Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah
diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan
allah swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, islam sangat memperhatikan dan
menghormati orang-orang yang meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan
allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah sesuai
dengan tuntunan syariat islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam yang masih
belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada saudara kita yang
muslim meninggal dunia. Oleh karena itu penting sekali mengetahui tentang
penyelenggaraan jenazah.
B. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui tata cara memandikan jenazah.
2. Mengetahui tata cara mengkafani jenazah.
3. Mengetauhi tata cara menshalatkan jenazah
4. Mengetahui tata cara enguburkan jenazah
C. Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
2. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
3. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
4. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. MEMANDIKAN JENAZAH
Jenazah seorang muslim wajib dimandikan oleh muslim yang lain sebelum ia
dikuburkan. Kecuali jenazah para syuhada yang mati syahid di jalan allah
(berperang) tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan bersama pakaian
yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
"bahwa para syuhada uhud tak dimandikan, & mereka dikubur dengan darah mereka
(lumuran darah yang pada jenazah mereka), serta tak dishalatkan." (hr. Abu daud
2728)
Hal ini dilakukan karena darah para syuhada itu kelak akan berwangikan
kasturi di hari kiamat. Selain jenazah para syuhada, janin yang gugur sebelum
mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, hanyalah sekerat daging yang boleh
dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.
A. Syarat orang yang memandikan jenazah
1) Baligh (sudah mencapai kedewasaan)
 Sudah mencapai usia 19 tahun dan atau sudah mengalami mimpi basah
bagi laki-laki
 Sudah mencapai usia 9 tahun dan atau sudah mengalami menstruasi bagi
perempuan
2) Berakal (tidak gila)
3) Beriman (muslim)
4) Sesama jenis kelamin antara yang memandikan dan yang dimandikan.
Kecuali;
 Anak kecil yang usianya belum lebih dari tiga tahun.
 Suami/istri. Masing-masing boleh memandikan yang lain.
 Mahram. (apabila tidak ada orang yang sejenis kelamin dengan si mayit)

B. Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah


 Kapas
 Sarung tangan & masker penutup hidung (untuk orang yang memandikan)
 Gunting (untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan

2
 Spon pengosok
 Kapur barus
 Alat pengerus untuk mengerus dan menghaluskan kapur barus
 Shampo
 Sidrin (daun bidara)
 Air
 Minyak wangi
Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas
pakaiannya, serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit
barangkali berada dalam kondisi yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan
pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air dan apa-apa yang keluar
dari jasadnya mudah mengalir darinya.

C. Tata cara memandikan jenazah


1. Menghilangkan kotoran pada jenazah
Memulailah dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila
kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu
ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu
merupakan aurat besar. Kemudian angkatlah kepala jenazah hingga hampir
mendekati posisi duduk. Lalu urut perutnya dengan perlahan untuk
mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya.
Hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau sarung
tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si
mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit
berusia tujuh tahun ke atas.
2. Mewudhukan jenazah
Selanjutnya orang yang memandikan berniat (dalam hati) untuk
memandikan jenazah serta membaca basmalah. Lalu jenazah diwudhu-i
sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu memasukkan air ke
dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang
telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu
menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.

3
Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan
busa perasan daun bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun
bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si mayit.
3. Membasuh tubuh jenazah
Selanjutnya orang yang memandikan membalik sisi tubuh jenazah
hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh belahan punggungnya
yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh
anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring
ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan
setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah
dibersihkan. Banyaknya memandikan: apabila sudah bersih, maka yang wajib
adalah memandikannya satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali.
Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya sampai
bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan
disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir,
karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah
ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya
tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah
air yang sejuk, kecuali jika orang yang memandikan membutuhkan air panas
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat pada jasad si
mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran.
Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras.
Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi.
Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan
berjatuhan.
Setelah selesai dari memandikan jenazah, jasad dilap (dihanduki) dengan kain
atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika
panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan
sebelum memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu
bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah tersebut adalah
wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu
diletakkan di belakang (punggungnya).

4
 Faedah
o Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah
dibasuh sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat
keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota
yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika
setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi
memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.
o Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram
dalam rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan
dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di
atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup
kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram
pada saat menunaikan haji.
o Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada
air atau kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka
cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin
menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah
dan kedua punggung telapak tangan si mayit.

2. MENGKAFANI JENAZAH
Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli
dari harta si mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan
hutangnya, menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak
memiliki harta, maka keluarganya boleh menanggungnya.
a. Ukuran kain kafan.
Ukuran lebar kain kafan yang digunakan dengan lebar tubuh si mayit adalah
sekitar 1:3, jadi jika lebar tubuh si mayit 30 cm maka kain kafan yang disediakan
adalah sekitar 90 cm. Sementara ukuran panjang kain kafan disesuaikan dengan
tinggi tubuh si mayit, contoh jika tinggi tubuhnya 180 cm maka panjang kain
kafannya ditambahkan 60 cm atau jika tinggi tubuhnya 90 cm maka panjang kain
kafan ditambah 30 cm. Tambahan panjang kain kafan dimaksudkan agar mudah
mengikat atas kepalanya dan bagian bawahnya.
b. Tata cara mengkafani jenazah

5
 Jenazah laki-laki
Jenazah laki-laki dibalut dengan 3 lapis kain kafan. Berdasar dengan
hadits. “rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dikafani dengan 3 helai kain
sahuliyah yang putih bersih dari kapas, tanpa ada baju dan serban padanya,
beliau dibalut dengan 3 kain tersebut.
 Langkah-langkah :
Siapkan tali pengikat kain kafan sebanyak 7 buah (usahakan berjumlah ganjil)
panjang tali disesuaikan dengan lebar tubuh mayit. Tali dipintal kemudian di
letakan dengan jarak yang sama diatas usungan jenazah. Kemudian 3 helai
kain kafan yang sudah dipersiapkan sebelumnya diletakan sama rata diatas tali
pengikat yang sudah lebih dulu diletakan diatas usungan jenazah, dengan
menyisakan lebih panjang di bagian kepala. Siapkan pula kain penutup aurat
yang dipotong hampir menyerupai popok bayi, kain penutup aurat itu
diletakan diatas ketiga helai kain kafan tepatnya dibawah tempat duduk mayit,
letakan pula potongan kapas diatasnya. Lalu bubuhi kain kafan dan kain
penutup aurat dengan wewangian dan kapur barus yang langsung melekat
pada tubuh si mayit.
Pindahkan mayit yang telah selesai dimandikan dan dihanduki keatas
lembaran kain kafan yang telah siap, kemudian bubuhi tubuh mayyit dengan
wewangian atau sejenisnya. Bubuhi anggota-anggota sujud [tahnith]. Sediakan
kapas yang diberi wewangian dan letakkan di lipatan-lipatan tubuh seperti
ketiak dan yang lainnya. Letakkan kedua tangan sejajar dengan sisi tubuh, lalu
ikatlah kain penutup aurat sebagaimana memopok bayi dimulai dari sebelah
kanan dan ikatlah dengan baik.
Saat membalut kain kafan mulailah dengan melipat lembaran pertama kain
kafan sebelah kanan, balutlah dari kepala sampai kaki. Demikian lakukan
dengan lembaran kain kafan yang kedua dan yang ketiga. Ikat bagian atas
kepala mayit dengan tali pengikat dan sisa kain bagian atas yang lebih dilipat
ke wajahnnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri, kemudian ikatlah tali
bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih dilipat ke
kakinya lalu diikat sama seperti pada bagian atas. Setelah itu ikatlah kelima
tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan mengikat tali
tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah

6
kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan
dalam kubur.
 Jenazah perempuan
Jenazan wanita dibalut dengan lima helai kain kafan. Terdiri atas : dua helai
kain, sebuah baju kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya. Jika
ukuran lebar tubuhnya 50 cm dan tingginya 150 cm, maka lebar kain kafannya
150 cm dan panjangnya 150 ditambah 50 cm. Adapun panjang tali
pengikatnya adalah 150 cm, disediakan sebanyak tujuh utas tali, kemudian
dipintal dan diletakkan sama rata di atas usungan jenazah. Kemudian dua kain
kafan tersebut diletakkan sama rata diatas tali tersebut dengan menyisakan
lebih panjang dibagian kepala. Untuk mempersiapkan kain kurung
pertama ukurlah mulai dari pundak sampai kebetisnya, lalu ukuran tersebut
dikalikan dua, kemudian persiapkanlah kain baju kurungnya sesuai dengan
ukuran tersebut. Lalu buatlah potongan kerah tepat ditengah-tengah kain itu
agar mudah dimasuki kepalanya. Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran baju
kurung bagian bawah terbentang, dan lipatlah lebih dulu lembaran atasnya
(sebelum dikenakan pada mayyit, letakkan baju kurung ini di atas kedua helai
kain kafannya). Lebar baju kurung tersebut 90 cm. Sementara untuk kain
sarung ukurannya adalah sekitar 90 cm [lebar] dan 150 cm [panjang]. Kain
sarung tersebut dibentangkan diatas bagian atas baju kurungnya. Dan untuk
ukuran kerudungnya adalah sekitar 90 cm x 90 cm, kerudung tersebut
dibentangkan diatas bagian atas baju kurung. Untuk tata cara memakaikan
kain penutup aurat, kain kafan dan tali pengikat hampir sama caranya seperti
pada jenazah laki-laki.
 Faedah
o Cara mengkafani anak laki-laki yang berusia dibawah tujuh tahun adalah
membalutnya dengan sepotong baju yang dapat menutup seluruh tubuhnya
atau membalutnya dengan tiga helai kain.
o Cara mengkafani anak perempuan yang berusia dibawah tujuh tahun
adalah dengan membalutnya dengan sepotong baju kurung dan dua helai
kain.

7
3. SHOLAT JENAZAH
Shalat Jenazah Hukumnya Fardhu Kifayah, Shalat Ini Berbeda Dengan Shalat
Pada Umumnya, Karena Tidak Memakai Ruku’, Sujud, i’tidal Dan Tahiyyat, Sholat
Ini Hanya Dilakukan Dalam Keadaan Berdiri Dengan 4 Kali Takbir Dan 2 Salam.
Tata Cara Pelaksanaannya;
1) Niat
Secara Bahasa, “Niat” Artinya ‘Al-Qashdu‘ (Keinginan Atau Tujuan),
Sedangkan Makna Secara Istilah, Yang Dijelaskan Oleh Ulama Malikiah,
Adalah ‘Keinginan Seseorang Dalam Hatinya Untuk Melakukan Sesuatu’.
Setiap Kita Akan Melakukan Shalat Atau Amalan Lainnya Hendaklah Disertai
Dengan Niat Terlebih Dahulu, Begitupun Saat Hendak Melakukan Shalat
Jenazah Juga Harus Disertai Niat Yang Semata-Mata Hanya Mengharap
Keridhoan Dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dari Umar Bin Khattab Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa Beliau Berkhotbah Di


Atas Mimbar, “Saya Mendengar Nabishallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda,
‘Sesungguhnya, Amal Itu Hanya Dinilai Berdasarkan Niatnya, Dan
Sesungguhnya Pahala Yang Diperoleh Seseorang Sesuai Dengan Niatnya.
Barang Siapa Yang Niat Hijrahnya Menuju Allah Dan Rasul-Nya Maka Dia
Akan Mendapat Pahala Hijrah Menuju Allah Dan Rasul-Nya, Dan Barang
Siapa Yang Hijrahnya Dengan Niat Mendapatkan Dunia Atau Wanita Yang
Ingin Dinikahi Maka Dia Hanya Mendapatkan Hal Yang Dia Inginkan.’” (Hr.
Al-Bukhari, No. 1 Dan Muslim, No. 1907)

Bacaan Niat Shalat Jenazah


 Untuk Mayit Laki-Laki
"Ushallii Alaa Hadzal Mayyiti Arba'a Takbiraatin Fardhal Kifaayati
Ma'muuman/Imaaman Lillahi Ta'alaa."
 Untuk Mayit Perempuan
"Ushallii Alaa Haadzihil Mayyiti Arba'a Takbiraatin Fardhal Kifaayati
Ma'muuman/Imaaman Lillahi Ta'alaa."

