Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek setelah orang

orang mengadakan penginderaan melalui panca indra yang dimiliki (mata, hidung,

telinga, lidah dan kulit). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indra pendengaran, yaitu telinga dan indra penglihatan, yaitu mata (Notoatmodjo,

2012). Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, sosial budaya,

keyakinan, dan fasilitas. Pengetahuan berkaitan dengan proses pembelajaran.

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan

faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.

Menurut Notoatmodjo (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, informasi atau media massa, pekerjaan,

lingkungan, kepercayaan, pengalaman dan usia.semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Status ekonomi

juga akan menentukan tersediannya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, seperti media massa, media elektronik, buku, tenaga

kesehatan, keluarga, atau kerabat. Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai

macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


4
a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara, yaitu :

1) Trial and Error

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba

kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut

dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah).

2) Kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan dan tradisi tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah

diterima dari berbagai sumber kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan

ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya.

3) Pengalaman pribadi

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

4) Jalan pikiran

Sejalan perkembangan kebudayaan umat manusia cara berpikir umur

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata

lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan

5
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi

pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung

melalui pertanyaan-pertanyaan.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini telah sistematis, logis,

dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif

bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan objek yang diamati.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain

menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan dan kehidupan keluarganya.

4. Sumber Informasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berguna

6
bagi penerimanya dan memiliki nilai bagi pengambilan keputusan saat ini

atau dimasa yang akan datang (Bambang Hartono, 2013).

2.1.3. Cara Mendapat Pengetahuan

Ada 2 macam cara untuk memperoleh pengetahuan (Notoadmojo, 2016)

yaitu:

1. Cara Non Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh pengetahuan yang pernah digunakan oleh manusia

dalam memperoleh pengetahuan dan telah dipakai oleh orang sebelum

adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

b. Secara Kebetulan

Penemuan pengetahuan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama,

maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama didalam penemuan pengetahuan.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah ini mengandung maksud

bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori

atau pengetahuan.

7
f. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran pengetahuan yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.

g. Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui

proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.

h. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

i. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum

ke khusus.

2. Cara Ilmiah Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).

8
2.2 Perawatan Batuk

2.2.1. Definisi Perawatan Batuk

Batuk merupakan mekanisme tubuh dalam mengeluarkan adanya benda

asing yang masuk ke saluran napas bagian atas. Adanya debu, virus, bakteri,

allergen (serbuk sari, bulu binatang, debu) bahkan makanan yang salah masuk ke

tenggorokan juga dapat memicu timbulnya batuk (Puspitasari, 2010).

Batuk adalah refleks yang normal. Batuk berfungsi untuk membersihkan

tenggorokan dan saluran napas atau melindungi tubuh dari benda asing yang

masuk ke saluran napas. Apabila ada sesuatu yang asing di saluran napas maka

hal itu dapat dikeluarkan memalui batuk (Sembiring, 2018). Batuk juga berfungsi

sebagai imun dan perlindangan tubuh terhadap benda asing namun, dapat juga

merupakan gejala dari suatu penyakit (Wahab, 2000).

Perawatan batuk adalah suatu tindakan memberikan pelayanan pada balita

dengan upaya menguranggi, memberikan rasa nyaman pada balita serta

memberikan pengobatan pada balita.karna batuk bukanlah sebuah penyakit

melainkan hanyalah gejala suatu penyakit. Sehingga jika tidak dilakukan

perawatan akan mengakibatkan batuk bertambah parah. Dan akan mengakibatkan

suatu penyakit.

2.2.2. Jenis-jenis batuk

Junaidi (2010) menjelaskan bahwa berdasarkan produktivitasnya, batuk

dapat dibagi menjadi dua, yaitu batuk produktif dan batuk tidak produktif.

1. Batuk Produktif

Batuk produktif adalah batuk yang disebabkan oleh adanya alergi dan

menyertai flu (Puspitasari, 2010). Batuk produktif merupakan batuk yang

9
menghasilkan dahak atau lendir (sputum) sehingga lebih dikenal dengan

sebutan batuk basah atau batuk berdahak. Batuk produktif memiliki ciri khas

yaitu dada terasa penuh dan berbunyi sehingga menyebabkan kesulitan

bernapas (Junaidi, 2010).

Dahak diproduksi oleh kelenjar mukus yang ada di saluran tenggorok.

Respon ini muncul ketika ada benda asing, sehingga rambut-rambut silia yang

ada di saluran tenggorok dapat membantu benda asing tersebut terdorong

keluar akibat adanya tekanan dorongan oleh batuk. Bila prosesnya normal,

maka dahak akan berhenti diproduksi. Apabila masih berlanjut, maka

kemungkinan benda asing yang masuk belum berhasil dikeluarkan atau ada

mikroorganisme (bakteri/virus) yang menginfeksi saluran napas atau bisa juga

disebabkan oleh adanya rekasi alergi (Sembiring, 2018).

2. Batuk Tidak Produktif

Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak menghasilkan dahak

(sputum), yang juga disebut batuk kering. Batuk tidak produktif sering

membuat tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan suara menjadi serak

atau hilang. Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan partikel makanan, bahan

iritan, asap rokok (baik oleh perokok aktif maupun pasif), dan perubahan suhu.

Batuk ini dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau flu (Junaidi,

2010).

Menurut Puspitasari (2010) batuk tidak produktif disebut juga batuk

kering. Batuk ini disebabkan oleh adanya benda asing yang mengiritasi

tenggorokan sehingga menyebabkan tenggorokan terasa sakit dan batuk terjadi

10
dengan frekuensi yang sering. Batuk ini seringkali disebabkan oleh efek

samping obat-obatan antihipertensi.

Berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dibagi menjadi:

1. Batuk akut

Batuk akut berlangsung kurang dari 3 minggu. Batuk jenis ini sering terjadi

karena flu dan alergi. Bentuk batuk yang sering ditemui, merupakan jenis

batuk akut ringan yang disertai demam ringan dan pilek (Junaidi, 2010)

2. Batuk kronis

Batuk kronis adalah batuk yang bertahan hingga 3 minggu lebih. Batuk

seperti ini biasanya merupakan suatu gejala adanya penyakit lain seperti

asma dan tuberkulosis (Sembiring, 2018).

2.2.3 Batuk Pada balita

Batuk merupakan keluhan kesehatan yang seringkali dialami oleh

anak. Meskipun batuk tidak akan membahayakan namun apabila kondisi batuk

pada anak disertai dengan demam yang tinggi hingga suhu tubuh mencapai 39

derajat celcius dan berlangsung selama tiga hari, terjadi lesu dan bernapas yang

cepat,kondisi tubuh anak yaitu pada bagian wajah, bibir dan lidah mengalami

kebiruaan disertai dengan berdarah maka harus segera diambil tindakan. Untuk

mengetahui tindakan tepat dalam mengatasi batuk pada anak maka harus

diketahui jenis batuk pada anak, yaitu:

1. Batuk menggonggong

Batuk seperti menyalak (menggonggong) umumnya disebabkan oleh croup,

yaitu inflamasi atau peradangan pada laring (pangkal tenggorok) dan trakea

11
(batang tenggorok). Batuk ini disebabkan oleh alergi, perubahan suhu udara

dan juga infeksi saluran pernapasan bagian atas. Batuk ini bisa menyerang

anak tiba-tibakarena batang tenggoroknya sempit, khususnya pada malam

hari dan menjelang subuh saat anak tidur.

2. Pertusis/batuk rejan

Batuk rejan biasanya menyerang anak usia 3 bulan dan 3 tahun.Ciri khas

batuk rejan pada anak adalah anak lebih sering ingin muntah setelah batuk.

Batuk rejan terjadi akibat bakteri bordetella pertusis (Junaidi, 2010).

3. Batuk disertai napas berbunyi (Batuk Mengi)

Batuk disertai dengan napas berbunyi saat anak mengembuskan napas

merupakan merupakan indikasi terjadinya penyumbatan saluran

pernapasanbagian bawah mengalami peradangan/inflamasi. Pada anak yang

masih kecil, saluran bagian bawah terhalang oleh benda asing atau lendir

karena infeksi pernapasan. Beberapa jenis gangguan pernapasan pada

anak yang menjadi penyebab batuk mengi adalah pneumonia dan asma.

4. Batuk di malam hari

Batuk ini kebanyakan bertambah buruk ketika malam hari.Biasanya anak

akan batuk ketika berbaring. Hal ini terjadi karena sumbatan di hidung akan

berpindah ke tenggorokan dan menimbulkan iritasi.Ini menimbulkan masalah

karena anak menjadi sulit tidur. Asma juga dapat memicu batuk dimalam hari

karena saluran napas cenderung menjadi sensitif dan mudah teriritasi pada

malam hari (Junaidi, 2010).

12
5. Batuk di siang hari

Batuk ini biasanya terjadi karena infeksi pernapasan, asma, ataupun pilek.

Bahkan terkadang kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi anak juga dapat

menjadi pemicu anak batuk di siang hari. Udara dingin dan aktivitas yang

berat dapat memperparah batuk ini, tetapi biasanya akan mereda dimalam hari

ketika anak beristirahat. Perlu dipastikan bahwa dirumah tidak ada faktor

pencetus batuk seperti pengharum ruangan, binatang peliharaan, dan asap

terutama asap rokok (Junaidi, 2010).

6. Batuk pilek

Batuk ini sering disertai dengan gejala pilek seperti hidung melermaupun flu.

Bahkan terkadang kondisi ini juga disertai dengan demam. Sehingga

terkadang batuk pilek menjadi salah satu gejala demam pada bayi dan anak.

(Junaidi, 2010).

7. Batuk mendadak

Batuk ini terjadi sebagai reaksi spontan ketika adanya makanan atau

minuman atau benda asing lainnya yang masuk pada jalur napas atau

tersedak. Batuk menjadi cara tubuh untuk menghilangkan sumbatan pada

jalan napas. Jenis batuk ini hanya terjadi sebentar dan akan menghilang

seiring menghilangnya sumbatan jalan napas.

2.2.4 Perawatan dan Pengobatan Batuk pada Balita

a. Tujuan Perawatan batuk

Walaupun batuk bukanlah merupakan sebuah penyakit melainkan hanyalah

gejala suatu penyakit tetapi jika tidak dilakukan perawatan bisa menyebabkan

13
suatu penyakit yang parah. Sehingga perlu diberikan perawatan pada balita

batuk

b. Efek / komplikasi jika tidak di berikan perawatan batuk

Batuk bukanlah merupakan penyakit tetapi jika tidak dilakukan perawatan

akan berkembang menjadi penyakit lain seperti pneumoni, TBC, batu Rejan

dan lain-lain sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat

menyebabkan kematian pada balita.

c. Cara perawatan batuk

Dalam merawat balita yang batuk, perlu diperhatikan langkah awal untuk

membantu meredakan batuk pada anak adalah dengan cara cara berikut :

1. Berikan hidrasi yang cukup pada balita. Apabila balita masih menyusu

berikan asupan ASI yang cukup.

2. Pastikan balita beristirahat dengan cukup.

3. Hindari makanan atau minuman yang dapat merangsang batuk.

4. Ketika anak sedang batuk berikan makanan atau minuman dalam porsi

yang sedikit agar tidak merangsang muntah.

5. Gunakan minyak kayu putih atau minyak telon pada dada anak untuk

memberikan kehangatan atau berada di ruangan yang berisi uap air hangat

(Ngastiyah, 2005).

Pada dasarnya untuk mengatasi batuk harus diketahui terlebih dahulu

jenis batuk dan penyebab batuk tersebut (Sembiring, 2018). Beberapa ibu

mungkin akan langsung membawa anak ke dokter ketika anak sakit. Sebagian

yang lain akan berusaha mengobati sendiri menggunakan obat tradisional maupun

obat batuk bebas yang beredar dipasaran.

14
2.2.5. Obat Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian

(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun

digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat

(Peraturan Menteri Kesehatan No.6, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan tradisional

adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang

berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang

mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan

dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosa, perbaikan atau

pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental (WHO, 2004).

Obat tradisional sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak

beribu tahun yang lalu (Sidik, 1998). Adanya keanekaragaman hayati yang

tumbuh di Indonesia yang memiliki fungsi sebagai tanaman obat menjadikan

masyarakat Indonesia lebih senang menggunakan obat tradisional untuk

mengobati berbagai macam penyakit termasuk batuk pada balita.

