PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di masyarakat. Di Amerika
Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat
41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab
terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini
meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK merupakan
penyebab kematian keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada 2,75 juta
orang atau setara dengan 4,8%. Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta
orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005. Kajian
ini bertujuan untuk mengukur prevalensi PPOK, tingkat keparahan, serta untuk
mengidentifikasi tipe PPOK, faktor risiko, morbiditas dan mortalitas, dampak PPOK dan
biaya pengobatan. Penelitian ini merupakan review PPOK berdasarkan data kepustakaan
dan jurnal dengan fokus penulisan PPOK, yang meliputi; gejala, klasifikasi, prevalensi,
faktor risiko, morbiditas dan mortalitas, dampak PPOK, pengobatan dan biaya pengobatan
PPOK. Berdasarkan kajian tipe PPOK ada dua yaitu bronchitis kronik dan emphysema. Di
Asia Tenggara diperkirakan prevalensi PPOK sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada
di negara Vietnam (6,7%)dan RRC (6,5%). Faktor risiko antara lain merokok; polusi indoor,
outdoor, dan polusi di tempat kerja; genetik; riwayat infeksi saluran napas berulang. Ada 4
indikator tingkat keparahan berdasarkan ATS (American Thoracic Society). Keterbatasan
aktivitas pada pasien PPOK, penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit
kardiovaskuler, osteoporosis dan depresi merupakan akibat PPOK.Dibutuhkan sekitar $ 18
miliar biaya langsung dan biaya tidak langsung sekitar $14.1 miliar dalam penanggulangan
PPOK di Eropa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari PPOK, PPOM, dan COPD ?
2. Apasajakah penyebab terjadinya PPOK?
3. Bagaimana patofisiologi PPOK?
4. Apasajakah tanda dan gejala PPOK?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang spesisifik PPOK?
6. Apasajakah komplikasi yang ditimbulkan akibat PPOK ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien PPOK?
8. Apakah diagnosa keperawatan pada PPOK ?
9. Bagaimana tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosa PPOK?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan PPOK, PPOM, dan COPD
2. Untuk mengetahui penyebab PPOK
3. Untuk mengetahui patofisiologi PPOK
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala PPOK
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang spesifik PPOK
6. Untuk mengetahui apa saja komlikasi yang ditimbulkan PPOK
7. Untuk mengetahui penatalaksaanaan medis pada pasien PPOK
8. Untuk mengetahui diagonosa keperawatan utama pada PPOK
9. Untuk mengetahui tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosa PPOK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Defisini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik )
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), PPOK
adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible. Keterbatasan saluran napas tersebut biasanya progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan atau gas.
Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit sistemik yang mempunyai
hubungan antara keterlibatan metabolik, otot rangka dan molekuler genetik.
Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka merupakan hal utama yang
berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Inflamasi sistemik, penurunan
berat badan, peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan depresi
merupakan manifestasi sistemik PPOK.
b. Defisini PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun )
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan penyakit pada sistem
pernafasan dimana saluran pernapasan akan menyempit sehingga akan menghambat
keluar masuknya udara ke paru yang akan menyebabkan keluhan sesak napas.
Prevalensi PPOM senantiasa meningkat dari waktu ke waktu. Di seluruh dunia pada
tahun 2004 terdapat lebih dari 60 juta orang menderita PPOM (WHO, 2012).
c. Defisini COPD ( Chronic Obstructive Pulmonary Disease )
a. Jenis Kelamin
Menurut GOLD (2017), perempuan lebih berisiko terhadap terjadinya PPOK.
Sebuah studi baru oleh para peneliti di Universitas Lund (2016), Swedia
menunjukkan bahwa perempuan dapat memiliki risiko jauh lebih tinggi daripada
laki-laki dalam mengembangkan penyakit PPOK.
b. Usia
Onset (awal terjadinya penyakit) pada penderita PPOK biasanya pada usia
pertengahan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Menurut
GOLD (2017), pada usia yang lebih tua dapat meningkatkan risiko terjadinya
PPOK. PPOK paling sering terjadi pada usia ≥ 40 tahun dengan adanyagejala,
sedangkan pada usia < 40 tahun juga dapat terjadi PPOK namun kasusnya lebih
jarang (NHLBI, 2017).
c. Merokok
Faktor risiko utama pada penderita PPOK (COPD Foundation, 2017) oleh
karena paparan asap rokok ataupun perokok aktif (Oemiati, 2013). Penderita yang
memiliki riwayat keluarga PPOK lebih berisiko menderita PPOK jika merokok.
PPOK paling sering terjadi pada usia 40 tahun dan usia lebih tua dengan riwayat
merokok (COPD Foundation, 2017). Dengan riwayat merokok ≥ 10 bungkus
dalam setahun (Strategies for Chronic Care, 2009). Nikotin adalah alkaloid yang
bersifat kuat dan adiktif yang dihirup saat merokok dan mencapai sistem saraf
dalam beberapa detik dengan merangsang reseptor nikotinik untuk menghasilkan
asetilkolin dalam jumlah yang besar melalui mekanisme kompleks. Makrofag
dapat diaktifkan oleh asap rokok dan bahan iritan lainnya untuk menghasilkan
faktor kemotaktik neutrofil seperti LTB4 dan IL-8. Pelepasan neutrofil dan
makrofag dapat memecah jaringan ikat parenkim paru yang mengakibatkan
terjadinya emfisema dan stimulasi sekresi mukus (Antuni, 2016). Perokok aktif
dapat mengalami hipersekresi mukus dan obstruksi jalan napas kronik. Ada
hubungan antara penurunan VEP1 dengan jumlah, jenis, dan lamanya merokok.
Perokok pasif dapat meningkatkan kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel
dan gas-gas berbahaya.
C. Patofisiologi PPOK
a. Patofisiologi bronkitis kronik
Bronkitis kronik disebabkan oleh obstruksi jalan napas akibat inflamasi
mukosa kronis, hipertrofi kelenjar mukosa, dan hipersekresi mukus, bersamaan
dengan bronkospasme. Pasien dengan bronkitis kronik lanjut mengalami
penurunan dorongan respirasi dan retensi karbondioksida, yang berhubungan
dengan nadi kuat, vasodilatasi, konfusi, nyeri kepala, flapping tremor, dan edema
papil. Gangguan yang terjadi pada fungsi jantung kanan menyebabkan retensi
cairan oleh ginjal, peningkatan tekanan vena sentralis, dan edema perifer.
Keadaan tersebut kemudian menyebabkan kor pulmonal (retensi cairan / gagal
jantung akibat penyakit paru). Hipertensi pulmonal dipotensiasi oleh hilangnya
kapiler yang luas pada penyakit lanjut.
b. Patofisiologi emfisema
Emfisema disebabkan oleh destruksi progresif septum alveolar dan kapiler,
yang menyebabkan jalan napas dan ruang udara (bula) yang membesar, recoil
elastik paru yang menurun, dan jalan napas yang semakin mudah mengalami
kolaps. Obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh kolaps jalan napas distal
selama ekspirasi akibat hilangnya traksi radial elastik terjadi pada paru normal.
Hiperinflasi yang terjadi meningkatkan aliran udara ekspirasi tetapi otot inspirasi
bekerja dengan kerugian mekanik. Patofisiologi emfisema dapat melibatkan suatu
ketidakseimbangan antara protease sel inflamasi dan pertahanan antiprotease.
Emfisema sentrilobular disebabkan oleh kebiasaan merokok dan terutama
mengenai zona paru bagian atas. Emfisema panasinar disebabkan oleh defisiensi
alfa-1 antitripsin dan terutama mengenai zona paru bagian bawah (Ward et al.,
2008).
.
Pada gambar 2.1, menunjukkan adanya overinflasi yang ringan. Adanya
bayangan cincin yang terlihat di atas hilum kiri yang ditunjukkan oleh tanda
panah, yang mencerminkan penebalan dinding bronkial (Grainger dan Allison,
2015).
A. KESIMPULAN
Gejala PPOK secara umum ada tiga yaitu, batuk, berdahak dan sesak napas khsususnya
saat beraktivitas.ATS telah membagi skala sesak napas dari tingkat 0, satu, dua, tiga dan
empat, yang menuju ke tingkat keparahan. Sedangkan klasifikasi PPOK terdiri dari
ringan sedang dan berat yang diukur berdasarkan pemeriksaan spirometri yang
menghasilkan nilai VEP1 dibagi dengan KVP yaitu besarnya ratio udara yang mampu
dihisap dan dikeluarkan oleh paru-paru manusia. Faktor risiko utama PPOK antara lain
merokok, polutan indoor, outdoor dan polutan di tempat kerja, selain itu ada juga faktor
risiko lain yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik.
Berdasarkan tingkat ekonomi ternyata PPOK menduduki peringkat lima dari 10 PTM
utama, sedangkan pada negara berkembang menduduki peringkat enam berasarkan data
morbiditas. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat didunia.
Diperkirakan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%.
1.1 SARAN
. Keterbatasan aktivitas pada pasien PPOK merupakan keluhan utamanya yang akan mem-
pengaruhi kualitas hidupnya PPOK. Disarankan pasien melakukan terapi yang tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi keluhan sesak napas atau gangguan fisik serta perbaikan
standar kualitas hidup penderita PPOK. Secara umum biaya pengobatan PPOK 33%
dialokasikan untuk perawatan di rumah sakit dan 31% untuk biaya pembelian obat dan
sisanya untuk biaya operasional pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA