Anda di halaman 1dari 66

EVALUASI PENGGUNAAN DRILLING LINE RIG PDSI

#15.3/110-M2 PADA PENGEBORAN SUMUR JAS-C2 PT.


PERTAMINA ASSET 3 SUBANG

KERTAS KERJA WAJIB

Nama Mahasiswa : Faizal Adhi Wiranto


NIM : 15412008
Program Studi : Teknik Produksi Minyak dan Gas
Konsentrasi : Pemboran
Diploma : III (Tiga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas

PEM Akamigas
Cepu, 2018
INTISARI

Sistem pengangkat / hoisting system adalah salah satu dari komponen utama

rig yang berfungsi untuk membantu sistem alat-alat pemutar di dalam operasi

pemboran sumur dengan menyediakan alat-alat yang sesuai serta sebagai ruang

kerja yang dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan drill string, casing string

dan peralatan subsurface lainnya dari dan ke lubang sumur. Yang termasuk dalam

peralatan pengangkat adalah drawwork, overhead tool (crown block, travelling

block, link, elevator) dan drilling line. Dalam operasi pemboran drilling line

memegang peranan yang sangat penting. Kegagalan drilling line dalam operasi

dapat mengakibatkan kegagalan operasi pemboran yang dapat berdampak pada

biaya yang harus ditanggung rig akibat downtime kerusakan dan potensi bahaya

yang dapat mencelakakan personel yang bekerja. Oleh karena itu pemilihan drilling

line yang tepat sangat diperlukan dalam operasional rig. Beratnya kerja dari drilling

line juga menyebabkan usia pakai drilling line terbatas. Pemeliharaan drilling line

dengan sistem pelumasan pada drilling line selama operasi perlu dilaksanakan

untuk memperpanjang umur pakai. Pelumasan drilling line pada hospel ketika

melakukan penggeseran agar mencegah timbulnya karat yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada drilling line pada saat beroperasi. Visual inspection atau

pengamatan visual drilling line harus dilaksanakan secara rutin dan lebih teliti untuk

meyakinkan drilling line dalam kondisi aman dan bagus utuk dipakai.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


INTISARI.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
BAB II ORIENTASI UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT. Pertamina Drilling Services Indonesia .......... 4
2.2. Formasi Lapangan............................................................................ 5
2.2.1. Formasi Vulkanik Jatibarang.................................................. 5
2.2.2. Formasi Talangakar ................................................................ 5
2.2.3. Formasi Baturaja .................................................................... 6
2.2.4. Formasi Cibulaka Atas ........................................................... 6
2.2.5. Formasi Parigi ........................................................................ 7
2.2.6. Formasi Cisubuh..................................................................... 7
2.3. Rig PDSI #15.3/110-M2 .................................................................. 8
2.4. Struktur Organisasi di Rig PDSI #15.3/110-M2 .............................. 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Drilling Line / Wire Rope ................................................................ 11
3.1.1 Jenis – Jenis Drilling Line / Wire Rope ................................. 12
3.1.2 Pemilihan Drilling Line / Wire Rope ..................................... 19
3.2 Program Penggeseran dan Pemotongan (Slip and Cut) ................... 21
3.2.1 Penentuan Cut Off Program ................................................... 22
3.2.2 Perhitungan Ton Mile ............................................................. 23

iii
3.3 Prosedur Penggeseran dan Pemotongan Drilling Line/Wire Rope .. 29
3.3.1 Penggeseran Drilling Line / Wire Rope ................................. 30
3.3.2 Pemotongan Drilling Line / Wire Rope ................................. 30
3.4 Pemeliharaan Drilling Line / Wire Rope ......................................... 31
3.4.1 Penanganan Drilling Line / Ware Rope di Reel ..................... 31
3.4.2 Penanganan di Operasi ........................................................... 32
3.4.3 Prosedur Penggantian Drilling Line / Wire Rope ..................
BAB IV EVALUASI PENGGUNAAN DRILLING LINE RIG #15.3/110-M2
PADA PENGEBORAN SUMUR JAS C-2 PT. PERTAMINA ASSET 3
SUBANG
4.1 Spesifikasi Drilling Line / Wire Rope ............................................. 34
4.2 Perhitungan Ton Mile ...................................................................... 34
4.3 Data Ton Mile .................................................................................. 47
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 48
5.2 Saran........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Lambang PT. Pertamina Drilling Services Indonesia ....................... 4

2.2 Gambar Struktur Formasi Jawa Barat ............................................................. 8

2.3 Gambar Rig PDSI #15.3/110-M2 ................................................................... 9

2.4 Gambar Struktur Organisasi di Rig PDSI #15.3/110-M2 .............................. 10

3.1 Gambar Drilling Line ...................................................................................... 11

3.2 Gambar Jenis Konstruksi Wire Rope .............................................................. 16

3.3 Gambar Arah Simpul dari Wire Rope ............................................................. 17

3.4 Gambar Recommended Cut Off Length For Drilling Lines (API 9B) ........... 22

v
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Jenis – Jenis Ukuran dan Konstruksi Wire Rope .................................. 12

3.2 Tabel Kekuaan dari beberapa Jenis Wire Rope .............................................. 17

3.3 Tabel Panjang Drilling Line pada Berbagai Tinggi Menara ........................... 21

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Serifikat Drilling Line Lembar 1

Lampiran 2 Serifikat Drilling Line Lembar 2

Lampiran 3 Pengangkutan Drilling Line

Lampiran 4 Catatan Ton Mile Halaman 1

Lampiran 5 Catatan Ton Mile Halaman 2

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Drilling line sering disebut wire rope didalam industri perminyakan. Untuk

pemakaian biaya yang serendah-rendahnya, crew pemboran dan semua tingkat

managemen pemboran harus tahu bagaimana untuk mendapatkan usia yang panjang

dari drilling line. Biaya tersebut dapat membengkak apabila drilling line yang

digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi rig atau program pemotongan yang tidak

benar. Pemotongan yang terlalu cepat mengakibatkan pemborosan dan

pembengkakan biaya yang terjadi akibat dari pembelian drilling line melebihi

semestinya. Pemotongan drilling line yang terlambat dapat mengakibatkan

kerusakan pada drilling line dan dapat mengganggu jalannya pemboran serta

membahayakan kru bor jika drilling line tersebut putus.

Adapun usaha usaha untuk mencapai hal tersebut di atas adalah sebagai berikut:

• Mengenal jenis/type drilling line sehingga dapat menentukan ukuran type

drilling line yang cukup memenuhi kebutuhan

• Penentuan program pemotongan (cut off program ) yang terbaik sesuai

dengan kondisi rig (tinggi menara, diameter drum, jenis drum). Penentuan

cut off program sangat penting untuk menjaga umur pakai yang maksimal.

1
• Penghitungan kerja yang dilakukan dengan satuan ton mile. Penghitungan

ton mile harus dilakukan dengan cermat sehingga didapatkan hasil ton mile

yang akurat.

• Penanganan dan pemeliharaan drilling line dengan tepat sebagai usaha

untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang umur pakai.

Dari berbagai usaha dalam memaksimalkan penggunaan drilling line diatas

akan dibahas beberapa usaha yaitu berkaitan dengan klasifikasi dan identifikasi

wire rope yang digunakan sebagai drilling line dan untuk menentukan wire rope

yang sesuai dengan rig yang digunakan serta kondisi lapangan yang akan dihadapai

dan penentuan program pemotongan dan penggeseran serta prosedur pemotongan

dan penggeseran drilling line.

Dengan mengacu pada pemasalahan di atas, maka penulis berkeinginan

untuk mengangkat hal ini dalam Kertas Kerja Wajib (KKW) dengan judul.

1.2 Batasan Masalah

Sesuai dengan program studi Diploma III yang dijalani, maka penulisan Kertas

Kerja Wajib ini penulis membatasi tulisan hanya pada perhitungan ton mile dan

perawatan drilling line atau yang biasa disebut ware rope pada rig PDSI #15.3/110-

M2 yang digunakan oleh PT. Pertaminas Asset 3 Subang pada sumur JAS-C2.

2
1.3 Maksud dan Tujuan

Penulis Kertas Kerja Wajib ini antara lain bertujuan untuk:

- Memenuhi persyaratan kurikulum STEM Akamigas Diplomas III Jurusan

Teknik Produksi Minyak dan Gas Tahun Akademik 2017/2018.

- Menambah wawasan ilmu tentang MIGAS khususnya dalam perhitungan ton

mile dan cara perawatan drilling line.

- Mengaplikasikan teori yang telah didapat pada saat diperkuliahan ke lapangan.

- Memberikan tambahan ilmu bagi pembaca dalam perhitungan ton mile dan

cara perawatan drilling line.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, penulis membuat sistematika

penulisan sebagai berikut :

- Bab 1 Pendahuluan

- Bab 2 Orientasi Umum

- Bab 3 Dasar Teori

- Bab 4 Evaluasi Penggunaan Drilling Line Rig PDSI #15.3/110-M2 Pada

Pengeboran Sumur JAS-C2 PT. Pertamina Asset 3 Subang

- Bab 5 Penutupan

3
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina Drilling Services Indonesia

Gambar 2.1 Lambang PT. Pertamina Drilling Services Indonesia

Dengan berubahnya status Pertamina sebagai perusahaan BUMN, maka kini

selain mengemban peran PSO (Public Service Obligation), Pertamina dituntut untuk

meraih laba dan menciptakan nilai bagi negara dan para pemangku kepentingan. Oleh

karena itu Pertamina kini harus mampu mengelola keseluruhan spectrum usahanya

denga efektif dan efisien. Salah satu kebijaka yang ditempuh adalah dengan

melakukan pemilihan segmen usaha dan pengelolaannya agar dapat fokus dan

tanggap terhadap persaingan usaha.

Untuk mendukung usaha Pertamina dalam proses eksplorasi dan produksi

terutama dalam bidang pegeboran, maka dibentuklah anak perusahaan yang khusus

4
bergerak dibidang pemboran, yaitu PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PT.

PDSI). PT. Pertamina Drilling Services Indonesia didirakan pada tanggal 13 Juni

2008, pemegang saham adalah PT. Pertamina (Persero) sebagai 99,87% dan PT.

Pertamina Hulu Energi sebesar 0,13%.

2.2 Formasi Lapangan

2.2.1 Formasi Vulkanik Jatibarang

Formasi ini yang merupakan early synrift, telah banyak pemboran dilakukan

menembus Formasi Jatibarang ini, terutama dijumpai di bagian tengah (Cipunegara)

dan timur (Jatibarang) dari Cekungan Jawa Barat Utara, sedangkan pada bagian barat

Formasi Jatibarang dijumpai di daerah Ciputat. Di daerah Tambun-Rengasdengklok,

formasi ini tidak terlalu tebal dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat

dan konglomerat alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial/non marine.

2.2.2 Formasi Talangakar

Pada fase synrift berikutnya diendapkan Formasi Talangakar, pada awalnya

berfasies Fluvio-deltaic sampai fasies marin. Litologi formasi ini diawali oleh

perselingan sedimen batupasir dengan serpih non marin dan diakhiri oleh perselingan

antara batugamping, serpih dan batupasir dalam fasies marin. Ketebalan Formasi ini

5
sangat bervariasi dari beberapa meter di Tinggian Rengasengklok sampai 254 m di

tinggian Tambun - Tangerang hingga diperkirakan 1500 m lebih untuk di pusat

dalaman Ciputat. Pada akhir sedimentasi Formasi Talangakar ini ditandai juga

berakhirnya sedimentasi synrift.

2.2.3 Formasi Baturaja

Pengendapan Formasi Baturaja yang terdiri dari batugamping, baik yang

berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef buildup menandai fase post

rift yang secara regional menutupi seluruh sedimen klastik Formasi Talangakar marin

di cekungan Jawa Barat Utara. Perkembangan batugamping terumbu umumnya

dijumpai pada daerah Tinggian Rengasdengklok, Tinggian Jatibarang dan Tinggian

Tambun–Tangerang. Namun, dari data pemboran terakhir, ternyata batugamping

terumbu juga berkembang pada daerah yang pada saat sekarang diketahui sebagai

daerah dalaman.

2.2.4 Formasi Cibulakan Atas

Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan

batugamping baik yang berupa batugamping klastik maupun secara setempat-

setempat berkembang juga batugamping terumbu yang dikenal sebagai Mid Main

Carbonate (MMC).

6
2.2.5 Formasi Parigi

Formasi Parigi terdiri dari batugamping baik klastik maupun batugamping

terumbu. Pengendapan batugamping ini melampar di seluruh Cekungan Jawa Barat

Utara dan pada umumnya berkembang sebagai batugamping terumbu menumpang

secara selaras di atas Formasi Cibulakan Atas.

2.2.6 Formasi Cisubuh

Di atas Formasi Parigi diendapkan sedimen klastik serpih, batulempung, batupasir

dan di tempat yang sangat terbatas diendapkan juga batugamping tipis, yang dikenal

sebagai Formasi Cisubuh. Seri sedimentasi ini sekaligus mengakhiri proses

sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara. Dari keseluruhan formasi di atas, sampai

saat ini yang diyakini sebagai formasi yang menggenerasikan hidrokarbon di seluruh

Cekungan Jawa Barat Utara adalah Formasi Talangakar yang terletak di Dalaman

Ciputat, Kepuh, Pasirbungur, Cipunegara dan Jatibarang, yang berfungsi sebagai

source pod. Dari sejumlah source pod telah digenerasikan hidrokarbon seperti yang

dijumpai di berbagai lapangan minyak/gas yang ada di Jawa Barat Utara.

7
Gambar 2.2 Struktur Formasi Jawa Barat

2.3 Rig PDSI #15.3/N110-M2

Rig PDSI #15.3/N110-M2 adalah salah satu rig mekanik milik PT.PDSI yang

dibeli pada tahun 2004. Rig ini berjenis land rig skid mounted dengan substructure

bertipe swing up. Menara di rig ini adalah cantilever mast. Kekuatan dari drawwork

rig ini sebesar 1500 HP dengan static hook load capacity Menara sebesar 1.000.000

lbs. Rig ini dapat mengebor hingga kedalaman 12.000 ft dengan drill pipe 5 inch.

Terdapat 3 buah generator mesin AC dan 3 buah pompa lumpur di rig ini. Rig PDSI

8
#15.3/N110-M2 juga dilengkapi portacamp yang dipakai sebagai tempat istirahat,

rekreasi, dan rapat kru rig.

Gambar 2.3 Rig PDSI #15.3/N110-M2

2.4 Struktur Organisasi di Rig PDSI #15.3/N110-M2

Terdapat struktur organisasi yang berlaku di Rig PDSI #15.3/N110-M2.

Struktur tersebut dapat dilihat seperti di gambar 2.4

9
Company Man

Service Rig
Company Superintendent

Chief
Toolpusher Chief Mekanik Chief HSE
Instrumen

Driller HSE Officer

Assisten
Driller

Derrickman

Floorman

Roustabout

Gambar 2.4 Struktur Organisasi di Rig PDSI #15.3/N110-M2

10
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Drillig Line / Wire Rope

Drilling line atau yang biasa disebut dengan wire rope merupakan wire baja

yang berfungsi menghubungkan semua komponen dalam hoisting system. Tali ini

dililitkan secara bergatian melalui katrol pada crown block dan traveling block

kemudian digulung pada rotating drawwork drum (Gambar 3.1). Drilling line

menguhungkan drawwrok dan dead line achor.

Gambar 3.1 Drilling Line

11
3.1.1 Jenis – Jenis Drilling Line / Wire Rope

Salah satu jenis dari drilling line adalah wire rope. Wire rope dibuat

dari carbon steel yang didinginkan dengan cepat dan mempunyai variasi

ukuran dan kekuatan (lihat Tabel 3.1)

API mengklasifikasikan ukuran wire rope sebagai berikut :

• Extra Improved Plow Steel (EIPS)

• Improved Plow Steel (IPS)

• Plow Steel (PS)

• Mild Plow Steel (MPS)

Tabel 3.1 Jenis-Jenis Ukuran dan Konstruksi Wire Rope

Service and Wire Diameter WireRope Description (Regular

Well Depth Rope lay)


(mm)

In

Rod and tubing pull lines

Shallow ½ - ¾ inci (13 to 19) 6 x 25 FW or 6 x 26 WS or 6 x 31

WS or 18 x 7 or 19 x 7
Intermediate ¾ - 7/8 (19, 22)

inci PF, LL, IPS or EIPS, IWRC

Deep 7/8 – 1 1/8 (22 to 29)

inci

Rod Hanger ¼ (6.5) 6 x 19, PF, RL, IPS, FC

lines

12
Sand lines

Shallow ¼ , ½ inci (6.5 to

13)
6 x 7 Bright or Galv, PF, RL, PS or

Intermediate ½ , 8/16 (13, 14.5) IPS, FC

Deep 8/16 , 3/8 14.5, 16

Drilling lines-cable tool (drilling and cleanout)

Shallow 5/8 , ¾ (16.19)

Intermediate ¾ , 7/8 (19. 22) 6 x 21 FW, PF or NPF, RL or LL,

PS or IPS, FC
Deep 7/8 , 1 (22.26)

Casing lines-cable tool

Shallow 3/4 , 7/8 (19.22)

Intermediate 7/8 , 1 (22.26) 6 x 25 FW, PF, RL, IPS, FC or

IWRC
Deep 1 , 1 1/8 (26.29)

6 x 25 FW, PF, RL, IPS, or EIPS,

IWRC

Drilling lines-coring and slim-hole rotary rigs

Shallow 7/8 , 1 (22.26) 6 x 25 FW, PF, RL, IPS, or

EIPS,IWRC
Intermediate 1 , 1 1/8 (26.29)

13
6 x 19 S or 6 x 26 WS, PF, RL, IPS

or EIPS, IWRC

Drilling lines-large rotary rigs

Shallow 1 , 1 1/8 (26.29)

Intermediate 1 1/8 , 1 ¼ (29.32) 6 x 19 S or 6 x 21 S or 6 x 25 FW,

PF, RL, IPS or EIPS, IWRC


Deep 1 ¼, 1 ¾ (32.45)

inci

Winch lines- 5/8 - 7/8 (16 to 22) 6 x 26 WS or 6 x 31 WS, PF, RL,

heavy duty inci IPS or EIPS, IWRC

7/8 – 1 1/8 22 to 29) 6 x 36 WS, PF, RL, IPS or EIPS,

inci IWRC

Horsehead pumping-unit lines

Shallow ½ - 1 1/8 (13 to 29) 6 x 19 class or 6 x 37 class or 19 x 7,

inci PF, IPS, FC or IWRC

Intermediate 5/8 – 1 1/8 (16 to 29) 6 x 19 class or 6 x 37 class, PF, IPS,

inci FC or IWRC

Offshore 7/8 – 2 ¾ (22 to 70) 6 x 19 class, bright or galv., PF, RL,

anchorager onci IPS or EIPS, IWRC

14
Lines 1 3/8 – 4 (35 to 6 x 37 class, bright or galv., PF, RL,

¾ inci 122) IPS or EIPS, IWRC

3¾-4¾ (96 to 6 x 61 class, bright or galv., PF, RL,

inci 122) IPS or EIPS, IWRC

Mast raising 1 3/8 and (thru 35) 6 x 19 class PF, RL, IPS or EIPS,

lines smaller IWRC

1 ½ and (38 and 6 x 37 class PF, RL, IPS or EIPS,

larger up) IWRC

Guideline ¾ (19) 6 x 25 FW, PF, RL, IPS or EIPS,

tensioner line IWRC

Riser tensioner 1 ½ , 2 (38,51) Wire Rope description (lang lay)

lines 6 x 36 WS or 6 x 41 WS or 6 x 41

FW or 6 x 49 FW, S, PF, RL, IPS or

EIPS, IWRC

Keterangan :

WS : Warrington Seale PF : Preformed

S : Seale NPF : Nonpreformed

FW : Filler wire RL : Right lay

PS : Plow steel LL : Left lay

IPS : Omproved plow steel FC : Fiber core

EIPS: Extra improved plow steel

15
IWRC : Independent wire rope

core

Pada umumnya EIPS dan IPS yang mempunyai kekuatan tinggi digunakan

saat ini untuk drilling line. Elemen utama dari wire rope adalah kawat-kawat

tunggal. Lembaran-lembaran kawat diuntai di sekeliling inti dari wire rope. Inti

dapat dibuat dari tali fiber, plastik, baja, atau kawat tunggal. Wire rope umumnya

dibagi dari bentuk inti dan jumlah dari simpul yang membungkus di sekitar inti,

sedang simpul terdiri dari beberapa kawat tunggal. (Gambar 3.2)

Arah dari tali dapat dibagi berdasarkan simpul yang melingkari inti dan

kemiringan dari kawat simpul-simpul tersebut (Gambar 3.23). Simpul-simpul

arahnya dapat ke kanan atau ke kiri. Kawat-kawat bebas arahnya dapat regular

maupun lang. Panjang dari lang biasanya 7,25 - 8 kali diameter nominal.

