A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemeriksaan fisik
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk prosedur pemeriksaan fisik
3. Mahasiswa mampu melakukan skill prosedur pemeriksaan fisik secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill
pemeriksaan fisik
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan skill
pemeriksaan fisik
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa
D. DASAR TEORI
PEDOMAN UMUM PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1. Lakukan pemeriksaan dalam ruang yang menyenangkan dan tidak mengancam
INSPEKSI
- Bentuk, warna, kesimetrisan, bau
Bau Makna
Aseton / buah-buahan Asidosis diabetic
Ammonia Infeksi saluran perkemihan
Feses (nafas/area popok) Popok kotor, inkontinensia feses, obstruksi usus
Feses busuk Gastroenteritis, kistik fobrosis, sindrom malabsorbsi
Halitosis Hygiene mulut buruk, karies, abses gigi, sinusitis, infeksi
tenggorok
Bau apak Infeksi bawah balutan atau gips
Bau manis menyengat Infeksi pseudomonas
PALPASI
1. Dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur,
bentuk, gerakan, dan area nyeri tekan.
2. Hangatkan tangan sebelum memuliai palpasi
3. Jaga kuku tetap pendek
PERKUSI
Hasil : gelombang bunyi: intensitas, nada, durasi, dan kiualitas.
Dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.
Kuku pemeriksa harus pendek.
AUSKULTASI
Dengan menggunakan stetoskop
Bell, digunakan untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah.
Diafragma digunakan untuk mendengarkan bunyi dengan nada tinggi
A. PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan untuk menilai status kesehatannya. Waktu
pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan
pulang dari rumah sakit. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
b. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
c. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
d. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum yang
mencakup :
a. Postur
Fleksi kepala dan ekstremitas, dengan istirahat terlentang dan tengkurap
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 5
b. Kesadaran
1) Komposmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon adekuat
terhadap semua stimulus yang diberikan
2) Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya. Ia akan memberikan respon yang adekuat bila diberikan stimulus
3) Somnolen : Yakni takut kesadaran dimana pasien tampak mengantuk. Selalu
ingin tidur, ia tidak respon terhadap stimulus ringan, tetapi memberikan
respon terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi
4) Sopor : Pasien tidak memberikan respon ringan ataupun sedang. Tetapi
masih memberi sedikit respon terhadap stimulus yang kuat. Reflek pupil
terhadap cahaya masih (+)
5) Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya (-). Ini adalah takut kesadaran yang paling rendah
6) Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai
disorientasi. Iritatif & halusinasi.
c. Kesan status gizi
1) Secara klinis : Dengan inspeksi dan palpasi, inspeksi lihat proporsi tubhnya
kurus/gemuk. Palpasi dengan cara cubit tebal jaringan lemak subcutan
2) Dengan pemeriksaan fisik & antropometris (BB, TB, Lingkaran lengan atas,
tebal lipatan kulit, lingkar kepala, dada & perut).
2. Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,
kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:
1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda,
seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan
refleks dan warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
c. Asfiksia berat : skor 0-3
5. Tanda vital
Suhu : Aksila – 36,50C sampai 370C; menangis dapat sedikit meningkatkan suhu
tubuh
HR : Apikal – 120 sampai 140 denyut/menit; menangis akan meningkatkan
frekuensi jantung, tidur akan menurunkan frekuensi jantung
RR : 30 – 60 kali/menit; menangis akan meningkatkan frekuensi pernafasan, tidur
akan menurunkan frekuensi pernafasan
6. Antropometri
Tinggi badan
- Posisi recumben: < 24 s/d 36 bulan dihitung dari vertek s/d tumit
- Posisi berdiri: > 24-36 bulan
- new born: 48-53 cm => Normal
- 1 tahun= 1.5 X PB lahir
- selanjutnya 80+ 5N => N= umur
- referensi lain: 2-12 tahun: usia X 2,5 + 30 inc
Berat Badan
- Timbang bayi- anak dalam keadaan telanjang => lindungi bayi agar tidak jatuh
- hitung sampai 10 gr terdekat utk bayi dan 100 gr terdekat utk anak
- Rule of thumb:
> new born : 2500-4000 gr
> 4-5 bulan : 2 X BBL
> 12 bulan : 3 X BBL
> selanjutnya: 8 + 2N => N: umur
Lingkar kepala
- Ukur diatas alis dan pinna (telinga) melingkari oksipital kranium
- new born : 33-35 cm
- lingkar kepala > 2-3 cm = lingkar dada
- anak-anak: lingkar dada > 5-7 cm = lingkar dada
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 9
=> maksimal pengukuran lingkar kepala s/d anak berusia 2 tahun
- 6-18 bulan : ubun-ubun besar menutup
- 2-3 bulan : ubun-ubun kecil menutup
Lingkar dada
Hitung keliling dada melalui garis putting saat ekspirasi- inspirasi diambil rata-rata
Lingkar Lengan
7. Kepala
Rambut
Distribusi, warna, tekstur dan kualitas rambut.
