SEGMENTASI
Untuk mengidentifikasai preferensi segmen ada tiga pola segmentasi pasar yang dapat
digunakan (Kotler, 2003). Pola tersebut adalah:
Diffused preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi
yang beragam terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
Clustered preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi
yang berkelompok-kelompok. Dimana konsumen yang berada dalam satu kelompok memiliki
kesamaan preferensi.
Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan tingkat tertentu.
Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat dilayani. Suatu segmen
merupakan kelompok homogen yang cukup bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran
yang sesuai.
Dapat dibedakan (differentiable)
Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang
dimiliki perusahaan.
Dalam mengidentifikasi segmen pasar, ada tiga tahap prosedur yang harus dilakukan, yakni:
1. Tahap Survey
Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada target segmen pasar untuk mendapatkan
pemahaman terhadap sikap, motivasi, dan perilaku konsumen. Wawancara bisa dalam bentuk
kuesioner, di mana data kuesioner yang terkumpul bisa dijadikan informasi atas atribut-atribut
yang dibutuhkan.
2. Tahap Analisis
Di tahap ini, data yang mengandung variabel-variabel berkorelasi tinggi dibuang, kemudian
dilakukan analisis kelompok untuk menghasilkan jumlah maksimum segmen yang berbeda.
3. Tahap Pembentukan
TARGETING
Targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Targeting
atau menetapkan target pasar merupakan tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk
dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar
yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Proses targeting mencerminkan
kenyataan bahwa perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan yang dapat diakses dan
dilayani secara efektif dan efisien.
Targeting adalah proses mengevaluasi setiap daya tarik segmen kemudian memilih satu atau
lebih karakteristik untuk dilayani.
“Sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang
menjadi tujuan promosi perusahaan”.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2012:154) terdapat lima alternatif dalam memilih pasar
sasaran yaitu :
1. Single-Segmen Concetration
Perusahaan memilih satu segmen pasar tunggal, dengan sejumlah pertimbangan, misalnya
keterbatasan dana yang dimiliki perusahan, adanya peluang pasar dalam segmen bersangkutan
yang belum banyak digarap atau bahkan diabaikan pesaing; atau perusahaan menganggap
segmen tersebut merupakan segmen yang paling tepat sebagai landasan untuk ekspansi ke
segmen lainnya.
2. Selective Specialization
Dalam strategi ini, perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang atraktif dan sesuai dengan
tujuan dan sumber daya yang dimiliki.
3. Market Specialization
Dalam strategi ini, perusahaan berspesialisasi pada upaya melayani berbagai kebutuhan dari
suatu kelompok pelanggan tertentu.
4. Product Specialization
Dalam spesialisasi produk, perusahaan memusatkan diri pada produk atau jasa tertentu yang
akan di jual kepada berbagai segmen pasar.
Diferensiasi segmen, bidang usaha yang membedakan segmen pasar sehingga perusahaan
menyediakan kebutuhan produk berbeda untuk tiap segmen yang berbeda pula disesuaikan
dengan kebutuhan tiap segmen dan memberikan berbagai varian dari produk yang ditawarkan.
Undiferensiasi segmen, bidang usaha yang tidak membedakan segmen pasar.
Consentrate marketing, spesifikasi usaha yang maksudnya adalah perusahaan berkonsentrasi
melayani kebutuhan dalam kelompok tertentu karena tidak semua orang bisa menikmati
produk yang tersedia.
Market coverage strategy, merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan sistem
membership serta produk tidak dijual bebas (hanya di toko sendiri) sehingga dapat
memudahkan konsumen dan produsen.
POSITIONING
Pengertian Positioning
Hal yang paling penting dalam proses STP ( Segmenting, Targeting, Positioning) adalah mencoba
menempatkan produk di benak konsumen dengan ciri-ciri yang untuk yang bisa dibedakan
dengan produk lainnya atau disebut positionning. Positioning merupakan cara pemasar
menanamkan citra, persepsi dan imajinasi atas produk yang ditawarkan kepada konsumen
melalui proses komunikasi.
Adapun tujuan pokok strategi positioning adalah.
1. untuk menempatkan atau memposisikan produk di pasar sehinggan produk tersebut terpisah
atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing.
2. untuk memposisikan produk sehingga dapat menyampaikan beberapa hal pokok kepada para
pelanggan, yaitu what you stand for, what you are, dan how would you like customers to
evaluate you.
Customer
Didasarkan atas kajian pelanggan (customer) positioning harus dipersepsikan secara positif oleh
para pelanggan dan menjadi alasan dalam pembelian mereka.
Satu contoh yang menarik untuk kita pelajari bersama adalah produk Vegeta yang menyatakan
dirinya sebagai sebagai minuman berserat. Sebelumnya tidak ada produk yang semacam
Company
Didasarkan atas kajian pada kapabilitas dan kekuatan internal perusahaan (company), maka
positioning harus mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan.
sebagai contoh Honda menyatakan sebagai rajanya Bebek. Ungkapan ini akan selalu dipatuhi,
agar kepercayaan konsumen akan tetap terpelihara.
Competition
Berdasarkan kajian atas keadaan pesaing, maka positioning harus bersifat unik sehingga dapat
dengan mudah mendiferensiasikan diri dan memiliki perbedaan khusus dibanding dengan
produk saingannya.
Contoh sebelum Nokia memasuki industri komunikasi tanpa kabel Motorola merupakan market
leader yang dikenal karena handsetnya berteknologi canggih
Change
Didasarkan pada kajian atas perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis, positioning harus
berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan bisnis apakah
itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan ataupun perubahan sosial budaya dan
sebagainya.
Satu contoh yang menarik adalah apa yang dilakukan oleh perusahaan Sosro. Guna menuju
posisi pasarnya, dalam slogannya Sosro pernah menyatakan; “Hari-hari Teh Botol”. Namun
setelah kurun waktu tertentu slogannya berubah menjadi “Hari-hari Teh Sosro”. Hal ini terjadi
karena yang semula hanya ada Teh botol Sosro, saat ini menjadi banyak merek teh yang
dikemas dalam botol seperti halnya yang dilakukan oleh Sosro.
1. Underpositioning: Dalam hal ini fitur yang hendak ditonjolkan untuk membangun positioning
dianggap bukan hal yang terlalu istimewa. Saat Pepsi memperkenalkan Crystal Pepsi tahun
1993, konsumen tidak terlalu terkesima. Mereka tidak melihat “clarity” atau “kemurnian”
sebagai sesuatu yang penting dalam produk softdrink
2. Overpositioning: Disini produk memiliki citra yang terlalu tinggi dalam benak konsumen, dan
karenanya dianggap diatas jangkauan daya beli mereka. Para pelanggan berpikir bahwa semua
cincin Tifanny dijual mulai harga $5000, meskipun dalam kenyataannya Tiffany saat ini dapat
diperoleh dengan harga mulai $1000
3. Confused positioning: Dalam hal ini, pelanggan bingung dengan citra brand karena terlalu
banyaknya klaim atau perubahan brand positioning yang terlalu sering. Hal ini yang terjadi pada
komputer desktop NeXT yang hebat. Ketika pertama kali dilaunch, produk ini diposisikan untuk
para mahasiswa, kemudian diubah menjadi untuk para engineer, dan kemudian kepada orang
bisnis; dan semuanya tidak berhasil
4. Doubtful positioning: Disini pelanggan merasa sulit untuk mempercayai klaim sebuah brand
dalam kaitannya dengan fitur suatu produk, harga, atau manufakturnya. Contohnya saja
seperti strategi pemasaran sebuah perusahaan yang mengklaim produknya memiliki kualitas
paling bagus, biasanya malah diragukan para konsumen karena mereka takut hanya termakan
promosi (ragu-ragu).