Gambar 3.2 Jenis Konstruksi Wire Rope

16
Gambar 3.3 Arah Simpul dari Wire Rope

Kekuatan nominal dari tali tergantung dari material yang digunakan untuk membuat

tali tersebut, jumlah dari simpul-simpul dan kawat-kawat, ukuran dari tali. API

memberikan Tabel-Tabel untuk kekuatan pecah dari bermacam-macam tali kawat

(lihat Tabel 3.4)

Tabel 3.2 Kekuatan dari beberapa Jenis Wire Rope

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nominal Normal Strenth


Approx Mass
Diameter Improved Plow Steel Extra Improved Plow Steel

in mm Lb/ft Kg/m Lb kN Metric lb kN Metric

Tonnes Tonnes

½ 13 0.46 0.68 23.000 102 10.4 26.600 118 12.1

9/16 14.5 0.59 0.88 29.000 129 13.2 33.600 149 15.2

17
5/8 16 0.72 1.07 35.800 159 16.2 41.200 183 18.7

¾ 19 1.04 1.55 51.200 228 23.2 58.800 262 26.7

7/8 22 1.42 2.11 69.200 308 31.4 79.600 354 36.1

1 26 1.85 2.75 89.800 399 40.7 103.400 460 46.9

1 1/8 29 2.34 3.48 113.000 503 51.3 130.000 578 59.0

1¼ 32 2.89 4.30 138.800 617 63.0 159.800 711 72.5

1 3/8 35 3.50 5.21 167.000 743 75.7 192.000 854 87.1

1½ 38 4.16 6.19 197.800 880 89.7 228.000 1010 103

1 5/8 42 4.88 7.26 230.000 1020 104 264.000 1170 120

1¾ 45 5.67 8.44 266.000 1180 121 306.000 1360 139

1 7/8 48 6.50 9.67 304.000 1350 138 348.000 1550 158

2 51 7.39 11.0 344.000 1530 156 396.000 1760 180

2 1/8 54 8.35 12.4 384.000 1710 174 442.000 1970 200

2¼ 57 9.36 13.9 430.000 1910 195 494.000 2200 224

2 3/8 61 10.4 15.5 478.000 2130 217 548.000 2440 249

2½ 64 11.6 17.3 524.000 2330 238 604.000 2880 274

2 5/8 67 12.8 19.0 576.000 2560 261 662.000 2940 300

18
2¾ 70 14.0 20.8 628.000 2790 285 722.000 3210 327

2 7/8 74 15.3 22.8 682.000 3030 309 784.000 3490 356

3 77 16.6 24.7 740.000 3290 336 850.000 3780 386

3 1/8 80 18.0 26.8 798.000 3550 362 916.000 4070 415

3¼ 83 19.5 29.0 858.000 3820 389 984.000 4380 446

3 3/8 86 21.0 31.3 918.000 4080 416 1.058.000 4710 480

3½ 90 22.7 33.8 982.000 4370 445 1.128.000 5020 512

3¾ 96 26.0 38.7 1.114.000 4960 505 1.282.000 5700 582

4 103 29.6 44.0 1.254.000 5580 569 1.440.000 6410 653

3.1.2 Pemilihan Drilling Line / Wire Rope

Dari spesifikasi dan identifikasi wire rope tersebut diatas dapat ditentukan

wire rope yang sesuai dengan rig serta daerah operasi pemboran yang akan

dilakukan. Pemilihan wire rope yang tepat sangatlah penting, jangan sampai drilling

line yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi rig dan kondisi daerah pemboran.

Pemilihan drilling line harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :

1. Diameter wire rope harus sesuai dengan ukuran sheaves groove dari crown,

drum dan traveling block. Tidak boleh lebih besar ataupun lebih kecil.

2. Arah pintalan (lay) harus sesuai dengan drum. Left lay digunakan pada

drum dengan gulungan dimulai dari sebelah kiri untuk gulungan underwind

19
dan dari sebelah kanan untuk drum overwind, demikian sebaliknya dengan

right lay

3. Jenis core yang sesuai untuk drilling line adalah IWRC. Fiber core memang

memberikan keuntungan lebih pada kelenturan wire rope, akan tetapi wire

rope dengan inti fiber tidak cocok untuk mengangkat beban berat.

4. Grade of Steel dari wire rope yang digunakan sebagai drilling line sesuai

dengan rekomendasi API adalah IPS atau EIPS. API juga

merekomendasikan wire rope dengan tipe preforming.

5. Panjang drilling line yang harus dibeli harus sepanjang minimum yang

diperlukan ditambah cadangan untuk keperluan penggeseran dan

pemotongan untuk mendapatkan manfaat drilling line yang optimal.

Yang dimaksud panjang minimum adalah panjang drilling line yang diperlukan

agar dapat menarik pipa pada posisi terendah dengan ditambah pada drum

drawwork masih tersisa sejumlah batas aman. Batas aman drilling line di drum

drawwork adalah plain drum satu layer ditambah 4 sampai enam lilitan kalau pada

groove drum cukup sejumlah 6 sampai 9 lilitan. Apabila drilling line tidak sesuai

dengan panjang minimum berarti keausan dari drilling line tidak dapat diratakan

dan karena hanya untuk sekali terpasang, akibatnya banyak bagian yang masih baik

ikut terbuang.

Semakin panjang perataan keausan dengan pergeseran dan pemotongan data

dilakukan, yang berarti memanfaatkan kemampuan drilling line secara optimal.

Tetapi panjang drilling line yang terlalu panjang juga dapat berakibat tidak

ekonomis karena akan menyulitkan atau menambah ongkos transport.

20
Tabel 3.3 Panjang Drilling Line pada Berbagai Tinggi Menara

Derrick Height Lines Strung Minimum Length Suggested Length

(ft) (ft) (ft)

180 6 1550 3500

8 2000 5000

10 2250 To

12 2600 7500

150 6 1300 3500

8 1600 5000

10 1900 To

12 2200 7500

125 6 1100 3500

8 1350 To

10 1600 5000

3.2 Program Penggeseran dan Pemotongan (Slip and Cut)

Pelaksanaan penggeseran dan pemotongan adalah untuk menaikkan

services life dari drilling line. Penggeseran drilling line dilakukan untuk meratakan

keausan terbesar, atau tempat mengalami kelelahan. Kelelahan dan keausan

terbesar itu terjadi pada titik di mana saat mulai menaikkan dan menurunkan beban

yang di sebut titik kritis. Titik kritis tersebut terdapat pada crown block, traveling

21
block, cross over drum dan dead line yang terjadi di tempat saat mulai menarik atau

memasukkan string.

3.2.1 Penentuan Cut Off Program

Cut off atau pemotongan dilakukan apabila :

• Dari visual inspection diketahui adanya drilling line yang rusak.

• Total kumulatif ton mile telah dicapai.

Panjang pemotongan dapat ditentukan berdasarkan tabel Recommended Cut

Off Length API RP 9B. Untuk menentukan panjang pemotongan terlebih dahulu

harus diketahui tinggi menara, dan diameter drum yang digunakan. Ton mile

pemotongan ditentukan berdasarkan tabel Cut Off Practice for Drilling Line Ton

Mile before cut API RP 9B. Untuk menentukan ton mile diperlukan data diameter

drilling line, tinggi menara dan kekerasan formasi yang akan dibor serta safety

factor yang digunakan.

Gambar 3.4 Recommended Cut Off Length For Rotary Drilling Lines (API

9B)

22
3.2.2 Perhitungan Ton Mile

Untuk keperluan menghitung ton mile di lapangan dapat di lakukan dengan

beberapa cara antara lain :

1. Mempergunakan rumus matematis.

2. Mempergunakan tabel – tabel yang telah disediakan oleh perusahaan

pembuat wire rope atau dari IADC drilling manual

3. Mempergunakan slide rule, hasilnya sedikit lebih baik dan hampir

mendekati bila di bandingkan dengan cara perhitungan dengan rumus

matematis.

Ton Mile Round Trip

Sebagian besar dari kerja drilling line yang dilakukan adalah untuk

pekerjaan round trip. Jumlah kerja yang di lakukan untuk round trip dapat dihitung

dengan rumus berikut :

1
𝐷 (𝐿𝑆 + 𝐷)𝑊𝑚 𝐷 (𝑀 + 𝐶)
𝑇𝑅 = + 2
10560000 2640000

Keterangan :

TR = Ton mile untuk round trip, ton mile

D = Kedalaman lubang, ft

23
LS = Panjang drill pipe per stand, ft.

N = Jumlah stand dari drill stem

Wm = berat effective per feet drill pipe dalam Lumpur, lbs/ ft

M = berat seluruh block assembly, lbs

C = berat excess, yaitu selisih berat seluruh drill collar assembly dalam lumpur

dikurangi berat drill pipe dalam lumpur untuk panjang yang sama, lbs

Bouyancy Factor

Berat string didalam zat cair = W(1- 0.015 ppg) = W(1-0.015(8,33xSG))

keterangan :

W = berat string di udara

Ton Mile Menggunakan Kelly

Ton mile drilling (TD) tanpa reaming :

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 2

Ton mile drilling dengan reaming:

Untuk 1 x reaming 𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 2

Untuk 2 x reaming 𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 2

24
Untuk 3 x reaming 𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 2

Keterangan :

TD = Ton mile drilling dari kedalaman 1 ke kedalaman 2, ton mile

TR1 = Ton mile roundtrip untuk dari kedalaman awal, ton mile

TR2 = Ton mile round trip untuk dari kedalaman akhir, ton mile

Ton Mile Drilling Dengan Top Drive System

Rumus ton mile drilling dengan top drive tanpa reaming adalah

𝑻𝑫 = (𝑻𝑹𝟐 − 𝑻𝑹𝟏 ) 𝒙 𝟏⁄𝟐

Untuk reaming satu kali

𝑻𝑫 = (𝑻𝑹𝟐 − 𝑻𝑹𝟏 ) 𝒙 𝟑⁄𝟐

Ton Mile Corring

Rumus ton mile drilling dengan top drive tanpa reaming adalah

𝑻𝑫 = (𝑻𝑹𝟐 − 𝑻𝑹𝟏 ) 𝒙 𝟏⁄𝟐

25
Ton Mile Running Casing

Ton mile untuk memasukkan casing dapat dihitungkan dengan rumus sebagai

berikut:

𝐷 (𝐿𝐶𝑆 + 𝐷 )𝑊𝑐𝑚 𝐷𝑥𝑀 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

Keterangan :

Tc = Ton Mile memasukkan casing, ton mile

Lcs = Panjang casing per joint, ft

Wcm = Berat casing per ft di dalam lumpur, lbs/ft

Ton Mile Short Trip

Ton mile untuk short trip dapat dihitung ton mile round trip dari

kedalaman dasar dikurangi ton mile round trip dari kedalaman casing shoe.

𝑇𝑆 = 𝑇𝑅𝑇 − 𝑇𝑅𝐶

Keterangan :

Ts = Ton mile short trip

TRT = Ton mile round trip dari kedalaman akhir

TRC = Ton mile round trip dari kedalaman casing shoe

26
Ton Mile Round Trip dengan String HWDP

Prinsip penghitungan sama dengan rumus round trip biasa, tetapi berbeda

dengan perhitungan berat excess, yang harus diperhitungkan pula escess HWDP.

1
𝐷 (𝐿𝑆 + 𝐷 )𝑊𝑚 𝐷 (𝑀 + 2 𝐶𝐻) 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

Keterangan :

CH = berat excess yang besarnya sama dengan selisih berat seluruh DC dan

HWDP dalam lumpur dengan berat DP dalam lumpur dengan panjang

yang sama

Ton Mile pada saat Rig Up

Pada saat rig up perlu juga dihitung ton mile drilling line yang digunakan

untuk menarik menara. Rumus ini hanya berlaku pada rig dengan tipe menara

cantilever dan full view.

1415 𝑥 𝑊 𝑥 𝐻
𝑇𝑅𝑈 =
10560000

Keterangan :

TRU = Ton mile rig up

W = Berat maximum menara saat rig up, lbs

H = Tinggi Menara, ft

27
Ton Mile Rig Up Top Drive

1
(2 𝑊𝑡 + 𝑊𝑜𝑒 ) 𝑥 𝐿
𝑇𝑇𝐷 =
10560000

Keterangan :

Wt = Berat torque top drive, lbs

Woe = Berat overhead equipment (traveling block, hook dan top drive), lbs

L = Tinggi torque track, ft

Ton Mile Stand Up

2
(𝑊𝑜𝑒 + 3 (𝑊𝑑𝑝 𝑥 𝐿𝑠 )) 𝑁 𝑥 𝐿𝑠
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

Keterangan :

TSU = Ton mile stand up

Wdp = Berat drill pipe, lbs

Woe = Berat overhead equipment (traveling block, hook dan top drive), lbs

LS = Panjang stand, ft

N = Jumlah stand

28
3.3 Prosedur Penggeseran dan Pemotongan Drilling Line / Wire Rope

3.3.1 Penggeseran Drilling Line / Wire Rope

1. Mengulur drilling line di wire rope reel dan tandai sepanjang penggeseran.

Pasang safety U-bolt clamp atau wire clip untuk tiap penggeseran.

2. Kendurkan baut klem pada dead line anchor, harus diperhatikan hal-hal

berikut:

• Driller telah diposisi memegang brake drawwork.

• Pengenduran baut klem dilakukan dengan sedikit demi sedikit dan

merata di semua baut klem.

• Setelah klem agak longgar goyang wire rope agar wire rope bergerak

naik.

• Salah satu crew harus di posisi memegang brake wire rope di dead line

anchor (memegang kunci untuk mengencangkan baut) agar jika klem

terlalu longgar dan bergerak naik dengan cepat dapat segera di rem.

3. Jika Wire Rope tidak bergerak meskipun klem telah dilonggarkan maka beri

beban kejut dengan jalan angkat traveling blok.

4. Gulung drilling line sampai batas penggeseran telah mencapai dead line

anchor.

5. Kencangkan kembali baut klem dead line anchor.

29
3.3.2 Pemotongan Drilling Line / Wire Rope

1. Selanjutnya clamp dengan wire rope clips fast line dengan line lainnya

supaya pada waktu drilling line yang ada di drum dilepas, drilling line di

block tidak menggeser.

2. Keluarkan drilling line dari drum dengan jalan membalik (reverse) putaran

drum dan buka klem drilling line pada drum drawwork.

3. Setelah drilling line dilepas dari drum dapat di lakukan pemotongan

sepanjang yang di inginkan.

4. Selanjutnya pasang kembali drilling line di drum dan pasang klem.

5. Gulung drilling line. Pada saat menggulung harus dipastikan kerapatan

gulungan.

6. Setelah selesai angkat traveling block dan lepas wire rope clips di fast line.

7. Berikan waktu break in, dengan memberi beban ringan terlebih dahulu pada

waktu yang singkat. Disarankan 15 cycle dengan 3 joint drill pipe akan

cukup untuk break in.

3.4 Pemeliharaan Drilling Line / Wire Rope

Pemeliharaan adalah salah satu usaha untuk memperpanjang umur pakai

dimana pemeliharaan disini dapat dimulai dari proses penanganan wire rope di reel

dan penanganan selama operasi.

30
3.4.1 Penanganan Drilling Line / Wire Rope di Reel

1. Apabila mengangkat wire rope di reel baru, pakailah binding atau lifting

chain supaya jangan digantung melingkari wire rope.

2. Untuk memindahkan reel, dengan memakai linggis (batang pipa) jangan

menekan wire ropenya, tetapi dorong pada reel flangnya.

3. Reel jangan digelindingkan atau dijatuhkan di tempat keras, tajam, yang

akan membuat tekukan di wire rope.

4. Jangan menjatuhkan reel dari truck dan lain-lain yang akan merusak rope

5. Jangan menggelindingkan atau meletakkan wire rope di tempat yang akan

membuat besi berkarat seperti lumpur, kotoran, asam, dan lain lain.

6. Untuk mencegah pengkaratan pada wire rope, sebaiknya disimpan dan

diberi pelumas yang benar.

7. Jangan mempergunakan wire rope sebagai arc welding circuit.

3.4.2 Penanganan di Operasi

1. Pembebanan kepada drilling line harus memiliki design factor atau safety

factor yang cukup. Normal atau standard safety factor untuk drilling line

adalah 5 sedangkan safety factor minimal yang diizinkan adalah 3.

2. Kecepatan penggulungan drilling line maksimum adalah 4000 ft/menit.

3. Fast line fatique disebabkan oleh vibrasi, untuk itu wireline stabilizer atau

drilling line guide harus dipasang. Hal ini tidak dilakukan pada rig MSH

2000/30 karena wireline stabilizer tidak di pasang.

31
4. Sheave yang goyang karena ausnya bearing dapat menimbulkan vibrasi

sehingga dapat mempercepat aus sheave dan wire rope. Inspeksi dan

pemberian grease secara rutin dilaksanakan seminggu sekali.

5. Fleet angle atau sudut yang dibentuk fast line pada saat di posisi pinggir

drum dengan garis center antara drum dan fast line sheave dibatasi

maksimum 2o untuk groove drum dan 1,5o untuk plain drum.

6. Apabila wire rope kering dapat diberikan pelumasan dengan grade yang

baik dan bebas dari asam.

7. Mengikat wire rope dengan wire rope clips. Pergunakanlah jumlah clip yang

cukup dan disusun dengan susunan yang benar.

8. Prosedur penggeseran dan pemotongan harus dilakukan secara berkala dan

tepat.

9. Inspeksi atau pengamatan secara visual harus dilaksanakan secara rutin dan

teliti.

3.4.3 Prosedur Penggantian Drilling Line

1. Letakkan traveling block pada posisi terbaik yaitu gantung dengan hang line

atau penahan agar traveling block posisi tegak dekat rotary table.

2. Letakkan reel pada posisi sedekat mungkin dengan dead line anchor, reel

harus diletakkan mendatar pada penyangga dengan penyangga dengan

ujung terletak di bawah.

3. Jangan sampai wire rope bergesekan dengan bagian menara.

32
4. Pengereman reel flange harus dilakukan agar rope tidak kendor pada saat

mengulur, berikan pengereman mempergunakan kayu.

5. Pelihara tegangan wire rope, gulung yang teratur.

6. Untuk memulai memasang wire rope baru, pakailah swivel type stringing

grip.

7. Gulung terus kabel tua sampai kabel baru masuk drul dengan jumlah cukup.

8. Ikat Drilling Line baru dan lepas swivel type string grip. Keluarkan drilling

line lama dari drawwork ke reel lain.

9. Pasang drilling line baru ke drum drawwork dengan jumlah lilitan yang

cukup pada posisi traveling block akan mengangkat. Pada drum dengan

groove minimum pada drum harus ada 6 sampai 9 wraps dari pada faced

drum harus mempunyai satu layer penuh ditambah 4 sampai 6 wrap untuk

layer kedua.

10. Dead Line Anchor hold down sheavesnya harus paling sedikit 15 x diameter

wire rope, klem dengan bath jangan sampai link flatten tertekan kembali.

11. Setelah selesai angkat traveling block dan lepas hang off line dari traveling

block.

12. Berikan waktu break in, dengan memberi beban ringan terlebih dahulu pada

waktu yang singkat. Disarankan 15 cycle dengan 3 joint drill pipe akan

cukup untuk break in.

33
IV. EVALUASI PENGGUNAAN DRILLING LINE RIG PDSI

#15.3/110-M2 PADA PENGEBORAN SUMUR JAS-C2

PT. PERTAMINA ASSET 3 SUBANG

4.1 Spesifikasi Drilling Line / Ware Rope

1 3/8, 6 x 19, DRILLING LINE, IWRC RHRK EI

Brand Name = Blue Strand Drilling Lines to API 9A

Designation = 34.9 mm 1 3/8” 6x19S-IWRC sZ U

Rope Grade = EIPS

Rope Number = J150301

Minimum break force = 854.16 kN (87.18934 Ton)

Measured break force = 897.99 kN (91,66334 Ton)

4.2 Perhitungan Ton Mile

Ton Mile Round Trip

Perhitungan ton mile pada saat melakukan round trip drill pipe dapat di

hitung guna untuk mementukan beban yang akan di terima oleh drilling line pada

saat melakukan suatu pekerjaan round trip drill pipe.

1
𝐷 (𝐿𝑆 + 𝐷)𝑊𝑚 𝐷 (𝑀 + 𝐶)
2
𝑇𝑅 = +
10560000 2640000

34
data:

D = 11148.84 ft

Ls = 30 ft

Wm = 188.8 lbs/ft

M = 95000 lbs

C = 995,383 lbs

1
11148.84 (30 + 11148.84) 188.8 11148.84 (95000 + 2 𝑥 995,383 )
𝑇𝑅 = +
10560000 2640000

23530342974 1064688292
𝑇𝑅 = +
10560000 2640000

𝑇𝑅 = 2228.2521176 + 403.2910197

𝑇𝑅 = 2631.543

𝑇𝑅 = 2632 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton mile drilling menggunakan top drive system

Perhitungan ton mile ketika menggunakan top drive dapat dihitung agar

penggunaannya menjadi efisien, dan perhitungan ini dibagi menjadi 2 yaitu reaming

satu kali dan lebih dari satu kali.

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 1⁄2

35
Reaming lebih dari 1 kali

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 3⁄2

data:

1
11148.84 (30 + 11148.84) 188.8 11148.84 (95000 + 2 𝑥 995,383 )
𝑇𝑅2 = +
10560000 2640000

23530342974 1064688292
𝑇𝑅2 = +
10560000 2640000

𝑇𝑅2 = 2228.2521176 + 403.2910197

𝑇𝑅2 = 2631.543

𝑇𝑅2 = 2632 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

1
131.24 (30 + 131.24) 188.8 131.24 (95000 + 𝑥 995,383 )
2
𝑇𝑅1 = +
10560000 2640000

3995222.779 12533117.03
𝑇𝑅1 = +
10560000 2640000

𝑇𝑅1 = 0.37833549 + 4.747392815

𝑇𝑅1 = 5.125728

𝑇𝑅1 = 6 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 1⁄2

36
𝑇𝐷 = (2632 − 6) 𝑥 1⁄2

𝑇𝐷 = 2626 𝑥 1⁄2

𝑇𝐷 = 1313 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 3⁄2

𝑇𝐷 = (2632 − 6) 𝑥 3⁄2

𝑇𝐷 = 2626 𝑥 3⁄2

𝑇𝐷 = 3939 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton mile corring

Pada saat melakukan coring drilling line juga harus dihitung agar dapat

menjaga umur drilling line dan mencegak keausan drilling line tersebut.

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 1⁄2

data:

TR2 = 2626 Ton mile

TR1 = 6 Ton Mile

𝑇𝐷 = (𝑇𝑅2 − 𝑇𝑅1 ) 𝑥 1⁄2

37
𝑇𝐷 = (2632 − 6) 𝑥 1⁄2

𝑇𝐷 = 2626 𝑥 1⁄2

𝑇𝐷 = 1313 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton Mile Running Casing

Pada saat running casing perhitungan ton mile sangat diperhatikan karena

beban yang diterima oleh drilling line tidaklah sedikit, maka dari itu perhitungan

ton mile pada saat running casing harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

𝐷 (𝐿𝐶𝑆 + 𝐷 )𝑊𝑐𝑚 𝐷𝑥𝑀 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

• Trayek 20”

data :

D = 1158.193 ft

LCS = 30 ft

Wcm = 1026.288 lbs/ft

M = 95000 lbs

1158.198 (30 + 1148.35) 1026.288 1158.198 𝑥 95000 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

138753064.5 124617049,8 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

38
1
𝑇𝐶 = (133.7436316 + 47.20342797)𝑥
2

1
𝑇𝐶 = 180.9471 𝑥
2

𝑇𝐶 = 90.47353

𝑇𝐶 = 90 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

• Trayek 13 3/8”

data :

D = 4429.35 ft

LCS = 30 ft

Wcm = 527.6668 lbs/ft

M = 95000 lbs

4429.35 (30 + 4429.35) 527.6668 4429.35 𝑥 95000 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

32253646887 420788250 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

1
𝑇𝐶 = (305.4332262 + 159.3895 )𝑥
2

1
𝑇𝐶 = 464.8217507 𝑥
2

𝑇𝐶 = 232.4108753

39
𝑇𝐶 = 233 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

• Trayek 9 5/8”

data :

D = 9488.652 ft

LCS = 30 ft

Wcm = 421.1652 lbs/ft

M = 95000 lbs

9488.652(30 + 9488.652) 421.1652 9488.652 𝑥 95000 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

11677159888 9014219400 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

1
𝑇𝐶 = (1105.791656 + 3414.477)𝑥
2

1
𝑇𝐶 = 4520.268702 𝑥
2

𝑇𝐶 = 2260.134351

𝑇𝐶 = 2261 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

40
• Trayek 7”

data :

D = 11148.838 ft

LCS = 30 ft

Wcm = 251.7309 lbs/ft

M = 95000 lbs

11148.838 (30 + 11148.838) 251.7309 11148.838 𝑥 95000 1


𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

31371139748 1059139610 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

1
𝑇𝐶 = (2970.75187 + 401.1892462)𝑥
2

1
𝑇𝐶 = 3371.941116 𝑥
2

𝑇𝐶 = 1685.970558

𝑇𝐶 = 1686 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton Mile Short Trip

Pada saat short trip perhitungan ton mile harus tetap di hitung agar tidak

terjadi ke ausan ataupun hal tidak diinginan pada saat pekerjaan short trip walaupun

41
tidak seberat dari pekerjaan running casing short trip harus juga di hitung pada saat

melakukan pekerjaan.

𝑇𝑆 = 𝑇𝑅𝑇 − 𝑇𝑅𝐶

data:

1
11148.84 (30 + 11148.84) 188.8 11148.84 (95000 + 2 𝑥 995,383 )
𝑇𝑅𝑇 = +
10560000 2640000

23530342974 1064688292
𝑇𝑅𝑇 = +
10560000 2640000

𝑇𝑅𝑇 = 2228.2521176 + 403.2910197

𝑇𝑅𝑇 = 2631.543

𝑇𝑅𝑇 = 2632 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

9488.652(30 + 9488.652) 421.1652 9488.652 𝑥 95000 1


𝑇𝑅𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

11677159888 9014219400 1
𝑇𝑅𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

1
𝑇𝑅𝐶 = (1105.791656 + 3414.477)𝑥
2

1
𝑇𝑅𝐶 = 4520.268702 𝑥
2

𝑇𝑅𝐶 = 2260.134351

𝑇𝑅𝐶 = 2261 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

42
𝑇𝑆 = 2632 − 2261

𝑇𝑆 = 371 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton Mile Round Trip dengan String HWDP

Perhitungan ton mile pada saat roundtrip HWDP harus diperhatikan dengan

seksama karena banyak rangkaian yang ikut pada saat proses round trip ini,

sehingga harus di hitung dengan benar agar tidak terjadi sesatu pada saat melakukan

pekerjaan tersebut.

1
𝐷 (𝐿𝑆 + 𝐷 )𝑊𝑚 𝐷 (𝑀 + 2 𝐶𝐻) 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

data :

D = 11148.84 ft

LS = 30 ft

Wm = 57.93 lbs/ft

M = 95000 lbs

CH = 10235.37978

43
11148.84 (30 + 11148.84) 57.93
𝑇𝐶 = (
10560000

1
11148.84 (95000 + 2 x 10235.37978) 1
+ )𝑥
2640000 2

7219879539 1116196106 1
𝑇𝐶 = ( + )𝑥
10560000 2640000 2

1
𝑇𝐶 = (683.7007139 + 422,8015552 )𝑥
2

1
𝑇𝐶 = 1106.502 𝑥
2

𝑇𝐶 = 553.2511

𝑇𝐶 = 554 Ton mile

Ton Mile Rig Up Top Drive

Pada saat rig up top drive harus diperhitungkan juga beban yang diterima

oleh drilling line.

1
(2 𝑊𝑡 + 𝑊𝑜𝑒 ) 𝑥 𝐿
𝑇𝑇𝐷 =
10560000

data :

Wt = 26550 lbs/ft

Woe = 149100 lbs

44
L =

1
(2 26550 + 149100) 𝑥 𝐿
𝑇𝑇𝐷 =
10560000

162375 𝑥 𝐿
𝑇𝑇𝐷 =
10560000

𝑇𝑇𝐷 = 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

Ton Mile Stand Up

Pada saat stand up atau pengangkatan drill pipe, HWDP, ataupun drill

collar harus dihitung karena pengangkatan ini diletakkan di lantai bor dan harus

dilakukan dengan hati-hati dan perhitungan ton mile harus di hitung dengan benar

karena jika ada kesalahan akan terjadi akibat yang buruk.

2
(𝑊𝑜𝑒 + (𝑊𝑑𝑝 𝑥 𝐿𝑠 )) 𝑁 𝑥 𝐿𝑠
3
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

data:

Woe = 107596,1 lbs

Wdp = 19.5 lbs/ft

Ls = 30 ft

N = 17

45
2
(149100 + 3 (19.5 𝑥 30)) 17 𝑥 30
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

2
(149100 + 3 𝑥 585) 90
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

35100
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

𝑇𝑆𝑈 = 5,215332

Woe = 107596,1 lbs

Whwdp = 57.93 lbs/ft

Ls = 30 ft

N =7

2
(107596.1 + 3 (57.93 𝑥 30)) 7 𝑥 30
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

2
(107596.1 + 3 𝑥 1737.9) 210
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

22839704
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

𝑇𝑆𝑈 = 2.162851

Woe = 107596,1 lbs

46
Wdc = 94 lbs/ft

Ls = 30 ft

N =2

2
(107596.1 + 3 (94 𝑥 30)) 2 𝑥 30
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

2
(107596.1 + 3 𝑥 2820) 60
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

6569130
𝑇𝑆𝑈 =
10560000

𝑇𝑆𝑈 = 0.622077

𝑇𝑆𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 5,215332 + 2.162851 + 0.622077


𝑇𝑆𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 8,000259
𝑇𝑆𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 8 𝑇𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑙𝑒

4.3 Data Ton Mile


Pada saat melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan ton mile
harus lah dihitung agar tahu kapan penggeseran dan pemotongan drilling line
dilakukan.
Ton Akumulasi
Ket.
Mile Ton Mile
STAND UP DP 5"17std., HWDP 5" 7std., DC 8" 2std. 8 8
BF HOLE 36" s/d 42 mtr. 9 17
ROUND TRIP TCB 36” 3 20
RIH STOVE PIPE 30” 0-42 mtr. 3 23
BOR FORMASI 26" DARI 42 mtr - 354 mtr 63 86
ANGKAT RANKAIAN TCB 26" + BHA DD DARI 354 mtr s/d Permukaan 14 100
ROUND TRIP TCB 26" + BHA TRIP DD Dr 0 - 354 - 0 mtr. 28 128
TRIP IN CASING 20" J-55 106 PPF 0 - 353 mtr. 13 141

47
ROUND TRIP RDE TBG 2 7/8" POOR BOY 0 - 350 m - 0 mtr 12 153
STAND UP DP 5" 20 std. 6 159
TRIP IN PDC 17 1/2" + BHA DD 0 mtr - 349 mtr. 14 173
BOR SEMEN, SHOE & FORMASI 349 mtr - 784 mtr. 90 263
WIPER TRIP DARI 784 mtr - 353 mtr - 784 mtr. ↑↓ 30 293
BOR FORMASI DARI 784 mtr - 1200 mtr 84 377
CABUT RANGKAIAN s/d PERMUKAAN 14 391
TRIP IN CASING 13 3/8" 0 - 1200 mtr 25 416
STAND UP DP 5" 168 jts. 15 431
ROUND TRIP BHA ROTARY 457 mtr 24 455
MASUK BHA ROTARY dari 0 - 1172 mtr 35 490
BOR SEMEN, COLLAR, SHOE, FORMASI DARI 1172 mtr - 1205 mtr 3 493
CABUT BHA ROTARY DARI 1205 mtr - 0 (permukaan) 37 530
TRIP IN BHA DD DARI 0 mtr - 1205 mtr 37 567
BOR FORMASI 12 1/4" DARI 1205 mtr s/d 1750 m 84 651
ROUND TRIP BHA DD 12 1/4 DARI 1750 - 1200 - 1750 m 28 679
BOR FORMASI 12 1/4 dari 1750 - 2324 m 84 763
ROUND TRIP BHA DD 12 1/4 dari 2324 - 1750 - 2324 28 791
BOR FORMASI 12 1/4 Dari 2324 m - 2525 m 81 872
ROUND TRIP RANGKAIAN BIT 12 1/4" DARI 2525 m - 2381 m - 2525 m 18 890
BOR FORMASI 12 1/4 DARI 2525 m - 2871 m 177 1067
ROUND TRIP RANGKAIAN BIT 12 1/4 + BHA DD DARI 2871 m - 2324 m - 2871 m 86 1153
CABUT RANGKAIAN BIT 12 1/4 + BHA DD DARI 2871 m - 0 m 163 1316
RUNNING RANGKAIAN BIT 12 1/4 + BHA TRIP DARI 0 m - 2871 161 1477
CABUT BHA TRIP PAHAT 12 1/4 DARI 2871 s/d 0 m 161 1638

48
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Drilling line akan di bebani dengan 2632 ton setiap mile, pada beban maksimal

hingga kedalaman 11148.84 ft atau sampai zona produksi.

2. Pada saat pemasanagn casing drilling line akan di bebani dengan 3 ton setiap

mile pada saat pemasangan casing 30”, 40 ton per mile pada trayek 20”, 344 ton

per mile pada trayek 13 3/8”, dan 2903 ton per mile pada trayek 9 5/8.

3. Penggeseran pertama dilakukan setelah beban 431 Ton mile yang diterima oleh

drilling line yaitu pada saat stand up DP 5” 168 joints, penggeseran kedua akan

dilakukan setelah beban beban 722 Ton mile yang diterima pada saat akan

melakukan reaming rangkaian pada kedalaman 2871 m – 2324 m – 2871m.

(lampiran 4 dan 5).

5.2 Saran

1. Sering dilakukan perawatan pada drilling line agar tidak gampang aus.

2. Melakukan inspeksi secara rutin dan pengecekan drilling line secara manual.

48
Daftar Pustaka

1. Agus Alexandri, ____ , Pemeliharaan drilling line dan perhitungan ton


mile sebagai upaya optimasi pada drilling line, 6 (3): 73-85.
2. API Spec 9A, 2004, "Specification for Wire Rope".
3. API Spec 9B, 2002, " Care and Use of Wire Rope".
4. ____, 2000, IADC Drilling Manual eBook Version, Houston: International
Association Of Drilling Contractors.
5. ____, ____, IPM IDPT Hoisting System, Schlumberger.

49
Lampiran 1 Serifikat Drilling Line Lembar 1
Lampiran 2 Serifikat Drilling Line Lembar 2
Lampiran 3 Pengangkutan Drilling Line
Lampiran 4 Catatan Ton Mile Halaman 1
Lampiran 4 Catatan Ton Mile Halaman 2

Anda mungkin juga menyukai