Anda di halaman 1dari 6

Fibroadenoma Mammae (FAM)

A. Definisi

Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada


wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. Fibroadenoma adalah kelainan pada
perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada
jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran air susu
di payudara.Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling banyak
ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok
umur muda.

B. Epidemiologi

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering
didiagnosa pada wanita muda.Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9% penduduk
wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama siklus
menstruasi dan masa kehamilan.

Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya


terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50
tahun. Belum ada data yang pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi umum.
Dalam suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma pada wanita yang
menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara itu pada studi yang lain
didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50% semua biopsi payudara dan
hal ini meningkat mencapai 75% pada biopsi payudara wanita yang berumur < 20 tahun
(Greenberg, et all, 1998).

Data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching
di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa dari 65 spesimen payudara ditemukan 31 kasus
(48%) penderita fibroadenoma, dan sebanyak 11 kasus (35%) terjadi pada kelompok remaja
(<19 tahun). Penelitian di Nigeria Timur, melaporkan 318 kasus fibroadenoma yang terjadi
pada usia rata-rata 1632 tahun. Berdasarkan hasil Laboratorium Histopatologi di Yaman
melaporkan bahwa dari seluruh kasus tumor jinak (79,9%), FAM merupakan tumor jinak
yang paling banyak terjadi (30,0%) yang terjadi pada usia rata-rata 22,2 tahun (Al Thobhani,
2006).24 Fibroadenoma mammae terutama sering terjadi pada wanita muda di Afrika.
Sebuah analisis klinikopatologi melaporkan bahwa dari 202 lesi jinak payudara terjadi pada
wanita kulit hitam. Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian puncak fibroadenoma terjadi
pada usia lebih dini yang terjadi pada pasien kulit hitam dibandingkan pada pasien kulit
putih.

C. Etiologi dan Faktor Risiko

Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil
penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:

a. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya
FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun, terutama terjadi
pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.

b. Riwayat Perkawinan

Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan,


paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di Iran
menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM.

c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak

Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada


kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam
perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.

d. Penggunaan Hormon

Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap


peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah
estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center
(Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.

e. Obesitas

Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal merupakan
faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT >
30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM.

f. Riwayat Keluarga

Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun,


riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa
peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini. Dari beberapa penelitian
menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan
mengalami penyakit payudara.

g. Stress

Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan
meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM.

h. Faktor Lingkungan

Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons


(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et
all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki riwayat tinggal di
dekat pabrik yang memproduksi PAHs.

D. Patofisiologi

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan
dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.
Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan.
Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita
yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara.38

Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara


jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan
kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan
patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap
estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain
adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah
reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan
hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi karsinoma.

Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama


siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa
kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk
menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya
akan berkurang bahkan hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan
ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas tegas dan
tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-
gerak sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast mouse”. Biasanya
fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman
dan sangat sensitif apabila disentuh.

E. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya bagian
yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas dengan
konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm,
namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran benjolan
berdiameter lebih dari 5 cm.21 Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan
bebas. Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.

Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma


umumnya dianggap langka. Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan risiko
berkembang menjadi kanker payudara4 Insiden karsinoma berkembang dalam suatu
fibroadenoma dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko. Sekitar
50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi karsinoma lobular,
20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10% sisanya infiltrasi karsinoma duktal.
Berdasarkan pemeriksaan klinis ultrasonografi dan mammografi biasanya ditemukan
fibroadenoma jinak dan perubahan menjadi ganas ditemukan hanya jika fibroadenoma
tersebut dipotong. Fibroadenoma yang dibiarkan selama bertahun-tahun akan berubah
menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% -
1%.

F. Diagnosa

Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
(phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi atau
ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).

a. Anamnesa

Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Penyelidikan


terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi seperti usia, paritas,
serta riwayat menstruasi dan menyusui. Riwayat terapi hormonal sebelumnya yang mencakup
kontrasepsi oral dan estrogen.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau berbaring
atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan,
adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan.

Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa
tekanan pada setiap kuadran payudara.Palpasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat
bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan.

Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk mengetahui pengeluaran cairan, darah atau
nanah dari kedua puting susu. Cairan yang keluar dari puting susu harus dibandingkan. Pengeluaran
cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan
karsinoma.

c. Mammografi

Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak
yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign
(Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi,
adanya spikulae, dan ditensi pada struktur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi
dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak
khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun.

d. Ultrasonografi (USG)
Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma
pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan mammografi.
Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan
gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.

e. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)

Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus melakukan
sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan
penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut dapat diperoleh sel
yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :

1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari
epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.

2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).

3. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform.

G. Penatalaksanaan

• Konservatif

• Syarat: Dianosis klinis telah dikonfirmasi dengan dengan sitologi dan USG/ mamografi dan
penderita bisa menerima (nyaman ada benjolan di payudara). Konfirmasi diagnosis akan
lebih definitif dengan biopsi core
• Indikasi: jika usia < 40 dan ukuran < 3cm

• Pembedahan: Eksisi
• Indikasi:usia >40 tahun
• Ukuran > 3 cm (sel atipia banyak ditemukan)
• Simptomatis dan pasien tidak nyaman, konservatif masa membesar > 20%
•Lokasi eksisi adalah diatas masa jika lokasi tumor 3 cm atau kurang dari nipple dianjurkan
insisi periareolar.
• Penjahitan rongga defek yang besar pasca eksisi tidak dianjurkan, oleh karena akan
mengakibatkan distorsi payudara.
•Rekonstruksi yang rumit seperti flap-deepitelisai, prostesis silikon, mammoplasti reduksi dan
tissue expander, sebaiknya dilakukan setelah penyembuhan luka secara alami.
• Pada giant FAM usia muda (<20 tahun) insisi yang anjurkan insisi submammari (The
GaillardThomas Incision).
• Rekonstruksi sederhana seperti Modifikasi Beisenberger-Regnault, dapat dilakukan pasca
eksisi giant FAM

• Terapi Hormonal

Terdapat kecenderungan untuk memberikan terapi hormonal pasa pasien fibroadenoma


dengan menggunakan tamoxifen, danazol dan gestogen. Viviani dkk mendapatkan pengecilan yang
bermakna pada 62 pasien premenopouse yang diberi tamixifen 20 mg selama 50 hari. Belum ada data
tentang efek jangka panjang dari pemberian tamoxifen pada usia muda.
H. Komplikasi

• Jenis tertentu dari FAM bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Meski demikian,
kebanyakan kasus FAM tidak menyebabkan kanker payudara. Kalaupun ditemukan penderita
kanker payudara yang memiliki FAM, biasanya ada komplikasi lainnya. Atau bisa jadi orang
tersebut memiliki risiko kanker payudara yang tinggi baik dari keluarga ataupun
lingkungannya.

• Deformitas bentuk payudara

I. Prognosis
 Prognosis FAM adalah bonam ketika diangkat dengan sempurna.
 Tapi jika masih ada jaringan sisa saat operasi dapat kambuh kembali.

Anda mungkin juga menyukai