Artinya : Aku Niat Shalat Atas Mayit Ini Empat Takbir Fardhu Kifayah
Sebagai Makmum/Imam Karena Allah Ta'alaa.

8
2) Berdiri Bila Mampu
Shalat Jenazah Sah Jika Dilakukan Dengan Berdiri (Seseorang Mampu Untuk
Berdiri Dan Tidak Ada Uzur). Karena Jika Sambil Duduk Atau Di Atas
Kendaraan [Hewan Tunggangan], Shalat Jenazah Dianggap Tidak Sah.
Jika Jenazahnya Adalah Jenazah Laki-Laki Maka Imam Berdiri Tepat Di
Bagian Kepala.

3) Takbir 4 Kali
Aturan Ini Didapat Dari Hadits Jabir Yang Menceritakan Bagaimana Bentuk
Shalat Nabi Ketika Menyolatkan Jenazah.

Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu Bahwa Shallallaahu Alaihi Wa


Sallam Menyolatkan Jenazah Raja Najasyi (Shalat Ghaib) Dan Beliau Takbir
4 Kali. (Hr. Bukhari : 1245, Muslim 952 Dan Ahmad 3:355)

4) Membaca Surat Al-Fatihah


Dibaca Setelah Takbir Pertama :
Artinya : Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang {1} Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam {2} Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang {3} Yang Menguasai Hari Pembalasan {4}
Hanya Engkaulah Yang Kami Sembah Dan Hanya Kepada Engkaulah Kami
Memohon Pertolongan {5} Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus{6} (Yaitu)
Jalan Orang-Orang Yang Telah Engkau Beri Ni'mat Kepada Mereka; (Bukan)
Jalan Mereka Yang Dimurkai Dan (Bukan) Pula Jalan Mereka Yang Sesat{7}.
(Qs. Al - Fatihah : 1-7)

5) Membaca Shalawat Kepada Rasulullah Saw


Dibaca Setelah Takbir Kedua :
" Allaahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa Aali Sayyidinaa
Muhammad, Kama Shallaita 'Alaa Sayyidinaa Ibrahim Wa'alaa Aali
Sayyidinaa Ibrahim, Wa Barik 'Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa Aali
Sayyidinaa Muhammad, Kama Barakta 'Alaa Sayyidinaa Ibrahim Wa 'Alaa
Aali Sayyidina Ibrahim, Innaka Hamiidum Majiid.."

9
6) Membaca Do'a Untuk Jenazah
Dibaca Setelah Takbir Ketiga :
 Untuk Mayit Laki-Laki :
"Allahummaghfir Lahu Warhamhu, Wa'aafihi Wa'fu 'Anhu.."
 Untuk Mayit Perempuan :
"Allahummaghfir Laha Warhamha, Wa'aafiha Wa'fu 'Anha.."

Artinya : Ya Allah, Ampunilah Dia, Berilah Rahmat, Sejahtera Dan


Maafkanlah Dia.

7) Menyempurnakan Do'a Bagi Jenazah


Dibaca Setelah Takbir Keempat:
 Untuk Mayit Laki-Laki :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu Wa Laa Taftinnaa Ba’dahu
Waghfirlana Wa Lahu.."
 Untuk Mayit Laki-Laki :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajraha Wa Laa Taftinnaa Ba’daha
Waghfirlana Wa Laha.."

Artinya : Ya Allah Janganlah Kami Tidak Engkau Beri Pahalanya, Dan


Janganlah Engkau Beri Fitnah Kepada Kami Sesudahnya, Dan Berilah
Ampunan Kepada Kami Dan Kepadanya.

8) Salam.
 Faedah
o Ketika Shalat Jenazah Haruslah Menghadap Kiblat.
o Mayit Diletakkan Di Depan Orang Yang Akan Menshalati Dengan Posisi
Terlentang.
o Ketika Menshalati Posisi Imam Berdiri Searah Kepala Mayit Apabila
Mayitnya Laki-Laki, Sedang Untuk Mayit Perempuan Imam Berdiri Searah
Antara Dada Dan Perut.
o Antara Orang Yang Shalat Dengan Mayit Tidak Ada Penghalang.
o Jarak Antara Orang Yang Shlat Dengan Mayit Tidak Terlalu Jauh.

10
o Salah Satu Diantara Keduanya Tidak Lebih Tinggi Atau Lebih Rendah
Posisinya.
o Lebih Utama Apabila Shaf Makmum Dibagi Menjadi 3 Shaf.

4. MENGUBURKAN JENAZAH
Setelah selesai dimandikan, dikafani dan disholatkan, maka jenazah harus
segera dikuburkan. Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di
panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan pula untuk
menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para
pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau
kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah nabi. Para pengiring tidak
dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam
masalah ini rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (hr. Abu dawud dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-albani dalam
“ahkamul janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf u memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf u memanjang).
Dilarang menguburkan jenazah pada 3 waktu terlarang yaitu, ketika matahari terbit
hingga ia agak meninggi, saat matahari tepat berada dipertengahan langit hingga ia
telah condong ke barat, dan saat matahari hampir terbenam hingga ia terbenam
sempurna. Sebagaimana hadist dibawah ini :
Dari uqbah bin amir al-juhani radhiallahu anhu berkata: “ada tiga waktu, yang mana
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kami untuk shalat atau
menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut: saat matahari terbit hingga ia
agak meninggi, saat matahari tepat berada di pertengahan langit hingga ia telah
condong ke barat, dan saat matahari hampir terbenam hingga ia terbenam
sempurna.” (hr. Muslim no. 831)

11
a. jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
b. jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur
c. jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke
liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
d. Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:
“bismillahi wa ‘ala millati rasulillahi (dengan menyebut asma allah dan
berjalan di atas millah rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” Ketika
menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam.
Dari ibnu umar radhiallahu anhuma dia berkata: “jika nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mayat memasukkan jenazah ke dalam kubur, maka beliau
mengucapkan, “bismillahi wa ‘ala millati rasuulillah (dengan nama allah dan
di atas agama rasulullah).” (hr. Abu daud no. 3213, at-tirmizi no. 1046, ibnu
majah no. 1539, dan dinyatakan shahih oleh al-albani dalam ahkam al-jana`iz
hal. 152)
e. disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-
talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
f. Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu
menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat
mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
g. setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain
kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu
bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
h. lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar
menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
i. disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke
dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang
dilakukan rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan
(diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

12
j. hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (hr. Bukhari).
k. kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat
“irwa’ul ghalil” ii/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya
agar mudah dikenali.
l. haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,
menginjaknya serta bersandar padanya. Karena rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam telah melarang dari hal tersebut. (hr. Muslim)
m. kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam
menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa
mendapatkan manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tata cara dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana
prosedur yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya
akan bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah tersebut
harus dalam keadaan baik.Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt
telah menghendaki kematian seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari
dari takdir-Nya.
2. Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang
bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan
atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan dengan
kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh akan menerima
azab-Nya.
3. Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia.
Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.
4. Hukum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah.
Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang
karena roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan.
B. Saran dan kritik
Semoga setelah membaca makalah ini menjadi bekal dan mencoba membaca artikel atau
buku untuk memperdalamnya lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Margiono ,M.Pd dkk . 2007. Pendidikan Agama Islam Smk Kelas XI. Ghalia Indonesia,
Jakarta

M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema


Insani
Syamsuri. 2007.Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI .Jakarta :Erlangga
http://saad01.blogspot.com/2005/07/risalah-jenazah.html
http://ariyepsyaripudien.blogspot.com/
http://anwaramsyahastro.blogspot.com/2009/09/hukum-hukum-tentang-mengurus-
jenazah.html

http://kaahil.wordpress.com/2011/11/17/gambar-lengkap-panduan-cara-pengurusan-jenazah-
dalam-islam-tata-cara-memandikanmengkafani-dan-menguburkan-jenazahmayyit-sesuai-
tuntunan-syariat-disertai-ilustrasi-gambar-pendukungnya/

15

Anda mungkin juga menyukai