Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan makalah keperawatan
medikal bedah tentang Atelektasi.

Laporan makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan makalah.

Akhir kata kami berharap semoga laporan makalah tentang keperawatan medikal bedah
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 26September 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

1
Kata Pengantar.............................................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3


1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................3

Bab II Pembahasan

2.1 Atelektasis.........................................................................................................5

2.2 Anatomi Fisiologis Saluran Pernafasan............................................................5

2.3 Jenis Atelektasis ...............................................................................................7

2.4 Gejala Atelektasis.............................................................................................8

2.5 Penyebab Atelektasis........................................................................................9


2.6 Diagnosa Atelektasis.......................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................12
2.8 Pengobatan Atelektasis...................................................................................13

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15

Daftar Pustaka............................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

2
Definisi Atelektasis. Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang
mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama
sekali tidak terisi udara. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup
kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru.Atelektasis merupakan masalah umum klien
pascaoperasi.

Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis neokatorum)
atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya terdapat pada dewasa yaitu
ateletaksis didapat (acovired aeletacsis). Atelektasis (Atelectasis )adalah pengkerutan sebagian
atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.

Besarnya kerusakan jaringan alveoli akibat atelektasis bervariasi, tergantung kepada


penyebabnya. Pada penderita yang sudah memiliki penyakit pernapasan, munculnya atelektasis
dapat memperparah kesulitan bernapas, serta menurunkan kadar oksigen dalam darah.

1.2 Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Dapat memahami dan mengetahui apa yang dimaksud dengan Atelektasis

2. Tujuan khusus

 Mengetahui tentang pengertian dari Atelektasis.


 Mengetahui anatomifisiologi saluran napas Atelektasis.
 Mengetahui jenis dari Atelektasis.
 Mengetahui gejala atelektasis
 Mengetahui penyebab atelektasis
 Mengetahui diagnosis atelektasis
 Mengetahui pencegahan atelektasis.
 Mengetahui pengobatan atelektasis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Atelektasis

Atelektasis merupakan suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan dan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sekali tidak terisis
udara.Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps jaringan
paru atau unit fungsional paru.

4
Atelektasis merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau keseluruhan
akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau bronkiolus.Bisa juga disebabkan oleh
pernapasan yang sangat dangkal.

Atelektasis dapat juga terjadi akibat tekanan pada jaringan paru, yang menghambat
ekspansi normal paru pada inspirasi. Tekanan demikian dapat diakibatkan oleh berbagai
penyebab: penumpkan cairan di dalam toraks (efusi pleura),udara di dalam ruang pleura
(pneumatoraks), pembesaran jantung distensi perikardium oleh cairan (efusi perikardial),
pertumbuhan tumor di dalam toraks, atau kenaikan diafragma yang mengalami perubahan tempat
ke arah atas sebagai akibat tekanan abdominal.atelektasis yang di sebabkan oleh tekanan sering
di temukan pada pasien dengan efusi pleura. Atelektasis sering menjadi salah satu tanda utama
tumor bronki.

2.2 Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan

Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkhiolus.Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa yang bersilia.Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara.Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci.Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon dan
oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.

Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih
pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan
menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus
terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat
asinus yaitu tempat pertukaran gas.

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga
dada atau thorak.Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung
dan beberapa pembuluh darah besar.Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis.Pembuluh
darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada

5
bagian hilus dan membentuk akar paru-paru.Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru
kiri.Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua
lobus.Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal
sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru
(pleura vesiralis).

Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis.Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus.Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya
ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan
darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena
pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak
teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung.Arteri pulmonalis yang berasal
dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut
mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan
menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara
alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena
pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi
sistemik.

2.3 Jenis atelektasis

atelektasis dibagi menjadi dua jenis yaitu:

 Atelektasis obstruktif. Ini merupakan jenis atelektasis yang paling sering terjadi.
Atelektasis obstruktif muncul akibat saluran antara trakea (tenggorokan) dengan alveoli
terhalangi, sehingga gas karbon dioksida yang seharusnya dibuang diserap kembali oleh
darah di alveoli. Obstruksi yang terjadi pada atelektasis obstruktif dapat diakibatkan oleh
tumor, benda asing, atau sumbatan lendir mukosa. Obstruksi pada atelektasis obstruktif
dapat terjadi pada bronkus besar (lobular) maupun bronkus kecil (segmental).

6
 Atelektasis non-obstruktif. Atelaksis jenis ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub
jenis, di antaranya:
o Atelektasis relaksasi. Kondisi ini terjadi akibat membran dalam paru-paru
(pleura viseralis) kehilangan kontak dengan membran luar paru-paru (pleura
parietalis), baik karena adanya cairan (efusi pleura) atau udara pneumotoraksdi
rongga pleura.
o Atelektasis kompresi. Kondisi ini terjadi akibat munculnya lesi pada rongga
dada yang menekan paru-paru dan mendorong udara keluar dari alveoli, sehingga
mengurangi volume paru-paru.
o Atelektasis adhesif. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan surfaktan pada paru-
paru. Surfaktan pada paru-paru berfungsi untuk mengurangi tekanan permukaan
pada alveoli. Kekurangan surfaktan dapat menyebabkan terjadinya pengempisan
alveoli.
o Atelektasis sikatrik. Pada kondisi ini, berkurangnya volume alveoli adalah akibat
kerusakan atau luka pada dinding alveoli karena penyakit granulomatosa atau
nekrosis paru-paru.
o Atelektasis replacement. Atelektasis ini terjadi akibat alveoli pada seluruh
segmen paru-paru dipenuhi atau digantikan oleh sel-sel tumor, misalnya pada
karsinoma sel bronkioalveolar, sehingga volume udara pada paru-paru berkurang.

2.4 Gejala Atelektasis

Gejala yang muncul pada atelektasis sulit diamati karena tidak muncul secara cepat.Gejala
atelektasis yang muncul bergantung pada ukuran paru-paru yang terkena atelektasis, adanya
penyumbatan pada bronkus, atau adanya infeksi yang dapat memperparah atelektasis. Secara
umum, gejala atelektasis bisa berupa:

 Sulit bernapas (dispnea).


 Batuk.
 Napas cepat dan pendek.

7
Jika atelektasis terjadi akibat adanya penyumbatan atau halangan pada bronkus, dapat timbul
gejala-gejala berikut:

 Nyeri pada daerah yang terkena atelektasis.


 Dispnea yang terjadi secara tiba-tiba.
 Sianosis, yaitu kebiruan pada kulit, bibir, dan ujung-ujung jari karena kekurangan
oksigen.
 Meningkatnya denyut jantung (takikardia).
 Tekanan darah rendah (hipotensi).
 Demam.
 Syok.

Atelektasis yang berkembang dengan lambat umumnya bersifat asimptomatik atau hanya
menyebabkan gejala ringan.

2.5 Penyebab Atelektasis

Atelektasis sering kali terjadi setelah penggunaan anestesi untuk pembedahan.Anestesi


yang digunakan pada saat pembedahan dapat menyebabkan perubahan pada pola pernapasan,
serta penyerapan gas asing dan tekanan pada paru-paru.Kondisi tersebut dapat menyebabkan
alveoli menjadi mengempis dan menimbulkan atelektasis.Selain disebabkan oleh anestesi,
penyebab atelektasis juga bisa berbeda-beda, baik pada kasus atelektasis obstruktif maupun non-
obstruktif.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya atelektasis obstruktif:

 Sumbatan cairan mukus. Atelektasis obstruktif dapat terjadi dikarenakan adanya


penggumpalan lendir atau cairan mukus yang menyebabkan aliran udara dari trakea ke
alveoli menjadi terganggu. Sumbatan cairan mukus sering terjadi pada saat pembedahan
dikarenakan akumulasi cairan mukus tidak bisa dikeluarkan melalui batuk atau
muntahan. Sumbatan cairan mukus juga dapat terjadi pada anak-anak, penderita cystis
fibrosis, atau pada orang yang mengalami serangan asma berat.

8
 Benda asing. Atelektasis obstruktif sangat umum terjadi pada anak-anak yang tidak
sengaja menghisap benda asing seperti kacang atau mainan dan masuk ke paru-paru.
 Penyempitan saluran udara bronkus. Infeksi kronis seperti infeksi jamur, tuberkolosis
(TBC) dan penyakit lain dapat melukai dan mempersempit bronkus.
 Tumor pada saluran bronkus besar. Tumor yang tumbuh di daerah saluran udara
bronkus dapat menghalangi aliran udara.
 Gumpalan darah. Jika terdapat perdarahan pada paru-paru dan penderita tidak bisa
mengeluarkan darah tersebut, maka penggumpalan bisa terjadi dan menghalangi aliran
udara masuk ke alveoli.

Sama seperti pada kasus atelektasis obstruktif, faktor yang menyebabkan terjadinya
atelektasis non-obstruktif juga bermacam-macam, namun tergantung kepada jenisnya.

Atelektasis relaksasi dapat disebabkan oleh:

 Efusi pleura, yaitu munculnya cairan pada paru-paru.


 Pneumotoraks.
 Emfisema bulosa.

Atelektasis kompresi dapat disebabkan oleh:

 Benjolan pada dinding otot dada, selaput paru-paru, atau di dalam jaringan parenkim
paru-paru.
 Gumpalan cairan pada selaput paru-paru.

Atelektasis adhesif dapat disebabkan oleh:

 Penyakit membran hialin.


 Sindrom stres pernapasan akut (ARDS).
 Menghirup asap atau rokok.
 Operasi bypass
 Uremia, yaitu meningkatnya kadar ureum dalam darah karena adanya kegagalan fungsi
ginjal.
 Napas pendek berkepanjangan.

9
Atelektasis sikatrik dapat disebabkan oleh:

 Fibrosis pulmonal idiopatik.


 TBC kronis.
 Infeksi jamur.
 Fibrosis radiatif.

Penyebab lain atelektasis non-obstruktif antara lain adalah trauma pada dada, misalnya yang
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang memicu seseorang menjadi bernapas dengan cepat
dan mengalami tekanan pada dada. Luka pada jaringan paru-paru juga dapat menyebabkan
terjadinya atelektasis non-obstruktif, terutama akibat penyakit paru-paru atau pembedahan.

Hal-hal yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena atelektasis antara lain adalah:

 Atelektasis lebih mudah muncul pada anak dibawah 3 tahun dan lansia diatas 60 tahun.
 Memiliki kondisi yang mengganggu aktivitas paru-paru, seperti batuk, bersin dan
menguap.
 Terlalu banyak beraktivitas di tempat tidur tanpa sering mengubah posisi tubuh.
 Memiliki gangguan menelan makanan, terutama pada orang dewasa atau lansia.
 Memiliki penyakit paru-paru. Contohnya adalah asma, bronkiektasis, dan cystic fibrosis.
 Lahir dengan kondisi prematur.
 Mendapatkan anestesi umum.
 Mendapatkan pembedahan pada perut atau dada.
 Menderita berbagai kondisi yang menyebabkan napas pendek.

2.6 Diagnosis Atelektasis

10
Diagnosis tidak hanya berfokus pada menentukan adanya atelektasis, tapi juga menentukan
penyebab utama terjadinya kondisi tersebut. Untuk keperluan tersebut, dapat dilakukan metode
pemeriksaan sebagai berikut:

 Foto Rontgen dada. Penggunaan gambar hasil sinar-X pada dada dapat mendeteksi
adanya atelektasis, terutama jika disebabkan oleh benda asing yang sering terjadi pada
anak-anak.
 CT scan. Jenis pemindaian ini dapat mendiagnosis atelektasis dengan lebih baik dan
lebih akurat, dikarenakan kemampuannya untuk mengukur volume di seluruh segmen
paru-paru. CT scan juga dapat mendeteksi keberadaan tumor yang kemungkinan
menyebabkan terjadinya atelektasis pada penderita.
 Oksimetri. Alat oksimeter dijepitkan pada ujung jari untuk mengukur kadar oksigen
dalam darah.
 Bronkoskopi. Metode ini berfungsi untuk memperlihatkan bagian dalam paru-paru
menggunakan alat visual berupa selang tipis fleksibel. Bronkoskopi juga dapat digunakan
untuk menghilangkan sebagian halangan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
terjadinya atelektasis.
 Pemeriksaan histologi atau jaringan. Hasil temuan visual menggunakan bronkoskopi
dapat dilanjutkan dengan pengambilan sampel jaringan untuk dianalisis menggunakan
mikroskop, misalnya untuk melihat adanya keganasan (kanker) atau pada penyumbatan
oleh mukosa akibat reaksi alergi terhadap Aspergillus.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah memperbaiki ventilasi dan membuang sekresi. Jika


atelektasi terjadi sebagai akibat efusi pleura atau pneumotoraks tekanan, cairan atau udara
mungkin dibuang dengan aspirasi jarum. Jika obstruksi bronkial adalah penyebabnya, obstruksi
harus di hilangkan untuk memungkinkan udara memasuki bagian paru tersebut kembali. Jika
tindakan perawatan pernapasan tidak berhasil untuk menghilangkan obstruksi,dilakukan
bronkoskopi intubasi endotrakeal dan ventilsi mekanik mungkin diperlukan. Tindakan yang
segera, mengurangi resiko pneumonia dan abses paru.

