Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan, penyebab
diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen
ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan jantung
meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit aterosklerotik dan
hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama
Di Amerika Serikat di dapatkan bahwa kurang lebih 50% dari penderita
penyakit jantung koroner mempunyai manifestasi awal angina pectoris stabil
(APS). Jumlah pasti penderita angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan
bahwa insiden angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun
sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika
memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika Serikat. Tapi
data ini nampaknya sangat kecil di bandingkan dari laporan dua studi besar
dari Olmsted Country dan Framingham yang mendapatkan bahwa kejadian
infark miokard akut sebesar 3% sampai 3,5% dari penderita angina pectoris
pertahun atau kurang lebih 30 penderita angina pectoris untuk setiap penderita
infark miokard akut.
Di Indonesia penyakit jantung adalah pembunuh nomor tiga. Jantung
adalah organ tubuh yang bekerja paling kuat. Setiap harinya organ tubuh ini
memompa ± 16.000 liter darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah
sekitar 90.000 km. Walaupun relative kecil, namun organ ini bekerja dua kali
lebih keras dari pada betis pelari sprint atau otot petinju kelas berat. Tidak ada
otot kecuali otot rahim wanita yang bekerja siang dan malam selama 70 tahun
atau lebih seperti jantung. Berikut ini terdapat beberapa anjuran yang akan
berguna bagi pemeliharaan kesehatan jantung. Namun, yang perlu ditekankan
bahwa dengan mengikuti anjuran-anjuran bukan berati kita akan kebal

1
terhadap penyakit jantung, sebab sampai sekarang belum ada sesuatupun yang
dapat memberi kekebalan seperti itu.
Mengingat banyaknya jumlah penderita angina pectoris dan kerugian yang
ditimbulkan terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih
komperehensif. Tetapi angina pectoris stabil terutama ditujukan untuk
menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan kematian sehingga
meningkatkan harapan hidup serta mengurangi gejala dengan harapan
meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi
untuk menderita suatu penyakit jantung koroner perlu dilakukan tes secara
noninvasive maupun invasive untuk memastikan diagnose serta menentukan
sertifikasi resiko. Penderita angina pectoris stabil dengan resiko tinggi atau
resiko sedang yang kurang berhasil dengan terpi standar, perlu dilakukan
tindakan revaskularisasi, terutama bila penderita memang menghendaki.
Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul
adalah:
1. Mengetaui bagaimana konsep dari Angina Pectoris
2. Mengetahui konsep Keperawatan Angina Pectoris

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dari Angina Pectoris
2. Mahasiswa dapat mengaplikasin dari Konsep Keperawatan Angina
Pectoris

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Medis Angina Pectoris


A. Pengertian
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa
tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang
berkaitan yang disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai
terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai
rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa terbakar, rasa bengkak dan
rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15
menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher,
bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga
menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat
capai, sesak nafas pada saat aktivitas yang disebabkan oleh gangguan
fungsi akibat ischemia miokard
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan,
penyebab diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen kejantung tidak adekuat atau dengan kata lain suplai
kebutuhan jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit
aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri
koroner utama
Tejadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang
terjadi pada agina terbatas pada durasi serangan tidak menyebabkan
kerusakan permanen jaringan meokardium. Namun angina merupakan hal
yang mengancam kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau
bekembang menjadi infark meokardium.

3
B. Etiologi
Penyebab dari angina pectoris antara lain : ateroskelerosis, spasme
pembuluh koroner, latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan
berat dan stress. Karen hal ini kelanjutan dari stenosis aorta berat,
insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi,
peningkatan kebutuhan tubuh metabolic, takikardi paroksimal
Penyebab lainnya adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari
lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding
pembuluh darah koroner dapat mengiringi terjadinya iskemik actual/
perluasan dari infark miokard. Sedangkan penyebab lain dari
asteroskterosis yang dapat mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah
koroner dapat berhubungan dengan obnormalitas sirkulasi .

C. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis
merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu
beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka
artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen
ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau
menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No
(nitrat Oksido yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang
reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos

4
berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan
lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau
blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan
asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri.
Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen
menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk
membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor yang
dapat menimbulkan nyeri angina:
1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah
unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin
dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung
juga meningkat.

