PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik,
obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan
distribusi alat kesehatan.
1. Visi
2. Misi
3. Strategi Utama
2
4. Sasaran Departemen Kesehatan
3
5. Nilai-nilai
Berdasarkan semangat yang menjiwai Visi dan Misi yang telah dirumuskan,
maka nilai-nilai yang diyakini dan ingin dibangun serta diterapkan adalah
sebagai berikut :
4
BAB II
1. Tujuan
Program ini bertujuan menjamin ketersediaan, pemerataan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat
tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.
2. Sasaran
a) Ketersediaan obat esensial-generik disarana pelayanan kesehatan
menjadi 95%.
b) Anggaran untuk obat esensial-generik di sektor publik setara dengan
1 USD/kapita/tahun.
3. Kebijakan Pelaksanaan :
a) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian sampai tingkat
desa.
b) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi
dan alat kesehatan.
c) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan,
khususnya di sektor publik yang lengkap jenis, jumlah cukup dan
mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas
terjamin.
d) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
melaksanakan perizinan dalam rangka perlindungan terhadap
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi
standar mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
e) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui
penerapan jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker serta
pelaksanaan pendidikan berkelanjutan.
f) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pembinaan, advokasi, dan promosi penggunaan
obat rasional.
g) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan pelaksanaan harmonisasi standar regional maupun
internasional.
5
4. Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini :
6
5) Melaksanakan Post-marketing surveillance mengenai keamanan
obat dan perbekalan kesehatan yang berkesinambungan;
6) Menurunkan peredaran obat-obat substandar dan obat palsu;
7) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta
mengembangkan networking.
7
3) Melakukan advokasi kerasionalan penggunaan obat oleh profesi
kesehatan dan konsumen;
4) Menyusun dan mendesiminasikan daftar obat esensial, pedoman
klinis, dan formularium;
5) Menyebarluaskan informasi obat yang independen dan dapat
dipercaya;
6) Mendorong promosi obat yang bertanggungjawab dan etis kepada
profesi kesehatan dan konsumen;
7) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen;
8) Membentuk komite obat dan terapi di institusi kesehatan tingkat
nasional maupun daerah;
9) Menyusun pedoman pencegahan resistensi antibiotika;
10)Meningkatkan kerasional penggunaan obat melalui pendekatan
strategi cost-effective
6. Pembiayaan
8
Tabel-1: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran / DIPA
b) DIPA Dekonsentrasi
Program Bina kefarmasian dan alat kesehatan yang dilaksanakan
oleh propinsi dibiayai melalui DIPA Dekonsentrasi semula sebesar
Rp. 40.000.000.000,-, namun setelah revisi berubah menjadi sebesar
Rp. 27.909.409.000,-
e) Dana JICA bekerja sama dengan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun Anggaran 2007.
9
Tabel -2: Daftar Kegiatan Yang Dibiayai Dana JICA
Tempat &
No Kegiatan Tanggal Alokasi (Rp) Realisasi(Rp) %
Pelaksanaan
3 Pertemuan Ciloto
penyusunan modul 24-26 April 2007
pengelolaan obat di 56.706.300 54.689.700 96,44
Pustu.
10
Tempat &
No Kegiatan Tanggal Alokasi (Rp) Realisasi(Rp) %
Pelaksanaan
8 Pelatihan Bengkulu
Pengelolaan Oblik 7-9 Agustus 2007
dan Perbekkes di 26.625.800 26.516.800 99,59
Puskesmas
Pembantu
11
No Kegiatan Alokasi Realisasi % Keterangan /
Anggaran (Rp.) Sumber Dana
(Rp.)
3 To conduct of Trainers 24.598.000 24.577.800 99,95 WHO /
for Health Dilaksanakan
Professionals on oleh Dit Bina
Advocasy Ability Penggunaan obat
Regarding Rational Rasional
Use of Medicine
4 Community 52.250.000 52.243.950 100 WHO /
Empowerment Dilaksanakan
Regarding The Rational oleh Dit Bina
Use of Drug at Desa Penggunaan obat
Siaga Rasional
12
BAB III
SUMBER DAYA
Tabel - 4: Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jabatan Tahun 2007
JABATAN
2
Direktorat Bina Penggunaan Obat 10 14 24
Rasional
3
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan 10 16 26
Klinik
4
Direktorat Bina Obat Publik dan 10 19 29
Perbekkes
5
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi 11 16 27
Alkes
Jumlah 59 8 114 181
13
13
Tabel - 5 : Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jenjang Pendidikan
Tahun 2007
NO UNIT KERJA
D3
S-2 APT dr drg SE S.Sos S.Kom ST SH AMD AA SMA SMP ∑
Lain
Setditjen Bina
1 16 11 2 9 1 1 3 4 2 1 25 75
Farmasi dan Alkes
Dit. Bina
2 Penggunaan Obat 5 5 3 1 3 5 2 24
Rasional
Dit. Bina Farmasi
3 Komunitas dan 6 9 1 1 9 26
Klinik
Dit. Bina Obat
4 Publik dan 6 9 2 1 3 8 29
Perbekkes
Dit. Bina Produksi
5 dan Distribusi 3 11 1 1 1 1 2 1 6 27
Alkes
Jumlah 36 45 3 1 3 13 1 2 5 9 3 5 53 2 181
II III IV
NO UNIT KERJA ∑ %
∑ % ∑ % ∑ %
14
14
Sedangkan distribusi pegawai menurut unit kerja dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel - 7 berikut :
Tabel - 7 : Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jenis Kelamin Tahun
2007
B. Keuangan
Rincian anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel berikut ini :
1 Satuan Kerja
687.343.120.000 907.422.678.000 579.308.014.765 63,84
Pusat
Tugas
3 44.000.000.000 44.000.000.000 41.522.389.547 94,37
Pembantuan
15
15
Dari tabel-8 dapat dijelaskan bahwa dana Dekonsentrasi terealisasi hanya
80,33%, hal ini dikarenakan adanya kebijakan Menteri Keuangan No.
S.348/MK.02/2007, tertanggal 30 Juli 2007 tentang penyesuaian Belanja
Perjalanan Dinas tidak mengikat yaitu sisa anggaran yang dapat dipergunakan
hanya 30%. Selain itu DIPA Revisi terlambat diterima sehingga sisa anggaran
tersebut tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
1,000,000,000,000
900,000,000,000
800,000,000,000
700,000,000,000
600,000,000,000
Anggaran
500,000,000,000 Setelah Revisi
Realisasi Belanja
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
0
Satker Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan
16
16
Tabel -9 : Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja
Dari tabel -9 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi tersebut berasal dari
seluruh satuan kerja dalam lingkup UAPPA-E1 yang tersebar di 33 provinsi.
Untuk Belanja Pegawai terserap 69,08% disebabkan karena Belanja Vakasi
yang semula dialokasikan sebesar Rp. 200.000,- per bulan ternyata
direalisasikan hanya Rp. 75.000,- per bulan. Begitu pula Belanja Barang
terserap 46,89% disebabkan karena pengadaan barang pada Satker
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ada
yang tidak terealisasi yaitu pengadaan vaksin flu burung, obat flu burung, Early
Detection Kit, Pembuatan Naskah Akademik RUU tentang Obat dan Revisi
regulasi per Undang-undangan tentang pangan (naskah akademik & RPP).
Hal ini disebabkan pengadaan Barang/Jasa tersebut tidak mungkin
dilaksanakan dengan waktu yang terbatas karena APBNP Revisi III baru turun
pada tanggal 23 November 2007.
Grafik - 2 : Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja
700,000,000,000
600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
Anggaran Setelah
Revisi
Realisasi Belanja
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
0
Belanja Belanja Belanja Belanja
Pegawai Barang Modal Sosial
17
17
BAB IV
REALISASI KEGIATAN TAHUN 2007
a. Tugas
b. Fungsi
Sumber daya manusia yang ada di sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan berjumlah 75 orang, terdiri dari pejabat struktural 18 orang
termasuk Dirjen Binfar dan Alkes serta Sekretaris Ditjen Binfar dan Alkes,
jabatan fungsional 8 orang dan staf 49 orang.
18
18
3. Keuangan
Anggaran Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2007 sebesar Rp.