11
2.7 Pengobatan Atelektasis

Penanganan atelektasis akan bergantung kepada penyebabnya. Atelektasis yang ringan


dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan pengobatan. Jika atelektasis disebabkan oleh
penyakit atau kondisi tertentu, maka pengobatan akan difokuskan pada masalah yang
mendasarinya tersebut. Contohnya jika atelektasis disebabkan oleh tumor, pengobatan atelektasis
juga akan melibatkan kemoterapi atau pembedahan untuk mengangkat tumor.

Atelektasis yang disebabkan oleh komplikasi pasca pembedahan dapat diobati secara
bertahap melalui fisioterapi dada dan pernapasan.Teknik fisioterapi dada dan pernapasan yang
diberikan berfungsi untuk membantu alveoli mengembang kembali pasca pengempisan akibat
pembedahan. Langkah terapi yang diberikan adalah:

 Melatih teknik batuk untuk mengeluarkan cairan mukosa.


 Menepuk dada pada bagian yang mengalami pengempisan akibat atelektasis guna
melemaskan otot alveoli. Untuk tujuan pelemasan otot alveoli, alat untuk membersihkan
cairan mukosa juga dapat digunakan.
 Melatih teknik menarik napas secara dalam, yang dapat dibantu menggunakan alat
spirometri insentif. Latihan ini dapat dikombinasikan dengan teknik melatih batuk untuk
mengeluarkan cairan mukosa.
 Memosisikan kepala lebih rendah dari tubuh dengan tujuan untuk membantu
mengeluarkan cairan mukosa lebih banyak dari sebelumnya.

Pada penderita atelektasis obstruktif yang terdiagnosis melalui bronkoskopi, dokter dapat
langsung melakukan prosedur untuk menghilangkan obtruksi pada saluran pernapasan.Prosedur
penghilangan obstruksi ini dapat dilakukan dengan menyedot cairan mukosa menggunakan
bronkoskopi.

Untuk membantu pengobatan dan penyembuhan atelektasis, pasien dapat diberikan obat-
obatan sebagai berikut:

 Bronkidilator. Bronkidilator berfungsi untuk menurunkan tekanan otot pada bronkus,


bronkiolus, dan alveolus sehingga aliran udara pada saluran pernapasan dapat
ditingkatkan. Contoh obat golongan ini adalah albuterol dan metaproterenol.

12
 Antibiotik. Pada atelektasis yang disebabkan oleh infeksi yang menimbulkan halangan
pada bronkus, dapat diberikan antibiotik berspektrum luas. Contoh antibiotik yang dapat
diberikan adalah cefuroxime dan cefactor.
 Mukolitik. Obat golongan mukolitik berfungsi untuk mengurangi kekentalan lendir
sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan melalui saluran pernapasan. Contoh obat
golongan ini adalah N-asetilsistein dan alfa dornase.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Telektasis adalah pengkerutan sebagianatas seluruh paru-paru akibat penyumbatan


saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasannya sangat dangkal, diagnosa
atelektasis di tegakan berdasarkan gejala klinis. Secara radiografi akan menunjukan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Pada umumnya atelektasi yang
terjadi pada penyakit tuberculosis,lomfoma,neoplasma,asma dan penyakit yang disebabkan

13
infeksi misalnya bronchitis,bronkopmeumonia.dan lain-lain. Jika daerah atelektasis itu luas dan
terjadi sangat cepat akan terjadi dispnea dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.Kami
sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun kesempurnaan makalah
ini.Informasi-informasi seputar tentang Atelektasis dalam makalah ini tidak kami sebutkan
semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah.

14
DAFTAR PUTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Simon, G. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum.Edisi kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1981 : 275

Brunner & Suddarth. Buku ajar keperawatan medikal bedah ,Edisi 8 Vol 1.EGC

15

Anda mungkin juga menyukai