Kering, rapuh, kurang pigmen Kurang gizi
Batas tumbuh rambut memanjang hingga Kretinisme
tengah dahi
Alopesia Tinea kapitis, posisi menetap pada
satu sisi
Berkas rambut pada tulang belakang Spina bifida
Putih telur yang menempel dengan kuat pada Kutu kepala
tangkai rambut
Tengkorak Kepala
Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
a. Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri
atau tidak.
b. Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.
c. Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak
tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya
konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak
menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami
fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu
2-6 bulan
d. Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas
Temuan klinik
Lebih besar secara abnormal Hidrocephallus
Lebih kecil Dilahirkan oleh ibu yang mengkonsumsi kokain
Asimetris minor Molding
Oksiput datar Meletakkan anak pada posisi telentang terus menerus
Kepala tidak simetris Penutupan garis-garis sutura yang premature.
Fontanel menonjol Peningkatan TIK, oleh karena meningitis, trauma
kepala.
Fontanel yang kecil
8. Mata
Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
a. Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
b. Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
c. Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
d. Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
f. Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih
Periksa pelupuk mata bagian bawah, dan minta klien melihat ke atas
Periksa warna konjungtiva
Periksa warna sclera
Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris
Periksa ukuran kesamaan, dan respon pupil terhadap cahaya
9. Hidung
a. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan
pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu, dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
10. Mulut
a. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
b. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar
dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.
d. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
e. Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan
kemudian akan mengisapnya.
f. Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba
palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,
kemudian taruh jari kelingking diatas lidah, hasil positif jika ada refleks
mengisap (Sucking Refleks).
11. Telinga
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya baik,
kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
14. Abdomen
a. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.
b. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
c. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
d. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian ginjal
dapat diraba sekitar 2-3 cm, adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan
oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
3) Refleks babinsky
5) Staping Refleks
Bayi diangkat diatas permukaan tanah dan kaki direndahkan menyentuh
tanah, bayi akan menggerakkan kaki seperti akan berjalan.
16. Genitalia
a. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labio minora, labio
mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
b. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, seperti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).
18. Kulit
a. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi
yang cukup bulan).
Temuan Klinik
Roman muka kasar, batas tumbuh rambut rendah Kretinisme
Dahi yang besar Hidrosephallus
Ketidaksimetrisan lipatan nasolabial Bell’s palsy
Pelebaran nares eksternal Distress pernapasan
Nyeri tekan daerah alis, dan sisi hidugn Sinusitis
Rongga Mulut
BIBIR: Warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, fisura
Temuan
Kebiruan Sianosis
Pucat Anemia
Merah cerry Asidosis
Pecah-pecah Iklim, tergigit, pernapasan mulut, demam
Fisura pada sudut mulut Defisiensi riboflavin, niacin
Jatuh pada salah satu sisi Kerusakan nervus
Periksa batas tepi bukal, gusi, lidah dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan, dan
perdarahan
Temuan
GIGI
a. Jumlah, jenis, keadaan, dan oklusi (gigi bertemu)
b. Untuk memperkirakan jumlha gigi yang harus ada pada anak berumur 2 tahun atau
lebih muda, kurangi umur anak dengan 6 bulan. Tanyakan pada anak diatas 5 tahun
atau lebih apakah giginya tanggal.
Temuan
Anak umur 30 bulan 20 gigi susu
3. MATA
a. Simetris kanan kiri
b. Alis tumbuh umur 2-3 bulan
c. Kelopak mata :
1) Oedema
2) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mat a atas turun.
Temuan
Konjungtiva berwarna merah Infeksi
Konjungtiva bengkak Reaksi alergi
Konjungtiva pucat Anemia (anemis)
Sklera normal putih
Sklera kuning Ikterik (hpetitis, hiperbilirubinemia)
Sclera kebiru – biruan Osteogenesis imperfekta, glaucoma.
4. HIDUNG
a. Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
b. Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down
syndrome.
c. Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
d. Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu
kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
e. Gunakan speculum hidung untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret,
polip,atau deviasi septum
7. LEHER
a. Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
b. Periksa arteri karotis
c. Vena Jugularis
1) posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan, tekan daerah nodus krokoideus
maka akan tampak adanya vena.
2) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik
garis imajiner untuk menentukan panjangnya.
d. Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan pasien disuruh untuk menelan, apakah ada
pembesaran atau tidak.
e. Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepa
n, pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala. Sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.
8. DADA
a. Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
b. Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
c. Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2
9. ABDOMEN
a. Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
b. Observasi distensi abdomen.
c. Terdengar suara peristaltic usus.
d. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 – 12 cm.
e. Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas Perkusi pada daerah hati suara
yang ditimbulkan adakah pekak. Perkusi pada daerah lambung suara yang
ditimbulkan adalah timpani
10. PUNGGUNG
a. Periksa apakah ada skoliosis, lordosis, kifosis
11. TANGAN
a. Jumlah jari – jari polidaktil (> dari 5), sindaktil (jari – jari bersatu)
b. Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah, kalau patah diduga kelainan
nutrisi.
c. Ujung jari halus
12. PELVIS
a. Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris
kiri dan kanan.
13. LUTUT
a. Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik jika
ada cairan diantaranya
b. Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua sisi
tibia jika ada cairan diduga ada atritis.
c. Reflek patella, dan hamstring.
Palpasi
- hipertemi / hipotermi
Palpasi dan inspeksi untuk menentukan lesi
- lesi primer (muncul dari kulit normal)
macula (<1cm & rata), papula (<1cm, padat & menonjol), nodul (1-2 cm, masam
padat & lebih dalam dari nodul), tumor, wheal (bentol), vasikel (< 1cm, berisi
cairan), bula (lebih besar dari vesikel), pustule (vesikel yg berisi cairan eksudat)
- Lesi Sekunder ( perubahan dari primer)
Sisik, Krusta (residu serum, darah, eksudat yg mengering), Erosi (lesi basah), Ulkus,
fisura (retakan contoh pada kaki), Striae, petekia, ekimosis,
22 Mencuci tangan 1
C. FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 1
Mengajak pasien dan keluarga membaca
2 hamdalah/berdo'a 1
TOTAL SKORE
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Pemeriksaan Antropometri
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemeriksaan Antropometri
3. Mahasiswa mampu melakukan skill pemeriksaan Antropometri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
6. 30 menit : mendemonstrasikan skill Anamnesa dan
pemeriksaan fisik kehamilan
7. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam melatih
kemampuan melakukan skill Anamnesa
dan pemeriksaan fisik kehamilan
8. 10 menit : memberikan umpan balik
9. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi skill
mandiri mahasiswa
Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre test
6. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
7. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan skill Anamnesa dan
pemeriksaan fisik kehamilan dibawah
bimbingan instruktur
8. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
9. 20 menit : mahasiswa melakukan skill anamnesa
dan pemeriksaan fisik kehamilan secara
mandiri dengan diobservasi dan
dievaluasi oleh instruktur
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
1. Periksa tanda dari posisi tube yang tidak tepat dan ukur posisi tube
2. Reposisi tube jika diperlukan
3. Aspirasi cairan lambung menggunakan syringe ukuran 20 ml secara lembut
YA
Dapat
JANGAN DIBERIKAN
pH 5,5 atau diberikan
MAKANAN
dibawahnya YA makanan
1. Jika memungkinkan posisikan
pasien miring.
2. Menggunakan syringe 20 atau 50 TIDAK
ml, masukan udara 1-5 ml dan
pH 5,5
aspirasi lagi.atau JANGAN DIBERIKAN
3. Jika tidak ada aspirasi, tunggu 15 – MAKANAN
30 menit dengan keadaan drainase 1. Tunggu 30 – 60 menit
tube terbuka dan letaknya lebih 2. Aspirasi kembali
rendah dari pasien
4. Aspirasi kembali
5. Juika tidak ada ada aspirasi, tarik YA
tube 1 – 2 cm, lalu aspirasi lagi.
