Anda di halaman 1dari 6

KODE ETIK GURU

Guru sebagai pekerjaan profesi di bidang pendidikan telah memiliki kode etik yang dikenal
dengan Kode Etik Guru Indonesia. Kode etik guru lndonesia pertama kali dirumuskan dan
ditetapkan pada kongres PGRI ke-Xlll pada tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta, kemudian
disempurnakan pada Kongres PGRI ke-XVl tahun 1989.

Alasan Perlunya Kode Etik Guru

Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa guru merupakan pekerjaan profesi di


bidang pendidikan dan telah mendapat penegasan secara legal formal dalam pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 (UUGD) dengan memiliki tugas utama mendidik,
mengajar. membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab
yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Tidaklah
berlebihan jika dikatakan baik atau buruknya suatu bangsa di masa mendatang banyak terletak di
tangan guru.

Sehubungan dengan hal tersebut, guru sebagai pendidik profesional memerlukan


pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi
pedoman baginya untuk tetap profesional. Setiap guru yang memegang keprofesiannya sebagai
pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu
kriteria dan karakteristik yang harus ada pada suatu jabatan profesi itu sendiri.

Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan.
Karena dengan itu performance guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah
baik citranya. Guru akan terus-menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi
keguruannya. Jika kode etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak diperhatikan
berarti akan kehilangan jati dirinya sebagai guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat
dari pemanfaatan dan pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama oleh anggota
profesi melalui wadah organisasi profesi PGRI itu.
Pengertian Kode Etik

Secara etimologis kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata 1ain, kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.

Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata tara atau aturan yang
menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Gibson dan Mitchel (1995) menegaskan bahwa
“a code ethics represents the professional values of a profession translated into standards of
conduct for the memberships.” Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu
profesi yang diterjemahkan ke dalam standar perilaku anggotanya. Inti nilai profesional yaitu
adanya sifat altruistis dari seorang profesiona'l, mementingkan kesejahteraan orang Iain dan lebih
berorientasi pada pelayanan masyarakat umum. Jadi, nilai profesional paling utama adalah
keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

Jika kode etik itu dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Bahkan sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mengantisipasi
terjadinya bias interaksi antara masyarakat dengan anggota profesi tersebut. Bias interaksi
tersebut merupakan monopoli profesi, yaitu memanfaatkan kekuasaan dan hak-hak istimewa
untuk melindungi kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kesejahteraan masyarakat.
Definisi kode etik dipertegas oleh Oteng Sutisna (1986) ”sebagai perangkat pedoman yang
memaksa perilaku etis para anggota profesi”. Sehubungan dengan itu maka tidaklah terlalu salah
jika dikatakan bahwa kode etik guru merupakan penangkal dari kecenderungan manusiawi
seorang guru yang ingin menyeleweng agar tidak terjadi penyelewengan. Kode etik guru juga
merupakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan peranan guru
sekaligus melindungi profesi.

Deskripsi Kode Etik

Rumusan Kode Etik Guru Indonesia merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kongres PGRI ke-XXIX tahun 1989 terdapat Sembilan
butir.
Kode Etik Guru Indonesia

(Hasil Kongres XVI 1989)


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adaIah bidang pengabdian kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bangsa dan negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia berjiwa
Pancasila dan setia pada Undang-Undang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar-dasar sebagai berikut.

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik~baiknya yang menunjang berhasilnya proses


belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan


sosial.

8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdiannya.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Kode Etik Guru pertama mengandung pengertian bahwa perhatian utama seorang
guru adalah peserta didik. Perhatiannya itu semata-mata dicurahkan untuk membimbing
peserta didik, yaitu mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan
terciptanya proses pembelajaran yang mendidik. Melalui proses inilah diharapkan peserta
didik menjelma sebagai manusia seutuhnya (insan kamil) yang beriiwa Pancasila. Manusia
utuh yang dimaksud adalah manusia yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohaninya,
bukan saja sehat secara fisik, tetapi juga secara psikis. Manusia yang berjiwa Pancasiia
artinya manusia yang dalam kehidupan berbangsa dan bemegaranya selalu mengindahkan
dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung daiam Pancasila.

Kode Etik Guru kedua mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan
tugas profesi yang sesuai dengan kemampuannya. ia tidak menunjukkan sikap arogansi
profesional. Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia
mengaku dengan jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya, sambil terus berupaya
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Kode Etik Guru ketiga menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan


informasi tentang peserta didik selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya,
minat, bakat, motivasi kawan~kawannya, dan informasi yang diperkirakan berpengaruh
terhadap perkembangan peserta didik dan mempermudah guru dalam membimbing dan
membina peserta didik tersebut.

Kode Etik Guru keempat mengisyaratkan bagaimana guru dapat menciptakan kondisi
optimal dalam arti suasana sekolah yang aman, nyaman, dan membuat peserta didik merasa
betah dan butuh beiajar. Hal yang perlu dibangun antara lain iklim komunikasi yang
demokratis, kehangatan dan keakraban serta penuh rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri
dari kolusi dan nepotisme.

Kode Etik Guru kelima mengangkat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya untuk andil dalam proses pendidikan di sekolah/madrasah. Peran serta
mereka akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan peserta didik dan ini
harus diupayakan sekuat tenaga oIeh seorang guru.

Kode Etik Guru keenam, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu dan martabat
profesinya. Ini dapat dilakukan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Hal
ini sangat penting karena baik-buruknya layanan akan memengaruhi citra di tengah-tengah
masyarakat.

Kode Etik Guru ketujuh, bagaimana agar terjaHn kekuatan profesi, guru hendaknya
menjalin hubungan baik dan menjalin kerja sama yang mutualistis simbiosis dengan rekan
seprofesi, memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial. Rasa senasib
Sepenanggungan akan mengikat para guru untuk bersatu dalam menyatukan visi dan
misinya.

Kode Etik Guru kedelapan, menempatkan organisasi profesi PGRI sebagai sarana
dan wadah yang menampung aspirasi guru, sarana perjuangan dan pengabdian guru. PGRI
harus menjadi satu kekuatan profesi guru dalam mewujudkan harapannya, mampu
menjembatani dan mengayomi aspirasi para guru serta mampu meningkatkan harkat dan
martabat guru yang semakin hari berkecenderungan terpuruk.

Kode Etik Guru kesembilan ini mengasumsikan bahwa guru sebagai unsur aparatur
negara (guru yang berstatus PNS) dan orang yang ahli dalam bidang pendidikan. OIeh karena
itu, sudah sewajarnya guru melaksanakan semua kebijaksanaan pemerintah daIam bidang
pendidikan sepanjang sesuai dengan kemampuan guru dan tidak merendahkan harkat dan
martabat profesi guru itu sendiri.

Di samping Kode Etik Guru Indonesia, PGRI juga teIah menetapkan Ikrar Guru
Indonesia yang rumusannya sebagai berikut.

Ikrar Guru Indonesia


1. Kami Guru Indonesia adaIah insan pendidik bangsa yang beriman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kami Guru Indonesia adaIah pengemban dan pelaksana citacita Proklamasi


Kemerdekaan Republik Indonesia, pembeIa dan pengamaI PancasiIa yang setia pada
Undang-Undang Dasar 1945.

3. Kami Guru Indonesia, bertekad buIat mewujudkan tujuan nasionaI daIam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4. Kami Guru Indonesia, bersatu daIam wadah organisasi perjuangan Persatuan Guru
Repubiik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak
kekeIuargaan.

5. Kami Guru Indonesia, menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap bangsa, negara, serta kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai