Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah


Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, merupakan tatanan yang
menghimpun berbagai upaya menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu
obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam
rangka tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Di dalam RPJMN 2004-2009 kegiatan pokok Program Obat dan Perbekalan


Kesehatan adalah : (1) peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan; (2) peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; (3)
peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan; (4)
peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama
untuk penduduk miskin dan; (5) peningkatan mutu pelayanan farmasi
komunitas dan rumah sakit.

Dengan berpedoman kepada SKN-Subsistem Obat dan Perbekalan


Kesehatan dan RPJMN 2004-2009 maka Rencana Strategis Departemen
Kesehatan Tahun 2005-2009 telah ditetapkan kegiatan pokok dan kegiatan
indikatif Program Obat dan Perbekalan Kesehatan meliputi : (1) peningkatan
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan perbekalan
kesehatan; (2) menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, kemanfaatan; (3) peningkatan mutu
pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit; (4) peningkatan
kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai dengan


Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.

Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsinya sebagai
berikut :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat


rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan
kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.

2. Pelaksanaan kebijakan dibidang bina penggunaan obat rasional,


farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan,
serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.

1
3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik,
obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan
distribusi alat kesehatan.

4. Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan obat


dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

B. Visi, Misi, Strategi Utama, Sasaran Departemen Kesehatan


dan Nilai-Nilai

1. Visi

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang


mandiri untuk hidup sehat. Yaitu suatu kondisi dimana masyarakat
Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas
dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit, termasuk
gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang
tidak mendukung untuk hidup sehat.

2. Misi

Misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah membuat rakyat


sehat. Dimana dalam hal ini Departemen Kesehatan harus mampu sebagai
penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat
sehat, baik fisik, sosial, maupun mental/jiwanya.

3. Strategi Utama

Ada 4 strategi Utama (Grand Strategy) dari Departemen Kesehatan adalah :

a) Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat


b) Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan
yang berkualitas
c) Meningkatkan Sistem Surveillance Monitoring dan Informasi
Kesehatan
d) Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan

2
4. Sasaran Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan memiliki tujuh belas sasaran utama sebagai


penjabaran dari empat strategi utama di atas, yaitu :

a) Seluruh desa menjadi desa siaga


b) Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
c) Seluruh keluarga sadar gizi
d) Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu
e) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat resiko tinggi
terlindung dari penyakit
f) Di setiap desa tersedia SDM Kesehatan yang kompeten
g) Di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alkes dasar
h) Puskesmas dan jejaring dapat menjangkau dan dijangkau masyarakat
di wilayah kerjanya
i) Pelayanan kesehatan disetiap RS, Puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu
j) Setiap kejadian penyakit dilaporkan secara cepat dan tepat pada
kades/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat
k) Setiap KLB dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat & tepat
sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat
l) Semua sediaan farmasi, makanan & perbekalan kesehatan memenuhi
syarat
m) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar
kesehatan
n) Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang evidence based
diseluruh Indonesia
o) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran
Pemerintah Pusat dan Daerah
p) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya
Pencegahan dan Promosi Kesehatan
q) Terciptanya Sistem Jaminan Pembiayaan Kesehatan terutama bagi
masyarakat miskin

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung


jawab langsung terhadap dua diantara tujuh belas sasaran diatas, yaitu
sasaran ke-tujuh dan ke-dua belas, yaitu:

Sasaran 7 : Di setiap desa tersedia cukup obat esensial & alkes


dasar
Sasaran 12 : Semua sediaan farmasi, makanan & perbekalan
kesehatan memenuhi syarat

3
5. Nilai-nilai

Berdasarkan semangat yang menjiwai Visi dan Misi yang telah dirumuskan,
maka nilai-nilai yang diyakini dan ingin dibangun serta diterapkan adalah
sebagai berikut :

a) BERPIHAK PADA RAKYAT : memahami dan ikut merasakan


masalah yang dihadapi dan mau berpartisipasi misalnya pengadaan
obat-obatan/vaksin yaitu obat buffer stock Provinsi/Kabupaten/Kota,
obat buffer stock Pusat, obat flu burung, obat untuk keluarga miskin dan
obat oseltamivir. Revitalisasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota se-
Indonesia.

b) BERTINDAK CEPAT DAN TEPAT : mengenali harapan masyarakat


dan memenuhi janji secara tepat waktu, menunjukkan rasa hormat,
komitmen, dan mendorong partisipasi karyawan dalam pelayanan
masyarakat.

c) KERJASAMA TIM : bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik dari


pada bekerja sendiri-sendiri.

d) INTEGRITAS YANG TINGGI : bekerja dengan ketulusan hati,


kejujuran, berkepribadian yang teguh dan bermoral tinggi.

e) TRANSPARAN DAN AKUNTABILITAS : melaksanakan tugas secara


transparan dan hasil kerja dapat dipertanggung-jawabkan dan
dipertanggung-gugatkan kepada publik.

C. Susunan Organisasi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Adapun susunan organisasi di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat


Kesehatan adalah:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal


2. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional
3. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
4. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
5. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.

4
BAB II

PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

1. Tujuan
Program ini bertujuan menjamin ketersediaan, pemerataan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat
tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.

2. Sasaran
a) Ketersediaan obat esensial-generik disarana pelayanan kesehatan
menjadi 95%.
b) Anggaran untuk obat esensial-generik di sektor publik setara dengan
1 USD/kapita/tahun.

3. Kebijakan Pelaksanaan :
a) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian sampai tingkat
desa.
b) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi
dan alat kesehatan.
c) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan,
khususnya di sektor publik yang lengkap jenis, jumlah cukup dan
mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas
terjamin.
d) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
melaksanakan perizinan dalam rangka perlindungan terhadap
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi
standar mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
e) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui
penerapan jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker serta
pelaksanaan pendidikan berkelanjutan.
f) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pembinaan, advokasi, dan promosi penggunaan
obat rasional.
g) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan pelaksanaan harmonisasi standar regional maupun
internasional.

5
4. Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini :

a) Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan harga


obat dan perbekalan kesehatan :

1) Menyusun dan menerapkan kebijakan peningkatan ketersediaan,


pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan;
2) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam
manajemen suplai dan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan sektor publik di pelayanan kesehatan dasar;
3) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi
manusia;
4) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan alternatif
yang memenuhi persyaratan, kedalam sistem pelayanan
kesehatan nasional;
5) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional/
komplementer dan alternatif;
6) Meningkatkan pemerataan obat esensial, termasuk obat-obat
untuk HIV/AIDS, malaria, TB, penyakit anak dan penyakit tidak
menular;
7) Meningkatkan dana publik untuk obat sejalan dengan mekanisme
sadar biaya (cost containment mechanism);
8) Meningkatkan pemerataan obat;
9) Menyusun kebijakan harga obat dan informasi perubahan harga
obat;
10) Memfasilitasi dan memantau pelaksanaan kebijakan obat generik;
11) Mendorong pengembangan produksi dalam negeri;
12) Meningkatkan Cara Pengadaan Obat Yang Baik (Good
Procurement Practices) dan efisiensi pengadaan obat;
13) Menjamin ketersediaan dan mencegah penyalahgunaan narkotik
dan psikotropik;
14) Melaksanakan dan memonitor regulasi dibidang obat dan
perbekalan kesehatan secara efektif;
15) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi
dibidang obat dan perbekalan kesehatan.

b) Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan


mutu, keamanan dan kemanfaatan :

1) Menyusun menerapkan dan memutahirkan kebijakan peningkatan


mutu, keamanan dan kemanfaatan obat dan perbekalan
kesehatan;
2) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan
bilateral;
3) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang
produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan;
4) Meningkatkan sistem jaminan mutu dibidang obat dan perbekalan
kesehatan;

6
5) Melaksanakan Post-marketing surveillance mengenai keamanan
obat dan perbekalan kesehatan yang berkesinambungan;
6) Menurunkan peredaran obat-obat substandar dan obat palsu;
7) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta
mengembangkan networking.

c) Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi


rumah sakit :

1) Menyusun dan menerapkan kebijakan peningkatan mutu


pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit yang terus
diperbaharui dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi
secara reguler dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan,
pengembangan dan intersektoral;
2) Melindungi aspek-aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan
bilateral;
3) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kefarmasian
melalui pelaksanaan jabatan fungsional Apoteker dan Asisten
Apoteker;
4) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi
manusia;
5) Menerapkan etika profesi dan mengimplementasikan praktek
antikorupsi dalam sektor kefarmasian;
6) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan alternatif
kedalam sistem pelayanan kesehatan nasional setelah memenuhi
persyaratan;
7) Menyusun dan memperbaharui norma, standar, dan pedoman
pelayanan kefarmasian di komunitas dan rumah sakit;
8) Melaksanakan dan memonitor regulasi dibidang pelayanan
kefarmasian secara efektif;
9) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi;
10) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta
mengembangkan networking;
11) Menyelenggarakan pelatihan tentang pelayanan kefarmasian yang
baik.

d) Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan


kesehatan :

1) Menyusun dan menerapkan kebijakan kerasionalan penggunaan


obat dan perbekalan kesehatan yang terus menerus diperbaharui
dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi secara
reguler, dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan,
pengembangan dan intersektoral;
2) Melindungi aspek-aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan
bilateral;

7
3) Melakukan advokasi kerasionalan penggunaan obat oleh profesi
kesehatan dan konsumen;
4) Menyusun dan mendesiminasikan daftar obat esensial, pedoman
klinis, dan formularium;
5) Menyebarluaskan informasi obat yang independen dan dapat
dipercaya;
6) Mendorong promosi obat yang bertanggungjawab dan etis kepada
profesi kesehatan dan konsumen;
7) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen;
8) Membentuk komite obat dan terapi di institusi kesehatan tingkat
nasional maupun daerah;
9) Menyusun pedoman pencegahan resistensi antibiotika;
10)Meningkatkan kerasional penggunaan obat melalui pendekatan
strategi cost-effective

5. Kegiatan Pokok RPJMN 2004-2009

Kegiatan Pokok Program Obat dan Perbekalan Kesehatan sesuai


RPJMN adalah :

a) Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan


b) Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
c) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
d) Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan
terutama untuk penduduk miskin
e) Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian komunitas dan rumah
sakit

6. Pembiayaan

Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dibiayai melalui :

a) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2007 setelah revisi sebesar
Rp. 907.422.678.000,-.

8
Tabel-1: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran / DIPA

NO Kode Satker Nama Satker Alokasi Realisasi (Rp) %


Setelah Revisi
(Rp)
Dit. Bina Prodis
1 446003 88.68%
Alkes 3,420,254,000 3,033,094,412

Set Ditjen Binfar


2 465895 63.41%
dan Alkes 893,668,268,000 566,686,807,553

3 465977 Dit. Bina POR 98.91%


3,890,454,000 3,847,927,750

4 465983 Dit Bina Farmasi


Komunitas dan 96.56%
Klinik 3,388,100,000 3,271,707,100

5 465992 Dit. Bina Obat


Publik dan 80.79%
Perbekkes 3,055,602,000 2,468,477,950

JUMLAH 907,422,678,000 579,308,014,765 63.84%

b) DIPA Dekonsentrasi
Program Bina kefarmasian dan alat kesehatan yang dilaksanakan
oleh propinsi dibiayai melalui DIPA Dekonsentrasi semula sebesar
Rp. 40.000.000.000,-, namun setelah revisi berubah menjadi sebesar
Rp. 27.909.409.000,-

c) DIPA Tugas Pembantuan


Untuk rehabilitasi dan sarana Gudang Farmasi Kabupaten/Kota
dibiayai melalui DIPA Tugas Pembantuan tidak mengalami
perubahan setelah revisi DIPA yaitu sebesar Rp. 44.000.000.000,-

d) Dana WHO bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran 2007

e) Dana JICA bekerja sama dengan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Tahun Anggaran 2007.

9
Tabel -2: Daftar Kegiatan Yang Dibiayai Dana JICA
Tempat &
No Kegiatan Tanggal Alokasi (Rp) Realisasi(Rp) %
Pelaksanaan

1 Pelatihan pengenalan Jakarta


software pengelolaan 9-10 Maret 2007
53.418.400 53.252.400 99,69
obat Kab/Kota

2 Pertemuan finalisasi Cimacan,


modul pengelolaan 12-16 Maret 2007
obat publik dan
perbekalan kesehatan
di Kab/Kota dan
modul TOT 70.063.200 64.859.900 92,57
pengelolaan obat
publik dan
perbekalan kesehatan
di Puskesmas.

3 Pertemuan Ciloto
penyusunan modul 24-26 April 2007
pengelolaan obat di 56.706.300 54.689.700 96,44
Pustu.

4 Pertemuan TOT Cimacan


pengelolaan obat 12-15 Juni 2007
73.152.000 73.118.500 99,95
publik di Pustu.

5 Pelatihan Lombok Barat


Pengelolaan Oblik 1-3 Agustus 2007
dan Perbekkes di 41.199.000 41.199.000 100
Puskesmas
Pembantu

6 Pelatihan Lombok Tengah


Pengelolaan Oblik 1-3 Agustus 2007
dan Perbekkes di 37.459.000 37.459.000 100
Puskesmas
Pembantu

7 Pelatihan Lombok Timur


Pengelolaan Oblik 1-3 Agustus 2007
dan Perbekkes di 37.939.000 37.939.000 100
Puskesmas
Pembantu

10
Tempat &
No Kegiatan Tanggal Alokasi (Rp) Realisasi(Rp) %
Pelaksanaan

8 Pelatihan Bengkulu
Pengelolaan Oblik 7-9 Agustus 2007
dan Perbekkes di 26.625.800 26.516.800 99,59
Puskesmas
Pembantu

9 Pelatihan Bengkulu Utara


Pengelolaan Oblik 7-9 Agustus 2007
dan Perbekkes di 34.715.800 34.715.800 100
Puskesmas
Pembantu

10 Pelatihan Rejang Lebong


Pengelolaan Oblik 7-9 Agustus 2007
dan Perbekkes di
Puskesmas 37.255.800 37.255.800 100
Pembantu

Jumlah 468.534.300 461.005.100 98,39

Tabel - 3: Daftar Kegiatan Yang Dibiayai Dana WHO


No Kegiatan Alokasi Realisasi % Keterangan /
Anggaran (Rp.) Sumber Dana
(Rp.)
1 Training of Trainer for 47.103.200 47.097.960 99,98 WHO /
Health Professionals Dilaksanakan oleh
and Community Dit Bina
Empowerment Penggunaan obat
Regarding Rational Rasional
Use of Medicine

2 Training of Trainer for 90.113.800 89.895.400 99,75 WHO /


MTP Technique and Dilaksanakan
Training of Mother oleh Dit Bina
Activities Learning To Penggunaan obat
Promote Rational Use Rasional
of Medicine for Health
Professional

11
No Kegiatan Alokasi Realisasi % Keterangan /
Anggaran (Rp.) Sumber Dana
(Rp.)
3 To conduct of Trainers 24.598.000 24.577.800 99,95 WHO /
for Health Dilaksanakan
Professionals on oleh Dit Bina
Advocasy Ability Penggunaan obat
Regarding Rational Rasional
Use of Medicine
4 Community 52.250.000 52.243.950 100 WHO /
Empowerment Dilaksanakan
Regarding The Rational oleh Dit Bina
Use of Drug at Desa Penggunaan obat
Siaga Rasional

5 To conduct Training of 44.065.800 43.690.000 99,94 WHO /


Trainers on Medicine Dilaksanakan
Information Services in oleh Dit Bina
Hospital Komunitas dan
Klinik

Jumlah 258.121.800 257.505.100 99,76

12
BAB III
SUMBER DAYA

A. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) yang bertugas di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2007 berjumlah 181
orang, dengan perincian pejabat struktural 59 orang, jabatan fungsional 8
orang dan tenaga staf sebanyak 114 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel-4 dibawah ini:

Tabel - 4: Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jabatan Tahun 2007

JABATAN

NO UNIT KERJA JUMLAH


STRUKTURAL FUNGSIONAL STAF

1 Setditjen Bina Farmasi dan Alkes 18 8 49 75

2
Direktorat Bina Penggunaan Obat 10 14 24
Rasional
3
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan 10 16 26
Klinik
4
Direktorat Bina Obat Publik dan 10 19 29
Perbekkes
5
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi 11 16 27
Alkes
Jumlah 59 8 114 181

Jenjang pendidikan masih merupakan indikator yang cukup sensitif untuk


menilai kekuatan SDM suatu institusi. Berdasarkan jenjang pendidikan,
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada 36 orang S2, 45 orang Apoteker, 3
orang dokter, 1 orang dokter gigi, 24 orang sarjana lainnya serta 12 orang
Diploma-3, Asisten Apoteker 5 orang, SMA 53 orang dan SMP 2 orang.
Sedangkan Tabel-5 memperlihatkan distribusi pegawai menurut unit kerja
dan jenjang pendidikan terakhir.

13
13
Tabel - 5 : Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jenjang Pendidikan
Tahun 2007

NO UNIT KERJA
D3
S-2 APT dr drg SE S.Sos S.Kom ST SH AMD AA SMA SMP ∑
Lain

Setditjen Bina
1 16 11 2 9 1 1 3 4 2 1 25 75
Farmasi dan Alkes
Dit. Bina
2 Penggunaan Obat 5 5 3 1 3 5 2 24
Rasional
Dit. Bina Farmasi
3 Komunitas dan 6 9 1 1 9 26
Klinik
Dit. Bina Obat
4 Publik dan 6 9 2 1 3 8 29
Perbekkes
Dit. Bina Produksi
5 dan Distribusi 3 11 1 1 1 1 2 1 6 27
Alkes
Jumlah 36 45 3 1 3 13 1 2 5 9 3 5 53 2 181

Adapun distribusi pegawai menurut unit kerja dan golongan kepangkatan


dapat dilihat pada tabel-6 berikut:

Tabel - 6 : Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Golongan Tahun


2007

II III IV
NO UNIT KERJA ∑ %
∑ % ∑ % ∑ %

1 Sekretariat Bina Farmasi dan Alkes 8 10.67 60 80 7 9.33 75 41.4


Direktorat Bina Penggunaan Obat
2 5 20.83 13 54.2 6 25 24 13.3
Rasional
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
3 3 11.54 16 61.5 7 26.9 26 14.4
Klinik
Direktorat Bina Obat Publik dan
4 3 10.35 21 72.4 5 17.2 29 16
Perbekkes
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
5 3 11.11 19 70.4 5 18.5 27 14.9
Alkes
Jumlah 22 12.2 129 71.3 30 16.6 181 100

14
14
Sedangkan distribusi pegawai menurut unit kerja dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel - 7 berikut :

Tabel - 7 : Distribusi Pegawai Menurut Unit Kerja dan Jenis Kelamin Tahun
2007

Perempuan Laki-laki Jumlah


No Unit Kerja Persen
∑ % ∑ % Pegawai

1 Setditjen Binfar & Alkes 35 46.67 40 53.33 75 41.44


2 Dit Bina Penggunaan Obat Rasional 13 54.17 11 45.83 24 13.26
3 Dit Bina Farmasi Komunitas & Klinik 18 69.23 8 30.77 26 14.36
4 Dit Bina Obat Publik & Perbekkes 18 62.07 11 37.93 29 16.02
5 Dit Bina Produksi & Distribusi Alkes 19 70.37 8 29.63 27 14.92

JUMLAH 103 78 181 100.00


PERSENTASE 56.91 43.09

B. Keuangan

1. Pelaksanaan Realisasi Belanja

Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan


dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian
Negara/Lembaga.

Rincian anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel - 8 : Rincian Anggaran dan Realisasi per-Jenis Satuan Kerja

No Uraian Anggaran Anggaran setelah Realisasi Persentase


Semula (Rp) Revisi (%) Belanja (Rp) (%)

1 Satuan Kerja
687.343.120.000 907.422.678.000 579.308.014.765 63,84
Pusat

2 Dekonsentrasi 40.000.000.000 27.909.409.000 22.418.395.812 80,33

Tugas
3 44.000.000.000 44.000.000.000 41.522.389.547 94,37
Pembantuan

Jumlah 771.343.120.000 979.332.087.000 643.248.800.124 65,68

15
15
Dari tabel-8 dapat dijelaskan bahwa dana Dekonsentrasi terealisasi hanya
80,33%, hal ini dikarenakan adanya kebijakan Menteri Keuangan No.
S.348/MK.02/2007, tertanggal 30 Juli 2007 tentang penyesuaian Belanja
Perjalanan Dinas tidak mengikat yaitu sisa anggaran yang dapat dipergunakan
hanya 30%. Selain itu DIPA Revisi terlambat diterima sehingga sisa anggaran
tersebut tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dana Dekonsentrasi yang masih terlihat realisasinya Rp.0,- (NOL) adalah


Dinas Kesehatan Propinsi Banten. Hal ini disebabkan karena adanya tanda
bintang yang diajukan pencairannya tidak turun sampai akhir tahun anggaran
(lihat lampiran -2).

Dana Tugas Pembantuan yang masih terlihat realisasinya Rp.0,- (NOL)


adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. Hal ini disebabkan pada saat
pengajuan SPP/SPM oleh KPPN ditolak karena tidak terdapat biaya
perencanaan dan pengawasan. Oleh karena itu dilakukan revisi DIPA, namun
pada akhir tahun anggaran revisi DIPA tersebut baru turun (lihat lampiran-3).

Grafik -1 : Rincian Anggaran dan Realisasi per-Jenis Satuan Kerja

1,000,000,000,000

900,000,000,000

800,000,000,000

700,000,000,000
600,000,000,000
Anggaran
500,000,000,000 Setelah Revisi
Realisasi Belanja
400,000,000,000

300,000,000,000

200,000,000,000

100,000,000,000

0
Satker Pusat Dekonsentrasi Tugas Pembantuan

16
16
Tabel -9 : Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja

Kode Jenis Uraian Jenis Anggaran setelah Realisasi Belanja Persentase


Belanja Belanja Revisi (%) (Rp) (%)
51 Belanja 13.289.148.000 9.180.201.846 69,08
Pegawai
52 Belanja Barang 619.387.848.000 290.441.458.656 46,89

53 Belanja Modal 46.655.091.000 44.020.184.109 94,35

57 Belanja Sosial 300.000.000.000 299.573.794.150 99,86

Jumlah 979.332.087.000 643.215.638.761 65,68

Dari tabel -9 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi tersebut berasal dari
seluruh satuan kerja dalam lingkup UAPPA-E1 yang tersebar di 33 provinsi.
Untuk Belanja Pegawai terserap 69,08% disebabkan karena Belanja Vakasi
yang semula dialokasikan sebesar Rp. 200.000,- per bulan ternyata
direalisasikan hanya Rp. 75.000,- per bulan. Begitu pula Belanja Barang
terserap 46,89% disebabkan karena pengadaan barang pada Satker
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ada
yang tidak terealisasi yaitu pengadaan vaksin flu burung, obat flu burung, Early
Detection Kit, Pembuatan Naskah Akademik RUU tentang Obat dan Revisi
regulasi per Undang-undangan tentang pangan (naskah akademik & RPP).
Hal ini disebabkan pengadaan Barang/Jasa tersebut tidak mungkin
dilaksanakan dengan waktu yang terbatas karena APBNP Revisi III baru turun
pada tanggal 23 November 2007.
Grafik - 2 : Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja

700,000,000,000

600,000,000,000

500,000,000,000

400,000,000,000
Anggaran Setelah
Revisi
Realisasi Belanja
300,000,000,000

200,000,000,000

100,000,000,000

0
Belanja Belanja Belanja Belanja
Pegawai Barang Modal Sosial

17
17
BAB IV
REALISASI KEGIATAN TAHUN 2007

A. REALISASI KEGIATAN DUKUNGAN DAN OPERASIONAL

1. Tugas dan Fungsi

a. Tugas

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan


pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan
Direktorat Jenderal.

b. Fungsi

1) Koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran,


penyediaan data dan informasi serta perizinan yang berkaitan
dengan obat dan makanan;
2) Pelaksanaan urusan tata persuratan dan kearsipan, rumah tangga,
perlengkapan dan kepegawaian;
3) Pengelolaan urusan keuangan;
4) Penyiapan bahan penataan organisasi dan jabatan fungsional;
5) Penyiapan bahan urusan hukum dan hubungan masyarakat;
6) Evaluasi dan penyusunan laporan.

2. Sumber Daya Manusia

Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Bagian Umum dan Kepegawaian yang terdiri dari Kasubbag Tata


Usaha dan Gaji, Kasubbag Rumah Tangga dan Kasubbag
Kepegawaian
b. Bagian Program dan Informasi yang terdiri dari Kasubbag Program,
Kasubbag Data dan Informasi dan Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan
c. Bagian Keuangan terdiri dari Kasubbag Anggaran, Kasubbag
Perbendaharaan dan Kasubbag Verifikasi & Akuntansi
d. Bagian Hukum dan Organisasi terdiri dari Kasubbag Hukum,
Kasubbag Organisasi dan Kasubbag Humas

Sumber daya manusia yang ada di sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan berjumlah 75 orang, terdiri dari pejabat struktural 18 orang
termasuk Dirjen Binfar dan Alkes serta Sekretaris Ditjen Binfar dan Alkes,
jabatan fungsional 8 orang dan staf 49 orang.

18
18
3. Keuangan

Anggaran Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2007 sebesar Rp.
893.668.268.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 566.686.807.553,-
(63,41%).

4. Regulasi dan Sertifikasi

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam


hal ini Bagian Hukum dan Organisasi menangani izin Usaha yaitu izin
Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Pedagang Besar Bahan
Baku Farmasi (PBBBF), Industri Obat Tradisional dan Industri Kosmetika.
Surat Keputusan izin usahanya ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sampai Bulan Desember tahun 2007.
Total usulan 274 buah, izin yang telah diterbitkan 268 buah.

Secara rinci izin PBF yang diterbitkan oleh Bagian Hukum & Organisasi
sebanyak 197 buah, izin PBBBF yang diterbitkan sebanyak 21 buah, izin
Industri Farmasi yang diterbitkan sebanyak 19 buah, izin Industri Obat
Tradisional yang diterbitkan sebanyak 15 buah, dan izin Industri Kosmetika
yang telah diterbitkan sebanyak 16 buah. Pada prinsipnya semua berkas yang
masuk diproses dan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja terhitung setelah
berkas lengkap SK perizinan sudah diterbitkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada lampiran 3, 4, 5, 6 dan 7.

Grafik - 3 : Realisasi Perizinan PBF, PBBF, Industri Farmasi, Obat


Tradisional, dan Kosmetika Tahun 2007.

200
180
160
140
120
100 Realisasi
80
60
40
20
0
PBF PBBBF Industri IOT Industri
Farmasi Kosmetika

19
19
Selain izin usaha, Setditjen Binfar dan Alkes juga menerbitkan izin
impor/ekspor prekursor, psikotropika dan narkotika, yang meliputi izin
Importir Produsen (IP-Prekursor) 42 buah, Importir Produsen Psikotropika
(IP-Psikotropika) 17 buah, Importir Produsen Narkotika (IP Narkotika) 2 buah
khusus untuk PT. Kimia Farma, Importir terdaftar Prekursor 2 (IT-Prekursor)
1 buah, Importir terdaftar Psikotropika (IT-Prekursor) 3 buah, Eksportir
Produsen Prekursor (EP-Prekursor) 4 buah, Eksportir Produsen Psikotropika
(EP-Psikotropika) sebanyak 4 buah, Surat Persetujuan Impor/Ekspor
(SPI/SPE Prekursor) 232 buah, Surat Persetujuan Impor (SPI) Narkotika 39
buah (Lampiran 8, 11, 12,13, 14)

Selama tahun 2007 jumlah total izin yang dikeluarkan sebanyak 344 buah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel - 10: Daftar Perizinan Prekursor, Psikotropika, dan


Narkotika yang Diterbitkan Tahun 2007

KATEGORI PREKURSOR/ JUMLAH


PSIKOTROPIKA/NARKOTIKA

IP PREKURSOR 42
IP PSIKOTROPIKA 17
IP NARKOTIKA 2
SPI NARKOTIKA 39
SPI/SPE PREKURSOR 232
EP PREKURSOR 4
EP PSIKOTROPIKA 4
IT PREKURSOR 1
IT PSIKOTROPIKA 3
Jumlah 344

5. Perundang – undangan
Dalam tahun 2007 telah diterbitkan beberapa peraturan perundang-
undangan sebagai terobosan di bidang kefarmasian, yaitu :

a. Peraturan Presiden RI Nomor: 94 Tahun 2007 tentang Pengendalian


dan Pengawasan Atas Pengadaan dan Penyaluran Bahan Obat, Obat
spesifik dan Alat Kesehatan Yang Berfungsi Sebagai Obat

b. Peraturan Presiden RI Nomor: 95 Tahun 2007 tentang Perubahan


Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor: 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pegadaan Barang/Jasa Pemerintah

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 208/Menkes/SK/II/2007


tentang Pedoman Umum Pengadaan Perbekalan Kesehatan Tahun
2007

20
20
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 284/Menkes/Per/III/2007
tentang Apotek Rakyat

e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional

f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.


521/Menkes/SK/IV/2007 tentang Harga Obat Generik

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


695/Menkes/PER/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor: 184/Menkes/Pr/II/1995 tentang
Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker

h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 696/


Menkes/PER/VI/2007 tentang Harga Obat Generik Bernama Dagang
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 904/Menkes/SK/VIII/2007


tentang Pemberian Kuasa Pendelegasian Kewenangan di Lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

j. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 955/Menkes/SK/VIII/2007


tentang Obat-Obat Tambahan di Luar Formularium pada Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin Tahun 2007

Sedangkan peraturan perundangan bidang kefarmasian yang masih


dalam proses penyelesaian, yaitu :

a. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian.

b. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Prekursor.

6. Realisasi Kegiatan
Realisasi kegiatan di Sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kewarganegaraan

1) Telah dilaksanakannya pembayaran kepada pegawai dilingkungan


Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang
terdiri dari pembayaran gaji, lembur, honorarium dan vakasi.

2) Telah terlaksananya pengadaan pakaian dinas pegawai sebagai


penunjang dalam pelaksanaan kedisiplinan dan tata tertib pegawai
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

21
21
3) Terlaksananya Rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan
kel.kerja/konsultasi di dalam dan luar negeri

4) Pengadaan perlengkapan kantor (ATK, Barang cetak, Alat rumah


tangga, Langganan majalah) keperluan sehari-hari perkantoran.

5) Terbayarnya langganan daya dan jasa

6) Terlaksananya perawatan gedung kantor dan gedung obat serta


biaya pemeliharaan peralatan dan mesin seperti AC split,
peralatan komputer dan barang inventaris lainnya.

7) Telah dilaksanakannya perawatan sarana dan prasarana kantor.

8) Penyelenggaraan tata usaha perkantoran, kearsipan,


perpustakaan dan dokumentasi:

a) Terlaksananya pengadaan buku perpustakaan Ditjen Binfar


dan Alkes.

b) Terselenggaranya perpustakaan/kearsipan/ dokumentasi

 Menghadiri undangan untuk kegiatan TU dari Unit terkait


yaitu undangan TU Biro Umum yang dilaksanakan di
Bapelkes Sukajadi Bandung sebanyak 5 orang.
 Menghadiri undangan Arsip Nasional (pelatihan
Pengawasan Arsip) yang dilaksanakan pada tanggal 6 s.d.
10 November 2007 di Diklat Arnas Bogor sebanyak 2 orang.
 Menghadiri undangan Arsip Nasional (pelatihan Penilai
Jabatan Arsiparis) yang dilaksanakan pada tanggal 13 s.d.
17 November 2007 di Diklat Arnas Bogor sebanyak 2 orang.
 Terbinanya tata persuratan Ditjen Binfar dan Alkes yang
dilaksanakan di Denpasar, Bali pada tanggal 14 s.d. 17 Mei
2007 dengan peserta sebanyak 25 orang.

c) Terlaksananya Konsolidasi dalam tata kearsipan dengan Arsip


Nasional yang dilaksanakan pada tangal 7 s.d. 10 Juni 2007 di
Bapelkes Cimacan sebanyak 15 orang.

9) Pencetakan/Penerbitan/Penggandaan/Laminasi.

22
22
b. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

1) Administrasi Kegiatan.

2) Penyusunan naskah buku lainnya.

a) Pembuatan himpunan perundang-undangan dalam bentuk


buku
b) Pencetakan buku peraturan jabatan fungsional Apoteker dan
Asisten Apoteker

3) Pendidikan dan Pelatihan Teknis

a) Terlaksananya pelatihan manajemen peningkatan SDM di


bidang kesekretariatan yang dilaksanakan pada tanggal 23 s.d.
26 April di Bapelkes Cilandak dengan jumlah peserta 2 orang.

b) Terlaksananya pelatihan dan penyempurnaan software gaji


Ditjen Binfar dan Alkes yang dilaksanakan pada tanggal 24 s.d.
26 Agustus 2007 dengan jumlah peserta 7 orang.

c) Terlaksananya pengembangan sumber daya petugas hukum


sejumlah 5 orang.

4) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional

a) Terlaksananya Bimbingan Teknis Jabatan Fungsional Apoteker


dan Asisten Apoteker yang dilaksanakan pada minggu I, II. III
dan IV di 26 provinsi (31 Kota & 21 Kabupaten)

b) Meningkatnya Kemampuan 35 orang pegawai Ditjen Binfar dan


Alkes dibidang Perencanaan.

5) Pembinaan Administrasi Pengelolaan Kepegawaian

a) Tersusunnya Pemutakhiran Data Kepegawaian yang


dilaksanakan pada tanggal 12 s.d.14 Nopember 2007, di Bogor
Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 15 orang.

b) Terlaksananya Percepatan penyelesaian Sistem Informasi


Manajemen Kepegawaian (SIMK) bagi Pegawai Negeri Sipil
yang dilaksanakan pada tanggal 12 s.d.14 Nopember 2007, di
Bogor Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 28 orang.

c) Terlaksananya pembuatan Daftar Urut Kepangkatan (DUK)


PNS yang dilaksanakan pada tanggal 1 s.d. 3 Agustus 2007 di
Bogor Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 15 orang.

23
23
d) Tersusunnya formasi pegawai di lingkungan Ditjen Binfar dan
Alkes yang dilaksanakan pada tanggal 9 s.d.11 Agustus 2007
di Bogor Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 30
orang.

e) Terlaksananya pembahasan dan penilaian Tim Penilai


Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker sebanyak
12 kali pertemuan yang dilaksanakan di Bogor Jawa Barat
dengan jumlah peserta sebanyak 28 orang.

f) Terkoordinasinya administrasi kepegawaian Ditjen Binfar dan


Alkes sejumlah 4 kali pertemuan

6) Penyusunan/Pengumpulan/Pengolahan/Updating/Analisa.
Terlaksananya Pengumpulan Data dan Informasi Bidang
Kefarmasian dan Alkes di 33 provinsi (lihat lampiran 15 s.d. 17)

7) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program

a) Tersusunnya bahan rapat kerja DPR dan Pidato Presiden.

b) Tersusunnya program dan rencana kerja Sekretariat Ditjen


Binfar dan Alkes yang terdiri dari membahas rencana kerja
tahunan, mengevaluasi pembahasan rencana program,
menyusun anggaran biaya, persiapan awal menyusun
program yang diikuti dengan pertemuan lanjutan, menyusun
RKAKL, menyusun DIPA dan menyusun program
dekonsentrasi.

8) Terbina dan terevaluasinya hasil-hasil pemeriksaan (LHP) dan


tindak lanjut.

9) Terselenggaranya humas dan protokol untuk meliput kegiatan


yang ada di Ditjen Binfar dan Alkes.

10) Pameran/Visualisasi/Publikasi dan Promosi.

a) Tersusunnya buletin Infarkes Ditjen Binfar dan Alkes.

b) Terlaksananya Press Tour mengikuti kunjungan kerja


Menkes/Dirjen Binfar dan Alkes.

c) Terlaksananya pameran Ditjen Binfar dan Alkes.

d) Terpromosinya Ditjen Binfar dan Alkes melalui media massa


dengan adanya dialog interaktif TV baik di TVRI maupun TV
swasta lainnya.

24
24
11) Evaluasi/Laporan kegiatan

Terlaksananya konsinyasi penyusunan laporan tentang perijinan


PBF, Industri Farmasi, IOT, Kosmetika dan Prekursor.

12) Rapat-rapat koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja/


Konsultasi

a) Terlaksananya rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan Kelompok


Kerja yang dilaksanakan secara rutin.

b) Terlaksananya Rapat Konsultasi Teknis Program Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang diselenggarakan di
Medan tanggal 12 s.d. 16 Februari 2007 dan di Surabaya pada
tanggal 28 s.d. 30 Mei 2007.

13) Penatausahaan, Pembukuan Verifikasi dan Pelaksanaan


Anggaran:

a) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang


dilaksanakan pada tanggal 8 s.d. 10 Januari 2007 di Bandung
Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang.

b) Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan anggaran


dilaksanakan pada tanggal 15 s.d. 17 Januari 2007 di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 24
orang.

c) Tersusunnya petunjuk teknis pertanggungjawaban pengelolaan


keuangan dilaksanakan pada tanggal 9 s.d. 11 April 2007 di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 21
orang.

d) Tersusunnya harga perhitungan sendiri (HPS)/Owner Estimate


(OE) dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 18 Maret 2007 di
Bandung Jawa Barat, dengan jumlah peserta sebanyak 31
orang.

e) Tersusunnya pembukuan dan verifikasi pertanggung jawaban


keuangan semester I dan II dilaksanakan pada tanggal 21 s.d.
23 Mei 2007 di Bandung Jawa Barat, dengan jumlah peserta
sebanyak 9 orang, dan tanggal 17 s.d. 19 September 2007
dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang.

f) Terlaksananya rekonsilidasi data perhitungan anggaran (PA)


semester I dan II dilaksanakan pada tanggal 23 s.d. 25 April
2007 di Bandung Jawa Barat, dengan peserta sebanyak 10

25
25
orang dan tanggal 16 s.d. 18 Juli 2007 di Ciloto, dengan jumlah
peserta sebanyak 5 orang.

g) Terlaksananya tindak lanjut hasil pembukuan dan verifikasi


pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan pada tanggal 18
s.d. 20 Juni 2007 di Bandung Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebanyak 11 orang.

h) Terevaluasinya pelaksanaan anggaran dilaksanakan di Jawa


Barat sebanyak 3 kali dengan jumlah peserta sebanyak 7
orang/pertemuan.

14) Penelitian klasifikasi, registrasi, penerapan sistem kearsipan.

a) Terevaluasinya penerapan kearsipan dilaksanakan pada


tanggal 10 s.d. 12 Desember 2007 di Bapelkes Sukajadi
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 14 orang.

b) Tersusunnya petunjuk teknis tentang tata persuratan di


lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes dilaksanakan pada tanggal
23 s.d. 25 Maret 2007 di Bapelkes Sukajadi Bandung dengan
jumlah peserta sebanyak 23 orang.

15) Terlaksananya pengepakan/pengiriman/pengangkutan barang/


surat.

16) Koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan dan


bantuan hukum

a) Tersusunnya review/inventaris peraturan perundang-undangan


bidang obat, bahan obat dan bidang perbekalan kesehatan.

b) Tersusunnya review/inventaris peraturan perundang-undangan


di bidang psikotropika dan bahan berbahaya

c) Tersusunnya review/inventaris peraturan perundang-undangan


bidang makanan dan minuman serta obat tradisional

d) Terpantaunya penanganan kasus hukum, pengaduan


masyarakat Ditjen Binfar dan Alkes

e) Tersusunnya pembahasan peraturan hak paten obat untuk


kepentingan masyarakat

f) Tersusunnya review pembahasan perundang-undangan


tentang praktek kefarmasian

g) Tersusunnya review inventaris peraturan perundang-undangan


tentang narkotika

26
26
h) Tersusunnya review pembahasan perundang-undangan
tentang prekursor.
17) Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan.

a) Terlaksananya pembinaan perbendaharaan dalam rangka


peningkatan SDM

b) Tersusunnya buku petunjuk tambahan pelaksanaan anggaran

c) Tersusunnya bahan nota keuangan.

d) Tersusunnya petunjuk pengelolaan keuangan Ditjen Binfar dan


Alkes

e) Terlaksananya bimbingan teknis pengelolaan keuangan di 32


provinsi

f) Tersusunnya buku laporan realisasi dilaksanakan pada tanggal


27 s.d. 29 Desember 2007 di Jawa Barat dengan jumlah
peserta sebanyak 6 orang

g) Terlaksananya penyuluhan bendaharawan di bidang


pengelolaan keuangan di Departemen Keuangan

18) Perencanaan/Implementasi/Pengelolaan Sistem Akuntansi


Pemerintah

a) Terbinanya Sistem Akuntansi Pemerintah dalam rangka


peningkatan SDM dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 29 April di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 12
orang/pertemuan.

b) Terlaksananya pengolahan data Sistem Akuntansi Pemerintah


(SAP) semester I dan II dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu
pada tanggal 18 s.d. 20 Januari 2007 di Bandung yang diikuti
oleh 11 orang peserta, dan pada tanggal 9 s.d 11 juli 2007 di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 10
orang.

c) Terlaksananya rekonsiliasi data Sistem Akuntansi Pemerintah


(SAP) semester I dan II dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu :

 tanggal 16 s.d. 18 Februari 2007, dilaksanakan di


Bandung dengan diikuti oleh 11 orang peserta
 tanggal 26 s.d. 28 Maret 2007 dilaksananakan Cisarua,
Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang
 tanggal 19 s.d. 21 April 2007 bertempat di Cisarua yang
diikuti oleh 7 orang peserta

27
27
d) Tersusunnya buku laporan realisasi anggaran dan neraca Tk.
Eselon I dilaksanakan dua kali pertemuan pada tanggal 16 s.d.
18 April 2007, diikuti oleh 10 orang peserta, dan pada tanggal
3 s.d. 5 September 2007 diikuti oleh 4 orang peserta, yang
semuanya dilaksanakan di Jawa Barat.

e) Terlaksananya technical assistant Sistem Akuntansi di 20


provinsi.

19) Pembinaan penerimaan negara bukan pajak.

a) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan target PNBP


dilaksanakan pada tanggal 19 s.d. 21 Nopember 2007 di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 5
orang.

b) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan


penetapan biaya PNBP untuk pelayanan prodis alkes
dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 24 Januari 2007 di
Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 14
orang.

c) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran


tarif PNBP untuk pelayanan prodis alkes dilaksanakan pada
tanggal 29 s.d. 31 Januari 2007 di Bandung, Jawa Barat dengan
jumlah peserta sebanyak 14 orang.

d) Terlaksananya rekonsiliasi realisasi PNBP untuk perhitungan


anggaran semester I dan II dilaksanakan pada tanggal 10 s.d.
12 Desember 2007 di Bandung, Jawa Barat dengan jumlah
peserta sebanyak 9 orang.

e) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan tarif


PNBP untuk perijinan PBF dilaksanakan pada tanggal 26 s.d.
28 Maret 2007 di Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebanyak 14 orang.

f) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran


tarif PNBP untuk perijinan PBF dilaksanakan pada tanggal 30
April s.d. 2 Mei 2007 di Bandung, Jawa Barat dengan jumlah
peserta sebanyak 14 orang.

g) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan tarif


PNBP untuk perijinan PBBF dilaksanakan pada tanggal 14 s.d.
16 Mei 2007 di Bandung, Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebanyak 14 orang.

28
28
h) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran
tarif PNBP untuk perijinan PBBF dilaksanakan pada tanggal 28
s.d. 30 Mei 2007 di Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak
14 orang.

i) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan tarif


PNBP untuk perijinan IOT & kosmetika dilaksanakan pada
tanggal 11 s.d. 13 juni 2007 di Jawa Barat dengan jumlah
peserta sebanyak 14 orang.

j) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran


tarif PNBP untuk perijinan IOT dan kosmetika dilaksanakan pada
tanggal 25 s.d. 27 Juni 2007 di Jawa Barat dengan jumlah
peserta sebanyak 14 orang.

k) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan tarif


PNBP untuk perijinan prekusor dan importir prekusor
dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 15 Juli 2007 di Jawa Barat
dengan jumlah peserta sebanyak 11 orang.

l) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran


tarif PNBP untuk perijinan prekusor dan importir prekusor
dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 29 Juli 2007 di Jawa Barat
dengan jumlah peserta sebanyak 11 orang.

m) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan tarif


PNBP untuk perijinan importir narkotika dan psikotropika
dilaksanakan pada tanggal 4 s.d. 6 Juni 2007 di Jawa Barat
dengan jumlah peserta sebanyak 14 orang.

n) Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran


tarif PNBP untuk perijinan importir narkotika dan psikotropika
dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 4 Juli 2007 di Jawa Barat
dengan jumlah peserta sebanyak 14 orang.

20) Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan.

a) Tersusunnya/updating hasil pendataan dan penataan barang


milik negara berbasis SABMN dengan jumlah peserta masing-
masing 22 orang yang dilaksanakan sebanyak 5 kali yaitu
sebagai berikut:

 di lingkungan Setditjen Binfar & Alkes pada tanggal 29


Januari s.d. 1 Februari 2007 berlokasi di Serang;
 di lingkungan Dit. Bina Farkomnik pada tanggal 19 s.d. 22
Februari 2007 berlokasi di Serang;
 di lingkungan Dit.Bina Oblik dan Perbekkes pada tanggal 26
Februari s.d. 1 Maret 2007 berlokasi di Bandung;

29
29
 di lingkungan Dit.Bina Penggunaan Penggunaan Obat
Rasional pada tanggal 26 s.d. 29 Maret 2007 berlokasi di
Bandung;
 Di lingkungan Dit.Bina Prodis & Alkes pada tanggal 2 s.d. 5
April 2007 berlokasi di Bandung.

b) Tersusunnya protap pengelolaan barang habis pakai yang


dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 24 Juni 2007 di Bandung
dengan jumlah peserta 19 orang dan sosialisasinya yang
dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 29 Juni 2007 di Bandung
dengan jumlah peserta 22 orang.

c) Tersusunnya spesifikasi fisik pengadaan barang milik negara


tahun 2007.

d) Tersusunnya rencana kebutuhan barang milik/ kekayaan


negara untuk tahun 2008 dilaksanakan pada tanggal 23 s.d. 26
Juli 2007 di Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 26
orang.

e) Terlaksananya menghadiri undangan dalam rangka koordinasi


kegiatan administrasi dan pengelolaan dari provinsi ataupun
dari Kabupaten/kota yang dilaksanakan pada tanggal 15 s.d.
18 Februari 2007 di Cisarua Bogor dengan jumlah peserta
sebanyak 3 orang.

f) Telah tersusunnya laporan kegiatan pembinaan administrasi


dan pengelolaan perlengkapan per-triwulan yaitu :

 triwulan 1 dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 25 Mei 2007


di Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 22 orang;
 triwulan 2 dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 19 Juli 2007
di Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 29 orang;
 triwulan 3 dilaksanakan pada tanggal 28 s.d. 30 November
2007 di Banten dengan jumlah peserta sebanyak 13
orang.

g) Terinventarisasinya barang milik kekayaan negara bersumber


dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di 21 provinsi
dengan jumlah peserta masing-masing dari provinsi 2 orang.

21) Analisis/pengkajian pengembangan organisasi dan tata laksana.

a) Tersusunnya LAKIP Ditjen Binfar dan Alkes

b) Terlaksananya penyempurnaan tata kerja organisasi yaitu


membahas rancangan kepmenkes tentang organisasi dan tata
kerja.

30
30
22) Pengembangan kelembagaan

a) Terlaksananya pembekalan pemantapan program National


Health Account Ditjen Binfar dan Alkes untuk meningkatkan
kemampuam SDM serta perjalanan technical assistant ke 30
provinsi

b) Terbahas dan tersusunnya materi website Ditjen Binfar dan


Alkes.

Media website menjadi media komunikasi cepat antara


pengelola kesehatan pusat-daerah, akademisi, organisasi
profesi kesehatan dan masyarakat umum serta membuka
komunikasi dua arah bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

c) Terlaksananya konsultasi dalam rangka peningkatan kompetisi


pengelolaan data dan pengembangan SIK

d) Terlaksananya pengembangan rencana program dan


penganggaran Ditjen Binfar dan Alkes

e) Terlaksananya pemantapan kinerja program dekonsentrasi di


daerah di 33 provinsi dengan perjalanan dinas 66 orang
pejabat/staf di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes

f) Terlaksananya peningkatan kemampuan dibidang pengelolaan


Website tingkat advance dan data lanjut.

g) Terlaksananya implementasi Sistem Pelaporan Narkotika


ditingkat Kabupaten/Kota dan Apotik, RS dan Puskesmas ke
66 Kabupaten/Kota di 33 provinsi

h) Terlaksananya pengembangan SDM Kehumasan yaitu


pendidikan dan pelatihan kehumasan, MC, Fotography serta
Publishing, setting dan Advertising

23) Terlaksananya pengadaan Obat-obatan/vaksin meliputi :

a) Pengadaan obat-obatan Buffer Stock Provinsi sebagai bantuan


obat Buffer Stock Provinsi yang dikirim ke 33 Instalasi Farmasi
Provinsi dan biaya distribusinya

b) Pengadaan obat-obatan Buffer Stock Pusat sebagai bantuan


obat Buffer Stock Pusat yang disimpan di Instalasi Farmasi
Nasional dan biaya distribusinya

c) Pengadaan obat-obatan cadangan bencana sebagai bantuan


obat bencana dan biaya distribusinya

31
31
d) Pengadaan obat program termasuk obat anti Tuberculosis FDC
kategori I

e) Pengadaan obat haji termasuk pengadaan tambahan tas paket


obat haji

f) Pengadaan obat program gizi

g) Pengadaan obat poliklinik Departemen Kesehatan

h) Pengadaan obat Buffer Stock Kabupaten/Kota sebagai bantuan


obat Buffer Stock Kabupaten/Kota yang disimpan di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota dan biaya distribusinya

24) Pembangunan Gudang/Lapangan penumpukan barang


Terlaksananya renovasi Instalasi Farmasi Nasional 50mx10m

25) Operasional dan pemeliharaan jaringan sistem informasi


Terlaksananya penataan jaringan LAN dilingkungan Ditjen Binfar
dan Alkes

26) Terlaksananya pengadaan perlengkapan sarana Instalasi Farmasi


Nasional.

27) Terlaksananya pengadaan meubelair yang terdiri dari meja staf,


kursi staf dan lemari arsip.

28) Terlaksananya pengadaan alat pengolah data yaitu 10 unit


komputer, 5 laptop dan 10 unit printer.

29) Terlaksananya pengadaan kendaraan bermotor roda 2 sebanyak


5 unit.

30) Terlaksananya pengadaan kendaraan operasional khusus yaitu 2


unit kendaraan roda 4 untuk distribusi obat.

31) Monitoring/Pengawasan Pelaksanaan Program/Kegiatan

a) Terlaksananya monitoring dan pemantapan pelaksanaan


pembangunan Instalasi Farmasi Daerah di 46 Kabupaten/Kota
di 23 provinsi.

b) Terlaksananya Analisa Program Obat dan Perbekkes dalam


rangka keselarasan rencana aksi di 15 provinsi.

c) Terpantau dan teranalisanya data anggaran di 31 provinsi.

d) Terpantau dan terevaluasinya peraturan perundang-undangan


bidang farmasi di 22 provinsi.

32
32
e) Terevaluasinya pelaksanaan kewenangan wajib dan standar
pelayanan minimal bidang kefarmasian dan alat kesehatan di
11 provinsi.

f) Termonitor dan terevaluasinya hasil kegiatan promosi di 20


provinsi.

g) Termonitor dan terevaluasinya pelaksanaan program obat dan


perbekkes di 24 provinsi.

h) Terverifikasinya data kefarmasian dan alat kesehatan.

i) Terukurnya indikator program obat dan perbekalan kesehatan


di 19 provinsi dan tersusunnya laporan tahunan pelaksanaan
program dan kegiatan.

32) Fasilitas Penguatan Organisasi

a) Tersosialisasinya organisasi Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan di empat provinsi dengan
tujuan menyebarluaskan keberadaan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan ke seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sehingga dapat tercapai kualitas optimal
pengaturan dan pembinaan pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kefarmasian
kepada masyarakat. Adapun empat provinsi tersebut adalah:

 Provinsi Papua dilaksanakan pada tanggal 27 Februari s.d.


1 Maret 2007 dengan peserta berjumlah 47 orang yang terdiri
dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota , Kepala Subdin/ Seksi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, peserta
Dinas Kesehatan Provinsi.

 Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan pada tanggal 19


s.d. 22 April 2007 dengan peserta berjumlah 42 orang yang
terdiri dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota, Kepala
Subdin/Seksi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten/Kota, peserta Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai
POM

 Sulawesi Selatan dilaksanakan pada tanggal 27 s.d. 29


Maret 2007 dengan peserta berjumlah 60 orang yang terdiri
dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota, Kepala Subdin/Seksi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, peserta
Dinas Kesehatan dan Balai POM

 Bali dilaksanakan pada tanggal 28 s.d. 31 Mei 2007


dengan peserta berjumlah 58 orang yang terdiri dari Kepala
Dinas Kabupaten/Kota, Kepala Subdin/Seksi Farmasi Dinas

33
33
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, peserta Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit, GP Farmasi, KKP Denpasar,
Fakultas Farmasi Universitas Udayana, ISFI dan Gakeslab
Bali.

33) Penyelenggaraan Sosialisasi/Workshop/Diseminasi/Seminar/Publi-


kasi :

a) Tersosialisasinya sistem pelaporan PBF dengan tujuan


meningkatkan accessibility dan sharing data antara PBF dan
Ditjen Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan untuk
mengakomodir pendataan dari PBF serta mempermudah
mengolah data dan informasi dari setiap unit kerja.

Kegiatan ini dilaksanakan di 4 provinsi yaitu:


 Sumatera Selatan pada tanggal 26 s.d. 28 Februari 2007.
Peserta 59 orang yang terdiri dari 40 orang penanggung
jawab PBF serta 10 orang dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
9 orang dari petugas pusat;

 Sumatera Utara pada tanggal 9 s.d. 11 Maret 2007.


Peserta 61 orang yang terdiri dari 38 orang penanggung
jawab PBF serta 13 orang dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
10 orang dari petugas pusat;

 Jawa Tengah pada tanggal 16 s.d. 18 Maret 2007. Peserta


102 orang yang terdiri dari 80 orang penanggung jawab
PBF serta 12 orang dari Dinas Kesehatan Provinsi dan 10
orang dari petugas pusat;

 Kalimantan Barat pada tanggal 26 s.d. 28 Maret 2007.


Peserta 60 orang yang terdiri dari 40 orang penanggung
jawab PBF serta 10 orang darin Dinas Kesehatan Provinsi
dan 10 orang dari petugas pusat.

b) Tersosialisasinya perundang-undangan Bidang Farmasi di 5


provinsi yaitu :

 Provinsi Papua dilaksanakan di Jayapura pada tanggal 21


Februari s.d. 25 Februari 2007 dengan peserta berjumlah
55 orang yang terdiri dari Kepala Dinas dan pejabat yang
menangani masalah kefarmasian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota se-provinsi Papua dan dari Dinas Kesehatan
Provinsi

 Provinsi Sulawesi Tenggara, dilaksanakan pada tanggal 21


s.d. 25 Februari 2007 dengan peserta berjumlah 55 orang
yang terdiri dari Kepala Dinas dan pejabat yang menangani
masalah kefarmasian dari Dinas Kesehatan

34
34
Kabupaten/Kota se-provinsi Papua dan dari Dinas
Kesehatan Provinsi

 Provinsi Kalimantan Timur, dilaksanakan di Samarinda pada


tanggal 26 s.d. 29 April 2007 dengan peserta berjumlah 42
orang yang terdiri dari Kepala Dinas dan pejabat yang
menangani masalah kefarmasian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota se-provinsi Kalimantan Timur

 Sulawesi Selatan, dilaksanakan di Makasar pada tanggal 22


s.d. 25 Maret 2007 dengan peserta berjumlah 61 orang
yang terdiri dari Kepala Dinas dan pejabat yang menangani
masalah kefarmasian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan

 Bali, dilaksanakan di Denpasar pada tanggal 24 s.d. 27 Mei


2007 dengan peserta berjumlah 57 orang yang terdiri dari
Kepala Dinas dan pejabat yang menangani masalah
kefarmasian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-
provinsi Bali

c) Tersosialisasinya Kebijakan Obat Tradisional Nasional dengan


mengundang 66 orang peserta dari 33 provinsi.

B. PROGRAM BINA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

1. Tugas dan Fungsi

a. Tugas

Direktorat Bina penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi,
bimbingan teknis dan pengendalian serta evaluasi di bidang penggunaan
obat rasional.

b. Fungsi

1) Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penggunaan


obat rasional dan obat esensial nasional;
2) Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang penggunaan obat rasional dan obat esensial nasional;
3) Pemberian bimbingan teknis dan pengendalian di bidang
penggunaan obat rasional dan obat esensial nasional;
4) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang penggunaan obat rasional dan obat esensial nasional;
5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

35
35
2. Tujuan

Untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional


di setiap fasilitas kesehatan masyarakat, melindungi masyarakat dari resiko
pengobatan tidak rasional dan meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas
pelayanan farmasi.

Tujuan yang lebih khusus bidang penggunaan obat rasional adalah


terlaksananya penggunaan obat secara rasional di stakeholder maupun
masyarakat.

3. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan penggunaan obat rasional


dan obat essensial nasional, melakukan promosi, pembinaan dan advokasi
untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penggunaan obat
rasional dan obat essensial nasional, menyusun peraturan perundang-
undangan dan mengembangkan SDM kesehatan untuk meningkatkan
penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional dan sasaran program
dititik beratkan pada produsen obat, penjual obat, pemerintah dan daerah,
tokoh masyarakat, pembuat iklan serta dengan sektor terkait.

4. Strategi peningkatan Penggunaan Obat Rasional (POR)

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Bina Penggunaan Obat


Rasional mewujudkan visi dan misinya yang bertujuan untuk :

a. edukasi yang meliputi pembekalan POR tenaga kesehatan, advokasi


POR dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE);
b. manajerial yang meliputi penyusunan norma, standar, pedoman dan
kebijakan;
c. regulasi yang meliputi kebijakan obat nasional, Komite Nasional Farmasi
dan Terapi (KNFT), Kebijakan Obat Tradisional Nasional (Kotranas),
peresepan obat generik, Harga Eceran Tertinggi (HET), serta Spesial
Access Scheme (SAS).

5. Sumber Daya Manusia

Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional terdiri dari :

a. Subdirektorat Standarisasi Bimbingan Tekhnis Penggunaan Obat


Rasional yang terdiri dari Seksi Standarisasi Penggunaan Obat Rasional
dan Seksi Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional;
b. Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional terdiri dari Seksi
Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional dan Seksi Kerjasama
Promosi Penggunaan Obat Rasional;

36
36
c. Subdirektorat Bina obat Esensial Nasional yang terdiri dari Seksi
Standarisasi Obat Esensial Nasional dan Seksi Bimbingan dan Evaluasi
Obat Esensial Nasional;
d. Subbagian Tata Usaha;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Penggunaan Obat


Rasional berjumlah 24 orang, terdiri dari pejabat struktural 10 orang dan staf
14 orang.

6. Keuangan

Anggaran Bina Penggunaan Obat Rasional tahun 2007 sebesar


Rp.3.890.454.000,- dengan realisasi sebesar Rp 3.847.927.750,- (98,91%).

7. Realisasi Kegiatan

1) Administrasi Umum
Tujuan :

a) Terlaksananya seluruh kegiatan Direktorat Bina Penggunaan Obat


Rasional tahun 2007 sesuai dengan rencana yang telah
dijadwalkan dengan baik

b) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pegawai agar mampu


mengatasi masalah di lingkungan kerja

2) Penyusunan naskah buku lainnya.


Tersusunya formularium ilmu penyakit kulit dan kelamin dengan
tujuan khusus meningkatnya penggunaan obat rasional khususnya di
bidang kesehatan kulit dan kelamin.
Kegiatan ini diselenggarakan di Provinsi DIY pada tanggal 18 s.d 21
April 2007 dengan peserta dan undangan 34 orang.

3) Pendidikan dan Pelatihan Teknis POR


Terlaksananya pembekalan Penggunaan Obat Rasional tenaga
supervisi di Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka membina tenaga
kesehatan untuk peningkatan POR yang diadakan di provinsi-provinsi
yaitu :

a) Bali yang diadakan pada tanggal 21 s.d. 23 Juni 2007, dengan


jumlah peserta pusat dan daerah sebanyak 46 orang.

37
37
b) Kepri yaitu di Batam pada tanggal 12 s.d. 14 Juli 2007 dengan
mengundang Kepala Dinas Kesehatan wilayah Sumatera yaitu :
provinsi Aceh Darusalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Jambi, Lampung, Riau dan Bangka Belitung dengan jumlah
peserta pusat dan daerah sebanyak 31 orang.

c) Kalimantan Barat yaitu di Pontianak pada tanggal 14 s.d. 16 Juni


2007 dengan mengundang Kepala Dinas Kesehatan wilayah
Kalimantan yaitu : provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan jumlah
peserta pusat dan daerah sebanyak 46 orang.

d) Sulawesi Utara yaitu di Menado pada tanggal 25 s.d. 27 Juli 2007


dengan mengundang Kepala Dinas Kesehatan wilayah Sulawesi
yaitu : provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Barat dan Dinkes Provinsi Gorontalo dengan
jumlah peserta pusat dan daerah sebanyak 30 orang.

4) Pendidikan dan Pelatihan Teknis Tenaga Farmasi (Dispenser)

Terlaksananya Pembekalan Tenaga Farmasi (Dispenser) sehingga


terciptanya tenaga farmasi yang profesional yang dapat meningkatkan
penggunaan obat secara rasional dengan sasaran Apoteker
Puskesmas Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Kegiatan ini dilaksanakan di:

a) Jambi, yang diselenggarakan pada tanggal 21 s.d. 24 Mei 2007,


dengan jumlah peserta sebanyak 52 orang, sasaran Apoteker
Puskesmas Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi

b) Bandung, yang di selenggarakan pada tanggal 7 s.d. 10 Juni 2007


dengan peserta sebanyak 74 orang, sasaran Apoteker Puskesmas
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi

c) Bogor, Gelombang I diselenggarakan pada tanggal 20 s.d. 23 Juni


2007 dengan peserta sebanyak 50 orang dengan sasaran
Apoteker pada Dinas Kesehatan Provinsi dan Rumah Sakit di 11
Provinsi di Indonesia.

d) Bogor, Gelombang II diselenggarakan pada tanggal 12 s.d. 15 Juni


2007 dengan peserta sebanyak 56 orang Apoteker pada Dinas
Kesehatan Provinsi dan Rumah Sakit di 11 Provinsi di Indonesia.

38
38
5) Evaluasi/Laporan kegiatan

a) Tersusunnya laporan Akuntabilitas yang diselenggarakan di Bogor


tanggal 15 s.d. 17 Nopember 2007 peserta dan para undangan
sebanyak 15 orang yang dihasilkan sebuah buku Laporan
Akuntabilitas Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.

b) Tersusunnya Laporan Tahunan Tahun 2007 yang diselenggarakan


di Bandung pada tanggal 12 s.d. 15 Desember 2007 jumlah panitia
dan peserta sejumlah 15 orang yang dihasilkan Buku laporan
Tahunan Tahun 2007 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.

c) Terlaksananya Evaluasi dan implementasi penggunaan obat


tradisional yang diselenggarakan pada tanggal 21 s.d. 24
Nopember 2007 di Bandung dengan peserta terdiri dari Kepala
Sub Dinas/Seksi/Pengelola Farmasi, Dinas Kesehatan Provinsi,
Lintas sektor/Program terkait, Tim Pakar Profesional terkait, Dokter
SP3T di Rumah Sakit terpilih, staf terkait Direktorat Bina
Penggunaan Obat Rasional.
Kegiatan ini menghasilkan data penggunaan obat tradisional di
Rumah Sakit Pemerintah.

d) Terlaksananya Evaluasi dan Implementasi SAS di Bogor Jawa


Barat pada tanggal 12 s.d. 15 April 2007 dengan peserta 50 orang
antara lain KFT Rumah Sakit, POM, Ditjen Yanmedik, Prodis Alkes
Kimia farma dan RSCM. Pada pertemuan ini peserta memahami
yang kembali tugas pokok dan fungsi serta mekanisme pengadaan
obat dan alat kesehatan, membentuk tim penilai pusat.

Sesuai dengan SK Kepmenkes No. 1379.A/MENKES/SK/XI/2002


tentang Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat Kesehatan dan
Makanan Khusus maka ditunjuk Rumah Sakit Pendidikan 11
(sebelas) RS Pendidikan ditunjuk sebagai PROS dan dari hasil
pertemuan kiranya ditambah jumlahnya serta perlu peninjauan
kembali SK Menkes tersebut sedangkan PRON tetap ditunjuk
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Untuk SAS kategori A aspek hukumnya dapat ditandatangani oleh


Direktur Rumah Sakit PROS guna mempercepat keluarnya SAS dari
pabean.

SAS kategori B ditandatangani oleh Dirjen Binfar & Alkes.


Diperlukan sosialisasi bahwa pemerintah telah menunjuk PT Kimia
Farma sebagai Importir bagi SAS tersebut.

39
39
e) Terlaksananya Revisi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
untuk menjadi buku baru sebanyak enam kali pertemuan dengan
jumlah peserta sebanyak 141 orang.

 Pertemuan I tanggal 25 April 2007 diperoleh kesepakatan lintas


direktorat dalam Depkes untuk merevisi setelah 20 tahun
lamanya tanpa merubah judul dan merupakan dokumen
Depkes yang legalitasnya dengan SK Menkes serta disepakati
focal point revisi adalah Direktorat Bina POR.

 Pertemuan II tanggal 3 Mei 2007 disepakati penambahan jenis


penyakit yang sekarang ini serta adanya perubahan sistimatika
penulisan pedoman.

 Pertemuan III tanggal 12 Juni 2007 dan Pertemuan IV tanggal


3 Juli 2007. Pada dua pertemuan ini mengundang IDI, KKI, lintas
direktorat untuk keseragaman out line monografi dan
pembahasan jenis tiap penyakit.

 Pertemuan V tanggal 18 Juli 2007 mengundang lintas


direktorat, profesi/ahli (IDI, KKI, Perdoski, PAPDI, IDAI) untuk
mendapatkan masukan sesuai perkembangan IPTEK.

 Pertemuan VI adalah rapat pleno yang dihadiri oleh users dari


3 puskesmas selain undangan pertemuan sebelumnya dan
tersusunnya buku revisi ”Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas” siap cetak.

6) Terlaksananya Rapat Koordinasi/Kerja Dinas/Pimpinan POKJA di


selenggarakan pada tanggal 12 s.d. 16 Maret 2007 di Batam jumlah
peserta dari 33 provinsi dan panitia Pusat sebanyak 114 orang serta
panitia daerah 2 orang. Peserta Dinas kesehatan propinsi dan Rumah
Sakit provinsi yang menerapkan berbagai kebijakan teknis Direktorat
Bina Penggunaan Obat Rasional.

Tujuan pertemuan adalah:


 Tercapainya kesamaan persepsi dalam rangka pembinaan dan
peningkatan Penggunaan Obat secara Rasional
 Diperolehnya indentifikasi potensi dan masalah dalam
meningkatkan penggunaan obat rasional.
 Sinkronisasi program antara pusat dan Daerah.

7) Terselenggaranya Lomba Sayembara dan Festival di selenggarakan


di Hotel Sahid Surabaya, pada tanggal 21 Oktober 2007 dengan
peserta terdiri dari 7 Provinsi sebanyak 109 poster yang dilombakan.

40
40
TIM Juri terdiri dari :
 Dirjen Binfar dan Alkes
 Ses Ditjen Binfar dan Alkes
 Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional
 Kasubdit Promosi POR
 ISFI Pusat
 YLKI Pusat
 IKJ Pusat
 IDI Pusat

Pada lomba tersebut Tim Juri memutuskan sebagai berikut :

a. Kriteria Poster yang diberikan berupa lukisan/gambar oleh tangan


dan harus mengandung kesan dan pesan yang singkat, padat,
jelas dan lugas tentang :
 Khasiat/mutu dan keterjangkauan dari obat generik
 Pentingnya memahami informasi obat yang digunakan sebelum
penggunaannya.

b. Kriteria Penilaian berdasarkan :


 Kesan dan pesan serta informasi yang disampaikan kepada
masyarakat
 Komposisi warna/nilai estetika dari gambar poster tersebut
 Segi etnis, seni dan kreatifitas
 Komunikatif
 Atraktif

c. Poster tidak boleh menyebutkan nama obat baik nama obat


generik maupun nama obat bermerek.

8) Terlaksananya Pengembangan Hubungan Kerjasama Luar Negeri


yang dilaksanakan mulai Januari s.d. Desember 2007 dengan jumlah
peserta yang diberangkatkan tiap kegiatan adalah 2 (dua) orang.

Pengembangan Hubungan Kerjasama Luar Negeri bentuknya


pertemuan ilmiah atau kerjasama internasional dengan tujuan untuk
meningkatkan daya saing dan kompetensi di bidang POR dan
kefarmasian agar dapat mensejajarkan diri dengan pengetahuan
negara maju seperti kegiatan mengikuti seminar, studi banding dan
konferensi di negara Asia dan Eropa.

Pesertanya adalah Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional atau


pejabat struktural yang ada di lingkungan Dit Bina POR.

41
41
9) Monitoring dan Pengawasan Pelaksanaan Program dan Kegiatan

a) Terlaksananya Monitoring Penggunaan Obat Rasional


diselenggarakan di 12 Provinsi. Hasil dari kegiatan ini adalah
tersedianya data penggunaan obat esensial dan antibiotika serta
permasalahannya serta terlaksananya pembinaan POR.

b) Terlaksananya Monitoring Penggunaan Obat Esensial dan


Antibiotik di Rumah Sakit dilaksanakan di 20 Provinsi.

c) Terlaksananya Monitoring Promosi Obat Generik berdasarkan


Pelabelan Generik di Rumah Sakit yang diselenggarakan di 11
Provinsi.
Kegiatan ini untuk mengetahui sejauhmana label generik dapat
mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam penggunaan obat
yang diberikan di Rumah Sakit serta agar masyarakat lebih
mengenal fungsi obat generik pada label obat paten dan untuk
menunjang keberhasilan penggunaan obat secara rasional

10) Meningkatnya Kemampuan SDM diselenggarakan di Surabaya pada


tanggal 20 s.d. 23 Maret 2007 dengan peserta sebanyak 29 orang.

11) Pemantauan dan Evaluasi

a) Terevaluasinya Hasil Rekapitulasi OT di selenggarakan tanggal


24 s.d. 27 Juni 2007 di Bandung. Para undangan terdiri dari
pejabat struktural dan staf dari Direktorat Bina Penggunaan Obat
Rasional sebanyak 39 orang. Kegiatan ini menghasilkan
pemantauan produsen obat tradisional dan perkembangannya
serta pemetaan dan persebaran produsen obat tradisional yang
berizin.

b) Terlaksananya Penyusunan Rencana Program dan Evaluasi hasil


rencana program.
Kegiatan ini di Selenggarakan di Bandung pada tanggal 18 s.d. 22
Februari 2007 dengan peserta dan panitia sebanyak 31 orang

c) Terlaksananya supervisi dekon di Jakarta

12) Sosialisasi dan Koordinasi Upaya Kesehatan.

Tersosialisasinya Kebijakan obat generik, antibiotika, obat tradisional


yang menghasilkan untuk lebih berfungsinya peran Dinas Kesehatan
dan Rumah Sakit dalam memajukan penggunaan obat generik dalam
keberhasilan penggunaan obat secara rasional, tujuan kegiatan ini
para peserta lebih memahami kebijakan dan dapat mensosialisasikan
kepada stakeholder yang lain Kegiatan ini diselenggarakan di tiga
wilayah Indonesia yaitu :

42
42
a) Makasar pada tanggal 27 s.d. 30 Mei. Peserta terdiri dari Dinas
Kesehatan Provinsi sebanyak 12 provinsi dengan jumlah peserta
sebanyak 47 orang.

b) Yogyakarta pada tanggal 17 s.d. 20 April 2007. Peserta terdiri dari


Dinas Kesehatan Provinsi dari 12 provinsi dengan jumlah peserta
sebanyak 40 orang.

c) Medan pada tanggal 3 s.d 6 Juni 2007. Peserta terdiri dari 10


Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 38 orang.

13) Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan

a) Terlaksananya pembekalan tenaga supervisi promosi POR di


Bandung pada tanggal 15 s.d. 18 Juli 2007. Peserta terdiri dari
Dinas Kesehatan Provinsi dari 12 Provinsi sebanyak 52 orang.

b) Terlaksananya pembekalan tenaga supervisi promosi POR di


Medan pada tanggal 7 s.d. 10 Mei 2007. Peserta terdiri dari Dinas
Kesehatan Provinsi dari 12 Provinsi dengan jumlah 52 orang.

C. PROGRAM BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK

1. Tugas dan fungsi

a. Tugas

Tugas Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik adalah


melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis
dan pengendalian serta evaluasi di bidang farmasi komunitas dan
klinik.

b. Fungsi

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik menyelenggarakan fungsi


:

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan farmasi


komunitas, farmasi klinis dan kerjasama profesi;
2) Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang pelayanan farmasi komunitas, farmasi klinis dan kerjasama
profesi;
3) Bimbingan teknis dan pengendalian di bidang pelayanan farmasi
komunitas, farmasi klinis dan kerjasama profesi;

43
43
4) Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pelayanan
farmasi komunitas, farmasi klinis dan kerjasama profesi;
5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2. Kebijakan dan Program

a. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan


Klinik adalah :

1) penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas melalui


penerapan Pharmaceutical Care di rumah sakit dan komunitas;
2) penggalangan kemitraan lintas sektor, masyarakat dan swasta;
3) peningkatan peran daerah;
4) pengembangan sumber daya tenaga farmasi;
5) regulasi yang sejalan dengan era desentralisasi;
6) penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan informasi.

b. Program

Program pokok Direktorat Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan


Klinik adalah:

1) peningkatan mutu sumber daya manusia;


2) peningkatan upaya pelayanan kefarmasian;
3) penyusunan kebijakan, norma, pedoman, standar dan modul;
4) peningkatan kerjasama/kemitraan lintas sektor, profesi/asosiasi
dan LSM;
5) peningkatan peran daerah dalam rangka pengembangan farmasi
rumah sakit dan komunitas, monitoring dan evaluasi.

3. Sasaran

Departemen Kesehatan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik dalam


melaksanakan tugas dan fungsinya berfokus pada sasaran sembilan yaitu
pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu.

Berdasarkan sasaran tersebut, maka Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan


Klinik berfokus pada :

a. Sumber daya manusia,


b. Pelayanan kefarmasian
c. Sarana dan prasarana.

44
44
4. Strategi Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

Dalam rangka mendukung grand strategy Departemen Kesehatan, maka


Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik menetapkan strategi sebagai
berikut :

a. Peningkatan profesional tenaga farmasi melalui pengembangan ilmu


pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan etika.
b. Pemeliharaan dan peningkatan mutu sarana farmasi rumah sakit dan
komunitas
c. Peningkatan peran farmasi rumah sakit dan komunitas yang optimal
dengan mendorong kemandirian dan kemitraan lintas sektor, profesi,
institusi pendidikan masyarkat dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
d. Pelaksanaan dan pengembangan farmasi rumah sakit dan komunitas
disesuaikan dengan desentralisasi.
e. Regulasi di bidang farmasi rumah sakit dan komunitas.

5. Sumber daya Manusia

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik terdiri dari :

a. Subdirektorat Farmasi Komunitas, yang terdiri dari Seksi Standarisasi


Pelayanan Farmasi Komunitas dan Seksi Bimbingan dan Evaluasi
Farmasi Komunitas;
b. Subdirektorat Farmasi Klinis, yang terdiri dari Seksi Standarisasi
Pelayanan Farmasi Klinis dan Seksi Bimbingan dan Evaluasi Farmasi
Klinis;
c. Subdirektorat Kerjasama Profesi, yang terdiri dari Seksi Kerjasama
Profesi Farmasi Komunitas dan Seksi Kerjasama Farmasi Klinik;
d. Subbagian Tata Usaha;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik berjumlah 26 orang, terdirim dari 10 orang pejabat struktural
termasuk Direktur dan staf 16 orang.

6. Keuangan

Anggaran Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2007 sebesar
Rp. 3.388.100.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 3.271.707.100,- (96,56%).

45
45
7. Realisasi Kegiatan

1) Administrasi Umum

Telah dilaksanakan administrasi kegiatan Direktorat Bina Farmasi


Komunitas dan Klinik

2) Penyusunan naskah buku lainnya

a. Terlaksananya penyusunan buku saku pelayanan kefarmasian


untuk pasien flu burung, yang melibatkan 28 orang yang terdiri dari
Klinisi rumah sakit, Apoteker dari apotik dan Rumah Sakit,
Akademisi, Sub Direktorat Zoonosis Ditjen P2PL serta lingkungan
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes

b. Terlaksananya penyusunan buku saku pelayanan kefarmasian


untuk pasien asma, dengan melibatkan 28 orang dari Praktisi
Rumah Sakit, Klinisi, Akademisi serta dari lingkungan Dit Bina
Farmasi dan Klinik

c. Terlaksananya penyusunan buku saku pelayanan kefarmasian


untuk pasien liver yang melibatkan 30 orang dari Praktisi Rumah
Sakit, Klinisi, Akademisi serta dari lingkungan Dit Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik

d. Terlaksananya penyusunan buku saku pelayanan kefarmasian


untuk pasien depresi, dalam penyusunan ini melibatkan 25 orang
peserta yang terdiri dari Klinisi dari perguruan tinggi, Dit Bina
Kesehatan Jiwa Ditjen Yanmedik serta peserta dilingkungan Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alkes.

3) Pendidikan dan pelatihan Fungsional

a) Terlaksananya Training of Trainer (TOT) pelayanan informasi obat


di rumah sakit untuk pelatihan tenaga farmasi yang diikuti
sebanyak 74 orang peserta, yang terdiri dari Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/kota di lingkungan Provinsi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat
dan Gorontalo, serta Pegawai Depkes Pusat, yang
pelaksanaannya pada tanggal 7 s.d. 10 Mei 2007 di Makassar.

b) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi RS tentang penyakit


jantung, diabetes militus dan hipertensi regional I. Yang
pelaksanaannya diadakan di Banjarmasin pada tanggal 11 s.d. 14
Juni 2007 dengan peserta 42 orang, yang terdiri dari 10 orang
peserta dari Pusat dan 32 orang peserta dari rumah sakit Provinsi
dan Kabupaten/Kota di 11 Provinsi

46
46
c) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi RS tentang penyakit
jantung, diabetes militus dan hipertensi regional II, yang
dilaksanakan di Makassar pada tanggal 1 s.d. 4 Juni 2007 dengan
peserta 43 orang, yang terdiri dari 10 orang peserta dari Pusat dan
33 orang peserta dari rumah sakit Provinsi dan Kabupaten/Kota di
11 Provinsi.

d) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi RS tentang penyakit


jantung, diabetes Militus dan hipertensi regional III, yang
dilaksanakan di Medan pada tanggal 09 s.d. 12 Juli 2007 dengan
peserta 43 orang, yang terdiri dari 10 orang peserta dari Pusat dan
33 orang peserta dari rumah sakit Provinsi dan Kabupaten/Kota di
11 Provinsi.

e) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi dalam rangka


pelayanan farmasi komunitas dan klinik regional III.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 s.d. 10 Mei 2007 di
Makassar, dengan peserta 74 orang yang terdiri dari tenaga
farmasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan, Sulteng, Sultra, Sulbar dan Gorontalo
serta Pegawai Pusat.

f) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi dalam rangka


pelayanan farmasi komunitas dan klinik regional II.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 24 Februari 2007 di
Semarang dengan peserta 49 orang yang terdiri dari 42 orang
peserta tenaga farmasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

g) Terlaksananya pembekalan tenaga farmasi dalam rangka


pelayanan farmasi komunitas dan klinik regional I.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 s.d. 10 Mei 2007 di
Makasar dengan peserta 74 orang yang terdiri Dinas Kesehatan
Propinsi dan Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan
Gorontalo serta peserta pusat.

4) Pengembangan sistem informasi manajemen


Terlaksananya pembuatan software pelayanan informasi obat

5) Terlaksananya penyusunan program dana rencana kerja/teknis/


program untuk tahun 2008 dengan menyerap dana sebesar 70,40%
dari dana yang disediakan

47
47
6) Evaluasi/Laporan Kegiatan

a) Tersusunnya Laporan Tahunan Direktorat Bina Farmasi Komunitas


dan Klinik tahun 2007.
b) Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2007, dengan
menyerap dana 100% dana yang disediakan.

7) Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja/


Konsultasi

a) Terlaksananya Rapat Konsultasi Teknis dalam rangka


Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian, yang dilaksanakan di
Denpasar pada tanggal 5 s.d. 8 Maret 2007, yang diikuti oleh 88
orang peserta, yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan Provinsi
yang khusus menangani masalah kefarmasian, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, ISFI, Perguruan Tinggi serta dari Pusat.

b) Terlaksananya lokakarya apotek berbasis Pharmaceutical Care.


Lokakarya ini dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 27
s.d. 30 Juni 2007 dengan diikuti oleh 56 orang peserta dari Dinkes
Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota, ISFI, Perguruan Tinggi serta
peserta Pusat.

8) Terlaksananya pencetakan /penerbitan /penggandaan /laminasi,


dengan membuat 9 judul buku saku, dicetak yang masing-masing 400
eksemplar buku saku.

9 judul buku saku tersebut adalah sebagai berikut :

 Pharmaceutical care untuk penyakit Hipertensi


 Pharmaceutical care untuk penyakit Kardiovaskuler
 Pharmaceutical care untuk penyakit Artritis Reumatoid
 Pedoman obat bebas dan obat bebas terbatas
 Pedoman pelayanan kefarmasian untuk ODHA
 Pedoman K3 IFRS
 Pedoman pelayanan kefarmasian untuk ibu hamil dan
menyusui
 Pedoman konseling pelayanan kefarmasian di Sarana
Kesehatan
 Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

9) Monitoring/pengawasan pelaksanaan program/kegiatan.


Terlaksananya monitoring pelayanan farmasi di komunitas dan klinik.

10) Penyusunan standarisasi layanan publik bagi instansi/lembaga publik


Terlaksananya bimbingan teknis model percontohan Pelayanan
Informasi Obat di Rumah Sakit Regional I , Regional II.

48
48
D. PROGRAM BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

1. Tugas dan Fungsi

a. Tugas

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah


melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis,
penyediaan dan pengelolaan serta evaluasi di bidang obat publik dan
perbekalan kesehatan.

b. Fungsi

Adapun fungsi dari Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang penyediaan dan


pengelolaan obat publik untuk pelayanan kesehatan dasar, serta
pengadaan perbekalan kesehatan;
2) Penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang penyediaan dan pengelolaan obat publik untuk
pelayanan kesehatan dasar, serta pengadaan perbekalan
kesehatan;
3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
penyediaan dan pengelolaan obat publik untuk pelayanan
kesehatan dasar, serta pengadaan perbekalan kesehatan;
4) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

2. Tujuan

a. Tujuan kebijakan

Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan khususnya di sektor publik


yang lengkap jenis, jumlah cukup dan mudah diperoleh setiap saat dengan
harga yang terjangkau dan kualitas terjamin. Dengan mewujudkan suatu
pedoman, standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang penyediaan dan
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan
kesehatan dasar, sesuai peraturan yang berlaku.

b. Tujuan Program

Menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan


perbekalan kesehatan bagi pelayanan kesehatan.

49
49
3. Sasaran

Terjaminnya kecukupan obat publik dan perbekalan kesehatan di


pelayanan kesehatan dasar dan Instalasi Farmasi di Provinsi/Kabupaten/Kota.

4. Strategi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Meningkatkan cakupan dan kualitas ketersediaan Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan di pelayanan kesehatan dasar dan Instalasi farmasi di
Provinsi/Kabupaten/Kota, dengan jumlah yang cukup, jenis yang lengkap
dan mudah diperoleh setiap saat, harga terjangkau, serta kualitas terjamin.

5. Sumber daya Manusia

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri dari :

a. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,


yang terdiri dari Seksi Perencanaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan dan Seksi Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan;
b. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
yang terdiri dari Seksi Standarisasi Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dan Seksi Bimbingan Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan;
c. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan terdiri dari Seksi Pemantauan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan dan Seksi Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan;
d. Sub Bagian Tata Usaha
e. Kelompok Jabatan Fungsional

Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan berjumlah 29 orang, terdiri dari pejabat struktural sebanyak 10
orang dan staf sebanyak 19 orang.

6. Keuangan

Anggaran Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun


2007 sebesar Rp. 3.055.602.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
2.468.477.950,- (80,79 %).

50
50
7. Realisasi Kegiatan

a. Pengadaan Barang dan Jasa (Peningkatan pemerataan obat dan


perbekalan kesehatan).
Terlaksananya pengadaan Alat Pengolahan data, yaitu pengadaan
Laptop dan LCD

b. Peningkatan ketersediaan obat perbekalan kesehatan.

1) Terlaksananya penyusunan naskah buku lainnya

a) Tersusunnya pedoman pengelolaan obat dan perbekalan


kesehatan di daerah kepulauan. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 22 s.d. 25 Mei 2007 di Bandung, dengan jumlah
peserta sebanyak 30 orang, peserta dari Dinkes
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.

b) Tersusunnya pedoman pengelolaan obat dan perbekalan


kesehatan di daerah Perbatasan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 s.d. 31 Mei 2007 di
Bandung, dengan jumlah peserta sebanyak 29 orang, peserta
dari Dinkes Provinsi dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.

c) Tersusunnya pedoman pengelolaan obat di Pos Kesehatan


Desa.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 s.d. 10 Februari 2007
di Bandung, dengan peserta dengan jumlah peserta 30 orang
yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pusat.

d) Penyusunan profil pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Kegiatan ini tidak terlaksana karena adanya DIPA Revisi
terlambat diterima serta terbatasnya waktu untuk mengundang
peserta provinsi/Kabupaten/kota.

2) Rapat-rapat koordinasi/kerja/Dinas/Pimpinan kelompok kerja.

Terlaksananya rapat konsultasi teknis dan pengendalian,


pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, yang kegiatannya
dilaksanakan pada tanggal 6 s.d. 9 Maret 2007 di Yogyakarta
dengan jumlah peserta sebanyak 102 orang. Peserta dari Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan.

51
51
3) Terlaksananya Peningkatan kemampuan SDM pengelola farmasi
saat bencana yang diikuti oleh pegawai Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekkes.

a) Terlaksananya pembekalan petugas pengelola obat tentang


pengelolaan obat di Pustu.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 s.d. 28 Juli 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 47 orang, terdiri
dari Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

b) Terlaksananya pembekalan petugas pengelola obat tentang


pengelolaan obat di Poliklinik Desa.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 s.d. 21 Juli 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 51 orang, terdiri
dari Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.

4) Bimbingan lembaga dan sarana


Terlaksananya Bimbingan Teknis pengelolaan obat di
Kabupaten/kota
Kegiatan ini dilaksanakan melalui perjalanan dinas pejabat
Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes ke 33 provinsi.

5) Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program

a) Terlaksananya kegiatan penyusunan rencana dan evaluasi


program Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
yang dilaksanakan pada tanggal 3 s.d. 6 April 2007 di Bandung,
dengan jumlah peserta 25 orang dari Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan.

b) Terlaksananya penyusunan rencana kebutuhan obat (RKO)


dan pengelolahan data, yang dilaksanakan pada tanggal 10
s.d. 13 April 2007 di Bandung, dengan peserta sebanyak 90
orang yang terdiri dari Direktorat Bina Oblik & Perbekkes, Dinkes
Kabupaten dan Dinkes Kota.

6) Evaluasi/laporan kegiatan

a) Terlaksananya penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Dit


Bina Oblik dan Perbekkes.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 19 Desember
2007 di Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah peserta
sebanyak 20 orang, dan dengan peserta dari Direktorat Bina
Oblik dan Perbekkes.

52
52
b) Terlaksananya penyusunan laporan tahunan Direktorat Bina
Oblik dan Perbekkes
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 14 Desember
2007 di Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah peserta
sebanyak 20 orang dari Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes.

7) Terlaksananya Peningkatan kemampuan SDM


Meningkatkan kemampuan SDM pengelola farmasi saat bencana.

8) Advokasi pengelolaan obat terpadu di provinsi.


Terlaksananya advokasi pengelolaan obat terpadu di provinsi
Gorontalo.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 s.d. 8 Juni 2007, dengan
jumlah peserta sebanyak 31 terdiri dari Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan dan pejabat Kabupaten/Kota yang
berkaitan dengan peningkatan anggaran obat se-provinsi Gorontalo.

9) Penyusunan buku lainnya

a) Tersusunnya pedoman harga obat generik.


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 24 Februari
2007 di Bandung, dengan jumlah peserta sebanyak 33 orang,
terdiri dari Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes dan Pusat.

b) Tersusunnya pedoman harga obat program kesehatan.


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari s.d. 3
Februari 2007 di Bandung, dengan jumlah peserta sebanyak
23 orang yang terdiri dari Direktorat Bina Oblik dan
Perbekkes dan Pusat.

c) Tersusunnya pedoman harga obat pelayanan kesehatan


dasar .
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 s.d. 27 Januari
2007 di Bandung, dengan jumlah peserta sebanyak 23 orang
yang terdiri dari Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes dan
Pusat.

10) Monitoring/ Pengawasan/ Pelaksanaan Program/ Kegiatan


Terlaksananya monitoring harga obat generik dan pengolahan
data.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui perjalanan dinas pejabat
Direktorat Bina Oblik dan Perbekkes ke 33 Provinsi.

11) Terlaksananya sosialisasi Pedoman Pengelolaan Obat Bencana


di Provinsi Bengkulu yang diadakan pada tanggal 30 Juli s.d 2
Agustus 2007 di Bengkulu, dengan jumlah peserta 36 orang yang
terdiri dari Direktorat Bina Obat Publik dan dari Dinas Kesehatan
Provinsi.

53
53
12) Terlaksananya sosialisasi Pedoman Pengelolaan Obat Bencana
di Provinsi NTT yang diadakan pada tanggal 3 s.d. 6 Juli di Kupang,
dengan diikuti oleh 35 orang peserta yang terdiri dari Direktorat
Bina Obat Publik dan dari Dinas Kesehatan Provinsi.

13) Terlaksananya sosialisasi Pedoman Pengelolaan Obat Bencana


di Provinsi Jawa Barat yang diadakan pada tanggal 21 s.d. 24
Maret 2007 di Bandung, dengan diikuti oleh 36 orang peserta, yang
terdiri dari Direktorat Bina Obat Publik dan dari Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Barat.

14) Terlaksananya sosialisasi software pemantauan ketersediaan


obat Kabupaten/Kota di Provinsi kepulauan Riau yang diadakan
pada tanggal 26 s.d. 29 juni 2007 bertempat di Tanjung Pinang,
dengan jumlah peserta 36 orang yang terdiri dari Dinkes
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekkes.

15) Terlaksananya sosialisasi software pemantauan ketersediaan


obat Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Barat, yang
dilaksanakan pada tanggal 27 s.d. 30 Maret 2007 di Padang,
dengan jumlah peserta 49 orang yang terdiri dari Dinkes
Provinsi/Kabupaten/kota dan Direktorat Bina obat Publik dan
Perbekkes.

16) Terlaksananya sosialisasi software pemantauan ketersediaan


obat Kabupaten/Kota di Prop NTT yang dilaksanakan pada
tanggal 27 s.d. 30 Maret 2007 di Kupang dengan jumlah peserta
49 orang yang terdiri dari Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota di
wilayah Provinsi NTT dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekkes.

17) Terlaksananya sosialisasi software pemantauan ketersediaan


obat Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat yang
dilaksanakan pada tanggal 19 s.d. 22 Juni 2007 di Pontianak
dengan jumlah peserta 41 orang yang terdiri dari Dinkes
Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
dan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes

54
54
8. Instalasi Farmasi Nasional

Direktorat Bina Oblik dan Perbekalan Kesehatan mulai tahun 2006


mengelola Buffer stock nasional. Dalam rangka mengantisipasi
perkembangan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada, Instalasi
Farmasi Nasional mendistribusikan obat untuk kebutuhan menanggulangi
bencana alam, pendistribusian obat HIV/AIDS(ARV) dan obat flu burung.

Tahun 2007 telah dilakukan pendistribusian obat sebanyak 210 kali dan aset
yang dikelola sebanyak 215 item obat.

E. PROGRAM BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

1. Tugas dan Fungsi

a. Tugas

Tugas Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah


melaksanakan perumusan, kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis,
penyediaan dan pengelolaan, serta evaluasi di bidang produksi dan
distribusi alat kesehatan.

b. Fungsi

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok tersebut Direktorat Bina


Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan melaksanakan fungsi-fungsi
sebagai berikut :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang produksi dan distribusi alat


kesehatan diagnostik dan reagensia serta perbekalan kesehatan
rumah tangga;
2) Penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan
diagnostik dan reagensia serta perbekalan kesehatan rumah
tangga;
3) Penyiapan sertifikasi di bidang produksi dan distribusi alat
kesehatan diagnostik dan reagensia serta perbekalan kesehatan
rumah tangga;
4) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

55
55
2. Tujuan

a. Meningkatkan ketersediaan Alkes dalam jenis yang lengkap, jumlah


cukup, harga yang terjangkau, bermutu, digunakan secara tepat dan
dapat diperoleh saat diperlukan.

b. Meningkatkan mutu, keamanan Alkes, PKRT, kosmetika, reagensia,


makanan dan sediaan lainnya.

c. Meningkatkan ketersediaan Alkes melalui optimalisasi industri


nasional dengan memperhatikan keanekaragaman produk dan
keunggulan daya saing.

3. Sasaran

a. Terjaminnya ketersediaan Alkes sesuai kebutuhan


b. Terjaminnya ketersediaan Alkes di sektor publik
c. Terjaminnya mutu pengelolaan Alkes di Kabupaten/Kota
d. Terjaminnya mutu Alkes yang beredar
e. Diterapkannya petunjuk pengelolaan Alkes melalui peningkatan
pelayanan perizinan/registrasi yang profesional dan tepat waktu.
f. Terjaminnya mutu sarana produksi dan distribusi Alkes
g. Tercegahnya resiko atau efek samping dari penggunaan Alkes yang
tidak memenuhi persyaratan.
h. Terhindarnya masyarakat dari Alkes yang tidak bermutu serta
mengoptimalkan efektifitas Alkes terhadap biaya dan manfaat
terhadap resiko
i. Tersedianya sistem informasi Alkes yang akurat, obyektif dan up to date
serta mudah diakses oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.

4. Strategi

Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan antara lain :

a. Penggalangan kemitraan
b. Peningkatan keterpaduan program
c. Pengembangan SDM secara profesional
d. Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan
e. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi
f. Mobilisasi sumber dana dan tenaga
g. Pemberdayaan daerah
h. Konsolidasi internal
i. Melakukan regulasi di bidang Alkes.

56
56
5. Sumber Daya Manusia

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri dari:

a. Subdirektorat Alkes Elektromedik yang terdiri dari Seksi Alkes


Elektromedik Resiko Rendah dan Seksi Alkes Elektromedik Resiko
Tinggi;
b. Subdirektorat Alkes Non Elektromedik yang terdiri dari Seksi Alkes
Non Elektromedik Resiko Rendah dan Seksi Alkes Non Elektromedik
Resiko Tinggi;
c. Subdirektorat Produk Diagnostik & Reagensia yang terdiri dari Seksi
Produk Diagnostik dan Seksi Produk Reagensia;
d. Subdirektorat Perbekkes Rumah Tangga yang terdiri dari Seksi
Pestisida dan Seksi Non Pestisida;
e. Sub Bagian Tata Usaha;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sumber daya manusia yang ada di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan berjumlah 27 orang, terdiri dari pejabat struktural 12 orang dan
staf 15 orang.

6. Keuangan

Anggaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan tahun


2007 sebesar Rp. 3.420.254.000,- dengan realisasi sebesar
Rp.3.033.094.412,- (88,68 %).

7. Realisasi Kegiatan

Pelaksanaan pelayanan dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh


Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yang dibiayai oleh
DIPA Tahun 2007, adalah sebagai berikut :

a. Pengadaan Barang dan Jasa

Terlaksananya pengadaan Alat Pengolah Data yaitu 2 unit laptop dan


2 unit printer.

b. Administrasi kegiatan

1) Administrasi Umum
Terdiri dari : honor pemegang komitmen, penanggung jawab
kegiatan, pemegang uang muka, staf pengelola kegiatan, dan
pramubakti.
2) Terlaksananya penyusunan naskah buku lainnya

57
57
a) Tersusunnya pedoman pemantauan iklan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal : 13 s.d.16 Mei 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 41 orang, terdiri
dari Pejabat/Staf Dit Bina Prodis Alkes, Panitia dan Nara
Sumber.

b) Tersusunnya rancangan standar nasional Indonesia alkes


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal :

 Penyusunan SNI ke I : 2 s.d. 5 April 200 di Bandung


 Penyusunan SNI ke II : 1 s.d. 4 Mei 2007 di Bandung
 Penyusunan SNI ke III : 22 s.d. 25 Mei 2007 di Bandung
 Penyusunan SNI ke IV : 28 s.d. 31 Mei 2007 di Bandung
 Penyusunan SNI ke V : 3 s.d. 6 Juni 2007 di Bandung
 Penyusunan SNI ke VI : 11 s.d. 14 Juni 2007 di Bandung
 Penyusunan SNI ke VII : 11 s.d. 14 Juli 2007 di Bandung

Dengan jumlah peserta sebanyak 55 orang, terdiri dari


Pejabat/Staf Direktorat Bina Prodis Alkes, Panitia Teknis
(Pantek) dan Panitia.

c) Tersusunnya daftar usulan kegiatan Direktorat Bina Prodis


Alkes Tahun 2008
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal : 20 s.d. 23 Maret 2007
di Bandung, dengan jumlah peserta sebanyak 43 orang, terdiri
dari Pejabat/Staf Direktorat Bina Prodis Alkes dan Panitia .

3) Rapat-rapat koordinasi/ Kerja/ Dinas/ Pimpinan kelompok kerja/


Konsultasi
Terselenggaranya Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Prodis
Alkes.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 s.d.11 Mei 2007 di
Manado, dengan jumlah peserta sebanyak 97 orang, terdiri dari
peserta pusat, peserta daerah, nara sumber dan panitia.

4) Pengembangan Kelembagaan

a) Terlaksananya pembahasan perkembangan IPTEK Alat


Kesehatan dalam rangka pemberian perizinan Alat Kesehatan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 21 Juli 2007 di
Batam dengan jumlah peserta sebanyak 64 orang, terdiri dari
peserta pusat, peserta daerah, nara sumber dan panitia.

b) Terlaksananya penerapan harmonisasi Alkes pada tingkat


ASEAN dalam mengantisipasi AFTA.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 3
orang dari Pejabat Dit Bina Prodis Alkes.

58
58
5) Pertemuan Ilmiah/Konferensi/Kunjungan ke Objek pendidikan
Meningkatnya sistem pembinaan Alkes dalam rangka antisipasi
globalisasi.

6) Peningkatan kemampuan SDM

a) Meningkatnya kemampuan SDM pusat dalam teknologi Alkes


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 19 April 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta sebanyak 27 orang, terdiri dari
peserta pusat, panitia dan nara sumber.

b) Meningkatnya kemampuan Industri pada kelengkapan klinikal


data Alkes.

7) Pemantauan dan Evaluasi

a) Terlaksananya Monitoring sarana produksi dan distribusi Alkes


dan PKRT.
Kegiatan ini dilaksanakan di 29 provinsi dan Kabupaten/kota
dengan jumlah peserta sebanyak 116 orang.

b) Terlaksananya Evaluasi kegiatan 2006 dan monitoring kegiatan


tahun 2007 Direktorat Bina Prodis Alkes
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal : 5 s.d. 8 Februari 2007
dan 8 s.d. 11 Maret 2007 di Bandung dengan jumlah peserta
sebanyak tiga puluh orang, terdiri dari pejabat/staf Direktorat
Bina Prodis Alkes dan panitia.

c) Terlaksananya penilaian Alkes dan PKRT


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal : 26 s.d. 29 Maret 2007
dan 3 s.d. 6 Juli 2007 di Bandung, dengan jumlah peserta 29
orang yang terdiri dari peserta Pusat, Tim Ahli dan Panitia.

d) Terlaksananya pertemuan koordinasi dan evaluasi


pelaksanaan sampling.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 21 Juli 2007 di
Surabaya, dengan jumlah peserta 68 orang yang terdiri dari
peserta pusat, peserta daerah dan panitia.

59
59
8) Pembuatan Buku Juknis /Juklak

a) Tersusunnya Juknis Pedoman Cara Produksi Alkes Yang Baik.


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2007 s.d.
1 Maret 2007 di Bandung dengan jumlah peserta 40 orang
yang terdiri dari : peserta pusat, nara sumber dan panitia.

b) Tersusunnya Juknis Pedoman Cara Pembuatan PKRT Yang


Baik
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 22 Februari
2007 di Bandung dengan jumlah peserta 40 orang yang terdiri
dari peserta pusat, nara sumber dan panitia.

c) Tersusunnya Juknis Pedoman Surveilance Alkes


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari s.d. 1
Februari 2007 di Bandung, dengan jumlah peserta 40 orang
yang terdiri dari peserta pusat, nara sumber, dan panitia.

d) Tersusunnya Juknis Pedoman Cara Distribusi Alkes Yang Baik


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 s.d 8 Maret 2007 di
Bandung dengan jumlah peserta 40 orang yang terdiri dari
peserta pusat, nara sumber dan panitia.

8. Kegiatan Pelayanan Perizinan

Dalam pelaksanaan pelayanan perizinan, Direktorat Bina Produksi dan


Distribusi Alat Kesehatan mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu :

a. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah
c. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/MENKES/PER/IX/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga.

60
60
Pelaksanaan kegiatan rutin Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan, meliputi:

a) Sertifikat Produksi

Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan


Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1148/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, bahwa Produksi Alat Kesehatan
dan atau Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga hanya dapat dilakukan
oleh Perusahaan yang memiliki sertifikat produksi.

Produsen hanya diperbolehkan memproduksi dan mengedarkan Alkes di


Indonesia bila produsen tersebut telah memiliki sertifikat produksi dari
Departemen Kesehatan dalam hal ini Ditjen Bina Kefarmasian dan dan
Alat Kesehatan.

Sertifikat produksi diberikan berdasarkan kelayakan suatu pabrik


memproduksi alkes yang ditinjau dari ketersediaan alat dan bangunan
serta keamanan karyawan dan lingkungan dalam berproduksi. Sertifikat
Produksi adalah salah satu tahap sertifikasi Cara Produksi yang Baik yang
sangat diperlukan agar produk Indonesia mampu bersaing di era
perdagangan bebas.

Permasalahan yang sering timbul dalam penerapan Cara Produksi yang


Baik adalah tidak mampu dan tidak maunya pengusaha/pemilik pabrik
dapat menerapkan Cara Produksi yang Baik.

Untuk itu, perlu disusun pedoman dan melakukan pelatihan tentang


Cara Produksi yang Baik yang ditujukan kepada pemerintah daerah
maupun pengusaha/ pemilik pabrik. Namun demikian tanpa itikad dan
tanggung jawab pengusaha/pemilik pabrik, segala usaha tersebut tidak
akan berhasil.

Pada Tahun 2007, sertifikat produksi yang masuk sejumlah 130


sedangkan perizinan yang telah diterbitkan sejumlah 92 naskah.

b) Distribusi

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan


Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1148/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, bahwa penyalur alat kesehatan
wajib memiliki izin penyalur alat kesehatan dari Menteri Kesehatan.
Penyalur Alat Kesehatan (PAK) dapat memiliki Cabang dan Sub Penyalur
Alat Kesehatan sebagai perwakilan usaha penyalur alat kesehatan tersebut
di daerah.

61
61
Untuk menjamin agar produk dapat diterima pasien/pengguna dalam
keadaan baik dan aman, maka sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku perlu diberikan Izin Kelayakan Penyalur Alat
Kesehatan atau yang kita kenal selama ini sebagai Izin Penyalur Alat
Kesehatan.

Pada tahun 2007, izin penyalur alat kesehatan yang masuk sejumlah 174
naskah sedangkan yang diterbitkan sebanyak 130 naskah.

c) Izin Edar / Registrasi

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan


Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, bahwa alat kesehatan dan atau
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang diedarkan atau dijual
diwilayah Indonesia, harus mendapat izin edar dari Menteri Kesehatan.

Maka seluruh Alkes dan PKRT yang beredar di Indonesia terlebih dahulu
harus mendapatkan Izin edar dari Depkes RI dalam hal ini Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Pemohon yang bermaksud mendapatkan Izin edar, harus mengajukan


permohonan ke Departemen Kesehatan dalam hal ini Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan menggunakan formulir yang
telah disediakan dan melampirkan persyaratan yang yang diperlukan.

Pada tahun 2007, Izin edar (Luar Negeri dan Dalam Negeri) yang masuk
sejumlah 9811 naskah sedangkan yang telah diterbitkan sejumlah 6.422
naskah.

d) Izin Import / export

Pemberian Izin Import : Pemberian izin import ini diberikan sesuai dengan
persyaratan dari Bea Cukai terhadap barang yang masuk (alat
kesehatan) ke Indonesia. Pada dasarnya produsen cukup menunjukkan
izin edar dari Depkes untuk alat kesehatan tersebut namun kadangkala
diperlukan izin import untuk memperjelas status barang tersebut,
misalnya untuk penelitian dan bantuan khusus kemanusiaan sehingga
tidak untuk diperjualbelikan.

Pemberian izin export : Pemberian izin export ini umumnya berbentuk


“Certificate of Free Sale “ yang menyalurkan Alat Kesehatan tersebut
telah mendapat izin edar dan diawasi sesuai dengan sistem yang berlaku
di Indonesia.

62
62
Secara detil, tabel dan grafik berkas yang mengajukan izin ke Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes dapat dilihat pada tabel -11 dan grafik-
5 sebagai berikut:

Tabel - 11 : Jumlah Permohonan Perizinan dan Sertifikat Produksi Yang


Masuk Ke Direktorat Bina Produksi & Distribusi Alkes

URAIAN DR EL NE PKRT
Masuk Realisasi Masuk Realisasi Masuk Realisasi Masuk Realisasi

SERTIFIKASI 6 4 10 8 35 28 79 52
PRODUKSI

IZIN PENYALUR 30 25 73 55 71 50
ALKES

IZIN EDAR (LN + DN) 2126 1794 2616 1566 3704 2211 1365 851

JUMLAH 2166 1823 2699 1629 3810 2289 1444 903

Grafik - 4 : Sertifikasi Produksi Alkes 2007 Direktorat Bina Produksi &


Distribusi Alkes

SERT IFIKASI PRODUKSI ALKES 2007


90
79
80
70
60 52
50 PERMOHONAN MASUK
40 35 REALISASI PERIZINAN
28
30
20
10 8
10 6 4

DR EL NE PKRT

63
63
Grafik - 5 : Izin Edar Direktorat Bina Produksi & Distribusi Alkes

IZIN EDAR ALKES 2007


4000 3704

3500
3000
2616
2500 2211
2126 PERMOHONAN
MASUK
2000 1794
1566 REALISASI PERIZINAN
1500 1365

1000 851

500

0
DR EL NE PKRT

Grafik - 6 : Izin Penyalur Direktorat Bina Produksi & Distribusi Alkes

IZIN PENYALUR ALKES 2007


80
73 71
70

60 55
50
50
PERMOHONAN MASUK
40
30 REALISASI PERIZINAN
30 25

20

10
0 0
0
DR EL NE PKRT

64
64
BAB V

KENDALA, PELUANG, DAN UPAYA

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. KENDALA

Dalam pelaksanaan program Obat dan Perbekalan Kesehatan tahun 2007


tidak terlepas dari kendala yang mesti diupayakan antisipasi dan solusinya
agar program obat dan perbekalan kesehatan dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan. Kendala-kendala yang ada antara lain :

1. Terbatasnya keterjangkauan masyarakat pada Obat Generik Esensial


karena kurang optimalnya pengendalian harga obat. Harga obat
dikendalikan oleh mekanisme pasar yang lebih berpihak pada industri
yang belum didukung oleh industri bahan baku dalam negeri.

2. Keterlibatan Pemda dalam penyediaan dana dan pengadaan obat untuk


program obat dan bencana alam masih kurang/terbatas. Selain itu
pemerintah daerah juga masih kurang memberi perhatian dalam hal
penyediaan obat di pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

3. Adanya perbedaan (disparitas) anggaran obat perkapita yang besar


antara masing-masing Kabupaten/Kota (Rp. 515,- s/d Rp. 15.484,-).

4. Ketersediaan tenaga farmasi di pelayanan kesehatan terbagi di Rumah


Sakit dan Puskesmas. Di Rumah Sakit jumlah dan kualitas tenaga
apoteker masih terbatas, sedangkan di Puskesmas hanya tersedia Asisten
Apoteker sekitar 30% dari total jumlah Puskesmas yang ada. Kondisi ini
tentunya mempengaruhi mutu pelayanan kefarmasian dikedua strata
pelayanan kesehatan tersebut.

5. Tim Perencanaan Obat Terpadu Kabupaten/Kota belum bekerja secara


optimal, sehingga rencana kebutuhan obat belum representasi sesuai
kebutuhan nyata.

6. Struktur organisasi pengelola obat dan perbekalan kesehatan


Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidang
kefarmasian di era otonomi daerah bervariasi bentuk dan keberadaannya
(Subdin Farmakmin, Seksi Farmasi, UPTD, GFK, Subdin Kesmas dan
Kefarmasian, Subdin POM).

7. Dengan banyaknya Kabupaten/Kota pemekaran atau bentukan baru


menyebabkan kurangnya tenaga terlatih khususnya bidang kefarmasian
dan juga gudang farmasi tidak tersedia.

65
65
8. Kurang memadainya sarana kefarmasian terutama Instalasi Farmasi
sehingga menyebabkan obat yang diadakan tidak tertampung dengan
sempurna pada sarana yang ada.

9. Kemajuan di bidang iptek menyebabkan membanjirnya produk alat


kesehatan dan PKRT di pasaran, yang apabila tidak dilakukan
penyaringan secara ketat akan berdampak kepada keamanan
masyarakat sebagai pengguna. Agar alat kesehatan dan PKRT dijamin
keamanan, kemanfaatan dan mutunya, maka perlu dilakukan evaluasi dan
penilaian secara lebih ketat terhadap produk yang akan beredar dan
diterapkan standar mutu serta cara produksi/distribusi yang baik.

10. Penggunaan obat secara rasional belum secara nyata diterapkan. Hal ini
memperburuk kondisi kesehatan masyarakat akibat belanja obat
masyarakat meningkat lebih tajam dibandingkan penghasilan
masyarakat yang terus menurun. Untuk mengatasi kondisi ini diperlukan
penanganan lintas sektor, terlebih lagi di era desentralisasi ini
pengalokasian dana obat untuk pelayanan kesehatan dasar ditentukan
sendiri oleh masing-masing Kabupaten/Kota.

B. PELUANG

Dari kendala yang ada dapat dioptimalkan sebagai peluang, selanjutnya


dirumuskan untuk pelaksanaan program ke depan, antara lain :

1. Telah disusunnya review/inventaris peraturan peundang-undangan


bidang obat, bahan obat dan bidang perbekalan kesehatan; bidang
psikotropika; bidang makanan minuman serta obat tradisional dan
tentang narkotika.

2. Telah dilaksanakan pengadaan obat di Ditjen Binfar dan Alkes meliputi


obat Buffer Stock pusat, Obat Buffer Stock propinsi, obat Buffer Stock
Kabupaten/Kota, obat cadangan bencana, obat haji, obat program gizi,
obat program penanggulangan penyakit & penyehatan lingkungan.

3. Tenaga farmasi di semua propinsi telah mendapatkan pembekalan


Penggunaan Obat Rasional.

4. Telah dibuat software Pelayanan Informasi Obat dan telah


disosialisasikan ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, RS
Propinsi, RS Pemerintah/TNI/POLRI dan Perguruan Tinggi.

5. Tersusunnya Pedoman Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat (RKO)


untuk Instalasi Farmasi Propinsi/Kabupaten/Kota

66
66
6. Tersusunnya Juknis Pedoman Cara Produksi Alat Kesehatan Yang Baik;
Juknis Pedoman Cara Pembuatan PKRT Yang Baik; Juknis Pedoman
Surveilance Alkes; Juknis Pedoman Cara Distribusi Yang Baik.

7. Telah dialokasikannya dana dekonsentrasi untuk membiayai kegiatan


program obat dan perbekalan kesehatan di daerah.

8. Telah dialokasikannya dana tugas pembantuan untuk revitalisasi Instalasi


Farmasi di daerah.

C. UPAYA

Dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian diperlukan berbagai


langkah-langkah dan upaya antara lain :

1. Pengendalian harga obat generik secara berkala bertujuan menjamin


keterjangkauan masyarakat terhadap obat generik. Pada tahun 2007
dikeluarkan Kepmenkes Nomor: 521/Menkes/SK/IV/2007 tanggal 24 April
2007 menetapkan sebanyak 454 item Obat generik dan 56 Item
diantaranya diturunkan harganya hingga 10% dibandingkan harga pada
Kepmenkes Nomor: 720/Menkes/SK/IX/2006 tanggal 11 September
2006.

2. Dalam rangka menjamin ketersediaan obat , langkah-langkah yang sudah


dilakukan adalah menyediakan obat untuk Buffer Stock Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Pusat, obat untuk bencana/KLB, obat flu burung, obat untuk
program penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan, obat
program gizi, dan obat haji.

3. Pengadaan obat satu pintu di Ditjen Binfar dan Alkes sehingga bisa
menghitung kebutuhan obat secara komprehensif serta meningkatkan
akses pengiriman obat dan perbekalan kesehatan dari pusat, propinsi
maupun Kabupaten/Kota dengan melibatkan tim teknis lintas program.

4. Program advokasi penyediaan dana obat kepada pemerintah daerah


Kabupaten/Kota dan Propinsi, revitalisasi Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota.

5. Untuk peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian dilakukan upaya:


TOT, pembekalan, penyediaan standar dan pedoman pelayanan
kefarmasian, kerjasama dengan perguruan tinggi dan asosiasi profesi.

67
67
6. Untuk mempercepat pengadaan dan pendistribusian bahan obat, obat
dan alat kesehatan dapat dilakukan melalui :

a. Menunjuk BUMN, BUMD dan atau Badan Usaha Milik Swasta atau
menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi untuk
melakukan pengadaan dan penyaluran termasuk operasi pasar bahan
obat, obat spesifik dan alat kesehatan yang berfungsi sebagai obat
sesuai ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor: 94 Tahun 2007
tentang Pengendalian dan Pengawasan Atas Pengadaan dan
Penyaluran Bahan Obat, Obat spesifik dan Alat Kesehatan Yang
Berfungsi Sebagai Obat.

b. Penetapan penyedia barang/jasa melalui penunjukan langsung


dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam
pedoman pelaksanaan pengadan barang/jasa pemerintah (Kepres
80/2003).
Hal ini diatur dalam dan Peraturan Presiden RI Nomor: 95 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

7. Dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses masyarakat dalam


memperoleh obat dan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian perlu
dibuka kesempatan pengembangan Pedagang Eceran Obat menjadi
Apotek Rakyat. Apotek Rakyat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
R.I Nomor: 284/Menkes/Per/III/2007 tanggal 8 Maret 2007. Apotik Rakyat
adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakan pelayanan kefarmasian
dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak
melakukan peracikan.

Apotek Rakyat merupakan sarana distribusi obat legal yang lebih dekat
ke rakyat yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan (pelayanan kefarmasian)


kepada masyarakat.
b. Menertibkan peredaran/distribusi obat.
c. Memberi kesempatan kepada Apoteker untuk melaksanakan
pekerjaan kefarmasian.
d. Mengurangi pengangguran.
e. Menggulirkan ekonomi rakyat

8. Program obat rakyat, murah dan berkualitas atau yang lebih dikenal
dengan Obat Serba Seribu (harga eceran tertinggi/ HET) dan berlaku
diseluruh Indonesia. Obat Serba Seribu dapat diperoleh di Apotek
termasuk Apotek Rakyat, toko obat maupun toko atau warung terdiri dari
12 jenis obat yaitu: obat penurun panas, obat penurun panas anak, obat
sakit kepala, obat flu, obat flu dan batuk, obat batuk cair, obat batuk

68
68
berdahak, obat maag, obat asma, obat tambah darah, obat cacing dan
obat cacing anak.

Obat Serba Seribu ini merupakan ide Menteri Kesehatan yang ditindak
lanjuti oleh salah satu BUMN Farmasi dan merupakan obat bebas
(lingkaran hijau) atau obat bebas terbatas (lingkaran biru).

Telah diterbitkan pedoman pengelolaan obat poskesdes dan informasi


obat poskesdes (informasi obat serba seribu)

9. Melakukan pembinaan terhadap sarana dan produksi Alkes dan PKRT


dalam menerapkan Cara dan Produksi Alkes dan PKRT Yang Baik,
pembuatan Software Sistem Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi
Narkotika & Psikotropika Nasional yang terintegrasi mula dari dinas
Kabupaten/Kota, Dinas Propinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes.

10. Sosialisasi organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat


Kesehatan dengan tujuan menyebarluaskan keberadaan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ke seluruh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga dapat tercapai kualitas optimal
pengaturan dan pembinaan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat.

11. Revisi secara berkala Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).

69
69
BAB VI

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2008


DAN REKOMENDASI KEGIATAN TAHUN 2009

Ketersediaan dan keterjangkauan obat esensial telah diupayakan dengan


rasionalisasi harga obat generik, labelisasi obat generik dan pencantuman
harga obat pada periode 2004-2006, sehingga dapat mendorong pemakaian
obat terutama bagi kelompok miskin. Upaya ini akan bersinergi dengan
upaya peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar. Dengan sinergi ini, masyarakat diharapkan akan lebih
mudah menjangkau fasilitas kesehatan, mendapatkan pelayanan yang
bermutu, dan harga obat yang terjangkau.

A. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2008

1. Kegiatan Pokok Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008


adalah:

a. Peningkatan Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan


perbekalan kesehatan;
b. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, kemanfaatan;
c. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah
sakit;
d. Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan
kesehatan.

2. Rencana Pelaksanaan Tahun 2008

a. Rasionalisasi Harga Obat Generik.


b. Penyediaan Obat dan Alkes Dasar di sektor publik sesuai dengan
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang disusun bersama antara pusat
dan daerah.
c. Advokasi pengelolaan obat di daerah.
d. Penggerakan penggunaan obat rasional secara komprehensif
(promosi, sosialisasi, advokasi) dengan strategi edukasi manajerial
dan regulasi.
e. Revisi Daftar Obat Esensial Nasional.
f. Pemantapan sistem penilaian alat kesehatan serta pembaharuan
mekanisme (pedoman, standar) dan regulasi sesuai standar
internasional.
g. Pemantapan analisis berbasis ilmiah dalam operasional dengan
meningkatkan kompetensi penilai (SDM).
h. Pemantapan Harmonisasi ASEAN Bidang Alkes dengan melakukan
pemetaan kesiapan industri Alkes.

70
70
i. Peningkatan peran daerah dalam Post Market Surveillance (PMS)
Alkes.
j. Penyiapan bahan penataan organisasi dan Jabatan Fungsional.
k. Sinkronisasi perizinan dalam Implementasi NSW.
l. Penyusunan Farmakope Obat Tradisional (Herbal) Indonesia.

3. Sasaran Program Tahun 2008

a. Tersedianya obat untuk buffer stock di Kabupaten/Kota, Propinsi dan


Pusat untuk 76,4 juta penduduk miskin;
b. Tersedianya obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan
dasar mencakup 95 %;
c. Tersedianya obat untuk bencana/KLB;
d. Tersedianya obat untuk flu burung sebanyak 33 juta kapsul;
e. Tersedianya obat untuk program penanggulangan penyakit dan
penyehatan lingkungan;
f. Tersedianya obat untuk program gizi dan haji;
g. Revitalisasi unit pengelola obat di Kabupaten/Kota;
h. Tersedianya operasional gudang farmasi dan monitoring ketersedian
obat bagi keluarga miskin.

B. Rekomendasi Kegiatan Tahun 2009

Rencana kegiatan yang disusun dalam tahun 2008 akan mengakomodir


permasalahan-permasalahan kesehatan khususnya di bidang kefarmasian di
Indonesia. Rencana kegiatan tahun 2009 merupakan kesinambungan program
tahun 2008 dengan arah kebijakan sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas sarana pelayanan kefarmasian sampai tingkat


desa.
2. Peningkatan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
3. Peningkatan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan khususnya di
sektor publik yang lengkap jenis, jumlah cukup, dan mudah diperoleh
setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin.
4. Pelaksanaan perizinan dalam rangka perlindungan terhadap
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang memenuhi standar
mutu, keamanan dan kemanfaatan.
5. Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui penerapan
Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker serta pelaksanaan
pendidikan berkelanjutan.
6. Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat
rasional.
7. Pelaksanaan harmonisasi standar bidang kefarmasian dan alat
kesehatan dengan standar regional maupun internasional.

71
71
BAB VII

PENUTUP

Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Departemen Kesehatan tahun 2007 sebagai bentuk evaluasi kegiatan yang
telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2007, baik kegiatan yang
menggunakan anggaran APBN yang tercantum dalam DIPA 2007, maupun
sumber lain.

Anggaran tersebut digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan


fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam
upaya membuat rakyat sehat, agar terwujud masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat melalui kegiatan-kegiatan di Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan
Alat Kesehatan dengan realisasi 63,41%, pembinaan Penggunaan Obat
Rasional dengan realisasi 98,91% pembinaan Farmasi Komunitas dan Klinik
dengan realisasi 96,56%, pembinaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
dengan realisasi 80,79% dan pembinaan Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan dengan realisasi 88,68%. Kegiatan ini sebagai pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan sebagai
pertanggungjawaban kepada Menteri Kesehatan.

72
72

Anda mungkin juga menyukai