Jika pH 5,5 atau
dibawahnya
Jika didapatkan aspirasi
sebanyak 0,5 – 1 ml
TIDAK
F. PROSEDUR KETRAMPILAN
Memasang NGT/ OGT
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Tempatkan anak dalam posisi terlentang dengan kepala sedikit hiperfleksi
d. Memasang pengalas di atas dada.
e. Memakai sarung tangan.
f. Ukur selang Untuk memeperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan
plester kecil. Dengan metode pengukuran sebagai berikut:
1) Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus xifoidius
atau
2) Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara
prosesus xifoidius dan umbilicus (perhatikan jangan sampai selang menyentuh
permukaan terkontaminasi).
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memastikan kehangatan makanan cair/susu
d. Mengukur jumlah makanan cair yang akan diberikan sesuai kebutuhan pasien
e. Memasang pengalas di atas dada.
f. Memakai sarung tangan.
g. Jika mungkin gendong bayi / anak selama pemberian makan (untuk memberikan
kenyamanan kontak fisik selama prosedur) bila hal ini tidak mungkin, tempatkan bayi
atau anak pada posisi terlentang atau sedikit miring ke kanan dengan kepala dan dada
agak di tinggikan
1) Gunakan lipatan selimut di bawah kepala dan bahu untuk bayi dan bantal untuk
anak kecil.
2) Tinggikan kepel tempat tidur untuk anak yang lebih besar
3) Bila memungkin biarkan anak mengisap empeng selama pemberian makan untuk
memberikan hisapan dan kepuasan.
h. Memeriksa ulang ukuran panjang NGT/ OGT yang masuk pada bayi / anak
i. Memastikan letak NGT/ OGT dengan cara mengaspirasi isi lambung menggunakan
spuit. Jika posisi tidak tepat segera laporkan pada perawat yang bertanggung jawab
untuk dilepas.
j. Memasang klem pada selang NGT/ OGT.
k. Memasang corong/barel spuit pada pangkal NGT/ OGT dan memposisikan corong
diantara pasien dan perawat.
TOTAL SCORE
TOTAL SCORE
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan pemberian fototerapi
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemberian fototerapi
3. Mahasiswa mampu melakukan skill pemberian fototerapi secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
D. DAFTAR PUSTAKA
John P. Cloherty, Ann R. Stark. Manual of neonatal care. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins. 1998. Hal: 175-197 Metabolisme bilirubin, pengertian, penilaian, dan
penatalaksanaan hiperbilirubinemia, serta prosedur pemberian fototerapi
Kthleen M, Carolyn L Swann. The Addison-wesley manual of pediatric nursing procedures.
california: Cumming Publishing Company. 1993. Hal: 284-287 Waktu, tujuan, peralatan,
dan prosedur pemberian fototerapi.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien/keluarga membaca Basmalah dan berdoa.
c. Closed bed dipasang.
d. Tidurkan bayi di tempat tidur, kemudian buka semua pakaian pasien.
e. Mata ditutup dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air agar lembab atau
dengan kain hitam untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat
pemberian minum dan kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada
bayi. Pemantauan iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
f. Kemaluan ditutup dengan kain hitam yang telah diisi dengan potongan film untuk
melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.
g. Kain penutup tempat tidur dipasang.
h. Lampu foto therapy dinyalakan dan diarahkan ke tempat tidur bayi. Lampu yang
dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam untuk menghindarkan
turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
i. Posisi lampu diatur dengan jarak 20–30 cm di atas tubuh bayi untuk mendapatkan
energi yang optimal.
j. Observasi keadaan umum suhu bayi agar selalu 36,5-37o C tiap 4-6 jam atau
sewaktu-waktu bila perlu.
k. Ubah posisi bayi tiap 6-8 jam, agar tubuh mendapatkan penyinaran seluas mungkin.
l. Intake dan output bayi diukur dan dicatat untuk memantau tanda-tanda dehidrasi,
bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan.
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
Mencuci tangan
6. 1
TOTAL SCORE
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru (Kangaroo Mother Care)
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan perawatan BBLR dengan
Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
(Kangaroo Mother Care) secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
1. 30 menit : mendemonstrasikan tindakan
perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru
2. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
tindakan perawatan BBLR dengan
Metode Kanguru
3. 10 menit : memberikan umpan balik
4. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
tindakan mandiri mahasiswa
C. DASAR TEORI
Kangaroo Mother Care/Perawatan Metode Kanguru (KMC) adalah perawatan BBLR yang
diilhami oleh cara seekor kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur. Perawatan
Metode Kanguru (KMC) ini merupakan perawatan untuk bayi prematur/BBLR dengan cara
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact).
Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan
bayi yang lahir prematur maupun yang aterm.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, sebagai salah satu
alternatif bagi perawatan bayi prematur yang telah melewati masa kritis, tetapi masih
memerlukan perawatan.
Hasil penelitian dan penerapan KMC menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif untuk
mengontrol suhu tubuh bayi, pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang kuat
antara ibu dan bayi (bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan
dan kondisi klinisnya.
E. PROSEDUR KETRAMPILAN
Memulai KMC
Sarankan pada ibu agar membersihkan badan, menggunakan pakaian yang ringan dan
longgar sebelum prosedur dimulai. Gunakan ruangan yang cukup hangat untuk si bayi.
Anjurkan ibu untuk didampingi suami atau seorang teman untuk memberikan semangat dan
rasa aman.
Pada saat ibu memegang bayinya, berikan penjelasan setiap langkah dari KMC, dan
kemudian peragakan bagaimana caranya KMC selanjutnya biarkan ia melakukan semuanya
sendiri. Selalu jelaskan manfaat dan kebaikan dari setiap posisi dan berikan alasan kenapa
itu harus dilakukan.
1. Ukur suhu bayi dengan menggunakan termometer
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Mengukur suhu 2
4. Mengatur pakaian bayi 3
Meletakkan bayi diantara payudara dengan posisi
5. tegak seperti katak, dada bayi menempel ke dada 8
ibu
6. Memalingkan kepala bayi ke arah kanan ayau kiri 8
Mengikat bayi pada ibu dengan kuat
7. menggunakan kain agar bayi tidak tergelincir. 8
Jaga agar perut bayi tidak tertekan
Tahap Terminasi
1. Menyampaikan evaluasi 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang
4. 1
akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Fisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan Fisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
3. Mahasiswa mampu melakukan skill Fisioterapi Dada dan Postural Drainage pada anak
secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill Fisioterapi
Dada dan Postural Drainage pada
anak
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillFisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa
E. PROSEDUR KETRAMPILAN
Fisioterapi Dada
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Mengauskultasi pasien untuk mengetahui letak secret
d. Mengatur posisi pasien sesuai daerah gangguan paru
e. Memasang perlak pengalas dan bengkok ( di pangkuan ibu dengan posisi duduk )
g. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara
benar
Postural Drainage
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memilih area yang tersumbat yang akan didrainage berdasarkan pengkajian semua
bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada.
d. Membaringkan pasien sesuai area yang akan di drainage.
e. Meminta pasien untuk mempertahankan posisi 10 – 15 menit.
f. Melakukan cupping, clupping dan vibrating selama 10 – 15 menit.
g. Setelah di drainage minta pasien duduk dan batuk kemudian tampung secret / dahak
yang dikeluarkan dalam sputum pot dan apabila pasien tidak dapat batuk maka harus
dilakukan penghisapan atau suction.
h. Meminta pasien istirahat sebentar bila perlu.
i. Meminta pasien untuk minum air.
j. Melakukan drainage pada semua area yang tersumbat selama 30 – 60 menit.
k. Mengulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
l. Merapikan pasien.
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
TOTAL SCORE
TOTAL SCORE
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Water Tepid Sponge (WTS)
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan Water Tepid Sponge (WTS)
3. Mahasiswa mampu melakukan skill Water Tepid Sponge (WTS) secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
D. DASAR TEORI
PENDAHULUAN
Water tepid sponge merupakan prosedur perawatan pada anak sakit demam dengan
mengusap dan melap seluruh bagian tubuh anak dengan air hangat yang bertujuan untuk
mendorong darah ke permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar, dan
tindakan ini akan memberikan sinyal ke hipotalamus anterior yang akan merangsang sistem
effektor sehingga diharapkan terjadi penurunan suhu tubuh pada anak ( Craven, 2007;
Taylor, 2006).
Penelitian oleh Sharber (1997, dalam Joyce, 2006) menunjukkan bahwa pemberian
acetominophen dan antipiretik akan lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh dan
memberikan kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah, jika disertai dengan
tindakan water tapid sponge.
Penelitian oleh Kusnanto, dkk, (2008), water tapid sponge dengan suhu 370C lebih efektif
menurunkan suhu tubuh anak demam dibandingkan dengan water tapid sponge suhu 320C
Vasodilatasi, berkeringat
Reference
Craven, R.F., and Hirnle, C.J. Fundamentals of Nursing : Human Health and Function, 5th
ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2007
Taylor, C.,et al. Fundamentals of Nursing : The Arte and Science of Nursing Care, 6th ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2008
Schilling, Juddith A., Lippincott’s Nursing procedures, 5th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Walkins, 2009
Kusnanto, dkk. Efektifitas tepid sponge bath suhu 320C dan 370C dalam menurunkan suhu
anak demam. Surabaya : Jurnal Ners, 2008
Kowalski, Mary T., & Rosdahl, C. B. Textbook of Basic Nursing. Philadelphia : Lippincott
Williams & Walkins, 2007
Vij, Jitendar P., Basic Consept on Nursing Procedures. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2007
Joyce J. Fitzpatrick and Meredith Wallace (editors). Encyclopedia of Nursing research. 2nd
ed. USA : Maple-Vail Book, 2006
Potter, P.A., Perry A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik.
Edisi 4. Volume 2. Alih bahasa : RenataKomalasari, dkk. Jakarta : EGC, 200
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memakai sarung tangan.
d. Memasang pengalas dibawah tubuh bayi.
e. Memasang selimut mandi.
f. Melepaskan pakaian bayi.
g. Mengkaji suhu, RR, HR bayi
h. Meletakkan botol air hangat di kaki (mengurangi sensasi panas) dan meletakkan
bantalan es di kepala (mencegah pusing dan kongesti nasal)
i. Mencelupkan washlap/handuk kecil ke baskom yang berisi air hangat, peras
sebelum mengusapkannya ke seluruh tubuh bayi.
j. Tempatkan waslap di axilla, lipat paha, lipat lutut, ganti ketika waslap kering.
k. Usap masing-masing ekstremitas 5 menit, kemudian dada dan abdomen 5 menit.
Balik pasien, usapkan punggung dan bokong 5-10 menit. Selimuti tubuh selain yang
sedang diusap.
l. Tambahkan air hangat ke baskom jika perlu
m. Cek suhu, HR, RR tiap 10 menit. Catat/informasikan ke dokter yang bertanggung
jawab jika suhu tidak turun selama 30 menit.
n. Menghentikan prosedur bila terjadi penurunan suhu tubuh (0.6-1)0C (karena suhu
akan turun dengan sendirinya secara normal)
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan (kaji suhu, HR, RR setelah tindakan)
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL (kaji suhu, HR, RR 30 menit setelah
tindakan untuk menentukan efektifitas WTS)
c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d. Berpamitan dengan pasien.
e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1
TOTAL SCORE
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan penyimpanan vaksin dan pemberian
imunisasi pada bayi
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan penyimpanan vaksin dan
pemberian imunisasi pada bayi
3. Mahasiswa mampu melakukan skill penyimpanan vaksin dan pemberian imunisasi pada
bayi secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill penyimpanan
vaksin dan pemberian imunisasi pada
bayi
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillpenyimpanan vaksin dan
pemberian imunisasi pada bayi
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 30 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
mandiri mahasiswa
D. DASAR TEORI
1. Pengertian
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar tidak akan menderita penyakit tersebut
(Ditjen PP dan PL Dinkes RI, 2009). Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu (Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2009).
Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia
sasaran dan tempat pelayanan (Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2009). Imunisasi
dasar adalah salah satu upaya untuk memberikan kekebalan pada anak agar terlindung
IMUNISASI AKTIP
Memberikan antigen proses infeksi buatan reaksi imunologi spesifik respon
Humoral, respon seluler dan sel memory.
5. IMUNISASI DPT
Wahab dan Julia (2002) menjelaskan, DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga
elemen, yaitu toksoid corynebacterium diphtheria (difteri), bakteri bordetella pertussis
yang telah dimatikan (seluruh sel), dan toksoid clostridium tetani (tetanus).
a. Toksoid Difteri
Toksoid difteri adalah preparat toksin difteri yang diinaktifkan dengan formaldehid
dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk menaikkan antigenesitasnya. Toksoid
ini melindungi tubuh terhadap kerja toksin. Orang yang telah diimunisasi dapat
terinfeksi strain difteri penghasil toksin tanpa mengalami manifestasi difteri
sistemik. Pada anak yang telah mendapatkan imunisasi lengkap, bila pun terjangkit
difteri, gejalanya akan jauh lebih ringan tanpa komplikasi yang berarti.
Toksoid difteri hampir selalu diberikan bersama dengan toksoid tetanus dan vaksin
pertusis sebagai bagian dari vaksin DPT pada seri imunisasi primer. DT diberikan
pada anak yang mempunyai kontra indikasi terhadap vaksin pertusis, sedangkan DT
digunakan di negara-negara yang pemberian boster (ulangan) toksoid ini
direkomendasikan seumur hidup.
Wong, et al (2009) menjelaskan bahwa vaksin difteri sering diberikan dalam bentuk:
(1) kombinasi dengan vaksin tetanus dan pertusis (DPTa) atau vaksin DPTa dan Hib
c. Vaksin Pertusis
Ada dua jenis vaksin pertusis, yaitu vaksin seluruh sel, yaitu vaksin yang
mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan bahan kimia atau panas
dan vaksin aseluler. Vaksin pertusis efektif untuk mencegah penyakit serius, tetapi
dapat melindungi secara sempurna terhadap infeksi Bordetella pertussis. Vaksin
seluruh sel sering mengakibatkan reaksi lokal dan demam. Kadang-kadang dapat
menyebabkan reaksi imunologis, seperti ensefalopati, kejang dan episode hipotonik
hiporesponsif, serta menangis dan menjerit berkepanjangan lebih dari 3 jam.
Vaksin pertusis aseluler mengandung protein antigen pertusis murni yang
diekstraksi dari bakteri. Biasanya vaksin ini merupakan kombinasi dari antigen-
antigen berikut ini, yaitu toksoid pertusis (toksin pertusis yang telah dirusak
6. IMUNISASI POLIOMIOLITIS.
Ada dua jenis vaksin poliomielitis, yaitu vaksin yang diberikan secara oral dan yang
dberikan secara suntikan. Vaksin poliomielitis oral mengandung tiga tipe virus polio
hidup yang dilemahkan. Karena harganya yang murah, mudah pemberiannya, dapat
menginduksi imunitas intestinal dan berpotensi menginfeksi secara sekunder kontak
rumah tangga dan komunitas, WHO (dalam Wahab dan Julia, 2002) merekomendasikan
pemberian vaksin polio trivalent sebagai vaksin pilihan untuk pemberantasan
poliomyelitis.
Pemberian vaksin tersebut untuk anak usia kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 4
kali. Adapun pemberiannya yaitu polio yang pertama diberikan antara saat lahir sampai
umur 1 bulan, polio yang kedua diberikan antara umur 2 bulan sampai umur 4 bulan,
polio yang ke tiga diberikan antara umur 3 bulan sampai umur 5 bulan, sedangkan polio
yang keempat diberikan antara umur 4 bulan samapi umur 6 bulan (Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI, 2009; Cahyono, dkk, 2010).
7. IMUNISASI CAMPAK
Vaksin campak adalah preparat virus hidup yang dilemahkan dan berasal dari
berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Vaksin campak harus
didinginkan pada suhu yang sesuai (2-80C) karena sinar matahar atau panas dapat
membunuh virus vaksin campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin
tersebut tidak akan mampu menginduksi respon imun. Cara pemberian imunisasi
campak melalui subkutan atau intamuskuler dengan dosis 0,5 cc (Hidayat, 2005).
Pemberian vaksin campak direkomendasikan usia 8-9 bulan. Pemberian imunisasi
8. VAKSINASI HEPATITIS B
Ada dua tipe vaksin hepatitis B yang mengandung HBsAg (Hepatitis B Surface
Antigen/ antigen permukaan virus hepatitis B), yaitu vaksin yang berasal dari plasma
dan vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan
pada saat lahir karena antibody anti HBsAg tidak mengganggu respon terhadap vaksin.
Bayi dari ibu pengidap HBsAg-positif berespon kurang baik terhadap vaksin karena
vaksinasi sering baru diberikan setelah infeksi terjadi. Efektivitas vaksin untuk
mencegah pengidap Hepatitis B kronis pada bayi-bayi ini berkisar antara 75-95%.
Pemberian hepatitis B immunoglobulin (HBIg) pada saat lahir dapat sedikit
memperbaiki efektivitasnya. Tetapi HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara-
negara berkembang, disamping harganya yang relatif mahal (EPI WHO, 1995 dalam
Wahab & Julia, 2002).
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir mengingat sekitar 33%
ibu melahirkan di negara berkembang adalah pengidap HGsAg positif dengan perkiraan
transmisi maternal 40% (IDAI, 1999 dalam Wahab & Julia, 2002)
Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2009) menjelaskan bahwa pemberian
imunisasi hepatitis B pada bayi yang berusia 0-7 hari satu kali dan dilanjutkan imunisasi
DPT/HB pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Imunisasi tersebut diberikan dengan cara
intramuskuler dengan dosis 0,5 cc. Hadinegoro (2005, dalam Ranuh, et al 2005)
menjelaskan pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat
melahirkan adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5mcg
(0,5 ml)vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12
jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada
BCG
- 14 hari
Campak
1. Di Puskesmas semua vaksin di simpan pada suhu 2 s/d 8°C (lemari ES)
2. Pendistribusian vaksin memakai vaksin carrier yang di isi 4 buah cool pack (kotak
dingin cair)
3. Hepatitis B (Injection) di Polindes di simpan pada suhu ruangan, terhindar dari sinar
matahari langsung
F. JADWAL
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. ------------------
IMUNISASI BCG
Alat dan bahan :
1. Spuit tuberkulin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2. Vial vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3. Pelarut vaksin
4. Kapas lembab (dibasahi air matang)
5. Handscoon
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur kepada orang tua bayi tindakan imunisasi yang akan diberikan
4. Buka ampul vaksin BCG kering
5. Larutkan vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4cc
6. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05ml yang sudah dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan lengan(daerah yang akan diinjeksi, yaitu 1/3 bagian
lengan atas) dengan kapas yang telah dibasahi
IMUNISASI POLIO
Alat dan bahan :
1. Vaksin polio dalam termos es
2. Pipet plastik
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilaksanakan
3. Ambil vaksin polio dalam termos es
4. Atur posisi bayi dalam posisi terlentang diatas pangkuan ibuny dan pegang
dengan hati-hati
5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang diprogramkan atau yang
dianjurkan yakni 2 tetes
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi
IMUNISASI DPT/DT
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1 cc atau 2,5cc dan jarumnya
2. Vaksin DPT dalam termos es
3. Kapas alkohol
4. Handscoon
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program yakni 0,5 ml
IMUNISASI HEPATITIS B
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1cc atau 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program yakni 0,5ml
5. Atur posisi bayi (bayi dirangkul ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan
bayi melingkar ke badan ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan
kuat).
6. Lakukan disinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar (vantus lateralis) yang akan
diinjeksi dengan kapas alkohol atau bagian muskulus deltoid pada lengan atas.
7. Regangkan area yang diinjeksi
IMUNISASI CAMPAK
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1cc atau 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program yakni 0,5ml
5. Atur posisi bayi (bayi dirangkul ibunya, lengan kanan bayi dijepit di ketiak
ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7. Regangkan daerah yang akan diinfeksi
8. Lakukan injeksi sub cutan atau intramuskuler.
9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikkan dengan
kapas
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
TOTAL SCORE
H. PUSTAKA
1. Hidayat, A.A.A. (2008). Buku saku praktikum keperawatan anak. Jakarta:EGC
2. Bari, A., dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta,
YBPSP.
3. Cahyono, J.B., Lusi, R.A., Verawati, Sitorus, R., Utami, R.C.B. & Dameria, K. (2010).
Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Kanisius.
4. Ditjen PP & PL Depkes RI. (2009). Petunjuk teknis pelaksanaan imunisasi di daerah
bencana.
5. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. (2009). Informasi dasar imunisasi rutin serta
kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas kesehatan dan organisasi kemasyarakatan.
Jakarta.
6. Ranuh, I.G.N., Suyitno,H., Hadinegoro, S.R.S. & Kartasasmita, C.B. (2005). Pedoman
imunisasi indonesia. Ed 2. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI.
7. Staf Pengajar IKA FKUI. (1995). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. Jakarta.
FKUI.
8. Wahab, A.S & Julia, M. (2002). Sistem imun, imunisasi & penyakit imun. Jakarta:
Widya Medika.