Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fisika, tetapi dapat dirancang untuk bidang studi lain seperti Kimia, Matematika dan Biologi.
didasarkan pada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri konsep-
konsep dengan memperluas atau memodifikasi pandangan mereka yang ada. Prosedur juga
memperkuat nilai pembelajaran kooperatif dan individu studentis peran aktif dalam belajar.
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dikembangkan pada tahun 1996 oleh David
Mills dan Susan Feteris (Departemen Fisika) sekarang sekolah Fisika di Monash University.
Model CUPs adalah suatu metode pembelajaran dimana pada siswa ditanamkan bagaimana
membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari. Melalui metode ini siswa mampu
mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep.
Oleh karena itu, siswa lebih mudah saat menyelesaikan soal matematika[2].
bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep yang dianggap sulit oleh siswa.
yang didasari pada kepercayaan bahwa siswa mengkonstruksi pemahaman konsep dengan
[1] http://www.education.monash.edu.au/projects/physics/
[2] Iin Retno Indriawati, Penerapan Metode Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam
Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK pada siswa
kelas V SD Negeri 2 Kartoharjo Ngawi T.A 2009/2010, (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS)
Procedures (CUPs) juga melibatkan nilai-nilai cooperative learning dan peran aktif siswa
diskusi kelas. Tahapan Conceptual Understanding Procedures (CUPs) adalah sebagai berikut
rendah) berdasarkan kategori yang dibuat oleh guru. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
setiap kelompok mulai dari 2 sampai dengan 4 siswa. Setelah siswa dikelompokkan, setiap
dipecahkan secara individu. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok guru mengelilingi kelas
untuk mengklarifikasi hal-hal yang berkenan dengan masalah bila diperlukan. Namun guru
3. Diskusi kelas. Dalam tahapan ini hasil kerja triplet ditempel atau dipajang didepan kelas,
kemudian seluruh siswa diminta duduk didekat pajangan membentuk lingkaran U, sehingga
seluruh siswa dapat melihat semua jawaban secara jelas. Selanjutnya guru melihat persamaan
dan perbedaan jawaban siswa. Mungkin terdapat beberapa jawaban yang sama. Diskusi kelas
dapat dimulai dengan memilih satu jawaban yang jawabannya dapat mewakili seluruh jawaban
yang ada. Guru kemudian bertanya kepada anggota triplet yang jawabannya diambil untuk
menjelaskan jawaban yang mereka buat. Jawaban yang berbeda dengan jawaban yang dipilih
guru diminta juga untuk menjelaskannya. Berdasrkan kedua jawaban yang berbeda tersebut,
siswa diminta untuk mmebuat argumentasi sendiri , sehingga dicapai kesepakatan yang
dianggap sebagai hasil jawaban akhir siswa. Dalam tahapan ini guru belum menjelaskan
jawaban yang sebenarnya. Selain itu pada proses ini siswa benar-benar dituntut untuk berpikir
sehingga guru harus memperhatikan waktu tunggu sebelum memberikan pertanyaan lanjutan.
Diakhir diskusi guru harus dapat melihat bahwa setiap siswa benar-benar menyadari
(memegang) jawaban yang disetujui, dan bisa jadi siswa menuliskannya dalam kertas yang
mereka pajang (tapi tanpa komentar yang lebih lanjut). Bila siswa tidak tidak dapat mencapai
kesepakatan, maka guru bisa menyimpulkan hasil diskusi, serta menyakinkan siswa bahwa
[3] Gemala Sari Nasution, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures pada Pokok Bahasan Persamaan Linier
Satu Variabel di Kelas VII SMP Dharma Pancasila T.A. 2009/2010” Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Matematika , (Medan : Perpustakaan IAIN-SU) 2009, hlm,24