Handayani (2004), menjelaskan ada beberapa obat tradisional yang dapat

membantu mengatasi gejala batuk,namun tidak semua obat tradisional aman

digunakan untuk balita. Sistem pencernaan dalam tubuh balita masih lebih sensitif

bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini harus menjadi pertimbangan

untuk orang tua dalam memilih obat tradisional yang aman dan tepat untuk balita.

Obat tradisional yang aman untuk balita yang dapat membantu mengatasi

15
batuk biasanya bersifat menghangatkan dan mempunyai efek / khasiat meredakan

batuk (antitussive), peluruh dahak (expectorant), penurun panas (antipiretik), anti-

infeksi, antiradang (anti-inflamasi), dan merangsangimunitas/daya tahan tubuh

(imunostimulator) (Sembiring, 2018).

Handayani (2004) menjelaskan bahwa salah satu obat tradisional yang

aman untuk balita usia 6 bulan ke atas adalah madu, jeruk nipis, kencur,

belimbing wuluh. Khasiat bahan ini sebagai pengencer dahak (ekspektoran),

memudahkan keluarnya dahak, mengurangi rasa serak di tenggorokan dan

mengurangi inflamasi atau peradangan. Berikut contoh obat tradisional yang aman

untuk balita.

Bahan : Air jeruk nipis 1 ½ sendok makan, madu murni 4 sendok

makan, air mineral 5 sendok makan.

Cara pembuatan : campur semua bahan jadi satu dan diaduk merata lalu kukus.

Dosis pemakaian : Balita usia 1-6 bulan diberi sebanyak ½ sendok teh 4 kali

sehari. Balita usia 7-11 bulan diberi sebanyak 1 sendok teh, 4

kali sehari. Balita usia 1-2 tahun sebanyak 1 sendok makan, 4

kali sehari. Balita usia 3-5 tahun diberi 1 2/2 sendok makan 4

kali sehari.

2.2.6. Obat Generik (Obat Bebas)

Selain menggunakan obat tradisional, obat bebas juga banyak digunakan

untuk mengatasi batuk pada balita. Obat sering dianggap cara yang lebih praktis

dan efektif. Akan tetapi, ketepatan dalam penggunaan obat menjadi syarat wajib

karena kesalahan penggunaannya dapat mengakibatkan berbagai efek yang justru

16
membahayakan anak (Widodo, 2009).

Sistem pencernaan dalam tubuh bayi masih sangat sensitif, sehingga

orang tua harus mengetahui obat yang tepat dan aman untuk balita. Ketahui

informasi mengenai obat-obatan yang akan diberikan kepada balita, meliputi

fungsi atau kegunaan obat, Efek samping obat tersebut, Berapa cepat pengaruh

obat setalah diberikan, Penggunaan obat dapat dicampur atau harus tersendiri,

Tempat serta cara penyimpanan obat, Dapatkah pemberian obat dicampurkan

pada makanan balita, Kapan waktu pemberian obat (sesudah atau sebelum

makan), Pantangan bagi balita setelah mengkonsumsi obat, Dosis pemberian obat,

Masa kadaluwarsa obat tersebut ( Ngastiyah, 2005).

Ngastiyah (2005) menjelaskan bahwa sistem pencernaan dalam tubuh

balita masih sangat sensitif, sehingga orang tua harus mengetahui obat yang tepat

dan aman untuk balita. Bila penyebabnya infeksi maka harus diberikan antibiotik

yang sesuai. Bila penyebabnya adalah karena alergi maka akan diberikan obat anti

alergi. Sedangkan untuk gejalanya dapat diberikan obat batuk ekspektoran untuk

batuk produktif atau batuk berdahak dan antitusif untuk batuk tidak produktif.

Obat batuk pada batuk produktif bukanlah untuk menghilangkan batuk tersebut

melainkan hanya untuk membantu mengeluarkan dahak. Contoh obat batuk

genenik untuk balita adalah Ambroxol syrup . Aturan minum 3 x 1 sendok makan.

17
2.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Variabel Independen Variabel dependen

Pengetahuan ibu Kemampuan dalam


Tentang perawatan perawatan batuk
batuk

2.4. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kemampuan perawatan batuk pada

Balita di Desa Singkohor Kecamatan Singkohor Tahun 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai