ABSTRAK
Secara menyeluruh di dunia telah terbukti bahwa pendidikan di Sekolah memainkan peranan penting
dalam memperbaiki kesalahpahaman pengetahuan di kalangan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa terkait kesehatan reproduksi remaja (KRR) dan
pendidikan KRR dalam kurikulum di Sekolah. Penelitian ini adalah penelitian crosss-sectional menggunakan
self-administered questionnaire. Mutistage design sampling digunakan untuk mendapatkan 253 siswa
dari 3 SMA di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54%) dari siswa
perempuan dan 49% siswa laki-laki memiliki pengetahuan baik tentang KRR. Skor rata-rata pengetahuan
KRR siswa terbukti secara statistik berbeda antara kurikulum; intra-kurikulum dan extra-kurikulum, intra-
kurikulum dan lebih-dari-1jenis-kurikulum. Sikap terhadap permisifitas seksual ditemukan cukup permisif
pada siswa laki-laki (86%) dan siswa perempuan (70%). Faktor yang signifikan berpengaruh terhadap
sikap permisifitas seksual adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan ayah. Persepsi siswa terhadap PKRR
dalam kurikulum sekolah menyatakan bahwa intra-kurikulum lebih mendukung PKRR dibandingkan
kurikulum yang lain, temuan ini menunjukkan bahwa meningkatkan pendidikan KRR dengan
mengintergrasikannya ke dalam intra-kurikulum adalah strategi yang baik untuk pendidikan kesehatan
reproduksi remaja (PKRR) di sekolah.
Kata kunci: Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja, Sikap Permisifitas Seksual,
Kurikulum SMA, Semarang
ABSTRACT
Adolescents Reproductive Health Education in High School Curricula and Students Reproductive
Health Knowledge and Attitude; Worldwide, it has been proven that school education plays a major
role in addressing concerns and correcting the misunderstandings among youngsters. The objectives
of this research were to describe the knowledge and attitude of students related to adolescent
reproductive health (ARH) and assessment on ARH education in school curriculum. This study is a
cross-sectional survey, employing a self-administered questionnaire. Multistage sampling design
was used to sample 253 students from 3 Senior High Schools in Semarang. The results show that
more than half (54%) of female students and 49% of male students have good knowledge about
ARH. The mean score of student’s ARH knowledge proved to be statistically different between curricula:
between intra-curriculum and extra-curriculum, and intra-curriculum and more-than-1-type of
curriculum. Attitude toward sexual permissiveness was found to be moderately permissive both in
male students (86%) and female students (70%). Significant factors that affected sexual attitude
were gender, and the education level of the father. The student’s perception relater ARHE found that
Intra-curriculum is more supportive than other curricula. The findings suggest that improving ARH
education by integrating it with intra-curriculum is a good strategy for ARH education.
Key words: Adolescent reproductive Health Knowledge/Permissive Attitude/High School Curriculum/
Semarang
69
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013
70
Pendidikan Kesehatan Reproduksi... (Siti M, Zahroh S, Antono S)
penulisan studi ini adalah bagaimana persepsi (diambil) sebagai sampel (unit analisis) kecuali
siswa tentang pendidikan kesehatan reproduksi yang berhalangan seperti tidak masuk sekolah.
remaja (PKRR) dalam kurikulum di sekolah dan Analisis data yang digunakan dengan univariat,
implikasinya pada pengetahuan dan sikap siswa bivariate dan multivariat.
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
HASIL
METODE Karakteristik Responden
Desain Studi yang digunakan adalah Karakteristik demografi siswa sebagai
penelitian observasional, dengan pendekatan responden dalam studi meliputi lebih dari
kuantitatif. Metode yang digunakan adalah setengah dari responden adalah perempuan
wawancara dengan menggunakan kuesioner (60,5%). Distribusi usia siswa berada dalam
pengisian mandiri (self-administered range antara 15 - 18 tahun, dimana usia rata-
quessionnaire). Penelitian menggunakan rata mereka adalah 16 tahun. Mayoritas siswa
pendekatan belah lintang (cross-sectional). dari kelas ilmu pengetahuan alam
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA (92,5%). Pendidikan orang tua siswa berbeda
Negeri di Semarang. Dimana jumlah sekolah antara ayah dan ibu siswa, sekitar setengah dari
SMA Negeri di Semarang adalah 16 SMA. ayah dari siswa lulus dari sarjana (51,8%), dan
Desain sampling yang digunakan adalah ibu dari siswa sekitar sepertiga dari mereka yang
multistage random samplin. Tahap (Stage) lulus dari sarjana ( 39,1%), dan sepertiga siswa
pertama adalah penentuan cluster sekolah. Tahap memiliki orangtua yang lulus dari sekolah
(stage) kedua adalah penetapan (pengambilan) menengah atas (39,1%), dan sisanya
elemen dari cluster; sub cluster, dalam penelitian berpendidikan lain (sekolah dasar). Pekerjaan
ini adalah penetapan kelas. Dan Tahap (stage) ayah siswa sebagian besar adalah non-pegawai
ketiga adalah penetapan elemen dari sub cluster. pemerintah (47,0%), dan pekerjaan ibu
Dalam tahap ini, di penelitian ini, semua didistribusikan hampir sama, kecuali seorang
komponen dari sub cluster (kelas) dilakukan petani hanya 4%.
Tabel 2. Ttingkat pengetahuan terkait KRR antara siswa laki-laki dan perempuan di SMA Negeri
di Semarang
Tingkat pengetahuan Laki-laki Perempuan
(Secara umum) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Baik 49 49.0 88 57.5
Sedang 47 47.0 63 41.2
Kurang 4 4.0 2 1.3
71
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013
Table 3. Perbandingan skor rata-rata pengetahuan KRR siswa berdasarkan tipe kurikulum
Skor rata-rata pengetahuan KRR dalam tipe
kurikulum yang berbeda
>1 type
Item pengetahuan (Min- Intra- Extra- Bimbi- F-value
of (sig)
Maks) curricu- curricu- ngan
curricu-
lum lum konseling
lum
Menstruasi (0 – 2) 1.72 0.67 - 1.14 29.09***
Pubertas (0 – 9) 8.63 8.00 - 7.93 11.79***
Masa subur (0 – 6) 3.41 0.75 - 1.64 41.49***
Hasrat sexual (0 – 2) 1.13 0.67 - 0.97 2.06
Kehamilan (0 – 4) 2.08 1.25 1.00 1.63 6.43***
Kehamilan (0 – 8) 4.64 4.00 - 3.96 5.11**
remaja
Kekerasan (0 – 14) 10.37 9.11 10.00 10.59 11.52
seksual
Aborsi (0 – 10) 6.16 5.73 - 4.71 9.97***
IMS (0 – 9) 7.67 5.50 - 6.98 3.41*
Perilaku berisiko (0 – 8) 6.60 5.80 - 5.80 5.62**
HIV dan AIDS (0 – 16) 12.17 9.25 - 10.87 7.64**
Kontrasepsi (0 – 10) 6.99 6.29 - 5.96 5.02**
*P< 0.05 **P< 0.01 ***P< 0.001
Tabel 4. Distribusi sikap permisif siswa laki-laki dan perempuan terhadap kesehatan reproduksi
Laki-laki Perempuan
Sikap permisif siswa
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 2 2.0 0 0.0
Sedang 86 86.0 107 69.9
Rendah 12 12.0 46 30.1
72
Pendidikan Kesehatan Reproduksi... (Siti M, Zahroh S, Antono S)
73
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013
banyak informasi tentang tentang aborsi, dalam kategori tinggi; 57,5% bagi siswa
kekerasan seksual, kontrasepsi, masa subur dan perempuan dan sedikit lebih kecil persentasenya
dalam bimbingan konseling adalah kontrasepsi, (49,0%) untuk siswa laki-laki.
hasrat seksual, kekerasan seksual dan aborsi. Berdasarkan tabel 3 terlihat skor rata-rata
Sumber dari Internet adalah sumber pengetahuan KRR siswa terbukti berbeda secara
informasi yang sering digunakan untuk mengajar statistik antara siswa yang mendapatkan
di semua kurikulum, dan juga sumber dari internet informasi tersebut dari; intra-kurikulum dan ekstra
paling banyak diminati siswa, dan juga dianggap kurikulum, kurikulum intra dan gabungan (> 1
efektif. Metode yang digunakan; mengajar di jenis kurikulum), sedangkan intra-kurikulum dan
kelas dan penugasan adalah metode yang paling bimbingan konseling tidak berbeda secara
sering digunakan dalam intra-kurikulum, seminar signifikan.
dan diskusi kelompok adalah metode yang paling Tabel diatas dilanjutkan dengan the post hoc
sering digunakan dalam ekstra kurikulum, test (scheffe) digunakan untuk menguji
mengajar kelas dan diskusi kelompok adalah perbedaan spesifik antara skor rata-rata masing-
metode yang paling digunakan dalam bimbingan masing pasangan. Hasilnya menunjukkan bahwa
konseling. Komunikasi dua arah dalam ada perbedaan antara skor rata-rata pengetahuan
pembelajaran di intra-kurikulum dirasakan oleh siswa yang mereka mendapatkan informasi dari
siswa lebih banyak daripada dalam extra- intra-kurikulum dan ekstra-kurikulum.
kurikulum dan bimbingan konseling. Pengetahuan spesifik yang berbeda disini adalah
pengetahuan tentang masa subur dan menstruasi.
Pengetahuan Siswa Terkait Kesehatan Perbedaan antara pengetahuan siswa yang
Reproduksi Remaja (KRR) mereka dapatkan dari intra-kurikulum dan lebih
Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dari satu jenis kurikulum adalah signifikan
remaja dari siswa SMA di Semarang termasuk
Tabel 6. Simulasi predict probability dari sikap terkait KRR oleh variabel-variabel yang signifikan
berhubungan
Sikap
Variabel Permisif Permisif Total
Sedang
tinggi rendah
Jenis kelamin
Laki-laki 0.01 0.69 0.30 1
Perempuan 0.02 0.87 0.11 1
Tingkat pendidikan Ayah
SD 0.10 0.88 0.02 1
SMP 0.01 0.73 0.26 1
SMA 0.01 0.76 0.23 1
Diploma 0.01 0.76 0.23 1
S1 dan diatasnya 0.01 0.76 0.23 1
Jenis pekerjaan ayah
Tidak bekerja 0.01 0.76 0.23 1
Pegawai pemerintah 0.08 0.82 0.10 1
Petani 0.13 0.85 0.02 1
Pekerja swasta 0.05 0.84 0.11 1
Lainnya 0.09 0.86 0.05 1
74
Pendidikan Kesehatan Reproduksi... (Siti M, Zahroh S, Antono S)
75
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013
terhadap sikap terkait kesehatan reproduksi reproduksi. Kondisi ini seharusnya menjadi
remaja (KRR) setelah dilakukan simulasi untuk perhatian bersama, karena mengingat semua
mengetahui order dari pengaruh variabel bebas siswa memasuki tahapan remaja yang sarat akan
terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut: permasalahan-permasalahan terkait kesehatan
reproduksi.
PEMBAHASAN Pengetahuan KRR siswa dilihat dari berbagai
Ogden menjelaskan bahwa karakteristik sumber kurikulum yang berbeda diukur dengan
demografi seperti jenis kelamin, umur, status skor rata-rata pengetahuan siswa dalam berbagai
perkawinan, tempat tinggal, tingkat pendidikan jenis kurikulum. Hasilnya menunjukkan adanya
dan pekerjaan meruapakan landasan utama untuk perbedaan secara signifikan dari skor rata-rata
menggambarkan sasaran dari pendidikan pengetahuan siswa dalam beberapa topik yaitu
kesehatan. Faktor-faktor ini walaupun secara haid, pubertas, masa subur, kehamilan, kehamilan
umum tidak dapat dimodifikasi/diubah dalam remaja, aborsi, IMS, perilaku risiko, HIV dan
program pendidikan kesehatan, namun sangat AIDS, dan kontrasepsi dalam sumber kuriklum
bermanfaat untuk menentukan strategi dan materi yang berbeda. the post hoc test (scheffe)
pendidikan kesehatan (Ogden, J., 1996). digunakan untuk menguji perbedaan spesifik
Dalam penelitian ini Jenis kelamin, asal antara skor rata-rata masing-masing
sekolah, umur, pendidikan orang tua (ayah dan pasangan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada
ibu), juga pekerjaan orang tua dari siswa tidak perbedaan antara skor rata-rata pengetahuan
signifikan berpengaruh terhadap level siswa yang mereka mendapatkan informasi dari
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi intra-kurikulum dan ekstra-kurikulum.
remaja. Tetapi jurusan siswa menunjukkan Perbedaan antara pengetahuan siswa yang
signifikant berpengaruh terhadap tingkat mereka dapatkan dari intra-kurikulum dan lebih
pengetahuan siswa. Para siswa yang berasal dari satu jenis kurikulum adalah signifikan
dari jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berbeda. Skor rata-rata pengetahuan siswa dari
memiliki pengetahuan tentang kesehatan intra-kurikulum dan bimbingan konseling tidak
reproduksi remaja secara signifikan lebih tinggi signifikan berbeda. Sama seperti dalam pasangan
dari pada para siswa dari jurusan IPS (Ilmu ekstra-kurikulum dan bimbingan konseling serta
Pengetahuan Sosial). Salah satu penjelasannya; extra-kurikulum dengan lebih dari satu kurikulum.
ini karena banyak mata pelajaran terkait Proporsi sikap permisifit tinggi terkait sikap
kesehatan reproduksi remaja tersedia di jurusan permisifitas seksual lebih tinggi di antara siswa
IPA seperti biologi, kimia. Jenis kelamin dalam laki-laki daripada siswa perempuan. Asal
penelitian Pratiwi juga menunjukkan tidak ada sekolah, usia, jurusan, pendidikan orang tua (ibu),
hubungan yang signifikan dengan tingkat dan pekerjaan orang tua tidak signifikan
pengetahuan terkait kesehatan reproduksi menunjukkan perbedaan. Ini konsisten dengan
(Pratiwi, W., N., 2009). hasil multivariat analisis menggunakan ordered
Pada dasarnya siswa baik itu dari jurusan logistic regression dimana menunjukkan bahwa
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) maupun IPS (Ilmu siswa perempuan lebih cenderung memiliki sikap
Pengetahuan Sosial) mempunyai kebutuhan yang permisif rendah 3,75 kali dari siswa laki-laki
sama terkait pengetahuan dan skill tentang (p<0.000) . Hasil ini serupa dengan banyak
kesehatan reproduksi. Namun sayangnya materi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
dalam kuriukulum di jurusan IPS ini tidak terlalu Dalam banyak penelitian, peneliti menemukan
mendukung, hanya siswa dari IPA yang banyak bahwa laki-laki lebih cenderung untuk
mendapatkan materi terkait kesehatan mempunyai sikap permissive tinggi terhadap
76
Pendidikan Kesehatan Reproduksi... (Siti M, Zahroh S, Antono S)
seksualitas daripada perempuan (O- kemampuan bahasa dan kapasitas kognitif anak.
Prasertsawat, P., Petchum, S., 2004, Oliver, B. Anak akan lebih siap secara mental untuk
M., 1992, Werner-Wilson, J.R., 1995). Laki- menghadapi suasana sekolah. Anak akan lebih
laki lebih memiliki sikap recreational sedangkan sabar dan lebih mampu mengatasi tekanan dan
perempuan lebih bersikap tradisional terhadap frustrasi yang ada hubungannya dengan kegiatan
seksualitas (Santrock, J.W., 2005). Meskipun belajar di sekolah dibanding anak yang ayahnya
fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat kurang begitu peduli. Ayah yang ikut melibatkan
matang dari pada remaja laki-laki, tetapi pada diri sejak anak lahir akan membuat emosi anak
perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif lebih stabil, lebih percaya diri untuk mengeksplorasi
secara seksual dari pada remaja perempuan lingkungan sekitarnya. Dan saat mereka tumbuh
(Ahmadi, H., 2005). Di Indonesia, beberapa dewasa akan memiliki koneksi sosial dengan
penelitian juga menunjukkan adanya sexual teman-temanya secara lebih baik. Juga kecil
double standar, dimana premarital sex untuk kemungkinan akan membuat masalah di rumah,
laki-laki lebih diterima daripada perempuan. sekolah atau lingkungan sekitar. Anak dapat
Adanya persepsi ini akan sangat berpengaruh memasuki usia sekolah dengan lebih tenang dan
pada sikap mereka terkait seksualitas (Syafrudin, kecil kemungkinan mengalami depresi,
2009). Penelitian serupa tentang norma menampakkan perilaku disruptif atau berbohong.
seksualitas di Negara Asia juga terbukti bahwa Anak juga lebih cenderung menampakkan sikap
double standar telah memberikan persetujuan pro-sosial. Anak laki-laki lebih cenderung tidak
untuk adanya premarital sex untuk remaja laki- nakal di sekolah sedang anak perempuan
laki tetapi tidak untuk remaja perempuan (Ford, cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih
N.J., Shaluhiyah, Z., Suryoputro, A., 2007). kuat. Di samping itu, sejumlah survei
Hasil lain dari multivariat analisis dengan menyimpulkan bahwa anak yang dekat dengan
ordered logistic regression yang signifikan ayahnya lebih mungkin memiliki kesehatan fisik dan
berpengaruh terhadap sikap terkait kesehatan kejiwaan yang baik. Performa di kelas lebih baik,
reproduksi remaja (KRR) adalah pendidikan dan cenderung terhindar dari kenakalan remaja
ayah. Siswa dengan ayah dengan pendidikan seperti narkoba, kekerasan dan perilaku seksual
SD lebih cenderung untuk memiliki menyimpang, dan lainnya (Pruett, Kyle D., 2000).
sikap permisif tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki ayah telah lulus dari sarjana. Ini SIMPULAN
mendukung konsep bahwa proses sosialisasi sikat Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
terkait sexuality, pembelajaran norma seksual (PKRR) di kurikulum sekolah menunjukkan
dimulai dari awal kehidupan, dimana dipengaruhi bahwa intra kurikulum dinilai siswa lebih
oleh lingkungan rumah dan nilai-nilai yang mendukung PKRR dari pada extra kurikulum dan
diajarkan oleh orang tua. Peran ayah sangat bimbingan konseling, dilihat dari beberapa aspek
berpengaruh terhadap perkembangan anak, yaitu metode, material, konten/isi materi serta
analisa ini sejalan dengan hasil studi yang diadakan bentuk komunikasi yang digunakan. Tingkat
oleh Kyle D. Pruett. Menurut Pruett dalam pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dari
bukunya Fatherneed: Why Father Care is as siswa SMA di Semarang termasuk dalam
Essential as Mother Care for Your Child, dimana kategori tinggi; 57,5% bagi siswa perempuan dan
seorang ayah sangat berhubungan dengan sedikit lebih kecil persentasenya (49,0%) untuk
perkembangan seorang anak. Ayah yang terlibat siswa laki-laki. Sikap permisif siswa terhadap
dalam mengasuh dan bermain-main dengan anak seksualitas dan kesehatan reproduksi
balita-nya akan meningkatkan kecerdasan (IQ), menunjukkan sebagian besar siswa laki-laki
77
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013
(86,0%) dan siswa perempuan (69,9%) adalah Ogden, Jane. Health Psycology, A Text Book.
moderat permisif. Factor yang berpengaruh Buckingham, Philadelphia. Open University
terhadap pengetahuan adalah jurusan dalam Press;1996.
SMA, sedangkan faktor determinan dari sikap Oliver MB, Sedikides C. Effects of Sexual
permisif siswa terhadap seksualitas dan kesehatan Permissiveness on Desirability of Partner as
reproduksi yang terbukti signifikan berpengaruh a Function of Low and High Commitment
secara statistik adalah jenis kelamin dan to Relationship. Social Psychology
pendidikan ayah. Adapun persepsi Pendidikan Quarterly. 1992;55(3):321-333.
Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) di O-Prasertsawat P, Petchum S. Sexual Behavior
kurikulum tidak memberikan pengaruh pada of Secondary School Students in Bangkok
pengetahuan dan sikap. Namun demikian terlihat Metropolis. Journal Medical Association of
adanya perbedaan tingkat pengetahuan antara Thailand. 2004;87 (7):755-759.
siswa yang mendapatkannya dari Intra-
kurikulum, extra-kurikulum dan bimbingan Pratiwi, W. N. Hubungan Antara Faktor-faktor
konseling. yang Mempengaruhi Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi di SMA N 3
KEPUSTAKAAN Surakarta. Skripsi thesis, Universitas
Ahmadi, H., Anshari, F.A. (2005). Faktor Muhammadiyah Surakarta; 2009.
Affecting Attitude Toward Safe Sex and Pruett, Kyle D. Fatherneed: Why Father Care is
Reproductive Health Among Shiraz City as Essential as Mother Care for Your Child.
Youth. P. 5-6. New York: The Free Press; 2000.
CGM. Low awareness of sexual behavior. Gloria Santrock, J.W.. Adolescence : Perkembangan
Cyber Ministry (online). http:// Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.
www.glorianet.or/brt/ b04054.html; 2004. Alih bahasa oleh : Shinto B. A. dan S.
Ford NJ, Shaluhiyah Z, Suryoputro A. A Rather Saragih.
Benign Sexual Culture: Socio-sexual Syafrudin. Remaja Dan Hubungan Seksual
Lifestyle of Youth in Urban Central Java, Pranikah 2008. http://id.shvoong.com/
Indonesia. Population, Space and Place. medicine-and-health/1799376-remaja-
2007. dan-hubungan seksual-pranikah/ Diakses
Green L, et all. Health Promotion Planning, An pada tanggal 21 Januari 2009
education and Environmental Approach. Werner-Wilson RJ. Predictors of Adolescent
Mountain View, Toronto, London: Mayfield SexualAttitudes: The Influence of Individual
Publishing Company; 2000. and Family Factors; 1995.
KPA Nasional. Laporan KPA Nasional tahun WHO. Reproductive Health Indicator: Guideline
2010. Jakarta; KPA Nasional Indonesia; for Their Generation, Interpretation and
2010. Analysis for Global Monitoring. Geneva:
KPA Semarang. Laporan KPA Semarang Tahun WHO Press; 2006.
2008. Semarang : KPA Kota Semarang;
2008.
78