SKENARIO
Seorang pria berusia 36 thn diantar
oleh keluarganya ke UGD RS dgn
keluhan nyeri perut kanan atas
yang dialami pasien sejak 5 hari ini
REFERENSI
Sjamsuhidajat R.dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3. Jakarta:Penerbit EGC.
Faktor resiko
REFERENSI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed V Jilid I
JENIS KELAMIN
USIA
KRIPTOGENIK
Cara menegakkan diagnosa
Penegakan diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium, serta pemeriksaan
penunjang. Pada beberapa pasien kadang sudah dapat
terlihat abses hepar secara inspeksi dikarenakan abses telah
menembus kulit sehingga terlihat dari luar. Terdapat nyeri
tekan pada kuadran kanan atas abdomen,serta demam yang
tidak begitu tinggi. selain itu didapatkan hepatomegali yang
teraba sebesar tiga jari sampai enam jari arcus-costarum.
Riwayat diare dan ditemukannya amuba dalam feses
membantu diagnosis.
Jumlah leukosit berkisar antara 5000-30000,tetapi umumnya
antara 10000-12000. kadar fosfatase alkali serum meningkat
pada semua tingkat abses amuba. Tes serologi titer amuba
menunjukkan hasil diatas atau sama dengan 1:128. terjadi
peningkatan nilai bilirubin dan pemanjangan masa
protrombin.
Pemeriksaan ELISA sangat sensitif dan menghasilkan diagnosis
yang cepat dan akurat. Deteksi E.histolytica dari tinja maupun
cairan aspirasi dengan basis DNA teknik PCR memberikan hasil
yang baik dan merupakan pemeriksaan standard abses hati
amuba.
Pada foto rontgen terlihat kubah diafragma kanan meninggi,
efusi pleura dan atelektasis pleura kanan. Pemeriksaan
ultrasonografi merupakan pemeriksaan awal yang baik dgn
ketepatan mencapai 90% yang penting utk membantu
diagnosis serta menentukan lokasi dan besarnya abses. Abses
biasanya terletak ditepi hati, tunggal, dan terisi cairan
hipoekoik. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan CT scan
dan MRI jarang dibutuhkan.
CT scan
Hipoekoik
Massa oval dengan batas tegas
Non homogen
USG:
Bentuk bulat atau oval
Tidak ada gema dinding yang berarti
Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati
normal.
Bersentuhan dengan kapsul hati
Peninggian sonik distal (distal enhancement)
DIAGNOSA BANDING
REFERENSI
Sjamsuhidajat R.dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3. Jakarta:Penerbit EGC.
Penatalaksanaan
• Drainase perkutaneus abses intraabdominal dg tuntunan
Ultrasound atau CT.
– Komplikasi prosedur : pendarahan, perforasi organ, kesalahan
penempatan
• AHP multipel : Reseksi Hati (jarang)
• Antibiotika : Spektrum Luas
– Penisilin, lalu + Ampisillin, aminoglikosida, sefalosporin 3rd gen, dan
klindamisin atau metronidazole
– Jika tidak membaik dalam 2-3 hari. Ganti antibiotika sesuai hasil kultur
• Dekompresi saluran biliaris jika ada obstruksi
REFERENSI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed V Jilid I
KOMPLIKASI
Komplikasi abses hati amoeba umumnya berupa perforasi
abses ke berbagai rongga tubuh dan ke kulit. Perforasi ke
kranial dapat terjadi ke pleura dan perikard. Insidens perforasi
ke rongga pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura
yang besar dan luas yang memperlihatkan cairan coklat pada
aspirasi. Perforasi dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus
sehingga didapat sputum yang berwarna khas coklat.
Perforasi ke perikard menyebabkan efusi perikard dan
tamponade jantung.
REFERENSI
Sjamsuhidajat R.dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3. Jakarta:Penerbit EGC.
Komplikasi ke kaudal terjadi ke rongga peritoneum. Perforasi
akut menyebabkan peritonitis umum. Abses kronis, artinya
sebelum perforasi, omentum dan usus mempunyai
kesempatan untuk mengurung proses inflamasi,
menyebabkan peritonitis lokal. Perforasi ke depan atau ke sisi
terjadi ke arah kulit (seperti gambar di samping) sehingga
menimbulkan fistel yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi sekunder.
REFERENSI
Sjamsuhidajat R.dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3. Jakarta:Penerbit EGC.
PROGNOSA
• Prognosa abses hati tergantung dari investasi parasit, daya
tahan host, derajat dari infeksi, ada tidaknya infeksi sekunder,
komplikasi yang terjadi, dan terapi yang diberikan
• Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis
dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan
penyebab bakterial organisme multipel, tidak dilakukan
drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia,
efusi pleura atau adanya penyakit lain.
REFERENSI
Pande Putu Perdani Widhiasari.Referat Abses Hepar. Kepaniteraan
Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Periode 30
Maret – 6 Juni 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.Jakarta
Pencegahan
• Pencegahan terutama di tujukan pada kebersihan perorangan
(personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental
sanitation). Kebersihan perorangan antara lain mencuci
tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan sebelum
makan. Kebersihan lingkungan meliputi: masak air minum
sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai
bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang iar besar
dijamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk,
menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk
menghindari kontaminasi oleh lalat atau lipas, membuang
sampah ditempat sampah yang tertutup untuk menghindari
lalat.
Referensi
Buku ajar Parasitologi Kedokteran.Edisi 4.2008.Jakarta:FK UI.