Anda di halaman 1dari 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia diperkirakan memiliki 40-43 juta ha lahan bermasalah dan 13,2 juta ha dari lahan
tersebut terpengaruh salinitas. Lahan-lahan itu pada umumnya lahan pantai, muara sungai, dan
delta yang dipengaruhi oleh intrusi air laut. Secara geologi, batuan penyusun dataran rendah dan
dilihat secara morfologi umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir, dan
kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Daerah pantai yang
semula dirasakan kurang menarik dan dianggap tidak memberikan manfaat, akhir-akhir ini
dicoba untuk dikembangkan sebagai alternatif untuk mengatasi keterbatasan tanah pertanian (
Setiawati dkk, 2007 ). Salinitas merupakan tingkat kadar garam yang terlarut pada air. Tanah
dikatakan salin apabila mengandung garam-garam yang dapat larut dalam jumlah yang banyak
sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyebab lahan salin terbagi atas dua bagian yaitu
penyebab sekunder. Lahan salin primer terjadi secara alami dan sekitar 7 % dari permukaan bui.
Lahan salin sekunder terjadi akibat aktivitas manusia. Salinitas sekunder saat ini diperkirakan
terjadi pada sekitar 80 juta ha yang awalnya cocok untuk pertanian ( Rusd, 2011 ). Cekaman
salinitas menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air ter-halang sehingga menyebabkan
pertumbuhan abnormal dan terjadi penurunan hasil. Salinitas tanah atau air dan kekeringan
semakin mendapat perhatian dalam pertanian, karena menyebabkan kondisi tercekam pada
tanaman. Kekeringan dan salinitas merupakan salah satu faktor pembatas produktifitas tanaman
di berbagai wilayah.

Anda mungkin juga menyukai