PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting di
samping papan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Masalah pangan selalu lebih
mendesak apalagi bila ditambah dengan masalah lain yaitu cepatnya laju pertumbuhan
penduduk (Gaman dan Sherington, 1992). Dari segi penyediaan pangan, meskipun
berbagai tantangan dan bila ditinjau dari segi gizi, masalah utamanya adalah masih
mengkonsumsi makanan untuk memperoleh energi guna melakukan aktivitas hidup, untuk
menunjang berbagai proses yang terjadi di dalam tubuh dan berkembang khususnya bagi
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Protein merupakan salah satu zat gizi yang amat
penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam - asam
(1994) mengatakan bahwa makanan yang mengandung protein dapat berasal dari hewan
yang disebut dengan protein hewani dan yang berasal dari tumbuhan yang disebut dengan
protein nabati.
Perbedaan utama antara protein hewani dan protein nabati sebenarnya terletak
pada kandungan asam amino pada sumber makanan. Protein hewani memiliki kandungan
asam amino lebih lengkap dibandingkan protein nabati sehingga dapat digunakan lebih
mudah dan cepat oleh tubuh dibandingkan dengan protein nabati. Sedangkan protein
nabati umumnya mengandung asam minoesensial lebih terbatas. Selain itu, protein yang
ditemukan dari hewan umumnya lebih tinggi dibandingkan dari sumber tanaman,
sehingga bagi para vegetarian sedikit sulit untuk memenuhi kebutuhan protien harian
mereka. Protein yang berasal dari hewan seperti ikan, daging, susu, dan telur. Karena
protein disusun oleh asam - asam amino maka protein mempunyai sifat mirip dengan
asam - asam amino yaitu asam amino yang bersifat hidrofobik antara lain: alanin,
isoleusin, leusin, mitonin, fenilalanin, prolin, triptofantirosin, valin dan asam amino yang
bersifat hodrofolik yaitu arginin, aspargin, asam aspartat, sistein, asam glutamat,
glutamin, glisin, histidin dan lisin. Protein merupakan senyawa amorf (Amorphous),
merupakan defenisi struktural dari suatu material, dimana atom – atomnya tersusun secara
tidak teratur, sehingga panjang dan sudu tikatan antara atom juga tidak teratur. Kasus
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tidak tetap, tidak larut dalam pelarut organik
dan bila dilarutkan dalam air membentuk suatu larutan koloid protein mudah rusak karena
pengaruh panas, penambahan logam dan pengaruh asam/basa (Purworno dkk, 1995).
Menurut Winarno, (1997) kebutuhan manusia akan protein dapat dihitung dengan
mengetahui jumlah nitrogen yang hilang. Bila seseorang mengkonsumsi ransum tanpa
protein, maka nitrogen yang hilang tersebut pasti berasal dari protein tubuh yang pecah
badan, dan dalam feses 12 mg/kg berat badan. Nitrogen yang lepas bersama kulit 3
mg/kg serta melalui jalur lain seperti keringat 2 mg/kg sehingga jumlahnya sekitar 54
mg/kg berat badan / hari. Karena itu nitrogen yang diikat oleh tubuh dapat digunakan
untuk menentukan kebutuhan minimal protein yang diperlukan tubuh (Winarno, 1997)
Kebutuhan protein bagi laki - laki dewasa sekitar 0,57g/kg berat badan / hari dan
wanita dewasa 0,54g/kg berat badan / hari. Sedangkan untuk ibu yang sedang
mengandung dan menyusui serta anak - anak yang tumbuh, protein dapat diperlukan juga
produksi susu, dan produksi jaringan barupa damasa pertumbuhan anak. Protein yang
Salah satu kelompok fauna avertebrata yang hidup di ekosistem mangrove adalah
moluska, yang didominasi oleh kelas gastropoda, salah satunya adalah keong bakau
(Telescopium telescopium). Sesuai dengan yang diteliti Hamsiah et al. (2002), bahwa
keong bakau merupakan salah satu jenis gastropoda yang banyak hidup di air payau (15-
Hewan ini banyak ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat dengan mulut
sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
membenamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur
(Soekendarsi et al. 1996). Carino et al. (1993) menyatakan bahwa hewan ini mempunyai
habitat di daerah mangrove dan kebanyakan bersifat pemakan detritus. Pada umumnya,
makanan biota dari famili Potamididae ini terdiri atas: bahan organik halus, partikulat
detritus dan diatom yang mengendap di dasar perairan serta berbagai jenis alga
Keong bakau pada hutan mangrove berperan penting dalam proses dekomposisi
serasah dan mineralisasi materi organik terutama yang bersifat herbivor dan detrivor.
Dengan kata lain keong ini berkedudukan sebagai dekomposer (Idrus, 2010). Keong
bakau juga merupakan sumberdaya laut yang bernilai ekonomis penting. Dagingnya
biasanya dijadikan bahan makanan dan cangkangnya banyak digunakan sebagai hiasan.
Di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Desa Eti, tidak semua
masyarakat menggunakan Keong Bakau sebagai salah satu sumber bahan pangan. Hal ini
disebabkan karena ketidak sediaannya hewan tersebut, dan juga belum adanya penelitian –
penelitian ilmiah yang dapat memberikan informasi tentang kandungan protein pada
Keong Bakau yang terdapat di Maluku. Sehingga informasi ini cukup penting dalam
rangka pemanfaatan Keong bakau sebagai sumber bahan pangan bahkan untuk
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan serta mengacu pada uraian latar
belakang di atas maka yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi masyarakat tentang kadar protein yang
Biokimia.
masukan bagi pihak terkait dalam memperhatikan kandungan protein keong bakau
Ruang Lingkup dalam penelitian ini akan dibatasi pada kondisi kadar protein
F. Definisi Istilah/Operasional
Untuk menghindari adanya pemikiran yang berbeda dari setiap istilah yang
Moluska, kelas Gastropoda dari kelompok Archeo Gastropoda yang hidup di laut