Jodi S Loekman.
Divisi ginjal dan hipertensi Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK.UNUD/RS.Sanglah
Krisis hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah meningkat secara
progresif melebihi tekanan diastolik 120 mmHg dengan atau tanpa ancaman kerusakan
organ target. Dikelompokan dalam urgensi dan emergensi atas dasar adanya kerusakan
organ target yang karakteristik pada hipertensi emergensi dan belum terdapat kerusakan
organ target pada urgensi. Sebagian besar keadaan ini dapat dicegah, umumnya
disebabkan oleh karena pengobatan hipertensi yang tidak adekuat.
Definisi
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara progresif yang disertai
kerusakan organ target dan dalam penanganannya memerlukan penurunan tekanan darah
dalam beberapa menit untuk mencegah berlanjutnya kerusakan organ target tersebut.
Keadaan klinis berupa ensefalopati hipertensif, perdarahan intra-cranial,stroke, angina
pectoris tak stabil atau infark miokard akut, payah jantung kiri dengan edema paru,
aneurisma aorta disekan, krisis adrenal, epistaksis yang hebat, eklampsia.
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah tanpa adanya kerusakan organ target
dan dalam penaganannya memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam.
Keadaan klinis berupa edema papil akut, sakit kepala yang hebat( severe headache )
Sesak nafas, pedal edema.
Peningkatan tekanan darah semata( asymptomatic chronic hypertension )tidak merupakan
krisis hipertensi.
Tabel 1 .Faktor presipitasi krisis hipertensi
1. Akselerasi tekanan darah secara tiba-tiba pada orang yang hipertensi esensial
2. Hipertensi renovaskular
3. Glomerulonefritis akut
4. Eklampsia
5. Feokromositoma
6. Sindroma putus obat antihipertensi
7. Trauma kepala berat
8. Tumor yang mensekresikan renin
9. Penggunaan katekolamin pada penderita yang menggunakan MAO inhibitor
Patofisiologi
Terjadinya akibat peningkatan secara mendadak resistensi perifer sistemik (systemic
vascular resistance) yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormone
vasokonstriktor sistemik ( angiotensin II, vasopressin, norepinephrin )
Organ yang terlibat karena hipertensi :
Susunan saraf pusat (memiliki peranan autoregulasi )
Ginjal ( punya peranan autoregulasi )
Jantung
Pankreas dan usus
Pendekatan
Bedakan apakah hipertensi emergensi atau urgensi dengan menilai adanya kerusakan
organ target, telusuri riwayat penyakit sebelumnya, adakah hipertensi serta
pengobatannya, penyakit ginjal dan jantung serta kelainan neurology, pemeriksaan fisik
tekanan darah dalam beberapa kali pengukuran, pemeriksaan funduskopi dapat
membedakan keadaan urgensi bila tak ada kelainan pada pembuluh darah retina, tidak
ada spasme maupun eksudat sedangkan pada hipertensi emergensi dijumpai papil edema
dan eksudasi yang berat, pemeriksaan jantung dan aorta , pemeriksaan neurologist.
Tes laboratorium meliputi test terhadap proteinuria, hematuria, darah perifer, faal ginjal
berupa elektrolit dan BUN/SC .
Foto thorak diperlukan untuk mencari kardiomegali atau edema paru.
EKG untuk evaluasi kardiologi
Tabel 4. Gejala klinis hipertensi emergensi
Pengobatan
Pada hipertensi emergensi diperlukan penurunan tekanan darah dalam satuan menit akan
tetapi tidak perlu mencapai batas normal dan akan tercapai apabila menggunakan obat
parenteral dengan batas penurunan tekanan darah tidak melebihi 20% Mean arterial
pressure sedangkan pada hipertensi urgensi dapat digunakan obat oral.
Table 4. Obat yang biasa digunakan pada keadaan hipertensi emergensi
Obat Dosis Onset Lama kerja Indikasi khusus
Diuretik
Furosemide 20-40 mg dalam 1-2 min, 5-15 2-3 jam Biasanya diperlukan obat
ulangi dan tingkatkan menit jenis lain untuk mencapai
dosis pada insufisiensi target tekanan darah
ginjal
Vasodilators
Nitropruside 0.25-10.00 mg/mnt/kg/mnt Segera 1-2 mnt Kebanyakan pd hipertensi
(Nipride, dalam infus intravena emergensi; hati-hati pada
Nitropress) keadaan peningkatan
tekanan intracranial atau
azotemia
Nitroglycerin 5-100 mg/mnt dalam infus 2-5 mnt 5-10 mnt Iskemia koroner
(Nitro-bid IV) intravena
Fenoldopam 0.1-0.6 mg/kg/min dalam 4-5 mnt 10-15 mnt Insufisiensi ginjal, pasca
(Corlopam) infus intravena operasi
Nicardipine 5-15 mg/h i.v. 5-10 mnt 1-4 jam Kebanyakan hipertensi
(Cardiprin i.v) emergensi; hati-hati dengan
payah jantung akut
Hydralazine 10-20 mg i.v. 10-20 mnt 3-8 jam Eklampsia; hati-hati dengan
(Apresoline) 10-20 mg IM 20-30 mnt peningkatan tekanan
intracranial
Enalaprilat 1.25-5.00 mg setiap 6 jam 15 mnt 6 jam Payah jantung kiri akut
(Vasotec IV)
Adrenergic inhibitors
Phentolamine 5-15 mg i.v. 1-2 mnt 3-10 mnt Ekses Katekolamin
Esmolol 200-500 mg/kg/mnt utk 4 1-2 mnt 10-20 mnt Diseksi aorta pasca operasi
(Brevibloc) mnt, kemudian 50-300
mg/kg/mnt i.v.
Labetalol 20-80 mg i.v. bolus setiap 5-10 mnt 3-6 jam Kebanyakan hipertensi
(Normo- 10 mnt emergensi kecuali payah
dyne, Trandate 2 mg/min infus i.v. jantung akut
Tabel 5. Obat yang biasa digunakan pada hipertensi urgensi
Ringkasan
Penderita hipertensi yang mengalami keadaan kegawatan perlu segera dinilai adakah
kondisi klinis ini sesuai dengan hipertensi krisis dengan mengetahui gejala dan tanda-
tanda klinis sebagai hipertensi emergensi atau urgensi dengan melakukan pengawasan
yang ketat terhadap perubahan tekanan darah yang terjadi , melakukan pengobatan sesuai
target pencapaian tekanan darah guna mengatasi dan mencegah kerusakan organ target,
memilih jenis obat sesuai kondisi klinis yang terjadi serta melakukan pengawasan jangka
panjang terhadap pengontrolan tekanan darah yang optimal.
Kepustakaan
1. Black RM,Rose& Black’s Clinical problem in Nephrology.Boston; Little Brown& Co
1996; 168-175
2. Hirschi MM.Hypertensive crisis.Medical Progress 1996; 23: 44-48
3. Kaplan NM.Clinical Hypertension.Baltimore: William & Wilkins 2002: 339-354
4. Vield D Hypertensive crisis: urgencies and emergencies