Disusun oleh.
ADEK PUTRA
NIM : 200801
No Absen : 01 (Satu)
JURUSAN KEPERAWATAN
T. A 2010/2011
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA
B. Anatomi fisiologi
Anatomi telinga terdiri dari :
a. Telinga bagian luar
1. Aurikula
Terdiri dari kartilago elasin yang ditutupi kulit. Tidak ada kartilago pada lobus,
yang hanya tersusun dari lemak dan jaringan ikat. Aurikula dapat digerakkan
sedikit oleh tiga otot kecil yang berjalan menuju aurikula dari aponeurosis cranial
dan tengkorak.
2. Meatus Akustikus Eksterna
Batas antara telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpani. 2/3 bagian
dalam tersusun oleh tulang, dan 1/3 luar tersusun oleh tulang rawanyang
bersambungan dengan daun telinga. Meatus berbentuk oval pada potongan
melintang pada ujung lateral, bulat pada ujunga medial.
b. Telinga bagian tengah
1. Kavum Timpany ( telinga tengah )
Merupakan rongga kecil, agak memanjang di dalam pars petrosa os temporal.
2. Antrum Timpany
3. Tuba Auditiva Eustaki
C. Etiologi
Staphylococus aureus, staphylococus albus.
Faktor predisposisi:
1. PH (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi).
2. Udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
3. Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang
menyebabkan perubahan kulit karena kena air.
D. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah
dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
E. Manifestasi klinis
1. Rasa sakit pada telinga ( rasa tidak enak, rasa penuh pada telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut ).
2. Nyeri yang hebat bila daun telinga disentuh,
3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit
4. Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga,edema
pada kulit telinga
F. Penatalaksanaan
1. Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
2. Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam liang
telinga selama 2 hari.
3. Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
4. Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanah.
5. Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.
G. Komplikasi
Osteomielitis tulang temporal dan basis kranal, kelumpuhan syaraf fasial serta
syaraf otak lain dan kematian.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi : pendengaran b/d banyaknya kotoran telinga, cairan
atu benda asing
Tujuan : memperbaiki fx pendengaran
Intervensi :
Mengambil serumen dgn irigasi, sunction atau instrumentasi
R/ usaha lain untuk membersihkan kanalis auditorius externa seperti dgn korek
api, jepit rambut atau alat lain dapat membahayakan klien
Memberikan antibiotic/hydrogen peroksida
R/ dapat melembutkan serumen yg akan dikeluarkan.
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE,
warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran
timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka
dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
Data objektif
Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.
Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
Tampak sekret yang berbau.
Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yang berwarna keputih-
putihan.
Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.
Intervensi Keperawatan :
Kaji kemampuan mendengar klien.
Masukkan tampon yang mengandung antibiotik kedalam liang telinga (untuk OED).
Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari (OED).
Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau sekret.
Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. Jika
dinding furunkelnya tebal lakukan insisi, kemudian dipasang drainage untuk
mengeluarkan nanah.
Intervensi Keperawatan :
Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau
isyarat tangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomin).
Kurangi kebisingan lingkungan.
Perawat atau keluarga berbicara lebih keras serta menggunakan gerak tubuh.
Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran sekret
yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus,
alergi, penumpukkan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang
subur atau furunkel yang membesar.
Intervensi Keperawatan :
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan,
pemikiran dan perasaan sesesorang.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang akurat kepada klien dan perkuat informasi yang sudah ada.
Berikan dorongan untuk pilihan pemecahan masalah.
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi
perawatan.
Hindari kritik negatif.
Beri privacy dan suatu keamanan lingkungan.
Bersihkan dan keluarkan serumen/sekret.
Pasang tampon yang mengandung antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA