Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA ISPA
DI PUSKESMAS BULELENG 1

OLEH :
Ni Komang Tri Devi Artha Sapitri 16089014111

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
A.KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari sauran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya. Seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung
selama 14hari yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis.
Sedangkan infeksi yangmenyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah pneumonia.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga telinga tengah dan

2. Epidemiologi
Penyakit ISPA sebagai maslah kesehatan utama yang dihadapi oleh Negara-negara
berkembang umunya dan tertama Negara Indonesia khusnya telah mendapat prioritas dalam
upaya penanggulangannya, mengingat penyakit tersebut memiliki angka kesakitan dan
keamtian yang tertinggi ksusnya dikalangan bayi dan anak-anak, hal ini relevan dengan
hasil penelitian kartasamita (1994) terhadap balita di cikutra di kotamadya bandung yang
menunjukkan bahwa insiden paling tinggi pada bayi di usia satu tahun dan insiden menurun

Di negara berkembang,penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian


pada anak,terutama pada bayi kurang dari dua bulan.Dari survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 1986 diketahi bahwa anka mobiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar
42,4% dan pada balita sebesar 40,6%,sedangkan angka mortalitas pada bayi akibat
pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36% [8]. Hasil SKRT tahun 1992
menunjukkan bahwa angka mortalitaspada bayi akibat pennyakit ISPA menduduki urutan
pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki peringkat kedua (13%) [8].

Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-305 kematian disebabkan


oleh ISPA. Factor penting yag mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya
pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga memepermudah timbulnya gangguan pernafasan. Tinggi tingkat pencemaran
udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat
dibandingkan penyakit lainnya. Selain factor tersebut peningkatan penyebaranpenyakit
ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklimserta rendahnya kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat dalam masyarakat

3. Etiologi

ISPA disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

1. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,


koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain-lain. Virus merupakan
penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka menginfeksi mukosa hidung
trachea dan bronkus. Infeksi virus primer pertama kali ini akan menyebabkan mukosa
membengkak dan menghasilkan banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi
sputum di jalan nafas.
2. Bakteri yang menyebabkan ISPA: kelompok A beta-hemolytic streptococci,
corynebacterium diphtheriae (diptheria), neisseria gonorrhoeae (gonore), klamidia
pneumoniae (klamidia), dan kelompok C beta-hemolytic streptoco

4. Klasifikasi
1) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan
sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada,
tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpa penarikan
dinding dada. Pernafasan cepat adalah 40 kali per menit atau lebih pada usia 12
bulan hingga 5 tahun.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas) tanpa
pernafasan cepat atau penarikan dinding dada

5. Tanda dan Gejala


1) Demam, pada neonates mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun
2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biaanya terjadi selama periodic bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk.
3) Anoreksia, biasanya terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum bahkan tidak mau minum.
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit
5) Diare, sering terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6) Sumbatan pada jalan nafas, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret
7) Batuk, merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
8) Sakit saat menelan
9) Suara serak, biasanya saat anak mengalami laryngitis
10) Kelelahan dan merasa lemas
11) Nafsu makan menurun

6. Patofisiologi terjadinya penyakit


Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan
stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus
yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas
sepertistreptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya
fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri
7. Web Of Caution (WOC)

Virus

Masuk melalui
udara/droplet/tangan

Lemah Intoleransi
aktivitas
Virus mengfiltrasi epitel

Suhu tubuh
meningkat Hipertermi
Epitel terkikis

Nyeri tenggorokan

Peradangan Bersihan jalan


Menghasilkan
nafas tidak efektif
sekret

Pembengkakan

Sulit bernafas

RR
Ketidaktahuan orangtua Meningkat,
akan kondisi anak penggunaang
otot bantu
nafas, retraksi
dinding dada
Ansietas

Pola nafas tidak


efektif
8. Pemerikasaan fisik
1. Mengukur TTV
2. kesadaran umum pasien
3. head to toe
a) kulit/integument
b) kepala dan rambut
c) mata/penglihatan
d) hidung/penciuman kaji adanya cuping hidung
e) mulut dan gigi
f) leher
g) dada kaji adanya suara ronchi

9. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.

1) Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis
2) Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga
hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical
atau umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
3) Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan
dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut
mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus
tumor

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut meliputi langkah-langkahpencegahan dan
pengobatan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menurunkanangka kejadian ISPA antara lain:

1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik sehingga tubuh memiliki daya tahan yang optimal untuk
melawan segala macam agen infeksi yang dapat menyebabkan seseorang jatuhsakit.
2) Imunisasi. Vaksinasi juga dapat dilakukan dalam upaya pencegahan infeksi beberapa jenis
virus seperti influenza dan pneumonia. Namun, saat ini masih kontroversial mengenai
efektivitas pemberian vaksinasi pada usia lanjut yang berhubungan dengan penurunan fungsi
limfosit B pada kelompok geriatri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan akan mengurangi risiko terjadinya
penyebaran agen infeksi dari luar
4) Menghindari berhubungan dengan penderita ISPA untuk mencegah penularan infeksi dari
invidu satu ke individu lainnya
5) Berikan anak asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang dideritaterutama bila anak batuk dan demam.
6) Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.

11. Komplikasi
1) Infeksi pada telinga bagian tengah (Otitis media)
2) Infeksi saluran pernafasan bagian bawah
3) Timbulnya kantung bernanah di sekitar amandel
4) Epiglotitis (peradangan pada bagian atas trachea)
5) Peradangan selaput otak (meningitis)
6) Peradangan otak (encephalitis)
7) Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system tubuh
8) Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien meliputi, nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, alamat,
suku bangsa, agama, anak, diagnose.
2) Identitas penanggung jawab klien meliputi, nama ayah, nama ibu, pekerjaan
ayah, pekerjaan ibu, Pendidikan ayah, Pendidikan ibu, alamat.
3) Riwayat kesehatan
4) Riwayat kehamilan
5) Neonatal (imunisasi)
6) Riwayat alergi
7) Riwayat kesehatan keluarga
8) Kebutuhan nutrisi
9) Kebutuhan cairan
10) Pola eleminasi
11) Pola aktivitas dan latihan
12) Pola tidur dan istirahat
13) Pemeriksaan fisik meliputi, tanda-tanda vital, Berat badan, dan tinggi badan.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan lemah
2) Hipertermi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret dalam jumlah
banyak
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan respirasi meningkat
5) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan orangtua akan kondisi anaknya

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan


keperawatan NOC NIC Rasional
1. Intoleransi Setelah dilakukan O : monitor -untuk mengetahui
aktivitas tindakan respon fisik seberapa tingkat
berhubungan keperawatan sela pasien respon pasien
dengan lemah …x…jam
diharapkan pasien -untuk
dengan kriteria mempermudah
evaluasi : N : bantu pasien dalam
Mampu berpindah untuk mengintrusikan
dengan atau tanpa mengidentifikasi pasien untuk
alat bantu, mampu aktivitas yang beraktivitas
melakukan disukai -agar keluarga
aktivitas sehari-hari mengetahui dimana
E :ajarkan kekurangan pasien
keluarga pasien dalam beraktifitas
mengidentifikasi yg mengakibatkan
kekurangan lelah
dalam
beraktifitas -untuk
memepercepat
proses
penyembuhan
C:
kolaborasikan
dengan keluarga
2. Hipertermi Setelah dilakukan O : monitor -untuk mengetahui
berhubungan tindakan suhu sesering suhu tubuh pasien
dengan suhu keperawatn selama mungkin
tubuh …x…jam -untuk mengurangi
meningkat diharapkan pasien suhu tinggi tubuh
dengan kriteria N : berikan pasien
evaluasi : kompres pasien
1.suhu tubuh dalam pada lipat paha -agar pasien tidak
rentang normal dan aksila letih akibat panas
2.tidak ada
perubuhan warna E : ajarkan pada
kulit dan pusing keluarga pasien
cara mencegah -untuk
keletihan akibat mempercepat
panas prosespenyembuhan

C:
kolaborasikan
dengan dokter
dalam
pemberian obat
3. Bersihan O : kaji fungsi - untuk mengetahui
jalan nafas Tujuan: pernapasan: tingkat sakit dan
tidak efektif setelah dilakukan bunyi napas, tindakan apa yang
berhubungan tindakan kecepatan, harus dilakukan
dengan sekret keperawatan jalan kedalaman
dalam jumlah nafas kembali dan
yang banyak efektif dalam waktu penggunaan
…x… jam. otot aksesori.
Dengan kriteria
evaluasi:Sekret N : Berikan - semi fowler
berkurang sampai pasien posisi memudahkan
dengan hilang, semi atau pasien untuk
pernafasan dalam fowler bernafas
batas normal 40-
60x/menit E :Catat -untuk mengetahui
kemampuan perkembangan
untuk kesehatan pasien
mengeluarka
n secret atau
batuk efektif

C: -untuk
Kolaborasikan membersihkan
dengan keluarga sekret dari mulit
4. Pola nafas Setelah dilakukan O : monitor -untuk mengetahui
tidak efektif tindakan respirasi dan respirasi dan status
berhubingan keperawatan status O2 O2 pasien
dengsan selama …x… jam
respirasi diharapkan pasien N : posisikan -agar pasien
meningkat dengan kriteria pasien untuk nyaman
evaluasi : memaksimalkan
Menunjukan jalan ventilasi
nafas yang paten,
mendemonstrasikan E : auskultasi -untuk mengetahui
batuk efektif dan suara nafas adanya suara
suara nafas yang tambahan
bersih
C: -untuk memberikan
kolaborasikan terapi lanjutan
dengan dokter
5. Ansietas Setelah dilakukan O : kaji tingkat -untuk mengetahui
berhubungan tindakan pengetahuan tingkat pengetahuan
dengan keperawatan sela keluarga keluarga pasien
ketidaktahuan …x…jam sampai mana
orangtua diharapkan pasien
akan kondisi dapat dengan -untuk mengurangi
anaknya kriteria evaluasi : N : jelaskan kecemasan keluraga
pengetahuan setiap tindakan pasien
orangtua meningkat keperawatan
tentang kondisi yang akan
dilakukan
anaknya -agar keluarga
E : berikan pasien mengetahui
pendidikan dan tidak cemas
kesehatan
berkaitan
dengan penyakit
pasien -agar keluarga
pasien memahami
C:
sepebuhnya
kolaborasikan
dengan keluarga
dalam
memberikan
edukasi
B. DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardi 2016. Asuhan keperawatan praktis berdasarkan Diagnosa medis &
Nanda and NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta. Mediaction

https://www.scribd.com/doc/86136109/Penatalaksanaan-ISPA. Diakses pada


tanggal 19 oktober 2018

wordpress.com/2010/08/09/penatalaksanaan-ispa/. Diakses pada tanggal 19 oktober 2018

http://www.salamedukasi.com/2015/09/cara-pencegahan-dan-penanganan.html.
Diakses pada tanggal 19 oktober 2018

epidemiologi-infeksi-saluran-pernafasan.html. diakses pada tanggal 19 oktober 2018

http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/THT/ispa. Diakses pada tanggal 19


oktober 2018

https://www.scribd.com/doc/86136109/Patofisiologi-ISPA diakses pada tanggal 19 oktober


2018

Anda mungkin juga menyukai