PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat, sekitar Kecamatan Sirenja,
Kabupaten Donggala. Guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan cukup
kuat di sebagian besar provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan sebagian
Kalimantan Timur serta Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Di Makassar
misalnya, getaran sempat dirasakan beberapa detik. Di Menara Bosowa, karyawan
berlarian meninggalkan gedung. Di Palopo, Sulawesi Selatan, guncangan membuat
warga berlarian meninggalkan rumah. Di Samarinda, gempa turut dirasakan sampai
warga keluar berhamburan dari gedung dan pusat perbelanjaan. Di Balikpapan,
guncangan gempa turut dirasakan di rusunawa, dan hotel.
Secara umum gempa dirasakan berintensitas kuat selama 2-10 detik. Dengan
memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposenttrum gempa bumi, tampak
bahwa gempa bumi dangkal ini terjadi akibat aktivitas di zona sesar Palu Koro. Sesar
ini merupakan sesar yang teraktif di Sulawesi, dan bisa pula disenut paling aktif di
Indonesia dengan pergerakan 7 cm pertahun. Sesar yang diteliti di LIPI baru sampai
sesar darat. Sedangkan sesar di laut sama sekali nihil dari penelitian. Menurut Sutopo
Purwo Nugroho, gempa bumi yang terjadi "merupakan jenis gempa bumi dangkal
akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme
pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral)". Sehubungan
gempa ini, Wahyu W. Pandoes dari pihak BPPT menyatakan bahwa gempa ini
berkekuatan 2,5 × 1020 Nm atau setara 3 × 106 ton TNT. Ini serupa 200 kali bom
Hiroshima.
Laporan dan rekaman likuefaksi juga muncul dari perbatasan Kabupaten Sigi
dengan Kota Palu. Lumpur muncul dari bawah permukaan tanah dan menggeser tanah
hingga puluhan meter dan akhirnya menenggelamkan bangunan dan korban hidup-
hidup. Menurut data, likuefaksi yang terjadi di Perumnas Balaroa menenggelamkan
sekitar 1.747 unit rumah; sementara di Kelurahan Petobo sekitar 744 unit rumah
tenggelam. Jumlah korban jiwa belum dapat dikumpulkan hingga 2 Oktober 2018.
Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3
magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih
berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9,
meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau
lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011),
dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran
diukur pada modifikasi Skala Mercalli.
Dari hasil monitoring BMKG hingga Pukul 02.55 WIB, telah terjadi 76
Gempabumi susulan yang tercatat, dengan magnitude terbesar M6,3; dan terkecil
M2.9. BMKG terus memonitor perkembangan gempabumi susulan dan hasilnya akan
diinformasikan kepada masyarakat melalui media.
Bagi kalangan ahli kebumian dan instansi terkait dalam penanganan bencana,
labilnya Daerah Palu secara tektonik merupakan tantangan berpikir untuk menyusun
strategi mitigasi yang tepat untuk memperkecil risiko jika sewaktu-waktu terjadi
bencana bencana gempabumi dan tsunami di Daerah Palu dan sekitarnya seperti yang
terjadi pada masa lalu.
Gambar 3.0 Sejarah Gempa di Teluk Palu, Lokasi Benturan 3 Lempeng, Gempa
Terdahsyat Akibatkan Tsunami 15 Meter
A B
Gambar 3.1 A. Gambar kiri merupakan tataan tektonik Pulau Sulawesi (Hamilton,
1979), gambar kanan merupakan pembagian segmentasi Sesar Palu Koro (Bellier et
al., 2001). B. Peta sebaran pusat gempabumi merusak dan tahun kejadian di Pulau
Sulawesi (modifikasi dari Supartoyo dan Surono,2008).
Sesar Palu Koro merupakan sesar utama di Pulau Sulawesi dan tergolong
sebagai sesar aktif (Bellier et al., 2001). Wilayah Sulawesi Tengah paling tidak telah
mengalami 19 kali kejadian gempabumi merusak (destructive earthquake) sejak tahun
1910 hingga 2013 (modifikasi dari Supartoyo dan Surono, 2008). Beberapa kejadian
gempa bumi merusak tersebut pusat gempabuminya terletak di darat. Kejadian gempa
bumi dengan pusat gempa bumi terletak di darat di sekitar lembah Palu Koro
diperkirakan berkaitan dengan aktivitas Sesar Palu. Sesar Palu-Koro sendiri terbentuk
dari tumbukan yang juga dihasilkan oleh NNWSSE Palu-Koro dengan gerakan sesar
sinistral (mengiri). Pergerakan sesar ini juga di karenakan oleh gaya transtensional,
yang terdiri dari gaya transpressive (menekan) dan extensional (perluasan). Patahan
Palu-Koro memanjang dari palu ke arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan
bagian Utara melewati Teluk Palu menuju ke Selatan Bone sampai di laut Banda. Sesar
ini diduga sebagai salah satu sesar yang sangat mengkhawatirkan. Pergeseran pada
lempeng-lempeng tektonik yang cukup aktif di sesar Palu Koro membuat tingkat
kegempaan di wilayah itu juga dikategorikan cukup tinggi. Wilayah yang rawan akibat
aktivitas sesar ini, antara lain Kabupaten Buol, Tolitoli, Donggala, dan Kota Palu.
Gambar 3.2 A). Sesar mendatar Palu-Koro, B). Asumsi blok diagram yang
menunjukkan segmen sesar turu/naik pada pull apart basin di bagian tengah sesar,
bagian ini merupakan gambaran lembah dan teluk palu, C). Blok diagram yang
menunjukan komponen-komponen sebuah segmen sesar turun/transtension dan sesar
naik/transpresion pada sebuah strike-slip.
Fenomena ini biasanya terjadi saat gempa bumi terjadi yaitu pada daerah-daerah atau
zona-zona dengan tanah yang mengandung air. Misalnya yang sering terjadi itu di
dekat pantai atau di daerah gempa, ada lapisan yang mengandung air misalnya tanah
pasir, jelas Dwikorita.
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada ini memaparkan bahwa likuifikasi terbagi
menjadi dua jenis. Ada yang berupa semburan air dari dalam tanah keluar memancar
seperti air mancur.
Bisa juga lapisan pasir itu menjadi padat karena gempa yang sangat kuat dan airnya
terperas keluar sehingga mengalir membawa lapisan tanah tadi, jadi seakan-akan
hanyut.
Pihak BMKG sendiri hingga saat ini belum bisa mencapai lokasi bencana. Namun,
melihat pantauan dari media, Dwikorita menyatakan bahwa likuifaksi yang terjadi di
Palu adalah tipe yang tanahnya hanyut bersama air. Suatu massa tanah yang luas yang
ikut hanyut bersama air tadi. Ini baru visual dari televisi, itu perlu dilihat lagi.
Gambar 3.3 Sulawesi Tengah pada Jumat 28 September 2018 menimbulkan
fenomena likuifaksi atau 'tanah bergerak
"Sehingga kalau ada bangunan bertingkat, itu yang kelihatan hanya tinggal tingkat
tengah dan atas, tingkat bawahnya masuk ke dalam tanah," kata Dwikorita.
"Jadi itu kekuatannya cukup tinggi, bisa menghanyutkan semua material benda-benda
yang ada di permukaan tanah tadi," papar Dwikorita.
"Tergantung seberapa luas dampaknya. Kalau tidak terlalu luas, bisa. Tapi kalau sangat
luas, ya tidak mudah. Rekayasa itu bisa tapi sangat dipengaruhi juga oleh seberapa
besar volume dan luas area yang terlikuifaksi tadi," kata Dwikorita.
Gambar 3.4 Peta Zona Bahaya Liquifaksi
2.7 Dampak Kerusakan Gempabumi
BNPB mencatat banyak kerusakan bangunan hingga fasilitas publik. Berikut
merupakan data kerusakan di Palu dan sekitarnya (informasi dihimpun dari
www.idntimes.com diakses tanggal 29 September 2018) :
1. Berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan
bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya. Diperkirakan puluhan
hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
2. Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura, ambruk.
3. Hotel Roa-Roa berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura, Kota Palu,
rata dengan tanah. Dilaporkan, di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76
kamar yang sedang terisi oleh tamu hotel yang menginap.
4. Arena Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan orang pengisi
acara, sebagian merupakan para penari, belum diketahui nasibnya.
5. Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung, Kamonji,
Kota Palu, roboh.
6. Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat dan Donggala
Timur,roboh. Jembatan berwarna kuning yang menjadi ikon wisata Kota Palu
roboh setelah diterjang gelombang tsunami.
7. Jalur Trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor.
8. Tujuh gardu induk PLN padam usai gempa mengguncang Sulawesi Tengah,
khususnya di Palu dan Donggala. Saat ini, baru dua gardu induk yang bisa
dihidupkan kembali.
9. Jaringan komunikasi di Donggala dan Palu terputus karena padamnya pasokan
listrik PLN. Terdapat 276 base station yang tidak dapat dapat digunakan.
10. Terjadi kerusakan di bangunan tower Bandara Mamuju, dan pergeseran tiang
tower di Bandara Liwuk Bangai, namun masih berfungsi.
11. Sejumlah pelabuhan mengalami kerusakan. Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu,
rusak paling parah. Quay crane atau kran peti kemas yang biasanya digunakan
untuk bongkar muat peti kemas roboh. Di Pelabuhan Wani, bangunan dan
dermaga mengalami kerusakan. KM Sabuk Nusantara 39 terhempas tsunami ke
daratan sejauh 70 meter dari dermaga.
Gambar kerusakan Bangunan pada Palu :
Sebelum Sesudah
3.2 Saran
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
Demikianlah laporan kaji cepat ini dilaksanakan oleh Tim dari Universitas
Malikussaleh . Unimal sejak beberapa tahun ini mendeklarasikan dirinya sebagai
kampus yang menjadikan mitigasi bencana sebagai ciri khas dan keunggulannya.
Sejak peristiwa gempabumi dan tsunami Tahun 2004 lalu, unimal telah berperan pada
sejumlah bencana pada skala nasional dan lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka
unimal bersedia membantu upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada hari Jumat, 28 September 2018, jam
17.02.44 WIB dengan M 7.7 Lokasi 0.18 LS dan 119.85BT dan jarak 26 km dari
Utara Donggala Sulawesi Tengah. Proses pembangunan kembali yang dilandaskan
pada seharusnya menjadi fokus Donggala.
DAFTAR PUSTAKA