mekanisme pengangkutan CO2 dan O2?

3. Bagaimana pengaruh suhu, pH, dan tekanan terhadap proses respirasi?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui proses kelarutan gas CO2 dan O2 dalam plasma darah.
2. Untuk mengetahui mekanisme pengangkutan CO2 dan O2
3. Untuk mengetahui pengaruh suhu, pH dan tekanan terhadap proses
respirasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bernafas
Bernafas merupakan pengambilan oksigen yang cukup dari udara kamar atau
udara sekitar untuk proses respirasi tubuh, dan juga untuk pembuangan karbon
dioksida untuk mempertahankan kadar ion hidrogen yang tetap dalam darah.
Darah yang mengalir melalui kapiler-kapiler paru tidak berhubungan dengan
udara kamar tetapi dengan udara yang ada di dalam paru-paru, yaitu di dalam
kantung-kantung udara atau alveoli. Udara yang ada di dalam alveoli dinamakan
udara alveola, yang mengandung oksigen lebih sedikit dari udara kamar dan
mengandung lebih banyak karbon dioksida. Darah yang mengalir melalui paru-paru
mengambil oksigen dari udara alveola dan melepaskan karbon dioksida. Susunan
udara alveola dipertahankan oleh pertukaran gas yang berselang teratur antara
sebagian kecil udara alveola dengan udara alveola kamar. Mekanisme
keberlangsungan pertukaran gas tersebut dinamakan bernafas.[1]

B. Fungsi Pernapasan
Fungsi sistem pernafsan adalah untuk mengambil (O2) dari atmosfer kedalam
sel-sel tubuh dan untuk mentransfor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-
sel tubuh kembali ke atmotfer. Organ-organ respiratorik berfungsi dalam:[2]
1) Produksi bicara, membantu proses dalam berbicara
2) Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia

3) Pertahanan tubuh melawan benda asing, organisme asing yang masuk


melalui proses pernafasan kedalam tubuh

4) Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam darah.

Respirasi melibatkan proses-proses berikut ini.


1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluarnya udara dari
saluran pernapasan dan paru-paru.

2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara dalam
paru dan kapiler pulmonar.

3. Respirasi internal difusi oksigen dan karbon dioksiada antara sel darah dan sel-sel
jaringan.
4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi
energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh.

C. MEKANISME PERNAFASAN
Paru-paru dan dinding dada dalam keadaan normal memiliki struktur yang
elastis dan terdapat lapisan cairan tipis yang memisah paru-paru dan dinding dada.
Posisi paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada dibawah tekanan atmosfer. Paru-paru akan
teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada waktu akhir ekspirasi
tenang kecendrungan recoil (pergeseran) dinding dada diimbangi oleh kecendrungan
dinding dada untuk bergeser ke arah yang berlawanan.
Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis,
kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara
masuk kedalam paru-paru, di luar muskulus interkostalis akan menekan tulang iga dan
mengendalikan luas rongga toraks yang menyongkong pada saat ekspirasi sehingga
bagian luar interkostalis dari espirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma ke
arah atas membantu mengembalikan volume dari rongga pleura.
Pada waktu menarik napas dalam, maka otot akan berkonstraksi, tetapi
pengeluaran pernapasan berada dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup,
penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding
badan bergerak, kemudian diafragma dan tulang dada menutup keposisi semula.
Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu
bernapas dalam dan volume udara bertambah.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke
paru-paru. Udara masuk mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi.
Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan.
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara udara dan darah
dalam paru-paru dinamakan pernafasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk kedalam kapiler paru-paru, sebagian
besar CO2yang diangkut berbentuk ion bikarbonat(HCO-3). Dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah
akan segera berdifusi keluar.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbulkan hb) melepaskan
ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglbin (HB) nya juga ikut terlepas. Kemudian,
hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar
dibandingkan tekanan persial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi
karbondioksida pada darah akan lebih kecil dibandingkan konsentrasi karbondioksida
pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan
dibawa keluar tubuh lewat hidung.
Reaksi antara metana dan oksigen untuk membentuk karbon dioksida dan air,
elektron kovalen dalam metana digukan bersama dengan setara diantara atom-atom
terikat karena karbon dan hidrogen kira-kira memiliki afinitas yang sama untuk
elektron valensi, keduanya kira-kira setara elektronegatifnya. Tetepi apabila metana
beraksi dengan oksigen akan berbentuk karbondioksida.[3]
b. Pernafasan Internal
Proses terjadinya pertukaran gas pada pernafasan internal berlangsung didalam
jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut
berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru
terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen
tersebut akan digunakan dalam metabolisme sel.
Proses masuknya oksigen kedalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses
difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbadaan tekanan persial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Teknan persial oksigen dalam cairan
jaringan, lebih rendah dibndingkan oksigen yang berd dalam darah.
Tekanan karbondoksida pada darah lebih rendah dari pada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi kedalam
darah. Karbondioksida diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan
bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin. Ion-ion bikarbanat didalam
darah berfungsi sebagai bufer atau larutan penyangga lebih tepatnya, ion tersebut
berperan penting dalam menjaga stabiitas pH (derajat keasaman ) darah.

D. GERAKAN UDARA MASUK PARU-PARU


Paru-paru merupakan struktur elastis yang dapat mengempis seperti balon bila
tidak ada kekuatan untuk membertahankann pengembangannya sewaktu
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea. Tidak terdapat perlengketan antara
paru-paru dan dinding rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada
dikelilinngi oleh lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan
paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi,
maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas rata.[4]
1) Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi menaikkan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan intrapleura ±2,5 mmHg (relatif terhadap
atmosfer). Pada saat permulaan inspirasi menurun sampai -6 mmHg dan paru-paru
ditarik kearah posisi yang lebih mengembang, tertanam dalam jalan udara menjadi
sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil
menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekananrecoil (gerakan) paru-paru
dan dinding dada seimbang. Tahanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi
sedikit positif udara mengalir keluar dari paru-paru.
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke pleura kavitis dan paru-paru berhenti
sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer.
Pada waktu penguapan, volume pernapasan sebuah paru-paru bersamaan bergerak
mengelilingi atmosfer. Naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar
pada sistem pernapasan.
2) Ekspirasi
Selama pernapasan tenang, otot berada dalam keadaan pasif yang berarti bahwa
tidak ada otot-otot yang menurunkan volume untuk toraks saat berkontraksi. Pada
permulaan ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan
kekuatan recoil (bergerak) dan melambatkan ekspirasi. Inspirasi yang kuat berusaha
mengurangi tekanan intrapleura sampai serendah 30 mmHg dan menimbulkan
pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat,
maka luasnya deflasi paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan
yang menurunkan volume intratoraks.
Tekanan intra pleura adalah besarnya tekanan dalam antara lapisan pleura luar
(pleura pariental) dan lapisan pleura dalam (pleura viseral), dipisahkan oleh selaput
tipis pleura yang berisi zat air dan gas. Tekanan intar pleura adalah besarnya tekanan
antara lapisan pleura dengan lapisan pleura dalam, dipisahkan oleh selaput tipis pleura
yang berisi zat air dan gas.
Jalan udara pada waktu inspirasi, setelah udara melewti hidung dan faring,
melalui trakea, bronkus, bronkiolus, respiratorius, dan duktus alveolaris ke alveoli.
Alveoli dikelilingi oleh kapiler kapiler paru-paru. Pada sebagian besar struktrur
antara udara dan kapilet, darah O2 dan CO2 berdifusi sangat tipis. Pada paru-paru
manusia terdapat ±300 juta alveoli dan total luasnya dinding paru-paru yang
bersentuhan dengann kapiler-kapiler pada kedua paru-paru ±70 m2.
Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu
baernapas dalam volume udara bertambah inspirasi gerakan datang menjadi luas dan
berakhir akibat kombinasi dari pernapasan dangkal. Pada waktu istirahat, pernapasan
dangkal akibat tekanan perut dan yang terkumpul membatasi gerakan diafragma.
Volume Paru
Ada empat volume paru yang bila semua dijumlahkan sama dengan volume
maksimal paru yang mengembang.[5]
1. Volume tidal: merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspresikan
disetiap pernapasan normal, jumlahnya ±500 ml

2. Volume cadangan inspirasi: merupakan volume tambahan udara yang dapat


diinspirasikan diatas volume tidal normal, jumlahnya ±300 ml

3. Volume cadangan ekspirasi: merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi tidal yang jumlah normalnya ±1100 ml

4. Volume sisa: volume udara yang masih tersisa didalam paru-paru setelah ekspirasi
kuat, volume ini ±1200 ml

E. Prinsip Fisika Pertukaran Gas


Setelah udara alveolus ditukar dengan udara segar, langkah selanjutnya dalam
proses respirasi adalah difusi O2 dari alveolus ke dalam darah alveolus. Semua gas
yang terlibat dalam fisiologis pernapasan merupakan molekul sederhana yang bebas
bergerak di antara satu dengan ang lain dinamakan proses difusi dari gas-gas yang
larut dalam cairan dan jaringan tubuh. Untuk terjadinya difusi harus ada sumber
energi yang dihasilkan oleh gerakan kinetik (reaksi kimia) molekul itu sendiri.
Sehingga semua molekul pada keadaan apapun secara terus-menerus mengalami
beberapa jenis gerakan. Untuk molekul bebas secara fisik tidak melekat satu sama lain
berarti gerakan linera molekul pada kecepatan tinggi sampai beradu dengan molekul
lain, dengan cara ini molekul bergerak cepat diantara satu dengan yang lainnya.
Tekanan uap air. Semua gas dalam tubuh berhubungan langsung dengan air dan
semua campuran gas jenuh dengan uap air. Tekanan uap air sama sekali tergantung
pada suhu. Semakin tinggi suhu semakin besar aktivitas molekul dalam air dan
semakin besar molekul ini keluar dari permukaan air masuk kedalam fase gas. Pada
saat udara kering tiba-tiba dicampur dengan air dengan tekanan uap air mula-mula nol,
molekul air segera mulai keluar dari permukaan air ke dalam udara tersebut. Udara
menjadi lebih lembab secara progresif hingga tercapai suatu keseimbangan tekanan
uap. Saat ini kecepatan kondensasi (perubahan uap) air menjadi sama dengan
penguapan air.
F. Mekanisme Pertukaran Gas
a) Difusi Gas Melalui Membran Pernapasan
Hal penting dalam gas-gas pernapasan/respirasi adalah daya larut yang sangat
tinggi dalam lemak sehingga dapat larut dalam membran sel. Gas ini berdifusi melalui
membran sel dengan rintangan yang banyak. Pembatas utama untuk gerakan gas
didalam jaringan adalah kecepatan difusi melalui cairan jaringan bukan melalui
membran sel.
Oleh karena itu, difusi gas melaui jaringan termasuk melalui membran
paru-paru hampir sama dengan difusi gas melalui uap air terutama yang harus
diperhatikan bahwa CO2 berdifusi 20 kali secepat O2.[6]
Unit pernapasan terdiri atas bronkus respiratorius, duktus alveolus, atria dan
300 juta alveolus dikedua paru-paru. Masing-masing alveolus mempunyai diameter
0,2 mm. Dinding alveolus sangat tipis dan didalamnya terdapat jaringan kapiler yang
saling berhubungan sehingga aliran darah dalam dinding alveolus sangat dekat dengan
darah kapiler. Akibatnya, pertukaran gas udara alveolus dan darah terjadi melalui
membran diseluruh bagian terminal paru, tidak hanya dalam alveoli itu sendiri.
Membran ini secara bersama-sama dikenal sebagai membran pernapasan atau
membran paru.

Me
mbran
pernapasa
n
melukiska
n
potongan
melintang ultra struktur membran pernapasan sebelah kanannya adalah sel darah
merah diperlihatkan difusi O2 dari alveolus ke dalam sel darah merah dan difusi
CO2 pada bagian sebelah kiri. Lapisan membran pernapasan dibagi menjadi sebagai
berikut:
1. Lapisan cair, yang melapisi alveolus berisii surfaktan (zat aktif permukaan)
yang mengurangi tekanan permukaan cairan alveolus.
2. Epitel alveolus, terdiri dari sel epitel yang tipis
3. Membran basalis epitel, lapisan tipis bagian basal jaringan epitel paru.
4. Ruang interstisial tipis, diantara alveolus dan membran kapiler
5. Membran basalis kapiler, pada beberapa tempat bersatu dengan membran
basalis epitel membran endotel kapiler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas adalah sebagai berikut:
a. Ketebalan membran pernapasan: akibat cairan edema dalam ruang intertisial
membran dan di dalam alveolimembuat gas pernapasan tidak hanya berdifusi
melalui, tetapi juga melalui cairan ini. Beberapa penyakit paru yang
menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan fibrosa) paru dapat menambah
ketebalan pada beberapa bagian membran pernapasan. Kecepatan difusi melalui
membran berbanding terbalik dengan ketebalan membran. Oleh karena itu,
membran yang tebal akan menghalangi pertukaran gas.
b. Luas permukaan membran pernapasan: pengangkatan paru akan mengurangi
luas permukaan membran pernapasan. Emfisema beberapa alveoli bersatu
dengan penghancuran sebagai dinding alveolus, ruangan yang terbentuk jauh
lebih besar dari alveoli dan jumlah total membran pernapasan bertukar sampai 5
kali lipat akibat hilangnya dinding alveolus sehingga pertukaran gas melalui
membran tersebut sangat terganggu. Selama olahraga berat, penurunan luas
permukaan paru yang paling sedikitpun dapat mengganggu pertukaran gas
pernapasan.
c. Koefisien difusi gas dalam substansi membran: memindahkan masing-masing
gas melalui membran pernapasan bergantung pada kelarutannya, kecepatan
difusi CO2 melalui membran 20 kali kecepatan O2.
d. Perbedaan tekanan antara dua sisi membran: tekanan parsial gas dalam alveoli
lebih besar daripada tekanan gas dalam darah maka terjadi difusi neto dari
alveoli kedalam darah begitu juga sebaliknya.
b) Transpor Gas Antara Paru-Paru dan Jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 merupakan kunci dari pergerakan gas
O2 yang mengalir masuk dari alveoli ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan
CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi, jumlah
kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak
cukup bila seandainya O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein
pembawa O2 hemoglobin. Demikian juga CO2 yang larut masuk kedalam serangkaian
reaksi kimia reversible (kembali seperti semula) yang mengubah menjadi senyawa
lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai
70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah menjadi 17 kali.[7]
Alveolus paru di dekat suatu kapiler paru memperlihatkan difusi molekul
O2 diantara udara alveolus dan daerah paru. Meskipun demikian, PO2 darah vena yang
sedang memasuki kapiler hanya 40 mmHg. Sejumlah O2 telah dikeluarkan dari darah
ketika mengalir melalui kapiler jaringan. PO2 dalam alveolus adalah 104 mmHg -
40mmHg = 64 mmHg, jauh leih banyak O2yang berdifusi kedalam kapiler baru dari
pada dalam darah. Peningkatan progresive PO2 terjadi dalam darah ketika sedang
mengalir melalui kapiler.udara alveolus sebelum mencapai titik tengah kapiler
menjadi 104 mmHg, tetapi sejumlah kecil vena paru yang melintasi alveoli, gula
darah yang terkandung tercampur dengan darah yang teroksigenasi dalam jantung kiri
sehingga PO2 dalam aorta menjadi sekitar 95 mmHg.
c) Difusi O2 Dari Kapiler Ke Cairan Interstisial
Pada kapiler jaringan O2 berdifusi di dalam jaringan dengan suatu proses yang
pada dasarnya sama dengan yang terjadi dalam paru-paru. PO2 dalam cairan
interstisial tepat diluar suatu kapiler berubah sekitar 40 mmHg, sedangkan dalam
arteri 95 mmHg dan pada ujung kapiler 55 mmHg. Hal ini menyebabkan difusi
O2 saat darah mengalir telah berdifusi dalam jaringan dan PO2 kapiler tekah
mendekati tekanan O2 di dalam cairan jaringan yaitu 40 mmHg. Akibatnya, darah
vena yang meninggalkan kapiler jaringan mengandung O2 dengan tekanan yang sama
dengan tekan di luar kapiler jaringan yaitu 40 mmHg.
d) Difusi O2 Dari Cairan Interstisial Ke Dalam Sel
Oleh karena O2 selalu digunakan oleh sel, maka PO2 intrasel tetap lebih
rendah daripada PO2 cairan interstisial. O2 berdifusi melalui membran sel dengan
sangat cepat. Jaak yang cukup besar antara kapiler dan sel PO2 intersel normalnya
5-60 mmHg, diperlukan tekanan oksigen 1-33 mmHg untuk menyokong proses
metabolik sel.

1. Pengangkutan O2 ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskular. O2 yang masuk ke jaringan tergantung pada jumlah O2 yang masuk ke
dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan ,
dan kaasitas pengangkutan O2 oleh darah. Aliran darah tergantung pada derajat
konsentrasi (vascular bed). Dalam jaringan dan curah jantung (cardiac output).
Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan
affinitas (ikatan kimia) hemoglobin.
Transpor oksigen melalui beberapa tahap berikut ini:
a) Tahap I. O2 atmofer dapat masuk kedalam paru-paru dan pada waktu kita
menarik nafas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam
alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer. Tekanan
parsial O2 dalam alveoli sebesar 105 mmHg.
b) Tahap II. Darah mengalir dari paru-paru menuju ke jantung untuk mengambil
O2 yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat O2 yang mempunyai
tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu,
apabila tiba pada pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli,
maka O2 yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam pembuluh
kapiler. Setelah terjadi proses difusi, tekanan parsial O2 dalam pembuluh darah
menjadi 100mmHg.
c) Tahap III. O2 yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan keseluruh
tubuh. Ada dua mekanisme peredaran O2 dalam darah yaitu O2 yang larut
dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
O2 terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan hemoglobin
dengan O2 tergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH dan jumla O2 yang
diangkut ke jaringan serta tergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
d) Tahap IV. Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan O2, darah dibawa
melalui cairan interstisial terlebih dahulu. Tekanan parsial O2 dalam cairan
interstisial adalah 20 mmHg. Perbedaan tekanan parsial O2 dalam pembuluh
darah arteri (100mmHg) dengan tekanan parsial O2 dalam cairan interstisial (20
mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh
kapiler ke dalam cairan interstisial.
e) Tahap V. Tekanan parsial O2 dalam sel berkisaran antara 0-20 mmHg. Dari
cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Saat berada dalam sel,
O2 digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi oksidasi senyawa yang
berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O,
CO2 dan energi. Penggunaan oksigen oleh sel dan transpor CO2 keluar dari sel
lalu masuk ke dalam pembuluh vena.
2. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin
adalah protein yang terikat pada rantai polipeptida yang dibentuk oleh profirin dan
satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible
(kembali pada keadaan semula) dengan satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk
ferro (mengandung zat besi) sehingga reaksinya adalah oksigenasi (proses
penambahan O2) bukan oksidasi (reaksiO2).
3. Transpor CO2
Transpor CO2 dalam darah + 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih
banyak CO2berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi
H2CO3 sebab adanya anhidrase (berkurangnya sekresi keringat) karbonat yang
berdifusi kedalam plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 pada darah
melalui kapiler-kapiler jaringan memperbaiki kapasitas dapar sebab deoxigeneted
hemoglobin mengikat lebih banyak H+ lebih daripada oxyhemoglobin. Sebagian dari
CO2 dalam sel darah merah bereaksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin
membentuk senyawa karbamino hemoglobin (kombinasi CO2 dengan hemoglobin).
Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih
antara garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2. Diantar 49 ml CO2 dalam darah
arterial, 2,6 ml adalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO3. Dalam jaringan
3,7 ml CO2 +0,4 ml berada dalam larutan 0,8 ml membentuk senyawa karbamino dan
2,5 ml membentuk HCO3, pH darah turun dari 7,4 menjadi 7,36. Dalam paru-paru
proses dibalik 3,7 ml CO2 dilepaskan ke dalam alveoli. Dalam bentuk ini, 200 ml CO2,
per menit dihasilkan pada waktu istirahat dan jumlah ini lebih banyak daripada waktu
bekerja, kemudian di transpor dari jaringan ke paru-paru dan dieksresikan.

4. Transpor CO2 Ke Dalam Paru-Paru


CO2 terus dibentuk dalam jumlah besar di dalam sel, PO2 intersel cenderung
meningkat. Akan tetapi, difusi CO2 20 kali lebih mudh daripada difusi O2 sehingga
CO2 berdifusi dari sel dengan sangat cepat ke dalam cairan interstisial dan masuk ke
dalam darah kapiler.
Darah arteri
yang sedang
memasuki kapiler
jaringan
mengandung CO2 dengan tekanan 40 mmHg. Ketika darah mengalir melalui kapiler
PCO2, darah tersebut meningkat mendekati PCO2. Tekanan cairan interstisial sebesar
45 mmHg terjadi karena koefisien (konstan) difusi CO2 sangat besar. PCO2 darah
yang meninggalkan kapiler dan masuk ke vena +45 mmHg untuk mencapai
keseimbangan sempurna dengan PCO2 cairan interstisial.
Pengeluaran karbon dioksida dari darah paru: ketika tiba di paru-paru
PCO2 darah vena kira-kira 45 mmHg, sedangkan PCO2 alveolus 40 mmHg.
Perbedaan tekanan awal untuk difusi hanya 5 mmHg jauh lebih kecil daripada difusi
O2 yang melintasi membran tersebut. Namun demikian, koefisien difusi CO2 di dalam
darah cepat dipindahkan ke dalam alveolus sehingga PCO2 darah kapiler paru hampir
sama dengan PCO2 alveolus dari perjalanan darah melalui kapiler paru.
Pengaturan Pernapasan
1) Kontrol saraf pada waktu bernapas
Pernapasan spontan ditimbulkan oleh rangsangan ritmis neuron motoris yang
mempersarafi otot pernapasan otak. Rangsangan ini secara keseluruhan tergantung
pada implus-implus saraf. Pernapasan berhenti bila medula spinalis dipotong
melintang diatas nervus prenikus. Terdapat dua mekanisme saraf yang terpisah dalam
mengatur pernapasan yaitu bertanggung jawab untuk volunter yang terdapat pada
korteks serebri melalui implus neuron motoris melalui traktus kortikospionalis dan
yang lain untuk kontrol otomatis terletak pada pons varolii dan medula oblongata,
neuron motoris pernapasan dan ini terletak pada bagian lateral dan ventral medula
spinalis.
2) Pusat-pusat medula oblongata
Rangsangan ritmis pada medula oblongata menimbilkan pernapasan otomatis.
Daerah medula oblongata berhubungan dengan pernapasan secara klasik, di mana
pusat pernapasan yang dekat dengan nukleus traktus solitarius adalah sumber irama
yang mengendalikan neuron motoris prenikus kontralateral. Neuron ini
memproyeksikan diri dan mengendalikan diri golongan ventral.
3) Pengaruh pons dan vagus
Rangsangan ritmis neuron pusat pernapasan adalah spontan, tetapi diubah oleh
pusat-pusat pons dan aferens nervus dari reseptor-reseptor dalam paru-paru. Bila
batang otak ditranseksi (dipotong) pada bagian inferior pons dan nervus vagus
dibiarkan utuh, pernafasan reguler akan terus berlangsung. Peranan fisiologis daerah
pernapasan dan pons tidak pasti, tetapi yang jelas membuat rangsang ritmis dari
neuron medula oblongata.
4) Pengaturan irama
Mekanisme yang pasti bertanggung jawab untuk rangsangan spontan dari
neuron-neuron medula oblongata dan tidak pasti neuron-neuron pernapasan golongan
ventral dikendalikan oleh neuron-neuron pernapasan golongan dorsal, jadi irama
pernapasan tidak berasal dari golongan ventral. Peningkatan dalamnya pernapasan
disebabkan oleh paru-paru yang direnggangkan lebih besar sebelum aktivitas
penghambatan dari vagus sehingga cukup untuk melawan rangsangan neuro inspirasi
yang lebih hebat. Kecepatan pernapasan meningkat sebab setelah rangsangan pada
vagus dan aferent, pneunomotoksik dengan cepat di lawan.[8]

G. Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan Manusia


Frekuensi pernapasan pada manusia merupakan intensitas inspirasi dan
ekspirasi udara pernapasan pada manusia yang dilakukan setiap menit. Dalm keadaan
normal proses inspirasi dan ekspirasi berlangsusng sebanyak 15 sampai dengan 18
kali per menitnya. Akan tetapi, keadaan ini bisa berubah dan berbeda pada setiap
orang dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi proses inspirasi dan ekspirasi pada seseorang meliputi:
 Faktor fisik seperti umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan
aktivitas tubuh
 Faktor Psikologi seperti emosi, kejiwaan, perasaan, energi dan aura, dan
kestabilan rohani.
Faktor Fisik
 Umur
Frekuensi pernapasan yang dilakukan pada anak-anak berbeda denagn frekuensi
pernapasan yang dilakukan orang dewasa. Umumnya, frekuensi pernapasan yang
terjadi pada anak-anak lebih banyak. Pada orang dewasa, frekuensi pernapasan
menjadi lebih lambat dikarenakan aktivitas sel-sel di dalam tubuh mengalami
penurunan.
Untuk lebih jelasnya, berikut frekuensi normal berdasarkan umur adalah sebagai
berikut:
 Usia baru lahir, frekuensi pernapasannya berkisar antara 35-50 kali per menit.
 Usia 2-12 tahun, frekuensi pernapasannya berkisar antara 18-26 kali per
menit.
 Usia dewasa, frkuensi pernapasannya berkisar antara 16-20 kali per menit.
 Jenis Kelamin
Pada umumnya dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan pada laki-laki
lebih banyak daripada perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki cenderung
membutuhkan energi yang lebih banyak daripada perempuan sehingga oksigen yang
diperlukan pun menjadi semakin banayk.
 Suhu Tubuh
Suhu tuuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernapasan. Semakin tinggi
suhu tubuh seseorang maka dia akan membutuhkan energi yang lebih banyak
sehingga kebutuhan akan oksigen pun akan meningkat. Oleh karene itu, frekuensi
pernapasan pun akan lebih sering dilakukan.
 Posisi Tubuh
Posisi tubuh ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap frekuensi
pernapasan. Seseorang yang sedang berdiri, frekuensi pernapasannya akan lebih
sering terjadi daripada seseorang yang posisi tubuhnya sedang berbaring. Pada saat
kita berdiri aktivitas otot di dalam tubuh akan lebih sering mengalami kontraksi
sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi di dalm tubuh menjadi lebih
banyak, hal ini mengakibatkan frekuensi inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih sering
dilakukan. Sementara itu pada saat berbaring, otot-otot dalam tubuh cenderung
erelaksasi sehingga kebutuhan akan oksigen pun tak sebanyak pada saat kita berdiri.
 Aktivitas Tubuh
Seseorang yang memiliki aktivitas tubuh cukup tinggi seperti seorang petani
atau atlet, frekuensi pernapasannya akan lebih tinggi daripada seorang sekretaris yang
cenderung melakukan aktivitas pekerjaanya dengan duduk. Hal ini disebabkan energi
yang diperlukan oleh seorang petani atau atlet lebih banyak jika dibandingkan oleh
seseorang yang beraktivitas denagn cara duduk.
Faktor Psikologi
 Emosi
Emosi seseorang berpengaruh pada tinggi rendahnya pernapasan seseorang.
seseorang yang sedang emosi seperti marah, frekuensi pernapasannya akan cenderung
tinggi dibandingkan seseorang yang kondisi emosinya stabil atau normal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses masuknya oksigen kedalam cairan jaringan tubuh melalui proses
difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan persial
oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan.
2. Pernapasan memiliki mekanisme ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan yang terjadi didalam paru-paru
“pernapasan luar”. Pernapasan Luar yang merupakan pertukaran antara
O2 dan CO2 antara darah dan udara. Pernapasan Dalam yang merupakan
pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penapasan yaitu faktor fisik dan faktor
psikologis.

B. Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita,
hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok.
Serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali
terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk., Biologi Edisi Kelima Jilid I, Jakarta: Erlangga, 2007.

JH. Green, Pengantar fisiologi Tubuh Manusia, Tanggerang: Binarupa Aksara,


2002.

Syaifuddin, Fisiologii Tubuh Manusia Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Anda mungkin juga menyukai