893.668.268.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 566.686.807.553,-
(63,41%).
Secara rinci izin PBF yang diterbitkan oleh Bagian Hukum & Organisasi
sebanyak 197 buah, izin PBBBF yang diterbitkan sebanyak 21 buah, izin
Industri Farmasi yang diterbitkan sebanyak 19 buah, izin Industri Obat
Tradisional yang diterbitkan sebanyak 15 buah, dan izin Industri Kosmetika
yang telah diterbitkan sebanyak 16 buah. Pada prinsipnya semua berkas yang
masuk diproses dan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja terhitung setelah
berkas lengkap SK perizinan sudah diterbitkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada lampiran 3, 4, 5, 6 dan 7.
200
180
160
140
120
100 Realisasi
80
60
40
20
0
PBF PBBBF Industri IOT Industri
Farmasi Kosmetika
19
19
Selain izin usaha, Setditjen Binfar dan Alkes juga menerbitkan izin
impor/ekspor prekursor, psikotropika dan narkotika, yang meliputi izin
Importir Produsen (IP-Prekursor) 42 buah, Importir Produsen Psikotropika
(IP-Psikotropika) 17 buah, Importir Produsen Narkotika (IP Narkotika) 2 buah
khusus untuk PT. Kimia Farma, Importir terdaftar Prekursor 2 (IT-Prekursor)
1 buah, Importir terdaftar Psikotropika (IT-Prekursor) 3 buah, Eksportir
Produsen Prekursor (EP-Prekursor) 4 buah, Eksportir Produsen Psikotropika
(EP-Psikotropika) sebanyak 4 buah, Surat Persetujuan Impor/Ekspor
(SPI/SPE Prekursor) 232 buah, Surat Persetujuan Impor (SPI) Narkotika 39
buah (Lampiran 8, 11, 12,13, 14)
Selama tahun 2007 jumlah total izin yang dikeluarkan sebanyak 344 buah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
IP PREKURSOR 42
IP PSIKOTROPIKA 17
IP NARKOTIKA 2
SPI NARKOTIKA 39
SPI/SPE PREKURSOR 232
EP PREKURSOR 4
EP PSIKOTROPIKA 4
IT PREKURSOR 1
IT PSIKOTROPIKA 3
Jumlah 344
5. Perundang – undangan
Dalam tahun 2007 telah diterbitkan beberapa peraturan perundang-
undangan sebagai terobosan di bidang kefarmasian, yaitu :
20
20
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 284/Menkes/Per/III/2007
tentang Apotek Rakyat
6. Realisasi Kegiatan
Realisasi kegiatan di Sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan adalah sebagai berikut :
21
21
3) Terlaksananya Rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan
kel.kerja/konsultasi di dalam dan luar negeri
9) Pencetakan/Penerbitan/Penggandaan/Laminasi.
22
22
b. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
1) Administrasi Kegiatan.
23
23
d) Tersusunnya formasi pegawai di lingkungan Ditjen Binfar dan
Alkes yang dilaksanakan pada tanggal 9 s.d.11 Agustus 2007
di Bogor Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 30
orang.
6) Penyusunan/Pengumpulan/Pengolahan/Updating/Analisa.
Terlaksananya Pengumpulan Data dan Informasi Bidang
Kefarmasian dan Alkes di 33 provinsi (lihat lampiran 15 s.d. 17)
24
24
11) Evaluasi/Laporan kegiatan
25
25
orang dan tanggal 16 s.d. 18 Juli 2007 di Ciloto, dengan jumlah
peserta sebanyak 5 orang.
26
26
h) Tersusunnya review pembahasan perundang-undangan
tentang prekursor.
17) Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan.
27
27
d) Tersusunnya buku laporan realisasi anggaran dan neraca Tk.
Eselon I dilaksanakan dua kali pertemuan pada tanggal 16 s.d.
18 April 2007, diikuti oleh 10 orang peserta, dan pada tanggal
3 s.d. 5 September 2007 diikuti oleh 4 orang peserta, yang
semuanya dilaksanakan di Jawa Barat.
28
28
h) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran
tarif PNBP untuk perijinan PBBF dilaksanakan pada tanggal 28
s.d. 30 Mei 2007 di Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak
14 orang.
29
29
di lingkungan Dit.Bina Penggunaan Penggunaan Obat
Rasional pada tanggal 26 s.d. 29 Maret 2007 berlokasi di
Bandung;
Di lingkungan Dit.Bina Prodis & Alkes pada tanggal 2 s.d. 5
April 2007 berlokasi di Bandung.
30
30
22) Pengembangan kelembagaan
31
31
d) Pengadaan obat program termasuk obat anti Tuberculosis FDC
kategori I
32
32
e) Terevaluasinya pelaksanaan kewenangan wajib dan standar
pelayanan minimal bidang kefarmasian dan alat kesehatan di
11 provinsi.
33
33
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, peserta Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit, GP Farmasi, KKP Denpasar,
Fakultas Farmasi Universitas Udayana, ISFI dan Gakeslab
Bali.
34
34
Kabupaten/Kota se-provinsi Papua dan dari Dinas
Kesehatan Provinsi
a. Tugas
b. Fungsi
35
35
2. Tujuan
3. Sasaran
36
36
c. Subdirektorat Bina obat Esensial Nasional yang terdiri dari Seksi
Standarisasi Obat Esensial Nasional dan Seksi Bimbingan dan Evaluasi
Obat Esensial Nasional;
d. Subbagian Tata Usaha;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
6. Keuangan
7. Realisasi Kegiatan
1) Administrasi Umum
Tujuan :
37
37
b) Kepri yaitu di Batam pada tanggal 12 s.d. 14 Juli 2007 dengan
mengundang Kepala Dinas Kesehatan wilayah Sumatera yaitu :
provinsi Aceh Darusalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Jambi, Lampung, Riau dan Bangka Belitung dengan jumlah
peserta pusat dan daerah sebanyak 31 orang.
38
38
5) Evaluasi/Laporan kegiatan
39
39
e) Terlaksananya Revisi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
untuk menjadi buku baru sebanyak enam kali pertemuan dengan
jumlah peserta sebanyak 141 orang.
40
40
TIM Juri terdiri dari :
Dirjen Binfar dan Alkes
Ses Ditjen Binfar dan Alkes
Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional
Kasubdit Promosi POR
ISFI Pusat
YLKI Pusat
IKJ Pusat
IDI Pusat
41
41
9) Monitoring dan Pengawasan Pelaksanaan Program dan Kegiatan
42
42
a) Makasar pada tanggal 27 s.d. 30 Mei. Peserta terdiri dari Dinas
Kesehatan Provinsi sebanyak 12 provinsi dengan jumlah peserta
sebanyak 47 orang.
a. Tugas
b. Fungsi
43
43
4) Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pelayanan
farmasi komunitas, farmasi klinis dan kerjasama profesi;
5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
a. Kebijakan
b. Program
3. Sasaran
44
44
4. Strategi Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik berjumlah 26 orang, terdirim dari 10 orang pejabat struktural
termasuk Direktur dan staf 16 orang.
6. Keuangan
Anggaran Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2007 sebesar
Rp. 3.388.100.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 3.271.707.100,- (96,56%).
45
45
7. Realisasi Kegiatan
1) Administrasi Umum
46
46
c) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi RS tentang penyakit
jantung, diabetes militus dan hipertensi regional II, yang
dilaksanakan di Makassar pada tanggal 1 s.d. 4 Juni 2007 dengan
peserta 43 orang, yang terdiri dari 10 orang peserta dari Pusat dan
33 orang peserta dari rumah sakit Provinsi dan Kabupaten/Kota di
11 Provinsi.
47
47
6) Evaluasi/Laporan Kegiatan
48
48
D. PROGRAM BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
a. Tugas
b. Fungsi
2. Tujuan
a. Tujuan kebijakan
b. Tujuan Program
49
49
3. Sasaran
Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan berjumlah 29 orang, terdiri dari pejabat struktural sebanyak 10
orang dan staf sebanyak 19 orang.
6. Keuangan
50
50
7. Realisasi Kegiatan
51
51
3) Terlaksananya Peningkatan kemampuan SDM pengelola farmasi
saat bencana yang diikuti oleh pegawai Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekkes.
6) Evaluasi/laporan kegiatan
52
52
b) Terlaksananya penyusunan laporan tahunan Direktorat Bina
Oblik dan Perbekkes
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 14 Desember
2007 di Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah peserta
sebanyak 20 orang dari Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes.
53
53
12) Terlaksananya sosialisasi Pedoman Pengelolaan Obat Bencana
di Provinsi NTT yang diadakan pada tanggal 3 s.d. 6 Juli di Kupang,
dengan diikuti oleh 35 orang peserta yang terdiri dari Direktorat
Bina Obat Publik dan dari Dinas Kesehatan Provinsi.
54
54
8. Instalasi Farmasi Nasional
Tahun 2007 telah dilakukan pendistribusian obat sebanyak 210 kali dan aset
yang dikelola sebanyak 215 item obat.
a. Tugas
b. Fungsi
55
55
2. Tujuan
3. Sasaran
4. Strategi
Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan antara lain :
a. Penggalangan kemitraan
b. Peningkatan keterpaduan program
c. Pengembangan SDM secara profesional
d. Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan
e. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi
f. Mobilisasi sumber dana dan tenaga
g. Pemberdayaan daerah
h. Konsolidasi internal
i. Melakukan regulasi di bidang Alkes.
56
56
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan berjumlah 27 orang, terdiri dari pejabat struktural 12 orang dan
staf 15 orang.
6. Keuangan
7. Realisasi Kegiatan
b. Administrasi kegiatan
1) Administrasi Umum
Terdiri dari : honor pemegang komitmen, penanggung jawab
kegiatan, pemegang uang muka, staf pengelola kegiatan, dan
pramubakti.
2) Terlaksananya penyusunan naskah buku lainnya
57
57
a) Tersusunnya pedoman pemantauan iklan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal : 13 s.d.16 Mei 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 41 orang, terdiri
dari Pejabat/Staf Dit Bina Prodis Alkes, Panitia dan Nara
Sumber.
4) Pengembangan Kelembagaan
58
58
5) Pertemuan Ilmiah/Konferensi/Kunjungan ke Objek pendidikan
Meningkatnya sistem pembinaan Alkes dalam rangka antisipasi
globalisasi.
59
59
8) Pembuatan Buku Juknis /Juklak
60
60
Pelaksanaan kegiatan rutin Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan, meliputi:
a) Sertifikat Produksi
b) Distribusi
61
61
Untuk menjamin agar produk dapat diterima pasien/pengguna dalam
keadaan baik dan aman, maka sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku perlu diberikan Izin Kelayakan Penyalur Alat
Kesehatan atau yang kita kenal selama ini sebagai Izin Penyalur Alat
Kesehatan.
Pada tahun 2007, izin penyalur alat kesehatan yang masuk sejumlah 174
naskah sedangkan yang diterbitkan sebanyak 130 naskah.
Maka seluruh Alkes dan PKRT yang beredar di Indonesia terlebih dahulu
harus mendapatkan Izin edar dari Depkes RI dalam hal ini Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Pada tahun 2007, Izin edar (Luar Negeri dan Dalam Negeri) yang masuk
sejumlah 9811 naskah sedangkan yang telah diterbitkan sejumlah 6.422
naskah.
Pemberian Izin Import : Pemberian izin import ini diberikan sesuai dengan
persyaratan dari Bea Cukai terhadap barang yang masuk (alat
kesehatan) ke Indonesia. Pada dasarnya produsen cukup menunjukkan
izin edar dari Depkes untuk alat kesehatan tersebut namun kadangkala
diperlukan izin import untuk memperjelas status barang tersebut,
misalnya untuk penelitian dan bantuan khusus kemanusiaan sehingga
tidak untuk diperjualbelikan.