D. Klasifikasi
Adapun klasifikasi angina pectoris adalah :
1. Angina pectoris stabil kronis / tipikal :Mengacup ada nyeri dada
episodic saat pasien berolahraga atau mengalami bentuk stress lainnya.
Angina pectoris stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan

5
ateroskelrotik tetap (biasanya 75% atau lebih) satu atau lebih
arterikoronaria.
2. Angina varian (Prinzmeta l): Rasa tidak enak pada dada, terjadi pada
saat istirahat atau membangunkan pasien tidur. Angina varian
disebabkan oleh spasmefokal dari koronariaepikardial yang proksimal.
Terdapat obstruk siarterikoronariaar terosklerotik dalam kasus
vasospasme terjadi dekat lesistenotik.
3. Angina pectoris tidak stabil : Angina pectoris tidak stabil dapat
dicetuskan oleh suatu keadaan ekstrinsik terhadap lapisan vascular
koroner yang memperhebat iskemiami okardial, sepertianemi, demam,
infeksi takiaritmia, stress emosional atau hipoksemi, dan dapat juga
setelah infarkmi okardialspasme segmental disekitar bercak (plaque
arterosklerotik) juga dapat memainkan suatu peranan dalam
perkembangan angina yang tidak stabil.
Pasien dapat dikatakan Angina pectoris tidak stabil :
a. Pasien dengan angina yang baru mulai (< 2 bulan) yang hebat atau
sering (>atau = 3 episoda tiap hari).
b. Pasien dengan angina dipercepat : angina stabil kronis yang
mengembangkan angina secaranya lebih sering, hebat, dan
berkepanjangan.

E. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala


Gejalanya adalah sakit dada sentral atau restrosentral yang dapat
menyebar kesalah satu atau kedua tangan, leher atau punggung. Sakit
sering timbul pada kegiatan fisik maupun emosi atau dapat timbul spontan
waktu istirahat.
Penderita dengan angina pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset
klinik. Penderita dengan angina pektoris stabil, pola sakit dadanya dapat
dicetuskan kembali oleh kegiatan dan oleh factor-faktor pencetus tertentu,
dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan dalam hal frekueensi, lama dan
factor-faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit). Pada

6
angina pektoris tidak stabil, umumnya terjadi perubahan-perubahan pola :
meningkatnya frekueensi, parahnya dan atau lama sakitnya dan faktor
pencetusnya. Sering termasuk di sini sakit waktu istirahat, pendeknya
terjadi crescendo ke arah perburukan gejala-gejalanya. Subset ketiga
adalah angina Prinzmetal (variant) yang terjadi karena spasme arteri
koronaria.
Faktor pencetus yang paling banyak menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi yang berlebihan dan kadang-kadang sesudah makan.
Semua keadaan ini meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan
mengingkatkan baik denyut nadi maupun tekanan darah sistemik. Hasil
perkalian kedua parameter ini merupakan indeks dari kebutuhan oksigen
miokard.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu
istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih
normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien
pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang
EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi
dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST
dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG
akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang
membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.

7
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis
angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim
CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi
pasien angina pectoris.
4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji
jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai
pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan
selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen
ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.
Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit
dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien
memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat
dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga
dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan
latihan tersebut.
5. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan

8
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada
iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantungdan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
medis tujuan ini dicapai melalui terapifarmakologi dan kontrol terhadap
faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melaluirevaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplastikoroner
transluminal perkutan (PCTA= percutaneus transluminal coronary
angioplasty).
1. Farmakologi
a. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan
angina akut, mekanisme venanya sebagai di latasi vena perifer dan
pembuluh darah koroner, eveknya langsung terhadap relaksasi otot
polos vaskular. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi
exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia
miokard.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktifyang berfungsi melebarkan
baik vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer.
Dengan pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena diseluruh
tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan
terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga
melemaskan anter terjadi pengumpulan darah vena diseluruh
tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan
terjadilah penurunan tekanan pengisian(preload). Nitrat juga

9
melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan penurunan
tekanan darah (afterload). Semuanya itu berakibat pada penurunan
kebutuhan oksigen jantung, menciptakan suatu keadaan yang lebih
seimbang antara suplai dan
kebutuhan. Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublin
gual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
b. Penyekat beta-adrenergik
Tujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi
nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian
aritmia vebtrikel yang serius.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta
dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara
menurunkan frekwensi denyut jantung, kontraktilitas,
tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok
atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
c. Ca- antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi
frekuensi serangan pada beberapa bentuk angina, cara
kerjanya memperbaiki spasme koroner dengan cara menghambat
tonus vasometer. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan
menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik.
Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin,
verapamil.

10
d. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat
untuk mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga
mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga
terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah
satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya
toleransi terhadap nitrat.Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup
yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil
nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
2. Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok,
karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

H. Pencegahan
Dalam kebanyakan kasus pencegahan terbaik adalah sesuatu yang
dapat menyebabkan serangan angina tersebut. Mulai dari mengontrol berat
badan, kadar kolestrol darah, tekanan darah, merokok, aktivitas yang
berlebih dan lain-lain yang menjadi penyebab timbulnya angina pectoris.
Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah suatu
keharusan dan harus menjadi prioritas.

11
I. Pathway
Penimbunan lemak (lipid) dan jaringan abrous pada dinding arteri koroner

Penyempitan pembuluh darah koroner

Obstruksi / hambatan aliran darah miokard

Iskemia (berkurangnya kadar O2)

Mengubah metabolism aerobic menjadi an-aerobik

Tertimbun asam laktat

pH sel menurun

Muncul efek hipoxia

Mengganggu fungsi ventrikel sinistra

Menurunnya fungsi ventrikel sinistra dapat mengurangi curah jantung.
Dengan berkurangnya jumlah curah jantung sekuncup (jumlahdarah yang
dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut)

Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerak jalan / heremodinamik

Tekanan jatung kiri, tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan tekanan
dalam paru-paru kiri meningkat

Peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung

Nyeri

12
II. Konsep Keperawatan Angina Pectoris
A. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan:
 Menurunnya aliran darah otot jantung.
 Meningkatnya beban kerja jantung.
Tujuan:
 Klien mengungkapkan perasaan nyaman atau bebas dari nyeri atau
 Klien melaporkan serangan nyeri dada menurun.
Intervensi dan rasional
1) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi
nyeri dada.
Rasional: Nyeri dan penurunan curah jantung yang merangsang system
saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norefinefrin, yang
meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane poten
pada yang menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus,
mengakplikasi atau memperlama serangan angina memanjang. Nyeri
tak bisa ditahan menyebabkan respon vaso vegal, menurunkan tekanan
darah dan frekuensi jantung.
2) Kaji dan catat respon pasien dan efek obat.
Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit dan
sebagai alat dalam evaluasi keefektifan intervensi dan dapat
menunjukkan kebutuhan perubahan program pengobatan.
3) Identifikasi terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi durasinya,
intensitasnya dan lokasi nyeri.
Rasional: Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat dalam
evaluasi kemungkinan menjadi angina tidak stabil (angina stabil)
biasanya berakhir 3 – 5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama
dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
4) Observasi gejala yang berhubungan, misalnya dispnea, mual, muntah,
pusing, palpitasi, keinginan berkemih.
Rasional: Penurunan curah jantung (yang terjadi selama episode
iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis,

13
menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi dimana pasien tidak dapat
mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.
5) Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan
(khususnya pada sisi kiri).
Rasional: Nyeri jantung dapat menyebar, contoh nyeri sering lebih ke
permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.
6) Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina.
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk
meminimalkan resiko cedera jaringan/nekrosis.
7) Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek.
Rasional: Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia
dan nafas pendek berulang.
8) Pantau kecepatan/irama jantung.
Rasional: Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disaritmia
yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap
iskemia atau stress.
9) Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
Rasional: Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan
dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi. Tachicardia juga terjadi pada respon terhadap rangsangan
simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung
menurun.
10) Temani klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
Rasional: Cemas mengeluarkan kotekolamin yang meningkatkan kerja
miokard dan dapat memanjangkan nyeri iskemi, dan adanya perawat
dapat menurunkan rasa takut dan ketidakberdayaan..
11) Pertahankan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung.
Rasional: Stress kerja.emosi meningkatkan kerja miokard.
12) Berikan makanan lunak, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah
makan.

14
Rasional: Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja
pencernaan, menurunkan resiko serangan angina.
Kolaborasi
1. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/
mencegah iskemia.
2. Berikan anti angina sesuai indikasi misalnya (nitrogliserin; sublingual
nitrosat, bukal atau tablet oral; sprei sublingual).
Rasional: Nitrogliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan
pencegah nyeri angina selama lebih dari 100 tahun. kini masih
digunakan therapy anti angina cornerstone. Efek cepat vasodilalator
berakhir 10-30 menit dan dapat digunakan secara profilaksis untuk
mencegah serangan angina.
3. Berikan morfin sulfat.
Rasional: Analgesik narkotik poten yang telah banyak memberi efek
menguntungkan, seperti menyebabkan vasodilatasi perifer dan
menurunkan kerja miokard, dan mempunyai efek sedativ untuk
menghasilkan relaksasi, menghentikan aliran kotekolamin,
vasokontruksi dan selanjutnya efektif menghilangkan nyeri dan berat.
Morfin Sulfat diberikan IV untuk kerja cepat dan penutunan curah
jantung mempengaruhi absorbsi jaringan perifer.
4. Pantau perubahan seri EKG.
Rasional: Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi
segmen ST atau peninggian dan inversi gelombang T. seri gambaran
perubahan iskemia yang hilang bila pasien bebas nyeri dan juga dasar
yang membandingkan pola perubahan selanjutnya.

B. Menurunnya cardiac out put berhubungan dengan iscemic jantung


yang lama.
Tujuan:
Klien akan melaporkan serangan dispnoe angina dan aritmia.

15
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan
menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi karena (hipertensi
atau hipotensi) karena respon jantung.
2) Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung dan disorientasi.
Rasional: Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan
sensorium.
3) Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi.
Rasional: Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun membuat
kulit pucat atau warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan
menurunnya kekuatan nadi perifer.
4) Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan murmur.
Rasional: S3, S4 atau krekels terjadi dengan kompensasi jantung atau
beberapa obat (khususnya penyekat beta). Terjadinya murmur dapat
menunjukkan katup nyeri dada contoh stenosis serta, stenosis mitral,
atau ruptur otot papiliar .
5) Pertahankan episode (tirah baring) pada posisi nyaman selama episode
akut.
Rasional: Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan kerja
miokard dan resiko dekompensasi.
6) Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam melakukan aktivitas
perawatan diri, sesuai indikasi.
Rasional: Penghematan energi menurunkan kerja jantung.
7) Tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat khususnya
selama defekasi.
Rasional: Manuver Valvasa menyebabkan rangsangan vagal,
menurunkan frekuensi jantung (bradikardi) yang diikuti oleh tachicardi
keduanya mungkin mengganggu curah jantung..
8) Dorong pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai
indikasi.

16
Rasional: Intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi oksigen dan
kerja jantung dan mencegah meminimalkan komplikasi jantung.
Kolaborasi
1. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
Rasional: Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
adalah memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia dan kadar
asam laktat.
2. Siapkan untuk pindah ke unit perawatan kritis bila kondisi
memerlukannya.
Rasional: Nyeri dada dini/memanjang dengan penurunan curah jantung
menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan intervensi terus-
menurus/darurat.

C. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status


kesehatan.
Tujuan:
Klien akan mengungkapkan kesadaran atau perasaannya cara hidup
wajar.
Intervensi:
1) Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
Rasional: Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan
prognosis.
2) Bantu klien mengekspresikan perasaannya.
Rasional: Perasaan tidak diekspresikan dapat meminimalkan
kekacauan internal dan efek gambaran lain.
3) Dorong klien dan teman untuk menganggap pasien seperti
sebelumnya.
Rasional: Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja
tidak berubah.

17
Kolaborasi:
1. Berikan sedativa
Rasional: Mungkin duperlukan untuk membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adkuat.

D. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan informasi tidak akurat
kesalahan interpretasi.
Tujuan:
 Berpartisipasi dalam proses belajar.
 Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
 Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi:
1) Kaji ulang patofisiologi kondisi, tekanan perlunya mencegah serangan
angina.
Rasional: Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu
terjadi dan apakah dikontrol, ini adalah focus manajemen teraupetik
supaya menurunkan infark miokard.
2) Dorong untuk menghindari faktor pencetus, seperti stress, maka terlalu
banyak, kerja fisik atau berpanjang pada suhu lingkungan ekstrem.
Rasional: Dapat menurunkan insiden beratnya episode iskemik.
3) Bantu pasien orang terdekat untuk mengidentifikasi sumber fisik dan
stress emosi dan diskusikan cara yang dapat mereka hindari.
Rasional: Langkah penting pembatasan/mencegah serangan angina.
4) Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan merokok,
perubahan diet, dan olah raga.
Rasional: Pengetahuan faktor resiko penting memberikan kesempatan
untuk membuat perubahan kebutuhan.
5) Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan pecegahan
untuk menghindari kelelahan.

18
Rasional: Takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan
pasien menghindari partisipasi pada aktivitas yang telah dibuat untuk
meningkatkan perbaikan (meningkatkan kekuatan miokard dan
membentuk sirkulasi kolateral).
6) Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang diinginkan dan
aktivitas termasuk kerja, menyetri, aktivitas seksual dan hobby.
Rasional: Pasien enggan melakukan/melanjutkan aktivitas biasanya
karena takut serangan angina/kematian. Pasien harus menggunakan
nitrogliserin secara profilaktin. Sebelum beraktivitas yang diketahui
sebagai pencetus angina.
7) Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh
menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan tehnik
relaksasi.
Rasional: Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan
takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi
serangan.
8) Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol serangan mencegah
serangan angina.
Rasional: Angina adalah kondisi yang sering memerlukan penggunaan
banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi
koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
9) Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan
obat yang dijual bebas.
Rasional: Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpanan.
10) Kaji ulang gejala yang dilaporkan pada dokter.
Rasional: Pengetahuan apa yang akan terjadi dapat menghindari
masalah yang tak perlu terjadi untuk alasan yang tidak penting.
11) Diskusikan pentingnya mengikuti perjanjian.
Rasional: Angina adalah gejala penyakit arteri koroner progresif yang
harus dipantau dan memerlukan keputusan program pengobatan.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak
enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang
disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa
tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat,
rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit
gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di daerah
retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan
lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan.
Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat
aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard.
Tipe Angina Pectoris antara lain : Angina Stabil, Angina Non stabil
(angina prainfark, angina kresendo), dan Varian angina.
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada ketidak adekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang di akibatkan karena kekakuan
arteri dan penyempitan lumen arteri koroner. Tidak diketahui secara pasti
penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggung jawab atas ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit
arteri koroner yang paling sering ditemukan. Apabila kebutuhan meningkat
pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi sebagai respon
peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka iskemik atau kekurangan suplai
darah miokardium dan hanya endotel yang cedera mengakbatkan hilangnya
produksi No atau Nitrat Oksid yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat
yang relative.
Iskemia otot jantung akan menyebabakan myeri dengan derajat yang
berfariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri hebat yang
disertai dengan rasa takut atau akna menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada
dada daerah belakang sternum atau sternum atas atau sternum ketiga tengahan

20
meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat
menyebar keleher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Cardiovaskuler.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Ke Tiga, Penerbit Balai Pustaka
FKUI, Jakarta 1996.

Kapita Selekta Kedokteran, edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan dan Kawan-
Kawan, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 1982.

Ely Ismudianti Rilantono dkk, Buku Ajar Kardiologi, Balai Penerbit FKUI, 1998.

Makalah Askep Pada Pasien Angina Pektoris, Akademi Keperawatan Depkes RI


Tidung Makassar.

Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care,
edisi ketiga, Alih Bahasa: I Made Kariasa, SKp. Dan Ni Made Sumarwati, SKp.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.

Barbara C Long, 2006. Perawatan Medikal Bedah,Edisi II, Yayasan ikatan alumni
pendidikan keperawatan padjajaran, Bandung.

Drs. Syaufuddin, A.Mk . 2006 . Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa


Keperawatan . edisi 3 . Jakarta : EGC.

Kumar,dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC Sjaifoelah Noor,
2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Pustaka.

Smaltzer, Susanna . 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah . E&amp;. 8


.Jakarta : EGC.

22
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.

Udjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba


Medika.

(Brunner and Suddarth, KMB, Edisi 8, Volum 2, hal 779)

(Marilynn E. Doenges, Edisi 3, EGC, hal 73 – 74)

23

Anda mungkin juga menyukai