347863421-Surveilans-Epidemiologi Buat Chici
347863421-Surveilans-Epidemiologi Buat Chici
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting
dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan
“overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor
pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran
epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu. .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Surveilans Penyakit
Surveilanspenyakit(diseasesurveillance)melakukanpengawasanterus-
menerusterhadapdistribusidankecenderungan
insidensipenyakit, melalui pengumpulan sistematis,konsolidasi,evaluasiterhadaplaporan-
laporanpenyakitdankematian,sertadata relevanlainnya.Jadi
fokusperhatiansurveilanspenyakitadalahpenyakit,bukan individu.
Contoh,program
surveilanstuberkulosis,programsurveilansmalaria.Beberapadarisistem surveilans vertikal dapa
t berfungsiefektif, tetapi tidaksedikit yangtidakterpeliharadenganbaikdanakhirnyakolaps,karen
apemerintahkekurangan
biaya.Banyakprogramsurveilanspenyakitverticalyangberlangsungparallelantarasatupenyakitde
nganpenyakitlainnya,menggunakanfungsipenunjangmasing-
masing,mengeluarkanbiayauntuksumberdayamasing-masing,
danmemberikaninformasiduplikatif,sehinggamengakibatkaninefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromicsurveillance(multiplediseasesurveillance)melakukanpengawasanterus-
menerusterhadapsindroma(kumpulangejala)penyakit,bukanmasing-
masingpenyakit.Surveilanssindromikmengandalkandeteksiindikator-
indikatorkesehatanindividualmaupun
populasiyangbisadiamatisebelumkonfirmasidiagnosis.Surveilanssindromikmengamati indikat
or-indikatorindividusakit,sepertipolaperilaku,gejala-
gejala,tanda,atautemuanlaboratorium,yangdapatditelusuridarianekasumber,sebelumdiperolehk
onfirmasilaboratoriumtentang suatu penyakit.
Surveilanssindromikdapat dikembangkanpadalevellokal,regional,
maupunnasional.Sebagaicontoh,CentersforDiseaseControlandPrevention(CDC)menerapkanke
giatansurveilanssindromikberskalanasionalterhadappenyakit-penyakityangmiripinfluenza(flu-
likeillnesses)berdasarkanlaporanberkalapraktikdokterdiAS.Dalamsurveilanstersebut,paradokt
eryangberpartisipasi
melakukanskriningpasienberdasarkandefinisikasussederhana(demamdanbatukatausakittenggo
rok)danmembuatlaporanmingguantentangjumlahkasus,jumlahkunjunganmenurutkelompokum
urdanjeniskelamin,danjumlahtotalkasusyangteramati.Surveilanstersebutbergunauntukmemoni
toranekapenyakityangmenyerupaiinfluenza,termasukfluburung, danantraks,sehinggadapat
memberikanperingatandinidandapatdigunakansebagaiinstrumentuntukmemonitorkrisisyangte
ngah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)
Suatusistemyangmengandalkanlaporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitaskes
ehatan,laboratorium,atauanggotakomunitas,padalokasitertentu,disebutsurveilanssentinel.Pelap
oransampelmelaluisystemsurveilanssentinelmerupakancarayangbaikuntukmemonitormasalah
kesehatandenganmenggunakansumberdayayangterbatas.(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010
)
5. Surveilans Terpadu
Surveilansterpadu(integratedsurveillance)menatadanmemadukansemuakegiatansurveil
ansdisuatuwilayahyurisdiksi(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)sebagaisebuahpelayanan
publikbersama.Surveilansterpadumenggunakanstruktur,proses,danpersonaliayangsama,melak
ukanfungsimengumpulkaninformasiyangdiperlukanuntuktujuanpengendalianpenyakit.Kendat
ipunpendekatansurveilansterpadutetapmemperhatikanperbedaankebutuhandatakhususpenyaki
t-penyakittertentu.(WHO,2001,2002;Sloanetal.,2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
d. Melakukansinergiantarafungsiintisurveilans(yakni,pengumpulan,pelaporan, analisisdata
,tanggapan)danfungsipendukungsurveilans(yakni,pelatihandansupervisi,penguatanlabor
atorium,komunikasi,manajemensumberdaya);
e. Mendekatkanfungsisurveilansdenganpengendalianpenyakit.Meskipunmenggunakanpen
dekatanterpadu,surveilansterpadutetapmemandangpenyakityangberbedamemiliki kebut
uhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)
2. Surveilans Aktif
Adalah : Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit
tertentu dalam waktu yang relatif singkat ( seminggu sekali atau 2 minggu sekali )
yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru
penyakit tertentu.
Pencatatan meliputi Variabel Demografis seperti : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi; Saat / Waktu timbulnya gejala ; Pola Makanan ; Tempat Kejadian yang
berkaitan dengan penyakit tertentu dan Pencatatan ini tetap dilakukan walaupun tidak
ditemukan kasus baru.
Surveilans Aktif dilakukan apabila : Ditemukan kasus baru, Penelitian tentang cara
penyebaran yang baru suatu penyakit tertentu, Resiko tinggi terjadinya penyakit
musiman, Penyakit tertentu yang timbul di daerah baru atau akan menimbulkan
pengaruh pada kelompok penduduk tertentu atau penyakit dengan insidensi yang
rendah mendadak terjadi peningkatan.
Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan
oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu.
Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan
surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
B. Pengelolaan data
Data dalam bentuk data mentah (row data) masih perlu disusun sedemikian rupa
sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk
grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat
memberikan keterangan yang berarti.
E. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak
lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
2.3.4 Langkah
Langkah-
langkahdalamsurveilanssangatdibutuhkanagarkitamendapatkanhasilyangdiinginkandantepatp
enggunaannya.Terdapatbeberapalangkah-
langkahdalamsuerveilansepidemiologi,antaralain yaitu:
1. Perencanaan surveilans
Perencanaankegiatansurveilansdimulaimembuatkerangkakegiatansurveilansyaitu deng
anpenetapantujuansurveilans,dilanjutkandenganpenentuandefinisi
kasus,perencanaanperolehandata,teknikpengumpulandata,teknikanalisisdanmekanismepe
nyebarluasaninformasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulandatamerupakanawaldarirangkaiankegiatanuntukmemprosesdataselanjutn
ya..Pengumpulandatadilakukandenganmengadakanpencatataninsidensiterhadaporang-
orangyangdianggappenderitamalariaataupopulationatriskmelaluikunjunganrumah(actives
urveillance)ataupencatataninsidensiberdasarkanlaporansaranapelayanankesehatanyaituda
rilaporanrutinpoliumumsetiaphari,laporanbulananPuskesmasdesadanPuskesmaspembant
u,laporanpetugassurveilansdilapangan,laporanhariandarilaboratoriumdanlaporandarimasy
arakatsertapetugaskesehatanlain(passivesurveillance).
Prosespengumpulandatadiperlukansystempencatatandanpelaporanyangbaik.Secaraum
umpencatatandiPuskesmasadalahhasilkegiatankunjunganpasiendankegiatanluargedung.S
edangkanpelaporandibuatdengan
merekapitulasidatahasilpencatatandenganmenggunakanformulirtertentu,misalnyaformW
1KejadianLuarBiasa(KLB) ,formW2(laporan mingguan)danlain-lain.
3. Pengolahan dan penyajian data
Datayangsudahterkumpuldarikegiatandiolahdandisajikandalambentuktabel,grafik(hist
ogram,polygonfrekuensi),chart(barchart,peta/maparea).Penggunaancomputersangatdiperl
ukanuntukmempermudahdalampengolahandatadiantaranyadenganmenggunakanprogram
(software).
4. Analisis data
Analisismerupakanlangkahpentingdalamsurveilansepidemiologikarenaakandiperguna
kanuntukperencanaan,monitoringdanevaluasisertatindakanpencegahandanpenanggulanga
npenyakit.
Datayangsudahdiolahselanjutnyadianalisisdenganmembandingkandatabulananatautah
un-
tahunsebelumnya,sehinggadiketahuiadapeningkatanataupenurunan,danmencarihubungan
penyebabpenyakitmalariadenganfactorresikoyangberhubungandengankejadian malaria.
5. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasaninformasidapatdilakukanketingkatatasmaupunkebawah.Dalamrangkak
erjasamalintassektoralinstansi-
instansilainyangterkaitdanmasyarakatjugamenjadisasarankegiatanini.Untukdiperlukaninf
ormasiyanginformativeagarmudahdipahamiterutama bagi instansi diluar bidang kesehata
n.
Penyebarluasaninformasiyangbaikharusdapatmemberikaninformasiyangmudahdimeng
ertidandimanfaatkandalammenentukanarahkebijakankegiatan,upayapengendaliansertaeva
luasiprogramyangdilakukan.Carapenyebarluasaninformasiyangdilakukanyaitumembuats
uatulaporanhasilkajianyangdisampaikankepadaatasan,membuatlaporankajianuntuksemin
ardanpertemuan,membuatsuatutulisandimajalah
danmemanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.
6. Umpan balik
Kegiatanumpanbalikdilakukansecararutinbiasanya
setiapbulansaatmenerimalaporansetelah diolah
dandianalisamelakukanumpanbalikkepadaunit kesehatanyangmelakukanlaporandengan
tujuanagaryangmengirimlaporanmengetahuibahwalaporannyatelahditerimadansekaligus
mengoreksidanmemberipetunjuktentanglaporanyangditerima.
Bentukdariumpanbalikbiasberuparingkasandariinformasiyangdimuatdalambulletin(ne
wsletter)atausuratyangberisipertanyaan-
pertanyaansehubungandenganyangdilaporkanatauberupakunjunganketempatasal
laporanuntukmengetahuikeadaanyangsebenarnya.Laporanperludiperhatikanwaktunya
agarterbitnyaselalutepat padawaktunya,selainitu
bilamencantumkanlaporanyangditerimadarieselonbawahan,sebaliknyayangdicantumkana
dalah tanggal penerimaan laporan.
7. Investigasi penyakit
Setelahpengambilankeputusanperlunyamengambiltindakanmakaterlebihdahuludilakuk
aninvestigasi/penyelidikanepidemiologipenyakit.Denganinvestigatormembawaceklis/for
matpengisiantentangmasalahkesehatanyangterjadidalamhaliniadalahpenyakit yang
ditelitidanbahanuntukpengambilansampeldilaboratorium.Setelahmelakukaninvestigasipe
nyelidikankemudiandisimpulkanbahwabenar-
benartelahterjadiKejadianLuar Biasa (KLB) yang perlu mengambil tindakan atau sebalik
nya.
8. Tindakan penanggulangan
Tindakanpenanggulanganyangdilakukanmelaluipengobatansegerapadapenderitayangs
akit,melakukanrujukanpenderitayangtergolongberat,melakukanpenyuluhanmengenaipeny
akitkepadamasyarakatuntukmeningkatkankesadaranagartidaktertularpenyakitataumenghi
ndaripenyakittersebut,melakukangerakankebersihanlingkunganuntukmemutuskan rantai
penularan.
9. Evaluasi data sistem surveilans
Programsurveilanssebaiknyadinilaisecaraperiodikuntukdapatdilakukanevaluasimanfaa
tkegiatansurveilans.Sistemdapatbergunaapabilamemenuhisalahsatudaripernyataanberikut
:
a. Apakahkegiatansurveilansdapatmendeteksikecenderungandanmengidentifikasiperuba
handalam kejadian kasus.
b. Apakahprogramsurveilansdapatmendeteksiepidemickejadiankasusdiwilayahtersebut.
c. Apakahkegiatansurveilansdapatmemberikaninformasitentangbesarnyamorbiditasdan
mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut.
d. Apakah program surveilansdapatmengidentifikasifaktor-
faktorresikoyangberhubungandengankasus atau penyakit.
e. Indikator surveilans
Indikator surveilans meliputi:
Kelengkapan laporan.
Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasila
n.
Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.
Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.
2.3.5 Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa
Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja. Surveilans penyakit di tingkat desa
dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa, dengan melakukan
kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat desa
dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus. Pemantauan
tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko
munculnya suatu penyakit.
Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di suatu desa mungkin berbeda
jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain. Hal ini sangat
tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman di
masing-masing desa.. Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala
sesuai kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas
kesehatan di Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi :
- Nama Penderita
- Penyakit yang dialami/ gejala
- Alamat tinggal
- Umur
- Jenis Kelamin
- Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.
Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Posyandu
Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif petugas petugas
kesehatan/surveilans Posyandu. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas
kesehatan di Posyandu adalah :
- Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari
laporan warga masyarakat.
- Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data
laporan tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat
kecenderungan peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit
Potensial KLB seperti DBD, Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain
yang sering terjadi di masyarakat desa setempat.
- Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas
(mingguan/bulanan).
- Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi
penyebaran suatu penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.
- Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang
situasi penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah
masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya
pencegahan penyakit.
- Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya
KLB. Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama
dengan Tim Gerak Cepat Puskesmas.
- Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit.
2. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Puskesmas. Kegiatan surveilans di tingkat
Puskesmas dilaksanakan oleh petugas surveilans puskesmas dengan serangkaian
kegiatan berupa pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data
penyakit, yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas
diharuskan:
- Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan
Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan
mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana perkembangan
kasus penyakit setiap saat.
- Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah
yang mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit.
Sehingga secara tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.
- Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan kan
permasalah penyakit di wilayahnya.
- Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika
terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.
- Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada
petugas di Poskesdes.
- Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara
berkala (mingguan/bulanan/tahunan).
3) Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia.
Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi responden adalah sebagai
berikut ;
- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan survei
- Banyaknya tugas rangkap.
- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi untuk mempercepat deteksi,
analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehatan. Kondisi di lapangan
seringkali teknologi di laboratorium lambat, sehingga mengganggu tahap deteksi dini
dan penanganan kasus akan terlambat.
5) Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan
surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB.
Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans.
Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan
surveilans.
6) Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
7) Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung
berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga
mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan. 2013. Mengembangkan Evidence Based Public Health HIV dan AIDS
berbasis surveilans. Jurnal AKK. 2(2): 48-55
Arias, Kathleen Meehan. 2002. "Program Surveilans Rutin Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan", Investigasi dan Pengendalian Wabah di FasilitasPelayanan Kesehatan. Jakarta:
EGC, hal 25-55.
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking for
quarantine. Am J Public Health;97:S44-48.Giesecke J (2002). Modern infectious disease
epidemiology. London:Arnold.
Coggon, D dkk. 1996. "Perencanaan dan Pelaksanaan Survei", Epidemiologi Bagi Pemula.
Jakarta: EGC, hal 38-49.
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp
-surveillance.pdf
JHU (=Johns Hopkins University) (2006). Disaster epidemiology. Baltimore, MD: The Johns
Hopkins and IFRC Public Health Guide for Emergencies.
Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Mandl KD, Overhage M, Wagner MM, Lober WB, Sebastiani P, Mostahari F, Pavlin
JA,Gesteland PH, Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller RD, Grannis S
(2004). Implementing syndromic surveillance: A practical guide informed by the early
experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141–150.
Murti, Bhisma. 2003. "Surveilans", Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 299-307.
Noor, Nur Nasry. 2006. "Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular", Pengantar
Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal 82-95.
Sloan PD, MacFarqubar JK, Sickbert-Bennett E, Mitchell CM, Akers R, Weber DJ, Howard
K (2006). Syndromic surveillance for emerging infections in office practice using billing
data. Ann Fam Med 2006;4:351-358.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta.
Bandung.
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metode Epidemiologi. PT. Dian Rakyat. Jakarta.
Valaris, Barbara. 1992. "Disease Control and Surveillance", Epidemiology in Nursing and
Health Care, Second Edition. Oregon: Appleton & Lange, hal 305-325.
WHO (2001). An integrated approach to communicable disease surveillance. Weekly
epidemiological record, 75: 1-8. http://www.who.int/wer
Wuhib T, Chorba TL, Davidiants V, MacKenzie WR, McNabb SJN (2002). Assessment of
the infectious diseases surveillance system of the Republic of Armenia: an example of
surveillance in The Republics of the former Soviet Union. BMC Public Health, 2:3
http://www.biomedcentral.com.