62
62
Secara detil, tabel dan grafik berkas yang mengajukan izin ke Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes dapat dilihat pada tabel -11 dan grafik-
5 sebagai berikut:
URAIAN DR EL NE PKRT
Masuk Realisasi Masuk Realisasi Masuk Realisasi Masuk Realisasi
SERTIFIKASI 6 4 10 8 35 28 79 52
PRODUKSI
IZIN PENYALUR 30 25 73 55 71 50
ALKES
IZIN EDAR (LN + DN) 2126 1794 2616 1566 3704 2211 1365 851
DR EL NE PKRT
63
63
Grafik - 5 : Izin Edar Direktorat Bina Produksi & Distribusi Alkes
3500
3000
2616
2500 2211
2126 PERMOHONAN
MASUK
2000 1794
1566 REALISASI PERIZINAN
1500 1365
1000 851
500
0
DR EL NE PKRT
60 55
50
50
PERMOHONAN MASUK
40
30 REALISASI PERIZINAN
30 25
20
10
0 0
0
DR EL NE PKRT
64
64
BAB V
A. KENDALA
65
65
8. Kurang memadainya sarana kefarmasian terutama Instalasi Farmasi
sehingga menyebabkan obat yang diadakan tidak tertampung dengan
sempurna pada sarana yang ada.
10. Penggunaan obat secara rasional belum secara nyata diterapkan. Hal ini
memperburuk kondisi kesehatan masyarakat akibat belanja obat
masyarakat meningkat lebih tajam dibandingkan penghasilan
masyarakat yang terus menurun. Untuk mengatasi kondisi ini diperlukan
penanganan lintas sektor, terlebih lagi di era desentralisasi ini
pengalokasian dana obat untuk pelayanan kesehatan dasar ditentukan
sendiri oleh masing-masing Kabupaten/Kota.
B. PELUANG
66
66
6. Tersusunnya Juknis Pedoman Cara Produksi Alat Kesehatan Yang Baik;
Juknis Pedoman Cara Pembuatan PKRT Yang Baik; Juknis Pedoman
Surveilance Alkes; Juknis Pedoman Cara Distribusi Yang Baik.
C. UPAYA
3. Pengadaan obat satu pintu di Ditjen Binfar dan Alkes sehingga bisa
menghitung kebutuhan obat secara komprehensif serta meningkatkan
akses pengiriman obat dan perbekalan kesehatan dari pusat, propinsi
maupun Kabupaten/Kota dengan melibatkan tim teknis lintas program.
67
67
6. Untuk mempercepat pengadaan dan pendistribusian bahan obat, obat
dan alat kesehatan dapat dilakukan melalui :
a. Menunjuk BUMN, BUMD dan atau Badan Usaha Milik Swasta atau
menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi untuk
melakukan pengadaan dan penyaluran termasuk operasi pasar bahan
obat, obat spesifik dan alat kesehatan yang berfungsi sebagai obat
sesuai ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor: 94 Tahun 2007
tentang Pengendalian dan Pengawasan Atas Pengadaan dan
Penyaluran Bahan Obat, Obat spesifik dan Alat Kesehatan Yang
Berfungsi Sebagai Obat.
Apotek Rakyat merupakan sarana distribusi obat legal yang lebih dekat
ke rakyat yang bertujuan untuk :
8. Program obat rakyat, murah dan berkualitas atau yang lebih dikenal
dengan Obat Serba Seribu (harga eceran tertinggi/ HET) dan berlaku
diseluruh Indonesia. Obat Serba Seribu dapat diperoleh di Apotek
termasuk Apotek Rakyat, toko obat maupun toko atau warung terdiri dari
12 jenis obat yaitu: obat penurun panas, obat penurun panas anak, obat
sakit kepala, obat flu, obat flu dan batuk, obat batuk cair, obat batuk
68
68
berdahak, obat maag, obat asma, obat tambah darah, obat cacing dan
obat cacing anak.
Obat Serba Seribu ini merupakan ide Menteri Kesehatan yang ditindak
lanjuti oleh salah satu BUMN Farmasi dan merupakan obat bebas
(lingkaran hijau) atau obat bebas terbatas (lingkaran biru).
69
69
BAB VI
70
70
i. Peningkatan peran daerah dalam Post Market Surveillance (PMS)
Alkes.
j. Penyiapan bahan penataan organisasi dan Jabatan Fungsional.
k. Sinkronisasi perizinan dalam Implementasi NSW.
l. Penyusunan Farmakope Obat Tradisional (Herbal) Indonesia.
71
71
BAB VII
PENUTUP
72
72