Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN UPAYAKESEHATAN LINGKUNGAN

PENYULUHAN “ISPA”

Oleh :

dr. Galih Suharno

Pendamping :

dr. H. Sartono, MM

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS PEMARON

2018

27
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN (F2)

ISPA

DI PUSKESMAS PEMARON

Brebes, 16 Juli 2018

Peserta Program Internsip Dokter Indonesia Pendamping Program


Internsip Dokter Indonesia

dr. Galih Suharno dr. H. Sartono, MM

28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan


salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan
tingginya angka kesakitan dan kematian pada balita karena ISPA. Di negara
berkembang setiap tahun kira-kira 12 juta anak meninggal sebelum ulang
tahunnya yang kelima dan sebagian besar terjadi sebelum tahun pertama
kehidupanya. Tujuh dari sepuluh kematian itu disebabkan ISPA.1

Di Indonesia penyakit infeksi terutama ISPA masih merupakan


penyakit utama, baik infeksi saluran pernafasan atas maupun infeksi saluran
pernafasan bawah.2 ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien disarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di
Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat
inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA.

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode


penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6
kali per tahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk
pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Sudarti tahun 1999 melaporkan bahwa rendahnya pengetahuan


masyarakat berpengaruh pada tindakan masyarakat dalam pencarian
pengobatan yang tepat. Pada sisi lain, rendahnya pengetahuan petugas
kesehatan tentang ISPA berakibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan. Hanya 4% dari yang membawa anaknya berobat kepada petugas
kesehatan yang mendapat penjelasan yang memadai tentang ISPA.

29
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ISPA
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gambaran klinis dan
komplikasi ISPA
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
penanganan ISPA
.
1.2.2 Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internship di Puskesmas
Pemaron

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai


penyakit ISPA antara lain pengertian ISPA, gambaran klinis, serta
komplikasi ISPA sehingga dapat melakukan pencegahan dan penanganan
terhadap penyakit ISPA.

1.3.2 Bagi Tenaga Medis

Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran


masyarakat tentang ISPA meliputi pengertian, tanda dan gambaran klinis,
komplikasi serta pencegahan dan penanganan ISPA.

30
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat


agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya
dengan perilaku yang aman atau paling berisiko rendah. Program
Promosi Kesehatan tidak dirancang “di belakang meja”. Supaya
efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan

sehari-hari masyarakat sasaran setempat.7

Program promosi menekankan aspek “bersama masyarakat”.


Maksudnya adalah (i) bersama dengan masyarakat fasilitator
mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk
memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan, dan inginkan, (ii)
bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang
menarik untuk perilaku yang berisiko, serta (iii) bersama dengan
masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan

memantau dampaknya secara terus-menerus.7

2.2 Media Promosi Kesehatan

1. Definisi Media/ Alat Peraga8

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat


diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat
dilihat, didengar, diraba, atau dicium, untuk memperlancar komunikasi
dan penyebar-luasan informasi. Biasanya alat peraga digunakan secara

31
kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan
sebagainya.
2. Jenis Media/ Alat Peraga8
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup


maupun mati. Termasuk dalam macam alat peraga antara lain :
1. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas
tinja, dsb.
2. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan
seperti cacing dalam botol pengawet, dll.
3. Sampel, yaitu contoh benda sesungguhnya untuk
diperdagangkan seperti oralit, dll.

- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga
dalam promosi kesehatan. Hal ini karena menggunakan benda
asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, palstik, dan
lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optic, seperti foto, slide, film, dll.

2.3 Penyerapan Materi dalam Promosi Kesehatan

Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera


ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Oleh
karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila
ia menggunakan lebih dari satu indera.

32
2.4 Metode Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan adalah :8

1) Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu


ide, pengertian, atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2) Metode Diskusi Kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan


tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3) Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di amna setiap


anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.

4) Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan


pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5) Metode Bermain Peran

33
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia
dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6) Metode Demonstrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan


prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7) Metode Simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5


orang dengan topic yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8) Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk


membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.

34
2.5 Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura 1,4

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari,

walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat

berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis.5

ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan

lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena

meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu

besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya

atau berlebihannya pemakaian antibiotik 4

Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru

paru (alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan

terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia.

Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia

(baik Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut “Pneumonia” saja.1,2

2.6 Etiologi

1) Etiologi ISPA

35
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan

riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus.

Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium.

Virus Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.1

Infeksi saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus,

sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim

dingin.4

2) Etiologi Pneumonia

Etiologi Pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak

biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi

belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya

bakteri sebagai penyebab Pneumonia. Hanya biakan dari aspirat paru serta

pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu

penetapan etiologi Pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen aspirat

paru merupakan cara yang sensitif untuk mendapatkan dan menentukan

bakteri penyebab Pneumonia pada balita akan tetapi fungsi paru merupakan

prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika, terutama jika

hanya dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena alasan tersebut diatas

maka penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada

hasil penelitian di luar Indonesia..1

36
2.7 Gejala dan Klasifikasi ISPA

Tabel 1. Manifestasi Klinis ISPA7


ISPA RINGAN ISPA SEDANG ISPA BERAT

 Batuk  Tanda ISPA ringan  Tanda ISPA ringan atau

 Pilek  Nafas cepat > 50x/menit, sedang

 Serak (tanda utama)  Chest Indrawing

 Demam -/+  Wheezing  Stridor

 Congekan . 2 minggu tanpa  Demam 39oC atau lebih  Tak mampu dan tak mau

sakit telinga  Sakit Telinga makan

 Campak  Sianosis

 Nafas Cuping Hidung

 Kejang

 Dehidrasi

 Kesadaran Menurun

 Selaput Difteri

Klasifikasi ISPA pada Balita

Kriteria untuk menggolongkan pola ISPA pada balita adalah dengan gejala

batuk dan atau kesukaran bernapas.

Dalam penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok

untuk umur 2 bulan -<5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.

 Untuk kelompok umur 2 bulan -<5 tahun klasifikasi dibagi atas :

Pneumonia berat, Pneumonia dan bukan Pneumonia.

 Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas : Pneumonia berat

dan bukan Pneumonia. Dalam pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit

37
(MTBS) klasifikasi pada kelompok umur <2 bulan adalah infeksi yang

serius dan infeksi bakteri lokal.

Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

bernapas disertai sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

(chest indrawing) pada anak usia 2 bulan -< 5 tahun. Untuk kelompok umur <

2 bulan diagnosis Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast

breathing), dan tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe

chest indrawing).

Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

bernapas disertai adanya napas sesuai umur, batas napas cepat (fast brething)

pada anak usia < 2 bulan 60 kali per menit, pada usia 2 bulan -<1 tahun 50 kali

per menit dan 40 kali per menit untuk anak usia 1-<5 tahun.

Klasifikasi bukan-Pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan

batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak

menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan

demikian klasifikasi bukan Pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain

diluar Pneumonia seperti batuk pilek bukan Pneumonia (common cold,

pharyngitis, tonsilitis, otitis).1,4

2.8 Cara Penularan dan Faktor Resiko

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara

pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat

kesaluran pernapasannya.4

38
Penularan ISPA melalui udara yang tercemar masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pernafasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya

berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara, dapat

seluruhnya berupa bibit penyakit atau hanya sebagian daripadanya. Adapun

bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni: droplet nuclei

(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara

droplet dan melayang di udara); dan dust (campuran antara bibit penyakit

yang melayang di udara).5,6

Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam

penularan ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan

bahwa upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat

dilakukan di antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk

mengurangi polusi asap dapur dan mengurangi polusi udara lainnya

termasuk asap rokok.5,6

Faktor lain yang mempengaruhi ISPA adalah merokok. Satu batang

rokok dibakar maka akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti

nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, amonia,

acrolein, acetilen, benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl

cathecol, ortcresor peryline dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Surjadi,

ISPA yang terjadi pada ibu dan anak berhubungan dengan penggunaan bahan

bakar untuk memasak dan kepadatan hunian rumah, demikian pula terdapat

pengaruh pencemaran di dalam rumah terhadap ISPA pada anak dan orang

39
dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah tangga dapat menghasilkan

bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir halus) dan gas (CO dan

NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk, membakar kayu di dapur

mempunyai efek terhadap kesehatan manusia terutama Balita baik yang

bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi saluran

pernafasan dan iritasi mata.5,6

2.9 Pengobatan ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus

yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program

(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik

dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).4

Tabel 2. Bagian Klasifikasi dan Tatalaksana ISPA untuk Bayi Kurang dari 2
Bulan 8,9

Tanda  Bila ada tanda-tanda bahaya lihat  Tak ada nafas cepat (60

bagan tanda bahaya x/mnt

 Tarikan dinding dada ke dalam  Tak ada tarikan dinding

yang kuat dada

 Nafas Cepat (> 60 x/menit) 

Klasifikasi PNEUMONIA BERAT BUKAN PNEUMONIA

Pengobatan  Kirim segera ke rumah sakit Beri nasehat cara perawatan di

 Beri antibiotika satu dosis (bila rumah:

tidak mungkin dirujuk)  Jaga bayi agar tidak

kedinginan

 Teruskan pemberian ASI

40
lebih sering

 Bersihkan hidung bila

mampet

Anjurkan untuk kembali

kontrol bila

 Keadaan bayi memburuk

 Nafas menjadi cepat

 Bayi sulit bernafas

 Bayi sulit untuk minum

Tabel 3. Bagian Klasifikasi dan Tatalaksana ISPA pada Anak Umur 2 bulan
sampai 5 tahun 8,9

Tanda  Bila ada tanda bahaya lihat  Tidak ada tarikan  Tidak ada tarikan
bagan tanda bahaya dinding dada ke dinding dada ke dalam
 Tarikan dinding dada ke dalam  Tidak ada nafas cepat
dalam  Disertai nafas > 50x/mnt untuk usia
 Bila ada wheezing berulang cepat > 50x/mnt 2 bulan -< 1 tahun , >
lihat pengobatan wheezing untuk usia 2 bulan 40x/mnt utrk usia 1
- < 1 tahun, > 40 thn - 5thn
x/mnt untuk usia 1
thn-5thn
 Tarikan dinding
dada ke dalam

Klasifikasi PNEUMONIA BERAT PNEUMONIA BUKAN PNEUMONIA

Pengobatan  Kirim segera ke Rumah  Nasihati ibu untuk  Bila batuk > 30 hari
Sakit tindakan rujuk

 Beri Antibiotik perawatan di  Obati penyakit lain

41
 Bila ada wheezing, obati rumah (bila ada)

 Beri antibiotik  Nasehati ibu untuk

selama 5 hari perawatan di rumah

 Anjuran ibu untuk  Bila demam obati

control 2 hari atau  Bila ada wheezing

lebih cepat bila obati

keadaan

memburuk

 Bila demam obati

 Bila ada wheezing

obati

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,

Sedangkan pada penderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik, dapat

mengakibat kematian.4

42
BAB III

KEGIATAN

3.1 Intervensi

Bentuk : penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan

1) kegiatan :Tanya jawab

2) Sasaran : Lansia dan ibu-ibu kader Desa Pemaron

3) Materi :

- Definisi ISPA

- Klasifikasi ISPA

- Faktor Risiko ISPA

- Patofisiologis ISPA

- Gambaran Klinis ISPA

- Komplikasi ISPA

- Penanganan ISPA

4) Pelaksanaan :

43
Hari/

- Tanggal :Rabu, 8 Agustus 2018

- Tempat : rumah kader Desa Pemaron

- Waktu : 09.00 s.d. selesai

2.5 Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran

kemajuan atas objektif program. Dalam hal ini dilakukan penilaian terhadap

tercapainya tujuan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan

bekerjasama dengan tenaga kesehatan.

Monitoring kuantitatif dapat dilakukan dengan pendataan terhadap jumlah

kasus hipertensi yang terjadi di fasilitas kesehatan Puskesmas Pemaron.

Sedangkan secara kualitatif, monitoring dapat dilakukan dengan pernyataan

acak maupun diskusi kelompok terarah mengenai peningatan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat terhadap materi penyuluhan yang telah

disampaikan. Monitoring juga dapat dilakukan dengan memperhatikan

perubahan perilaku masyarakat.

2.6 Evaluasi

Evaluasi adalah secara sistematis menginvestigasi program dengan cara

menilai konstribusi program terhadap perubahan. Dalam hal ini dapat digali

lebih lanjut masalah-masalah yang belum teratasi melalui pertanyaan acak

44
maupun diskusi kelompok serta dilakukan analisis penyelesaian masalaha

sehingga tujuan kegiatan tercapai dengan sempurna.

Secara umum kegiatan berlangsung lancer, sasaran dapat menerima

dengan baik materi yang disampaikan. Penyuluhan dengan menggunakan

pamphlet dengan tulisan sederhana dan gambar yang mendukung dapat

memudahkan sasaran memahami materi yang disampaikan. Adapun Tanya

jawab sangat membantu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik bagi

sasaran. Dalam hal ini antusiasme sasaran sangat baik, sasaran aktif

mendengarkan materi yang disampaikan. Adapun evaluasi dalam hal ini

adalah waktu yang sempit sehingga mengurangi kesempatan untuk berdiskusi

dan bertanya. Dengan memberikan jeda dalam setiap materi, dengan selingan

canda atau informasi ringan yang terkait topik, akan menciptakan suasana

santai yang kondusif sehingga sasaran siap menerima materi berikutnya.

45
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan, perlu dilakukan promosi

penanggulangan ISPA balita yang ditujukan pada masyarakat (terutama ibu

balita), tidak cukup hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan

saja. Melalui peran aktif kader posyandu, diharapkan dapat membantu petugas

kesehatan dalam mempromosikan penanggulangan ISPA balita kepada ibu balita

sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan ISPA. Salah satu cara

untuk meningkatkan peran aktif kader posyandu dengan mengadakan pelatihan

kader posyandu.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Masyarakat

Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,


sehingga manfaat langsung akan dicapai apabila masyarakat tergerak untuk
mengenali faktor risiko hipertensi, gambaran klinis, dan komplikasi hipertensi
sehingga masyarakat mau dan mampu meningkatkan pola hidup sehat untuk
mencegah penyakit hipertensi.

46
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta 2002.

2. Anonim. Pedoman Promosi Penaggulangan Pnemonia Balita. Direktorat


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta 2002.

3. Hasan R, Alatas H, ed. Pneumonia. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan


Anak Jilid 2. Bagian FKUI, Jakarta ; 2000 : 1228-1233

4. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut


untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita dalam Pelita IV. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta 1996.

5. Solomon W. Penyakit Pernapasan restriktif. Dalam : Anugerah P (Alih


Bahasa). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 1.
EGC, Jakarta ; 1994 : 710

6. Nelson, W. Pneumonia. Dalam : Wahab S (alih Bahasa). Nelson Ilmu


Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. EGC, Jakarta ; 2000 : 883-889

7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985, Buku Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta.

8. Tim Penyusun Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999

9. Tim Penyusun departemen Kesehatan. 1987. Buku Paket Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan Pemukiman (PPM dan PLP)
bagi pekarya Kesehatan Puskesmas cetakan ke 4. Pusat pendidikan dan
Latihan Pegawai Departemen Kesehatan RI Jakarta

10. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut


Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1992.

47
LAMPIRAN

48

Anda mungkin juga menyukai