Anda di halaman 1dari 3

Mufti Ali

240110140096

3.1 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang pemetaan planimetris menggunakan
alat ukut theodolit. Planimetris sendiri yaitu posisi absis (x) dan ordinat (y) yang
dapat menggambarkan bentuk lahan tanpa mempertahankan beda tinggi atau
topografi wilayah. Pengukuran planimetris menggunakan 2 metode yaitu metode
polar dan metode tegak lurus. Metode polar, metode ini pengukurannya
menggunakan alat yaitu waterpass atau theodolit, sedangkan metode tegak lurus
pengukurannya menggunakan meteran.
Prinsip yang digunakan dalam membuat planimetris yaitu dengan
menggambar bentuk lahan dan objek berdasarkan posisi dan titik-titik yang
mewakili bentuk lahan atau objek yang akan dipertakan. Posisi dari suatu titik
dapat ditentukan
Prinsip pembuatan peta ini adalah menggambarkan bentuk dan lahan objek
berdasarkan posisi dari titik-titik yang mewakili bentuk lahan atau objek yang
akan dipetakan. Penentuan posisi dari suatu titik dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan cara yang palin umum adalah menentukan berdasarkan
pada jarak dan arah dari suatu titik-titik tertentu yang telah diketahui atau
dijadikan patokan.
Pemetaan planimetris ini merupakan macam dari pengukuran metode
tachimetri yang digunakan untuk penggambaran detail situasi, cara tachimetri ini
merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek pengukuran detail
situasi terutama untuk emetaan dalam daerah yang luas dan jangkauan untuk
detai-detail yang bentuknya tidak beraturan.
Praktikum kali ini praktikan akan menggunakan metode polar dengan
menggunakan teodolit yang berlokasi di gedung baru FTIP. Praktikan harus
menggambarkan atau membuat sketsa bagian dari lahan tersebut dengan
kenyataan di lapangan. Pemetaan planimetris ini di bagi kedalam empat tempat
alat dengan bidikan sebanyak-banyaknya. Agar pengukuran dilakukan dengan
mudah, maka praktikan harus membuat sketsa kasar dari bentuk lahan, dilengkapi
dengan bidikan pada tiap sudut gedung disertai juga penomoran agar dapat
memudahkan dalam pembuatan sketsa pada milimeterblok.
Mufti Ali

240110140096

Pengukuran dilakukan dengan membidik pada setiap sudut gedung, setiap


tempat alat praktikan mendapatkan bacaan muka rata-rata sebanyak tujuh kali,
setiap pemindahan alat praktikan melakukan pengukuran ulang atau double pada
titik bidikan yang sudah dibidik, karena semakin banyak bidikan maka pemetaan
planimetrik dapat menyerupai bentuk nyata lahan tersebut. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan penggambaran sketsa. Dalam pembuatan sketsa pada
milimeterblok praktikan harus menggunakan skala pada penggambarannya. Sudut
yang digunakan pada pembuatan sketsa pemetaan planimetris ini menggunakan
sudut horizontal. Pada pemetaan planimetrik ini hanya mengukur sudut dan jarak,
sehingga pada pelaksanaan penggambaran sketsa hanya menggunakan sudut
horizontal serta jarak dengan menggunakan skala, karena pemetaan planimetris ini
menggambarkan bentuk lahan tanpa mempertahankan beda tingi atau tofografi
wilayahnya.
Pengukuran menggunakan teodolit ini masih mempunyai kekurangan
diantaranya, ketelitian yang dimiliki hanya sampai ketelitan menit sehingga saat
pengolahan data dan output yang didapat (peta) terdapat beberapa kesalahan.
Selain itu kesalahan juga diakibatkan karena kurangnya sentering alat, kurang
tegaknya rambu ukur saat akan dibidik sehingga ada saja kesalahan yang muncul
saat pembacaan rambu, kesalahan pengamat sat membaca rambu ukur dan bacaan
sudut mendatar, kelelahan mata praktikan bila semakin lama membidik sehingga
menyebabkan ketidak akuratan saat pembacaan. Faktor cuaca jika terlalu panas
akan mengakibatkan adanya refraksi serta penggunaan titik bantu yang
menyebabkan berkurangnya ketelitian.
Mufti Ali

240110140096

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum sebagai berikut :
1. Planimetris merupakan posisi absis (x) dan ordinat (y) yang menggambarkan bentuk
lahan tanpa mempertahankan beda tingi atau tofografi wilayahnya. Hal yang harus
diingat yaitu titik-titik untuk menempatkan rambu adalah lokasi yang mewakili
bentuk atau perubahan bentuk lahan.
2. Prinsip pembuatan peta ini adalah menggambarkan bentuk dan lahan objek
berdasarkan posisi dari titik-titikyang mewakili bentuk lahan atau objek yang akan
dipetakan.
3. Kesalahan juga diakibatkan karena kurangnya sentering alat, kurang tegaknya rambu
ukur saat akan dibidik sehingga ada saja kesalahan yang muncul saat pembacaan
rambu yang menyebabkan ketidakakuratan saat pembacaan.
4. Gambaran sketsa yang didapatkan mengalami penyimpangan dititik tempat alat yang
ke empat, hal ini bisa terjadi karena kesalahan praktikan yang salah dalam penarikan
sudut busur ketika penggambaran.
5. Semakin banyak bidikan dengan double bidikan maka pemetaan planimetrik dapat
menyerupai bentuk nyata lahan tersebut.

4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Hendaknya praktikan memahami materi sebelum melaksanakan praktikum
2. Praktikan harus lebih teliti pada pembacaan rambu ukur, penggeseran waterpas dan
pembacaan sudut.
3. Gunakan waktu dengan efisien supaya dalam pembacaan rambu ukur tidak terburu
yang mengakibatkan banyak kesalahan dan dapat mengurangi keakuratan hasil dari
nilai pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai